PATOFISIOLOGI
TATALAKSANA ASMA
KELOMPOK 1
FARMASI B/VI
KELOMPOK 1
1. Astiani Gela (204111062)
2. Maria Chikitalya Wula (204111039)
3. Namelwangi Tainmeta (204111052)
4. Patrisia Puriana Ona (204111054)
5. Serli R. P. Jiara (204111049)
6. Margareta Mako (184111017)
DEFINISI
• Asma merupakan kelainan inflamasi kronik saluran napas yang
menyebabkan hipereatikvitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak
napas dan rasa berat di dada terutama pada malam dan atau dini hari
yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan
(Alfa dan Diana, 2020).
• Penyakit asma ialah gangguan inflamasi kronik pada jalan napas.
Inflamasi kronik dapat menyebabkan peningkatan hiperresponsif jalan
napas yang ditandai dengan wheezing, sulit bernapas, dada sesak dan
batuk (Manese, 2021).
• Asma adalah penyakit heterogen, biasanya ditandai dengan peradangan
saluran napas kronis. Hal ini ditentukan oleh riwayat gejala pernapasan
seperti mengi, sesak napas, sesak dada, dan batuk yang bervariasi dari
waktu ke waktu dan dalam intensitas, bersamaan dengan keterbatasan
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Paparan Pertama
Alergen/antigen masuk kedalam tubuh ditangkap oleh sel dendritik dan dicerna
kemudian dibawah masuk untuk diperkenalkan oleh sel Th.
Pada sel Th terdapat reseptor sel T yang akan mengenali antigen dan kemudian sel Th
akan melepaskan IL4 dn IL5 (mediator inflamasi)
Il4 dan IL5 menstimulsi sel B melakukan poliferasi (memproduksi IgE)
IgE berikatan dengan sel Mast yang ada di lamina propie dan lapisan epitel.
Alergen masuk berikatan degan IgE pada sel mast yang sudah berikatan dengan IgE.
Sel mast terdegradasi dan mengeluarkan mediator-mediator inflamasi (sitokin).
Paparan Kedua Sitokin akan berikatan dengan vagus afferent Ketika epitel merenggang, kemudian vagus
afferent akan mengirim sinyal ke vagus efferent.
Vagus efferent mengeluarkan asetil kolin yang kemudian akan berikatan dengan
asetilkolin nikotinik yang menybabkan vasokontrikasi otot polos.
https://youtu.be/DZPrYL8UKWQ
(GINA, 2021., Global Initiative for Asthma).
TANDA DAN
GEJALA
(Mustopa, 2022)
FAKTOR RISIKO
ASMA
Lingkungan pekerjaan
Perokok dan (Polusi udara) Rhinovirus
Respiratory
mantan perokok.
syncytial virus
Konfirmasi
Penentuan
tingkat gejala
Konfirmasi terapi
dan factor Konfirmasi
riwayat gejala pengontrol
risiko diagnosis
asma (stepping
(termasuk
up/doen)
fungsi paru)
DPI: penghirup bubuk kering; HFA: propelan hidrofluoroalkana; ICS: kortikosteroid inhalasi; LABA: agonis beta2
kerja panjang ; LAMA: antagonis muskarinik kerja lama; na tidak berlaku; pMDI: penghirup dosis terukur
bertekanan; ICS oleh pMDI sebaiknya digunakan dengan spacer (Global Initiative for Asthma (GINA), 2021).
Dosis ICS Kortikosteroid (Anak 6-11 tahun)
DPI: penghirup bubuk kering; HFA: propelan hidrofluoroalkana; ICS: kortikosteroid inhalasi; LABA: agonis beta2
kerja panjang ; LAMA: antagonis muskarinik kerja lama; na tidak berlaku; pMDI: penghirup dosis terukur
bertekanan; ICS oleh pMDI sebaiknya digunakan dengan spacer (Global Initiative for Asthma (GINA), 2021).
Agonis 2 merupakan bronkodilator yang paling efektif. Stimulasi
reseptor B2-Adrenergik mengaktivasi adenil siklase, yang
menghasilkan peningkatan AMP siklik intraselular. Hal ini
Agonis 2 menyebabkan relaksasi otot polos, stabilisasi membran sel mast, dan
stimulasi otot skelet
(GINA, 2021).
Contoh:
SABA: Salbutamol
LABA: Formoterol
Antiinflamasi
Contoh:
Kortikosteroid OCS: Desametason dan LTRA
Prednisone.
ICS: Mometason, Fliticason
Bronkodilator
dan Budesond.
Contoh:
Montelukas
Bronkodilator
Antikolinergik/ Contoh:
Antimuskarinik Inhalasi: Ipratropium
bromida
LABA
Formoterol, sama efektifnya dengan SABA sebagai obat pereda pada orang dewasa dan anak-
anak, dan mengurangi risiko eksaserbasi parah sebesar 15-45% dibandingkan dengan SABA
yang diperlukan , tetapi penggunaan reguler atau LABA sering tanpa ICS sangat tidak
dianjurkan karena risiko eksaserbasi (GINA, 2021).
LTRA
Montelukast memiliki efek samping kejadian neuropsikiatrik (Kesehatan
(Global mental),
Initiative for Asthmasehingga
(GINA), 2021).
perlu dihati-hati dan pasien harus diedukasi sebelum penggunaan montelukasi (GINA, 2021).
Rekomendasi ICS
KETERANGAN
FEV1 : volume ekspirasi paksa dalam 1 detik; FeNO: ekskresi fraksi oksida nitrat; ICS: kortikosteroid inhalasi;
LABA: agonis beta-2 kerja Panjang (Jennifer Y, et al, 2018)
Tabel 7. Terapi Biologis Pengobatan Asma
Terapi Biologis Mekanisme Aksi Indikasi Dosis Bukti
Benralizumab Antibodi Kontrol ICS atau LABA Subkutan 30 mg setiap 4 >50% pengurangan
monoklonal buruk, >2 eksaserbasi minggu sekali (tiga dosis eksaserbasi dan perbaikan
terhadap reseptor per tahun, eosinofilia pertama) kemudian setiap fungsi paru 24%.
Il-5. >300 sel/µL. 8 minggu sekali.
Dupilumab Antibodi Eosinofilia >300 sel/µL, Tidak disetujui di AS atau Peningkatan tingkat
monoclonal FeNO ≥25 ppb. Eropa untuk asma (200– eksaserbasi parah sebesar
terhadap subunit 300 mg setiap 2 minggu >47% dan peningkatan
alfa reseptor Il-4. sekali, secara subkutan). FEV1 sebesar 320 mL.
Tezepelumab Antibodi Kontrol yang buruk pada Pengujian fase III (70 mg Eksaserbasi diturunkan
monoclonal ICS\LABA, >2 versus 210 mg setiap 4 >60% dan FEV1 meningkat
terhadap eksaserbasi per tahun minggu sekali atau 280 mg >110 mL pada semua
limfopoietin stroma setiap 2 minggu sekali). kelompok.
timus.
KETERANGAN
FEV1 : volume ekspirasi paksa dalam 1 detik; FeNO: ekskresi fraksi oksida nitrat; ICS: kortikosteroid inhalasi;
LABA: agonis beta-2 kerja Panjang ((Jennifer Y, et al, 2018)
Terapi non-Farmakologi