Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah sebagai suatu sistem merupakan satu lembaga yang utuh dan
bulat yang bereksistensi sebagai satu kesatuan yang di dalamnya terdiri
dari bagian-bagian yang satu sama lain saling berkaitan. Apabila terdapat
kekurangan pada bagian tertentu, maka bagian lain akan terganggu
sehingga akan menghambat pencapaian tujuan pendidikan.

Di sisi lain sekolah dipandang sebagai suatu masyarakat yang utuh


dan bulat serta memiliki kepribadian sendiri, menjadi tempat untuk
menyelenggarakan proses belajar mengajar. Sekolah berperan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dalam arti menumbuhkan, memotivasi
dan mengembangkan nilai-nilai budaya yang mencakup etika, logika,
estetika dan praktika, sehingga tercipta manusia Indonesia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

Dengan kata lain, sekolah adalah sebagai masyarakat belajar tidak


terlepas dari kehidupan masyarakat. Sekolah merupakan suatu kesatuan
yang memiliki tata kehidupan budaya. Sekolah tidak hidup menyendiri,
melepaskan diri dari tatanan sosial budaya dalam masyarakat, tetapi
merupakan suatu sistem atau subsistem, dari kehidupan berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat.

Keberadaan sekolah sebagai subsistem tatanan kehidupan sosial,


berarti menempatkan pula sekolah sebagai bagian kehidupan nasional
yang harus bertumpu kepada norma-norma Pancasila. Bahkan dalam
kehidupan masyarakat tertentu di mana sekolah itu berada, sekolah juga
harus mampu menyesuaikan diri dengan kekhususan-kekhususan yang
berkembang dalam masyarakat tersebut di mana sekolah itu berada.


Seperti disebutkan di atas, sekolah berada di tengah-tengah
masyarakat, maka tata kehidupan yang berkembang dalam masyarakat
itu ikut mewarnai gerak langkah sekolah. Tingkat perekonomian, sosial,
budaya dan agama yang dianutnya serta bidang kehidupan lain akan
mempengaruhi kehidupan sekolah. Meskipun demikian sekolah harus
tetap tangguh dan tahan dalam menghadapi pengaruh negatif.

Apabila kita lihat sejarah bangsa Indonesia setelah selesai perang


kemerdekaan bahwa masyarakat Indonesia dilanda oleh gelombang
liberalisme yang nyaris menenggelamkan persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia, maka selanjutnya timbul pertarungan berbagai
kekuatan sosial politik yang ingin menguasai atau mendominasi tata
kehidupan nasional, sehingga lahirlah suatu pemberontakan G-30-S/PKI
yang merupakan puncak pengkhianatan yang tidak berperikemanusiaan
terhadap bangsa dan negara.

Semua peristiwa itu mempengaruhi penyelenggaraan sekolah sebagai


lembaga pendidikan formal, karena memang sekolah tidak terpisah dari
keadaan lingkungan masyarakatnya. Sekolah digunakan oleh kekuatan-
kekuatan sosial politik sebagai salah satu lahan dan sarana untuk
kepentingan politiknya. Lahirlah organisasi-organisasi yang beraneka
ragam yang melebihi kapasitasnya.

Itulah sebabnya agar sekolah dapat mewujudkan fungsinya untuk


mencerdaskan kehidupan bangsa supaya berhasil dengan sebaik-
baiknya, perlu dilindungi dan diamankan dari segala macam pengaruh
negatif, seperti politik praktis dan kegiatan-kegiatan lain yang
bertentangan dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku,
termasuk narkoba, perkelahian dan sebagainya.

Untuk itu Departemen Pendidikan Nasional telah mengeluarkan


kebijaksanaan Pembinaan Kesiswaan sebagai bagian dari kebijaksanaan
pendidikan secara nasional. Kebijaksanaan tersebut antara lain
melalui wawasan wiyatamandala sebagai salah satu jalur pembinaan
kesiswaan.


B. Dasar Hukum

Dasar hukum Pedoman Pembinaan Wawasan Wiyatamandala SMA ini


adalah

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor
78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4496).

2. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan.

3. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor


125/N/2002 tentang Kalender Pendidikan dan Jumlah Jam Belajar di
Sekolah.

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor


34 Tahun 2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta Didik Yang
Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa.

5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor


39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan.

C. Maksud dan Tujuan

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi para pengambil kebijakan,


kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah dengan
tujuan:

1. Tujuan umum:

Memberikan pemahaman yang sama tentang pelaksanaan wawasan


wiyatamandala disekolah.

2. Tujuan khusus:

Memberikan arah kerja:

a. Mengefektifkan kegiatan belajar mengajar, baik kegiatan


kurikuler , ekstrakurikuler maupun layanan bimbingan dan
konseling.


b. Mendorong terlaksananya administrasi sekolah yang baik,
tertib dan rapi yang dapat mendukung terlaksananya kegiatan
belajar mengajar.

c. Mewujudkan sekolah yang aman, bersih, indah, rindang dan


suasana kekeluargaan yang membuat semua warga sekolah
nyaman berada di sekolah


BAB II
WAWASAN WIYATAMANDALA

A. Pengertian

Secara semantis wawasan wiyatamandala terdiri atas kata wawasan,


wiyata, dan mandala. Wawasan adalah suatu pandangan atau sikap
yang mendalam terhadap suatu hakekat, wiyata mengandung arti
pendidikan, mandala berarti lingkungan.

Jadi wawasan wiyatamandala adalah suatu pandangan atau sikap


menempatkan sekolah sebagai lingkungan pendidikan. Suatu wawasan
proses pembudayaan tata kehidupan keluarga besar, di mana para
anggotanya merasa ikut memiliki, melindungi dan menjaga citra dan
wibawa lingkungan tersebut. Suatu lingkungan di mana terjadi proses
koordinasi, proses komunikasi, tempat saling bekerja sama dan bantu
membantu.

Makna yang terkandung dari pengertian tersebut jauh lebih luas dan
dalam, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Wawasan wiyatamandala
sebagai suatu pandangan berupaya meletakkan serta memberi peran
kepada keberadaan sekolah, benar-benar menjadi suatu lembaga
yang berperan untuk membudayakan kehidupan secara murni. Artinya
sekolah sebagai tempat untuk mencerdaskan bangsa yang bebas dari
segala pengaruh negatif, baik dari dalam maupun dari luar.

Sekolah sebagai lingkungan pendidikan (wiyatamandala) memiliki


makna sebagai berikut :

1. Tempat diselenggarakannya proses transformasi pendidikan,


untuk menanamkan dan menumbuhkembangkan nilai-nilai ilmu
pengetahuan, budaya dan keterampilan dalam mencapai tujuan
pendidikan nasional, yaitu peserta didik yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,


cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab sehingga tercipta masyarakat belajar.

2. Masyarakat belajar, yaitu tempat terjadinya proses interaksi antara


peserta didik, pendidik dan lingkungan sekolah. Maka dalam
kehidupan sekolah yang memegang peranan penting adalah kepala
sekolah, pendidik, orang tua peserta didik, para peserta didik, tenaga
kependidikan, dan hubungan timbal balik antara sekolah itu dengan
masyarakat di mana sekolah itu berada.

Tempat terjadinya proses pembudayaan nilai-nilai kehidupan agar dapat


diciptakan suasana aman , damai, nyaman, tertib dan bebas dari segala
ancaman baik dari dalam maupun dari luar.

B. Peranan

Wawasan wiyatamandala mulai dilaksanakan pada tahun 1984, wawasan


wiyatamandala dijadikan sebagai salah satu jalur pembinaan kesiswaan.
Karena wawasan wiyatamandala dapat memberikan peran yang cukup
besar, bukan saja pada pembinaan kesiswaan tetapi juga pada dunia
pendidikan secara keseluruhan. Peranan tersebut antara lain:

1. Sebagai Pengaman

Konsep wawasan wiyatamandala diciptakan dalam rangka


mengamankan dan melindungi sekolah sebagai tempat proses
transformasi pendidikan dari segala pengaruh yang bersifat negatif,
baik yang datang dari dalam maupun luar sekolah. Sekolah
diharapkan dapat melaksanakan fungsi utamanya sebagai tempat
transformasi pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.

2. Sebagai Penggerak

Fungsi penggerak dilaksanakan untuk mendukung tercapainya


fungsi pengaman dengan baik. Fungsi penggerak berperan
dalam mengkoordinasikan dan menggerakkan berbagai satuan


atau unsur-unsur kependidikan, sehingga tercipta kondisi yang
aman, damai, tertib, dan bebas dari segala ancaman. Kondisi ini
memberikan dorongan yang sangat besar, tidak hanya kepada
peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan unsur terkait
untuk melaksanakan tugas, fungsi, dan perannya dengan baik.

3. Sebagai Usaha Tindakan Preventif

Konsep wawasan wiyatamandala adalah terciptanya kondisi


sekolah yang mampu memiliki daya tangkal terhadap segala
pengaruh yang bersifat merusak, baik dari dalam maupun dari
luar. terlaksananya wawasan wiyatamandala, dalam pengertian
sekolah betul-betul sebagai lingkungan pendidikan, kepala sekolah
berperan sepenuhnya secara manajerial, pendidik bekerja dengan
sebaik-baiknya, peserta didik belajar dalam suasana yang penuh
kekeluargaan, dan kreatif melalui berbagai macam kegiatan OSIS,
komite sekolah dan orangtua peserta didik sadar sepenuhnya untuk
membantu menciptakan sekolah sebagai wiyatamandala sehingga
peserta didik terhindar dari perkelahian/tawuran, narkoba atau
perbuatan-perbuatan perilaku menyimpang lainnya.

C. Unsur-unsur Wawasan Wiyatamandala

Wawasan wiyatamandala mengandung lima unsur yang saling terkait


sebagai berikut:

1. Sekolah sebagai lingkungan pendidikan

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal yaitu tempat


membina dan mengembangkan pandangan hidup, nilai-nilai, ilmu
pengetahuan dan teknologi, keterampilan dan wawasan.

Sekolah dalam mewujudkan fungsinya akan berhasil, apabila


terlindungi dari segala macam pengaruh negatif, seperti narkotika,
perkelahian, dan kegiatan-kegiatan lain yang bertentangan dengan
nilai-nilai moral, agama dan norma-norma sosial yang berlaku.


Sekolah sebagai lingkungan pendidikan akan terwujud apabila
kegiatan transformasi pendidikan berjalan dengan baik dan didukung
lingkungan sekolah yang aman dan nyaman.

2. Wewenang dan tanggung jawab kepala sekolah

Kepala sekolah berperan antara lain sebagai manajer, pemimpin,


motivator, pendidik dan sebagai teladan. Peran tersebut dapat
diwujudkan apabila seorang kepala sekolah telah dibekali melalui
pendidikan dan pengalaman profesional. Sebab tanpa didukung
pendidikan dan pengalaman tersebut kewibawaan kepala sekolah
akan luntur. Hal ini dapat menyebabkan kepala sekolah kehilangan
pengaruh di lingkungannya. Wewenang dan tanggung jawab penuh
kepala sekolah sedemikian penting dalam tata kehidupan sekolah,
dan merupakan peranan sentral bagi seorang kepala sekolah dalam
mengelola sekolah sebagai wiyatamandala.

Oleh sebab itu ada dua tugas pokok seorang kepala sekolah
berkaitan dengan wiyatamandala.

a. secara internal, dia harus terus-menerus membina diri sendiri


agar tetap terpelihara kualitas kedudukannya. Kepala sekolah
agar berperan sebagai manajer, pemimpin, administrator,
pendidik dan sebagai orangtua.
b. Secara eksternal, harus selalu memperhatikan kepentingan
dan tuntutan lingkungannya, seperti pendidik, peserta didik,
pegawai, orangtua peserta didik, sarana, fasilitas, suasana
kerja dan lingkungan.

Implikasi lain yang terkandung di dalam wewenang dan tanggung


jawab kepala sekolah tersebut, yaitu siapa pun yang ingin
memasuki lingkungan sekolah, baik secara perseorangan, secara
kelompok, secara pribadi maupun dinas, tidak mungkin terjadi tanpa
sepengetahuan dan izin kepala sekolah.

3. Kerjasama antara pendidik dan orangtua


Salah satu faktor keberhasilan dalam implementasi wawasan
wiyatamandala ditentukan oleh kerjasama antara pendidik dengan
orangtua peserta didik. Guru sebagai pendidik perlu memiliki
kemampuan profesional, yaitu:

a. Mampu mendidik, dalam arti menanamkan nilai-nilai moral,


agama dan budi pekerti.
b. Mampu membentuk dan mengembangkan daya nalar peserta
didik.
a. Mampu menjadikan peserta didik terampil dalam bidang
olahraga, seni dan budaya.
Tugas seorang pendidik dan orang tua peserta didik dalam hal
pendidikan adalah sama dan harus saling mendukung. Orang tua di
rumah hendaklah menjadi pendidik kedua, dan pendidik di sekolah
hendaklah menjadi orangtua kedua. Di samping itu, antara pendidik
dan orangtua perlu menjalin kerjasama yang harmonis dalam
organisasi komite sekolah.

4. Martabat dan citra pendidik

Pemerintah dan masyarakat telah memberikan perhatian terhadap


martabat dan citra pendidik. Penghargaan terhadap martabat dan
citra pendidik sangat ditentukan oleh penampilan pendidik itu sendiri.
Oleh karena itu martabat dan citra pendidik akan tetap terpelihara
sepanjang tidak berperilaku yang bertentangan dengan ajaran dan
norma yang berlaku di masyarakat.

Dalam mendukung terwujudnya sekolah sebagai wawasan


wiyatamandala diperlukan hubungan yang harmonis antar warga
sekolah.

5. Sekolah harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya.

Tata kehidupan masyarakat di mana sekolah itu berada bersifat


majemuk, seperti dimensi sosial, politik, agama, ekonomi, dan etnis.
Dimensi masyarakat yang bersifat majemuk tersebut akan sangat


berpengaruh terhadap kehidupan sekolah itu sendiri. Oleh sebab itu,
kondisi sekolah secara internal tidak dapat ditegakkan, hubungan
kerjasama yang baik antara kepala sekolah, pendidik, peserta didik,
orang tua peserta didik dan tenaga administrasi, dukungan sarana
dan fasilitas yang memadai, sekolah dapat terseret ke dalam salah
satu dominasi kelompok masyarakat yang ada. Sekolah dapat
dimanfaatkan dan diperalat untuk kepentingan kelompok tersebut.

Oleh karena itu di sekolah hendaknya senantiasa diupayakan


terciptanya kerukunan dengan masyarakat melalui berbagai
macam komunikasi. Sekolah memahami kebutuhan masyarakat,
dan sebaliknya masyarakat berkepentingan untuk membantu dan
menunjang pelaksanaan pendidikan. Dengan demikian diharapkan
keberadaan sekolah bukan saja menjadi kebanggaan warga sekolah
itu sendiri, melainkan juga menjadi kebanggaan masyarakat.

10
BAB III
PELAKSANAAN

Unsur-unsur wawasan wiyatamandala yang telah diuraikan dalam bab


terdahulu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lainnya. Artinya semua unsur harus tergambar dalam
seluruh kegiatan sekolah. Apabila salah satu unsur tidak ada, maka
akan menghambat kelancaran dalam pelaksanaannya. Apabila kita
amati, di sekolah terdapat tiga jenis kegiatan, yaitu kegiatan transformasi
pendidikan, pengelolaan administrasi, dan penataan lingkungan
sekolah.

A. Kegiatan Transformasi Pendidikan

Transformasi pendidikan merupakan proses pengembangan kemampuan


fisik dan psikis serta kemampuan sosial secara utuh. Pada jenjang
pendidikan menengah proses transformasi pendidikan bertujuan untuk
mempersiapkan peserta didik melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.

Kegiatan transformasi pendidikan perlu diarahkan untuk mengembangkan


kemandirian, bertanggung jawab, berani mengemukakan pendapat,
berfikir secara teratur, kritis, disiplin dan mampu mengambil keputusan.
Kegiatan transformasi pendidikan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan
intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakulikuler.

1. Kegiatan Intrakurikuler

Kegiatan intrakurikuler dilaksanakan sesuai dengan program


pada tingkat satuan pendidikan dengan tujuan mengembangkan
kemampuan minimal peserta didik pada setiap mata pelajaran.
Kegiatan ini berlangsung dalam bentuk tatap muka, tugas mandiri
terstruktur dan tugas mandiri tidak terstruktur. Bahan ajar dan kajian
yang terhimpun dalam sejumlah mata pelajaran, dirumuskan dalam

11
susunan program pengajaran sesuai dengan struktur kurikulum
masing-masing tingkat satuan pendidikan.

Mata pelajaran pada Sekolah Menengah Atas terbagi dalam program


umum dan penjurusan. Program umum, diikuti oleh seluruh peserta
didik kelas X, sedangkan program penjurusan dimulai dari kelas XI
sampai dengan kelas XII.

Program penjurusan mencakup: (1) Program Ilmu Pengetahuan


Alam, (2) Program Ilmu Pengetahuan Sosial, (3) Program Bahasa,
dan (4) Program Keagamaan (khusus untuk Madrasah Aliyah).

Kurikulum SMA/MA Kelas X terdiri atas 16 mata pelajaran, muatan


lokal, dan pengembangan diri. Mata pelajaran pada Kelas X terdiri
dari : Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Biologi, Kimia,
Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Seni Budaya, Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Teknologi Informasi dan
Komunikasi, dan Keterampilan/Bahasa Asing.

Sedangkan Kurikulum pada Kelas XI dan XII mencakup program


IPA, IPS dan Bahasa yang terdiri atas 13 mata pelajaran, muatan
lokal, dan pengembangan diri. Mata pelajaran pada Kelas XI dan
XII Program IPA, terdiri dari : Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika,
Fisika, Kimia, Biologi, Sejarah, Seni Budaya, Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan, Teknologi Informasi dan Komunikasi, dan
Keterampilan/Bahasa Asing.

Mata pelajaran Program IPS, yaitu: Pendidikan Agama, Pendidikan


Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika,
Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Seni Budaya, Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Teknologi Informasi dan
Komunikasi, dan Keterampilan/Bahasa Asing.

Mata pelajaran Program Bahasa, mencakup : Pendidikan Agama,


Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,

12
Matematika, Sastra Indonesia, Bahasa Asing, Antropologi, Sejarah,
Seni Budaya, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan,
Teknologi Informasi dan Komunikasi, dan Keterampilan.

2. Kegiatan Kokurikuler

Kegiatan kokurikuler adalah kegiatan yang erat kaitannya dengan


pemerkayaan pelajaran yang dilakukan di luar jam pelajaran
ditetapkan dalam struktur program dan dimaksudkan agar siswa
lebih memahami serta mendalami apa yang telah dipelajari dalam
kegiatan intrakurikuler.

Kegiatan kokurikuler dapat berupa kegiatan mandiri terstruktur dan


mandiri tidak terstruktur, misalnya laporan hasil praktik, laporan
hasil observasi, studi wisata.

3. Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan di


luar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan program sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler
berupa kegiatan pengajaran dan perbaikan yang berkaitan dengan
program kurikuler.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperdalam dan memperluas


pengetahuan peserta didik, mengenal hubungan antara berbagai
mata pelajaran, menyalurkan minat, bakat dan kreativitas serta
melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.

Jenis kegiatan ekstrakurikuler sebagaimana tertuang dalam


Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008,
tentang Pembinaan Kesiswaan, terhimpun dalam 10 materi
pembinaan kesiswaan sebagai berikut :

a. keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;

b. budi pekerti luhur atau akhlak mulia;

c. kepribadian unggul, wawasan kebangsaan, dan bela Negara;

13
d. prestasi akademik, seni, dan/atau olahraga sesuai bakat dan
minat;

e. demokrasi, hak asasi manusia, pendidikan politik, lingkungan


hidup, kepekaan dan toleransi sosial dalam konteks
masyarakat plural;

f. kreativitas, keterampilan, dan kewirausahaan;

g. kualitas jasmani, kesehatan, dan gizi berbasis sumber gizi


yang terdiversifikasi;

h. sastra dan budaya;

i. teknologi informasi dan komunikasi;

j. komunikasi dalam Bahasa Inggris.

Kegiatan ekstrakurikuler harus dijadikan program sekolah dan


dimasukkan pada program semester atau tahunan. Dalam
pelaksanaannya kepala sekolah mengatur sedemikian rupa
sehingga kegiatan ekstrakurikuler dapat terselenggara dengan baik
sesuai dengan kondisi sekolah. Pemilihan jenis kegiatan sedapat
mungkin mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a. Keterkaitan dengan tujuan intrakurikuler.

b. Tersedianya tenaga pembimbing yang profesional dalam


bidangnya.

c. Tersedianya sarana/prasarana dan dana.

d. Minat, bakat dan kreativitas peserta didik pada kegiatan


tersebut.

e. Pengaturan jadwal kegiatan yang jelas.

f. Pemanfaatan dan pelestarian lingkungan alam dan budaya.

g. Pada kegiatan tertentu yang diselenggarakan di luar lingkungan


sekolah seperti berkemah atau wisata agar dipertimbangkan
juga faktor keamanan dan keselamatan.

14
h. Melibatkan pihak-pihak terkait antara lain; tenaga kependidikan,
orang tua peserta didik, tokoh masyarakat dan ahli lainnya pada
saat merencanakan kegiatan.

Dalam merencanakan kegiatan ekstrakulikuler, sekolah dapat


menentukan jenis kegiatan yang akan dipilih peserta didik sesuai
dengan bakat dan minat. Sekolah dapat menentukan kegiatan
ekstrakurikuler wajib dan pilihan. Selain kegiatan kurikuler,
kokurikuler, dan ekstrakulikuler, perlu dilakukan layanan bimbingan
dan konseling.

Pemberian layanan bimbingan dan konseling di sekolah/


madrasah merupakan usaha; a) membantu peserta didik dalam
pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan
belajar, serta perencanaan dan pengembangan karier, b)
memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual,
kelompok dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang
dimiliki, c) membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta
masalah yang dihadapi peserta didik.

B. Pengelolaan Administrasi Sekolah

Administrasi sekolah adalah kegiatan administrasi pendidikan yang


diselenggarakan pada suatu sekolah. Sedangkan administrasi pendidikan
adalah suatu proses keseluruhan, kegiatan bersama dalam bidang
pendidikan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pelaporan, pengkoordinasian, pengawasan, dan pembiayaan, dengan
menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang tersedia, baik personal,
material, maupun spritual, untuk mencapai tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien.

Administrasi sekolah tidak hanya menyangkut ketatausahaan sekolah,


tetapi juga menyangkut semua kegiatan sekolah, meliputi personil,
material, kurikulum, kepemimpinan, kerjasama dan sebagainya. Keadaan

15
ini harus diatur sehingga menciptakan suasana yang memungkinkan
terselenggaranya kondisi belajar mengajar yang baik. Kegiatan belajar
mengajar yang baik akan meningkatkan hasil belajar yang bermutu, dan
pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Oleh
karena itu administrasi sekolah perlu diselenggarakan dengan sebaik-
baiknya.

Fungsi administrasi sekolah pada prinsipnya sama dengan fungsi


administrasi secara umum, yaitu meliputi perencanaan, pengorganisasian,
koordinasi, dan pengawasan. Fungsi tersebut diarahkan untuk kegiatan
yang menunjang pencapaian tujuan pendidikan.

1. Perencanaan

Perencanaan adalah aktivitas memikirkan dan memilih rangkaian


tindakan yang tertuju pada tercapainya maksud dan tujuan
pendidikan. Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak
dalam kegiatan pendidikan. Pada setiap satuan pendidikan harus
dilakukan perencanaan yang baik dengan memperhatikan tujuan,
sarana yang memadai, dan tenaga yang tersedia.

Dalam menyusunan perencanaan, perlu memperhatikan syarat-


syarat sebagai berikut :

a. harus didasarkan atas tujuan yang jelas mengarah pada tujuan


pendidikan;

b. bersifat sederhana, realistis, praktis dan dapat terjangkau;

c. terinci, memuat segala uraian kegiatan dan langkah-langkah;

d. mudah disesuaikan dengan kondisi dan situasi sewaktu-


waktu;

e. memperhatikan keseimbangan antar bidang yang akan digarap


menurut urutan prioritas;

f. memperhatikan efisiensi penggunaan tenaga, dana, waktu,

16
serta penggunaannya dengan sebaik-baiknya;

g. diusahakan agar sedapat mungkin tidak terjadi adanya duplikasi


kegiatan.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian dalam administrasi sekolah merupakan tugas


utama kepala sekolah. Seperti diketahui bahwa kegiatan sehari-
hari di sekolah terdapat bermacam-macam jenis pekerjaan yang
memerlukan kemampuan dan keterampilan. Keragaman tugas
tersebut tidak mungkin dapat dilakukan oleh kepala sekolah sendiri,
tetapi perlu dibantu oleh pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam
hal ini kepala sekolah harus memiliki kemampuan mengorganisir
sumber daya manusia di sekolah, sehingga terjadi hubungan yang
harmonis.

Dalam pengorganisasian, kepala sekolah perlu memperhatikan hal-


hal sebagai berikut :

a. Pembagian tugas didasarkan pada latar belakang pengetahuan


dan keterampilan yang dimiliki;

b. Pembagian tugas didasarkan pada pengalaman, bakat dan


minat yang diberi tugas;

c. Pembagian tugas hendaklah diberikan dengan jelas, sehingga


pelaksanaannya tidak menemui hambatan.

3. Pengkoordinasian

Sekolah merupakan suatu sistem yang setiap unsur di dalamnya


saling berkaitan, beragam dan sangat kompleks. Hal ini menunjukkan
bahwa di sekolah diperlukan koordinasi untuk mengatasi batasan
tugas setiap personil, perbedaan hak dan tanggung jawab,
ketidakseimbangan dalam beban tugas, dan kesimpangsiuran
dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban. Langkah koordinasi

17
hendaknya dilakukan dengan saling menghormati sehingga tercipta
hubungan harmonis dan kondusif.

4. Pengawasan

Setiap pelaksanaan program kegiatan sekolah diperlukan


pengawasan. Pengawasan dilakukan untuk mengetahui efektifitas
program, kendala yang ditemui, sehingga dapat diberikan solusi
penanggulangannya. Selain itu pengawasan juga dilakukan
terhadap unsur pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, dan
sarana prasarana pendukung kegiatan sekolah. Pengawasan
hendaknya dilakukan secara kontinu, konstruktif , preventif, korektif,
dan kooperatif.

Kegiatan di sekolah melibatkan semua unsur yang mendukung


pencapaian tujuan pendidikan. Hal ini memerlukan
pengadministrasian yang tepat, teratur dan rapi. Secara garis besar
administrasi sekolah terdiri atas administrasi program pengajaran,
kesiswaan, kantor sekolah, kepegawaian, perlengkapan, keuangan,
dan administrasi hubungan sekolah masyarakat (Komite Sekolah).

Kelengkapan administrasi tersebut adalah sebagaimana uraian


berikut ini:

a. Administrasi program pengajaran meliputi :

1) Rencana kegiatan sekolah

2) Jadwal pelajaran sekolah

3) Program semester

4) Persiapan mengajar

5) Buku nilai

6) Laporan pelaksanaan pelajaran (buku kelas)

7) Daftar hasil US/UN

18
8) Rekapitulasi naik tingkat/keberhasilan US/UN

9) Buku penyerahan laporan pendidikan/raport dan ijazah

10) Agenda mengajar

b. Administrasi kesiswaan, meliputi :

1) Buku induk peserta didik

2) Daftar keadaan peserta didik menurut tingkat

3) Daftar hadir peserta didik di kelas

4) Biodata peserta didik

5) Buku agenda peserta didik

6) Hasil tes potensi akademik

c. Administrasi kantor sekolah, meliputi :

1) Buku agenda surat keluar

2) Buku agenda surat masuk

3) Buku ekspedisi

4) Daftar hadir pendidik dan tenaga kependidikan

5) Dokumen/arsip

6) Buku piket

7) Buku tamu

8) Buku notula rapat

9) Kartu kendali

d. Administrasi kepegawaian, meliputi :

1) Daftar mutasi kepangkatan pendidik dan tenaga


kependidikan

2) Uraian tugas

19
3) Buku induk tenaga kependidikan

4) Blanko surat izin/cuti

5) Dokumen ke tenaga kependidikan

6) DP-3

7) DUK (pendidik dan tenaga kependidikan)

8) Kartu cuti pendidik dan tenaga kependidikan

e. Administrasi perlengkapan, meliputi:

1) Buku induk barang inventaris

2) Laporan triwukan mutasi barang inventaris

3) Buku catatan barang noninventaris

4) Berita acara serah terima barang

5) Kartu persediaan barang

6) Rekapitulasi barang inventaris

7) Laporan konservasi energi

8) Buku golongan barang inventaris

9) Laporan konservasi energi

10) Buku inventaris keuangan

f. Administrasi keuangan, meliputi :

1) RAPBS

2) Kutipan DIK

3) Buku registrasi SPMU

4) Buku pembantu/harian

5) Buku kas umum

6) Daftar penerimaan gaji.

20
C. Penataan Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah yang dimaksud adalah lingkungan fisik, yaitu


gedung, ruangan, dan halaman berikut kelengkapannya; lingkungan
sosial yaitu hubungan kekeluargaan antarwarga sekolah. Lingkungan
sekolah besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pendidikan di sekolah.
Lingkungan yang aman, bersih, rindang dan indah akan membuat warga
sekolah senang dan betah berada di sekolah melakukan kegiatan dan
tugasnya. Begitu pula ketertiban dan kekeluargaan yang baik antarwarga
sekolah.

Penataan lingkungan sekolah perlu memperhatikan unsur keamanan,


kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, dan kerindangan
(6K).

1. Keamanan

Keamanan adalah modal pokok yang harus terwujud di sekolah.


Sekolah harus terbebas dari segala ancaman dan pengaruh yang
mengganggu stabilitas sekolah. Pengaruh ini mungkin saja timbul dari
luar sekolah dan dari dalam sekolah itu sendiri. Dalam mewujudkan
kondisi aman di sekolah, kepala sekolah dapat melakukan beberapa
hal, antara lain:

a. Pembuatan pagar sekolah yang konstruktif dapat melindungi


bangunan dan kelengkapannya serta semua unsur sekolah.
Di daerah tertentu, pagar sekolah sangat perlu untuk menjaga
keluar masuknya orang-orang yang tidak berkepentingan, yang
dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar.

b. Pemasangan kunci dan teralis pada ruangan tertentu seperti


ruangan kepala sekolah, tata usaha, laboratorium, dan
perpustakaan.

c. Menugaskan beberapa tenaga khusus untuk menangani


keamanan (Satpam).

21
d. Membentuk tim khusus yang menangani masalah keamanan
dengan melibatkan unsur pendidik, orang tua dan peserta
didik.

e. Mengadakan evaluasi terhadap pendirian bangunan sekolah


dengan memperhatikan unsur-unsur pendidikan.

f. Mengatur jadwal piket peserta didik di kelas masing-masing dan


membentuk tim keamanan kelas.

2. Kebersihan

Kebersihan merupakan bagian dari pendidikan kesehatan karena


bersih merupakan cermin keteraturan dalam kehidupan. Oleh
karena itu kebiasaan hidup bersih harus ditanamkan sejak dini.
Budaya kebersihan di sekolah, tidak hanya mengandalkan petugas
kebersihan semata, tetapi diperlukan keterlibatan pendidik, tenaga
kependidikan dan peserta didik. Khusus untuk peserta didik,
perlu dioptimalkan pembiasaan hidup bersih dan peduli terhadap
kebersihan lingkungan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam memelihara kebersihan


sekolah, antara lain :

a. Penyediaan kamar mandi/WC yang memadai sebanding dengan


jumlah peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan yang
dipisahkan antara pria dan wanita.

b. Penyediaan air bersih untuk keperluan sehari-hari.

c. Penyediaan alat-alat kebersihan seperti sapu, kain pel, tempat


sampah, kesed, kemoceng, pembersih kaca, pengharum kamar
mandi/ruangan dan sebagainya.

d. Pemeliharaan bagian dinding pada setiap ruangan, meubeler


dan alat-alat pelajaran sehingga terbebas kotoran, debu, dan
coretan.

e. Pengaturan cahaya dan ventilasi tempat keluar masuknya udara

22
sesuai dengan prinsip paedagosis, sehingga di dalam ruangan
tetap segar dan nyaman, tidak silau oleh sinar matahari.

f. Pengaturan jadwal piket di kelas agar bertanggung jawab


terhadap kebersihan kelasnya.

g. Mengadakan kerja bakti oleh warga sekolah pada hari-hari


tertentu.

3. Ketertiban

Ketertiban merupakan kondisi dinamis yang menimbulkan keserasian,


keselarasan dan keseimbangan dalam tata hidup bersama sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kehidupan sekolah, kondisi
ini mencerminkan keteraturan dalam pergaulan, dalam pengadaan,
penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana, dalam dalam
penggunaan waktu, pengelolaan administrasi dan dalam mengatur
hubungan dengan masyarakat sekitar.

Dalam pengaturan ketertiban sekolah dapat dilakukan hal-hal


sebagai berikut :

a. Membuat tata tertib sekolah, yang meliputi tata tertib peserta


didik, pendidik dan tenaga kependidikan. Tata tertib disusun
secara rinci yang memuat hak, kewajiban (diharuskan),
anjuran dan larangan. Dalam tata tertib harus ada sanksi atau
pembinaan bagi yang melanggar.

b. Mengusahakan adanya sarana dan prasarana guna


terlaksananya ketertiban sekolah, misalnya pakaian seragam
kerja pendidik dan tenaga kependidikan, penyediaan kantin,
koperasi, tempat parkir kendaraan dan sebagainya.

b. Mengawasi pelaksanaan tata tertib sekolah, misalnya memeriksa


kehadiran pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik.

c. Melaksanakan tugas piket pendidik yang menangani kehadiran


peserta didik, yang terlambat, meninggalkan jam pelajaran dan
lain-lain.

23
4. Keindahan

Keindahan adalah suasana lingkungan, baik menyangkut tata


ruang maupun halaman yang menimbulkan rasa indah bagi yang
melihatnya. Keindahan tercermin apabila pengaturan perlengkapan,
perpaduan warna, penanaman pohon dan bunga-bunga yang
mempunyai nilai seni, sehingga orang yang melihatnya merasa
senang, menyegarkan dan tidak membosankan.

Beberapa hal penting yang dapat dilakukan sekolah antara lain:

a. Menata ruangan kelas dan ruangan lain dengan memasang


gambar atau hasta karya peserta didik, menempatkan bunga
pada setiap kelas dan di luar ruangan.

b. Menata taman dengan menanam bunga-bunga yang indah,


lampu hias dan tempat duduk yang dapat digunakan tatkala
beristirahat.

c. Menata ruangan perpustakaan sedemikian rupa dilengkapi meja


kursi belajar, kursi tamu dan kalau mungkin disediakan televisi,
komputer dan taman.

d. Memasang motto pada setiap ruangan sesuai dengan fungsinya


yang dapat memotivasi semangat belajar dan bekerja.

e. Membagi tugas perawatan lahan pekarangan/taman kepada


peserta didik dengan membagi kavling menurut kelas, kemudian
diadakan lomba keindahan yang hasilnya diumumkan pada
setiap bulan atau semester.

5. Kekeluargaan

Kekeluargaan adalah perwujudan tata hubungan antara kepala


sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik yang
mencerminkan sikap dan rasa kegotongroyongan, keterbukaan,
tolong menolong, tenggang rasa, dan saling menghormati.

Sekolah merupakan keluarga besar yang di dalamnya terdapat fungsi

24
ayah, ibu dan anak. Hubungan kepala sekolah, pendidik, dan tenaga
kependidikan dengan peserta didik harus mencerminkan hubungan
ayah/ibu dengan anak-anaknya, begitu pula hubungan antarpeserta
didik, antarpendidik dan tenaga kependidikan harus mencerminkan
hubungan persaudaraan.

Sebagai upaya mewujudkan hubungan kekeluargaan dalam


kehidupan sekolah dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Mengadakan kunjungan kekeluargaan ke tempat tinggal


pendidik, dan tenaga kependidikan.

b. Mengunjungi warga sekolah yang terkena musibah dan ikut


membantu meringankan beban.

c. Mengadakan acara-acara kekeluargaan lainnya, seperti arisan,


rekreasi bersama, perayaan ulang tahun dan sebagainya.

d. Mengoptimalkan kegiatan ekstrakulikuler, kerja bakti di tempat-


tempat umum dan ibadah.

e. Mengoptimalkan hubungan sekolah dengan orang tua/


masyarakat melalui kegiatan komite sekolah dan pertemuan
kekeluargaan lainnya.

6. Kerindangan

Kerindangan adalah kondisi lingkungan yang sejuk, hijau dengan


pepohonan dan tanaman. Suasana kesejukan halaman sekolah
dan sekitarnya sangat bermanfaat bagi terciptanya suasana belajar
mengajar.

Dengan kerindangan akan mencegah erosi dan menjadi sumber


air tanah yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Oleh karena itu
manfaat kerindangan tidak dapat diabaikan dalam penataan
lingkungan sekolah.

Untuk mendapatkan suasana rindang ini, dapat dilakukan hal-hal


sebagai berikut :

25
a. Pemeliharaan pohon yang akan ditanam hendaklah
memperhatikan faktor keamanan, kondisi geografis, seperti
keadaan tanah dan iklim, serta paedagosis.

b. Penanaman pohon produktif, tanaman perdu, tanaman bunga,


apotik hidup hendaklah memperhatikan faktor keindahaan.

c. Melibatkan seluruh warga sekolah dalam pengadaan dan


perawatan tanaman, dengan motto “satu peserta didik satu
pohon, tanam dan pelihara”.

D. Peranan Warga Sekolah

Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan,
peserta didik dan unsur lain yang terlibat, sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah

Kepala sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab


penuh atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, pembinaan
kesiswaan, pelaksanaan bimbingan dan penilaian bagi guru
dan tenaga kependidikan lainnya, penyelenggara administrasi
sekolah, pengelolaan sarana dan prasarana, pelaksanaan
hubungan sekolah dengan masyarakat, dan pelaporan
pendidikan.

Pada kegiatan kurikuler, tugas kepala sekolah, antara lain:

a. Menyusun program kerja tahunan sekolah sesuai dengan


kalender pendidikan.

b. Mengatur pembagian tugas mengajar tenaga pendidik


secara adil dan rasional.

c. Menyusun jadwal pelajaran untuk setiap kelas.

d. Melaksanakan administrasi program pengajaran.

26
e. Memeriksa perencanaan kegiatan belajar mengajar meliputi
perencanaan tahunan, perencanaan semester, persiapan
mengajar, program evaluasi, dan program pengajaran
lainnya.

f. Mengawasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar


berlangsung secara efektif dan efisien.

g. Mengusahakan sarana dan fasilitas belajar yang memadai.

h. Mengadakan bimbingan dan pembinaan terhadap tenaga


pendidik dalam melaksanakan tugasnya.

i. Memantau kehadiran tenaga pendidik, tenaga kependidikan


dan peserta didik.

j. Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan


semangat belajar mengajar.

k. Mendorong tenaga pendidik untuk selalu meningkatkan


pengetahuan dan keterampilan mengajar.

2. Tenaga Pendidik

Kedudukan tenaga pendidik menjadi ujung tombak keberhasilan


transformasi pendidikan. Peserta didik dapat belajar dengan
baik dengan bimbingan dan bantuan tenaga pendidik. Jika
ingin memperoleh hasil belajar yang optimal, maka kualitas
pembelajaran harus maksimal. Oleh karena itu seorang pendidik
harus mempersiapkan dan melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya dengan baik.

Tenaga pendidik merupakan tugas profesional yang berperan


membimbing peserta didik menjadi manusia seutuhnya
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Untuk itu setiap
tenaga pendidik harus memiliki kemampuan kepribadian dan
kemasyarakatan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :

27
a. mengembangkan kepribadian

b. menguasai landasan kependidikan

c. menguasai bahan pengajaran

d. menguasai program pengajaran

e. melaksanakan program pengajaran

f. menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah


dilaksanakan

g. menyelenggarakan program bimbingan

h. menyelenggarakan administrasi sekolah

i. berinteraksi dengan tenaga pendidik, sejawat dan


masyarakat

j. menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan


pengajaran.

Agar pengajaran berhasil, maka seorang pendidik hendaknya


mampu melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
a. Memahami keberadaan peserta didik, baik fisik maupun psikis,
latar belakang ekonomi, sosial budaya, kemampuan intelektual,
dan lain-lain.
b. Mampu menggunakan berbagai metode pengajaran dan
penggunaan alat serta variasi penggunaannya, sehingga
peserta didik tidak merasa jenuh.
c. Selalu mengadakan evaluasi terhadap proses belajar dan
menggunakan hasilnya untuk tindakan bimbingan dan
remedial.
d. Selalu berusaha menambah pengetahuan dalam bidangnya
dan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
e. Memelihara hubungan harmonis dan menyenangkan sehingga
dapat menimbulkan semangat belajar.
f. Menyadari dengan sungguh-sungguh akan tanggung jawab

28
yang diembannya sehingga tugas dilaksanakan dengan
tulus dan ikhlas.
g. Menyusun rencana mengajar baik harian, semester,
maupun tahunan dan melaksanakannya dengan baik.
h. Mengatur ruangan kelas dengan baik, sehingga
menimbulkan semangat belajar mengajar.

3. Peserta Didik

Peserta didik sebagai subyek dalam kegiatan pembelajaran


menjadi ukuran keberhasilan transformasi pendidikan.
Setiap peserta didik memiliki kompleksitas, berkaitan dengan
perkembangan fisik dan psikologis, sehingga memerlukan
bimbingan. Dorongan dari dalam diri sendiri akan lebih baik
hasilnya dari pada pengaruh luar. Oleh karena itu peserta didik
diharapkan memiliki hal-hal sebagai berikut :

a. Menyadari dirinya sebagai peserta didik yang memerlukan


bimbingan.

b. Mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh dan penuh


perhatian, aktif, kreatif dalam berbagai kegiatan sekolah.

c. Mengatur waktu dengan sebaik-baiknya agar tugas


sekolah dapat diselesaikan pada waktunya.

d. Selalu patuh dan taat pada aturan.

4. Tenaga Kependidikan

Tenaga kependidikan seperti tata usaha, pustakawan, laboran,


dan sebagainya merupakan unsur pendukung yang tidak kalah
pentingnya. Keberadaan unsur tersebut di sekolah tidak dapat
diabaikan, sehingga mutlak adanya. Oleh karena itu layanan
harus selalu mendukung tercapainya hasil yang optimal.

29
BAB IV
EVALUASI

A. Kriteria Keberhasilan

Sekolah dipandang telah berhasil melaksanakan wawasan wiyatamandala


apabila dapat memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Kepala sekolah telah berhasil melaksanakan tugas dan tanggung


jawab sebagai:

a. Manajer, yaitu memiliki kemampuan untuk merencanakan,


mengatur dan mengorganisasikan pelaksanaan tugas,
menggerakkan dan mendayagunakan berbagai sumber
sesuai dengan fungsi dan peranannya, mengendalikan
dan mengevaluasi seluruh kegiatan, menyempurnakan dan
mengembangkan program sesuai dengan kebutuhan.

b. Pemimpin, yaitu mampu mempengaruhi dan menggerakan


segala sumber daya manusia (tenaga pendidik, peserta didik,
orangtua dan masyarakat) untuk mencapai tujuan.

c. Motivator, mampu memberikan dorongan semangat, kerjasama


dan tanggung jawab pada sumber daya manusia yang
tersedia.

d. Pendidik, mampu memberikan bimbingan dan arahan


dalam peningkatan proses transformasi pendidikan dengan
menggunakan berbagai pendekatan.

e. Panutan, mampu memberikan suri tauladan yang positif bagi


warga sekolah.

2. Kegiatan transformasi pendidikan didukung oleh administrasi yang


baik, rapi dan berkesinambungan. Tersedianya sumber daya manusia,
dana, sarana dan prasarana yang memadai, sehingga kegiatan
transformasi pendidikan dapat terlaksana dengan tertib dan lancar.

30
3. Terciptanya hubungan yang harmonis antara kepala sekolah,
pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, orangtua serta
masyarakat sehingga terjadi interaksi yang positif dalam upaya
kelancaran kegiatan transformasi pendidikan.

4. Martabat dan citra pendidik dan tenaga kependidikan dijunjung tinggi


oleh seluruh warga sekolah dengan penuh kesadaran dan tanggung
jawab.

5. Hubungan sekolah dengan masyarakat terselenggara dengan baik.


Hal ini dapat dilihat :

a. Peningkatan berbagai macam sarana pendidikan.

b. Peningkatan suasana kekeluargaan yang makin baik.

c. Keterlibatan tenaga pendidik, peserta didik dan masyarakat


dalam berbagai macam kegiatan sosial.

d. Adanya kerjasama antara sekolah dengan berbagai perusahaan/


institusi terkait.

e. Meningkatkan kegiatan ekstrakurikuler.

B. Aspek yang Dinilai

Berpijak dari unsur-unsur wawasan wiyatamandala, terdapat 3 aspek


penilaian yang meliputi; kegiatan transformasi pendidikan, pengelolaan
administrasi, dan penataan lingkungan.

1. Aspek kegiatan transformasi pendidikan

a. Kegiatan intrakurikuler, meliputi;

1) Nilai rata-rata kelas

2) Nilai rata-rata UN

3) Prosentase peserta didik yang mencapai prestasi puncak di


bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, dan/atau

31
olahraga pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota,
provinsi, nasional, dan internasional.

4) Presentase peserta didik yang diterima dijenjang pendidikan


yang lebih tinggi.

b. Kegiatan ekstrakurikuler, meliputi;

1) Kegiatan pembinaan keimanan dan ketaqwaan terhadap


Tuhan Yang Maha Esa.

2) Kegiatan pembinaan budi pekerti luhur atau akhlak mulia.

3) Kegiatan pembinaan kepribadian unggul, wawasan


kebangsaan, dan bela negara.

4) Kegiatan pembinaan prestasi akademik, seni, dan/atau


olahraga sesuai bakat dan minat.

5) Kegiatan pembinaan demokrasi, hak asasi manusia,


pendidikan politik, lingkungan hidup, kepekaan dan
toleransi sosial dalam konteks masyarakat plural.

6) Kegiatan pembinaan kreativitas, keterampilan, dan


kewirausahaan.

7) Kegiatan pembinaan kualitas jasmani, kesehatan, dan gizi


berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi.

8) Kegiatan pembinaan sastra dan budaya.

9) Teknologi informasi dan komunikasi.

10) Kegiatan pembinaan komunikasi dalam Bahasa Inggris.

2. Aspek pengelolaan administrasi

a. Administrasi program pengajaran, meliputi :

1) Jadwal kegiatan sekolah

2) Jadwal pelajaran sekolah

32
3) Program tahunan dan semester

4) RPP

5) Buku nilai

6) Laporan pelaksanaan pelajaran (jurnal).

b. Administrasi kesiswaan, meliputi :

1) Buku induk peserta didik

2) Daftar keadaan peserta didik menurut tingkat

3) Daftar kehadiran peserta didik

4) Buku mutasi peserta didik

c. Administrasi kantor sekolah, meliputi :

1) Buku agenda surat masuk dan surat ke luar

2) Daftar hadir tenaga pendidik dan tenaga kependidikan

3) Dokumen/arsip

4) Buku piket

5) Buku tamu.

d. Administrasi kepegawaian, meliputi :

1) Daftar mutasi kepangkatan tenaga pendidik dan tenaga


kependidikan

2) Dokumen kepegawaian

3) DUK tenaga pendidik dan tenaga kependidikan

e. Administrasi perlengkapan, meliputi :

1) Buku induk barang inventaris

2) Berita serah terima barang

3) Laporan triwulan mutasi barang inventaris

33
4) Daftar isian inventaris/laporan tahunan

5) Rekapitulasi barang inventaris.

f. Administrasi keuangan, meliputi :

1) Rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah


(RAPBS)

2) Buku pembantu/harian

3) Buku kas umum

4) Daftar penerimaan gaji

5) Laporan keuangan

6) Buku penerimaan iuran komite sekolah.

g. Administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat, meliputi :

1) Organisasi komite sekolah

2) Program komite sekolah

3) Pembukuan keuangan komite sekolah

4) Dokumen kerjasama lainnya.

3. Aspek penataan lingkungan

a. Sarana fisik sekolah, meliputi :

1) Ruang kelas

2) Ruang perpustakaan

3) Ruang laboratorium biologi

4) Ruang laboratorium fisika

5) Ruang laboratorium kimia

6) Ruang laboratorium komputer

7) Ruang laboratorium bahasa

34
8) Ruang pimpinan

9) Ruang tenaga pendidik

10) Ruang tata usaha

11) Ruang beribadah

12) Ruang konseling

13) Ruang UKS

14) Ruang organisasi kesiswaan

15) Jamban

16) Gudang

17) Ruang sirkulasi

18) Tempat bermain/berolahraga

b. Media pendidikan, meliputi :

1) Papan tulis

2) Peralatan multimedia (sekurang-kurangnya terdiri dari 1


set computer (CPU, monitor minimum 15 inci, printer), TV,
radio, dan pemutar VCD/DVD
3) OHP/LCD

4) Tape recorder

5) Situs web/internet

c. Alat peraga/praktik, meliputi :

1) Alat peraga mata pelajaran

2) Peralatan laboratorium/praktik

d. Perbukuan, meliputi :

1) Buku teks pelajaran

2) Buku panduan pendidik

3) Buku pengayaan

35
4) Buku referensi

5) Sumber belajar lain (majalah, surat kabar, globe, peta, CD


pembelajaran, situs web, dan alat peraga matematika)

6) Buku inventaris

e. Perabot, meliputi:

1) Kursi peserta didik

2) Meja peserta didik

3) Kursi tenaga pendidik

4) Meja tenaga pendidik

5) Lemari

6) Papan panjang

7) Tempat sampah

8) Tempat cuci tangan

9) Jam dinding

10) Alat pemadam kebakaran

11) Peralatan P3K

f. Hubungan sosial, meliputi :

1) Bantuan fisik dari masyarakat untuk sekolah

2) Bantuan nonfisik dari masyarakat untuk sekolah

3) Bantuan fisik dari sekolah untuk masyarakat

4) Bantuan nonfisik dari sekolah untuk masyarakat.

g. Prasarana, meliputi :

1) Pagar
2) Lapangan

3) Halaman.

36
BAB V
PENUTUP

Pengelolaan lembaga pendidikan merupakan masalah yang sangat


kompleks, karena terdiri dari unsur fisik dan psikis. Keberhasilan sekolah
sebagai suatu lembaga pendidikan yang berwawasan wiyatamandala
banyak ditentukan oleh sikap warga sekolah, terutama kepala
sekolah, pendidik, peserta didik dan tenaga kependidikan, orangtua
dan masyarakat. Pelaksanaan wawasan wiyatamandala di sekolah
tergantung pada partisipasi dan dukungan dari seluruh warga sekolah
sesuai tugas dan fungsi masing-masing.

37

Anda mungkin juga menyukai