Volume 18 Nomor 2
ABSTRAK
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan masalah kesehatan global yang semakin
meningkat, ditandai dengan obstruksi saluran nafas, bronkiolitis obstruktif kronik dan emfisema.
Penyakit ini disebabkan oleh paparan asap rokok dalam jangka waktu lama serta udara yang tidak bersih.
Manajemen gejala dan resiko juga mencakup pengobatan secara farmakologi dan non-farmakologi.
Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati PPOK yaitu bronkodilator kerja cepat, antikolinergik
kerja panjang, beta2-agonis kerja panjang, inhalasi kortikosteroid. Diketahui bahwa obat-obat tersebut
memiliki efek positif untuk menghilangkan gejala batuk dan sesak nafas, eksaserbasi dan meningkatkan
fungsi paru-paru.
Kata Kunci : Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Bronkiolitis Kronik, Emfisema
ABSTRACT
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is a common global health problem, characterized by
poor airway obstruction, chronic obstructive bronchiolitis, and emphysema. Chronic Obstructive
Pulmonary Disease is caused by long-term exposure of cigarette smoke and polluted air Management
COPD includes pharmacological and non-pharmacological treatment. Many drugs used for COPD
treatment. Such as short-acting bronchodilators, long-acting muscarinic antagonists, long-acting
beta2-agonists, inhaled corticosteroids. It is known that these drugs had positive effects for relieving
symptoms of cough, breathlessness, exacerbations and increasing lung function.
PPOK merupakan masalah kesehatan Manajemen gejala dan resiko juga mencakup
global yang semakin meningkat serta dapat pengobatan secara farmakologi dan non-
menyebabkan kematian. Sejauh ini, penyebab farmakologi (Barnes Peter et al., 2015).
penyakit ini adalah merokok dan paparan asap PEMBAHASAN
rokok, setelah itu adalah riwayat penyakit Saat ini belum ada terapi farmakologis
tuberkulosis. Lingkungan dengan polusi udara yang dapat benar-benar memperlambat
berperan dalam perkembangan PPOK (Barnes keparahan dari PPOK. Terapi farmakologi
Peter et al., 2015). untuk PPOK antara lain bronkodilator kerja
PPOK sering dikaitkan dengan cepat, antikolinergik kerja lama (Long acting
peradangan kronis pada saluran pernafasan. muscarinic antagonist/ LAMA), beta2-agonis
Tingkat peradangan akan semakin meningkat kerja lama (Long-Acting Beta2 Agonist/ LABA),
seiring dengan peningkatan jumlah makrofag, Inhalasi kortikosteroid (Inhaled
neutrofil, dan limfosit dalam paru-paru. Asap Corticosteroids/ ICS). Terapi ini memiliki efek
rokok, polusi udara akan mengaktifkan respon positif untuk menghilangkan gejala batuk dan
imun, dimana respon imun ini akan sesak nafas, eksaserbasi dan fungsi paru-paru
menyebabkan peningkatan jumlah neutrofil dan (Decramer et al, 2005).
makrofag di paru-paru serta aktivasi jalan nafas Bronkodilator kerja lama dapat
dan sekresi lendir. Respon imun adaptif meningkatkan fungsi paru-paru, mengurangi
selanjutnya akan menyebabkan peningkatan sel sesak nafas, meningkatkan status kesehatan dan
limfosit T dan B dan memperkuat inflamasi meningkatkan kapasitas olahraga (Parker et al,
(Barnes Peter et al., 2015). 2005).
Eksaserbasi atau serangan PPOK Inhalasi kortikosteriod dapat
terjadi akibat peningkatan peradangan pada menurunkan kejadian eksaserbasi pada
saluran pernafasan serta efek sistemik dari penderita PPOK, juga dapat meningkatkan
inflamasi. Eksaserbasi dipicu oleh infeksi pada fungsi paru-paru, dan mengurangi sesak nafas
pernafasan baik oleh virus atau bakteri (Barnes (Calverley et al, 2007).
Peter et al., 2015). Bakteri yang dapat Antibiotik makrolida dapat digunakan
menyebabkan eksaserbasi umumnya adalah untuk mencegah eksaserbasi, namun
H.influenzae, S. pneumoniae dan Moxarella penggunaannya dalam waktu lama perlu
catarrhalis, infeksi rhinovirus dapat diperhatikan untuk mencegah resiko
memproduksi peptida dan menyebabkan penggunaan antibiotik berlebihan dan
eksaserbasi pada pasien PPOK (King et al, berpotensi resistensi antibiotik pada pasien
2013). (Candela et al, 2019).
Manajemen pasien PPOK agar stabil Berdasarkan Global Initiative for
dapat dilakukan dengan mengurangi paparan Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD),
zat berbahaya, menghilangkan gejala, dan
mengurangi resiko keparahan dan eksaserbasi.
Farmaka 39
Volume 18 Nomor 2
- Group B : LABA atau LAMA apabila gejala pada pasien yang beresiko tinggi mengalami
persisten maka kombinasikan LABA dan eksaserbasi dan dapat digunakan sebagai terapi
Long Acting Muscarinic Antagonist (LAMA) dibandingkan penggunaan obat secara terpisah
(Mapel et al, 2010).
Pengobatan LAMA yang digunakan
Kepatuhan pengobatan pada pasien
untuk terapi PPOK adalah Tiotropium dengan
PPOK diperlukan untuk efektifitas terapi,
dosis sekali sehari. Tiotropium dapat
pemberian informasi mengenai cara
menurunkan gejala, hiperinflasi, dispnea,
penggunaan inhaler yang benar agar efek yang
menurunkan eksaserbasi serta meningkatkan
dihasilkan optimal (Greambiale et al, 2010).
kualitas hidup pasien PPOK (Jones and Anders,
2011). Non Farmakologi
Farmaka 40
Volume 18 Nomor 2