Anda di halaman 1dari 6

Nama : Salsabila Anisa Putri

Kelas : HI 2B

Matkul : Perspektif positifis

Dosen Pengampu : Dini Septyana Rahayu, S.IP., M.Hub.Int.

1. Konsep adalah abstraksi yang mewakili suatu objek sifat suatu objek atau suatu
fenomena tertentu , ia adalah sebuah kata / frasa yang melambangkan suatu
gagasan. Contohnya : demokrasi, kekuasaan , revolusi, perimbangan
kekuatan,status sosial dan kepentingan nasional. Contoh konsep yang membentuk
teori realisme :

Statisme: Realis percaya bahwa negara-bangsa adalah aktor utama dalam politik
internasional. Karena itu, realisme merupakan teori negara-sentris dalam
hubungan internasional. Realisme berbeda dengan teori hubungan internasional
liberal yang melibatkan peran aktor non-negara dan lembaga internasional. Bila
dibuat analoginya, kaum realis melihat negara-bangsa layaknya bola biliar,
sedangkan kaum liberal melihat hubungan antarnegara layaknya jaring laba-laba.

Kelangsungan hidup: Realis percaya bahwa sistem internasional diatur oleh


anarki, artinya tidak ada pemerintah pusat. Karena itu, politik internasional
merupakan ajang berebut kekuasaan antara negara-negara yang memiliki
kepentingan.

Urus sendiri: Realis percaya bahwa kelangsungan hidup suatu negara tidak dapat
digantungkan pada negara lain. Dalam kehidupan nyata, hal ini pun diaplikasikan
oleh orang-orang yang berprinsip realis. Mereka meyakini bahwa dalam
kehidupan, ketika situasi mereka sedang dalam situasi terbawah, hanya ada sedikit
orang atau tidak ada orang sama sekali yang akan membantu kita, sehingga
penting bagi mereka untuk dapat bergantung hanya pada diri sendiri. Contoh
konsep yang membentuk teori liberalisme : Ada tiga hal yang mendasar dari
Ideologi Liberalisme yakni Kehidupan, Kebebasan dan Hak Milik (Life, Liberty
dan Property).
2. - Asumsi dasar mazham inggris: kajian hubungan internasional hendaknya
dilandasi oleh kaidah berfikir ilmu sosial ala max weber tentang pemahaman
(vestehen) yakni mengutamakan pemahaman terhadap berbagai fenomena sosial
bukannya untuk memenuhi kebutuhan praktis umat manusia(praxis) seperti yang
diyakini kaum marxis
- Kajian hubungan internasional harus sennantiasa memperhitungkan almum
sejarah dan filsafat untuk membuat manuasia mau belajar dari pengalaman
historis dan senantiasa mengedepankan moralitas yang baik demi pembentukan
ko eksistensi untuk pemeliharaan perdamian dunia
- Kajian hubungan internasional hendaknya mengacu pada suatu system yang
beranggotakan negara negara merdeka dan berdaulat, system ini layak dipelihara
kelangsungannya karena bersifat abash (legitimate) dan di perlukan (desirable)
bagi kelangsungan peradaban dunia, Ketika actor seni negara atau sub-negara
cenderung menjadi kekuatan penentang yang berpotensi mengancam ketertiban
dunia sehingga tidak di perlukan (undesirable)
- Kajian hubungan internasionalmemiliki karakter yang DINAMIS, antara
pesimisme dan optimisme, sekalipun hubungan internasional sekalipun secara
esensial diwarnai oleh hubungan kekuasaan penuh dengan intrik yang
mengindikasikan pesimisme tentang perdamian dunia sebagai sebagaimana
diyakini kaum realis tetapi hubungan internasional juga membuka peluang bagi
adanya ketertiban dunia manakala anggota masyarakat internasional
melembagakan kepentingan Bersama, mematuhi aturan dan moralitas
internasional dan bersikap menhan disi yang menjadikan optimisme perdamaian
dunia

Terdapat tiga konsep kunci di dalam English School, yaitu: realisme,


rasionalisme, Cosmopolitanism/Revolusionalisme.

Pemikiran English School lebih condong untuk menemukan sifat dan fungsi


dari Internasional Society serta melacak sejarah dan perkembangan mereka. Ide
dasar dari International Society merupakan hanya manusia sebagai individu yang
hidup di dalam masyarakat dimana mereka membentuk dan dibentuk, sama seperti
negara yang hidup dalam International Societies, dimana mereka membentuk dan
dibentuk.
3. Stratifikasi sosial dapat terbentuk berdasarkan kekayaan (ekonomi), pendidikan,
kekuasaan, atau keturunan. Dasar kekayaan dasar Pendidikan Dasar Pendidikan. 2
teori yang dipakai dalam Hubungan Internasional untuk mendeskripsikan sistem
internaisonal berdasar kekuatan ekonomi adalah teori Kerjasama dan neo-
Gramscianisme,
4. Pertama, Islam dan terorisme merupakan ajaran dan aktivitas untuk menciptakan
kekhawatiran dengan tujuan pokok mengubah kebijakan dengan tindak kekerasan
sebagai instrumen di Indonesia, menurut kusnanto kelompok laskar jihad bukan
berarti terorisme. Gerakan komando jihad juga sulit dianggap teroris karena tidak
memiliki ideologi dan tujuan yang jelas serta berskala kecil. Sementara peledakan
bom jelas merupakan teror, karena menciptakan kekhawatiran luar biasa.

kedua, kesetaraan gender merupakan bagian dari gerakan social kaum perempuan
yang berusaha untuk memperjuang haknya agar mendapatkan pengakuan yang
sama dalam kehidupan social, individu, dan pemerintahan. Kesetaraan gender atau
yang lebih dikenal feminism adalah isu temporer dalam dunia islam. Hal seperti
itu muncul pada zaman modern akibat dari pengarusutamaan dan penindasan
terhadap hak-hak wanita yang telah terjadi

5. Persaingan Energi antara China dengan Negara-Negara Asia Tenggara:


Sebuah Pandangan Liberalisme
Dalam dunia internasional, sumber energi-baik berupa minyak, air, maupun
nuklir- sering menjadi isu yang mendasari kompetisi bilateral maupun
multilateral. hal ini pulalah yang terjadi di kawasan Asia Timur, yang terdiri atas
sub Asia Tenggara dan sub Asia Timur Laut. Salah satu kasus yang mengemuka
adalah kompetisi energi antara China dengan negara-negara Asia Tenggara. China
berkepentingan dalam pemenuhan kebutuhan energinya yang besar untuk industri,
sedangkan negara-negara Asia Tenggara juga mulai tumbuh menjadi negara
industri yang memerlukan pasokan energi yang besar pula

A. Kebutuhan Energi yang Besar 

Masalah energi di Asia Timur menjadi penting karena pasca Perang Dunia II; dan
terutama pasca Perang Dingin; karena negara-negara di wilayah ini menunjukkan
performa ekonomi yang bagus. Jepang, Korea, China, Singapura, Malaysia,
Thailand, dan Indonesia mempunyai reputasi yang bagus dalam memajukan
ekonomi mereka. Jepang, Korea, dan Indonesia bahkan pernah mendapat julukan
sebagai macan Asia. China dan Jepang  juga masing-masing menduduki peringkat
kedua dan ketiga sebagai negara dengan kapasitas ekonomi terbesar di dunia

Performa ekonomi yang bagus ini umumnya dimotori oleh sektor industri.
Sebagai konsekuensinya,  kebutuhan energi juga menjadi besar. Peningkatan
kebutuhan energi yang drastis ini terutama terlihat dari China. Menurut
statistik International Energy Agency, permintaan minyak oleh China tumbuh dari
2,3 juta barel perhari pada tahun 1989 menjadi 5,5 juta barel perhari pada tahun
2003. permintaan minyak ini meningkat menjadi 7,15 juta barel perhari pada 2006
dan diperkirakan akan mencapai 13,5 juta barel perhari pada 2030Padahal, pada
1989 China masih bisa mengimpor minyak ke Jepang. Namun mulai 1993, China
menjadi negara pengimpor minyak. Bahkan, sejak tahun 2005, China menjadi
pengimpor minyak terbesar kedua setelah Amerika Serikat, yaitu sebesar 31% dari
total permintaan minyak dunia. Pada 2005, total konsumsi energi China mencapai
2,225 miliar ton, sedangkan produksi domestik hanya bisa memenuhi 2,060 miliar
ton, sehingga terjadi kekurangan minyak sebesar 165 juta ton. Kekurangan energi
sebesar itu tidak bisa dipenuhi dari sumber energi alternatif seperti nuklir dan gas
alam, karena China hanya bisa memproduksi 7% dari total energinya. Oleh
karena itu, jalan yang bisa ditempuh untuk memenuhi defisit energi adalah dengan
mengimpor dari negara lain atau mencari dan membuka tambang minyak baru.
Sementara itu, negara-negara Asia Tenggara juga memerlukan energi dalam
jumlah besar. Minyak dan sumber energi lainnya adalah komoditas yang sangat
vital bagi pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan memiliki nilai komersial yang
tinggi untuk diekspor ke negara lain. 

B. Sumber Energi yang Tersedia Terbatas 

Walaupun sumber energi sangat penting, tetapi tidak semua negara dianugerahi
dengan cadangan minyak yang melimpah di dalam teritorialnya. Cadangan
minyak yang ada pun semakin lama akan semakin berkurang dan pada akhirnya
akan habis sama sekali. Di sisi lain, kebutuhan akan energi justru semakin
meningkat. Akibatnya, negara-negara yang dulu mengekspor minyak, kini
menjadi negara pengimpor seperti yang terjadi pada Indonesia dan China. Sebagai
konsekuensinya, negara-negara tersebut bergantung pada impor dari negara lain
yang cadangan minyaknya masih banyak. Dalam kasus ini, China dan beberapa
negara di Asia Tenggara bergantung pada minyak negara-negara Timur Tengah
sebagai sumber energi utama. Akan tetapi, kondisi politik Timur Tengah yang
tidak stabil sering melambungkan harga minyak secara mendadak dan drastis.
Perang di Timur Tengah pada 1974 mennaikkan harga minyak dari US$1,8/ barel
menjadi US$10/barel. Ketika terjadi Revolusi Islam Iran 1979, harga minyak naik
menjadi US$20/barel. Perang Teluk II juga menaikkan harga minyak menjadi
US$40/barel, dan mencapai US$60/barel saat perang saudara di Irak berlangsung
pada 2005. Perang dan kegiatan teroris biasanya menyebabkan kenaikan harga
minyak karena supplay menjadi berkurang sementara permintaan cenderung
meningkat, sehingga perhitungan ekonomis dalam mencapai economy of
scale susah didapat karena ketidakstabilan dan ketidakpastian supplay dan harga. 

Seperti sudah diutarakan sebelumnya bahwa negara-negara di Asia Tenggara


sebenarnya bisa mandiri dari ketergantungan energi dari wilayah lain dengan
mengoptimalkan eksplorasi sumber-sumber energi di wilayahnya. Di sini, sumber
energi tersebut dilihat sebagai sumber daya yang terbatas, sehingga banyak aktor
yang ingin menguasai wilayah itu demi kepentingan negara masing-masing. Salah
satu contoh wilayah yang diperebutkan adalah kepulauan Spratly di Laut China
Selatan. Dalam kasus ini, China, Taiwan, dan Vietnam mengklaim diri sebagai
pemilik kepulauan Spratly beserta perairan sekitarnya. Sedangkan Malaysia,
Brunei, dan Filipina mengklaim beberapa pulau yang berdekatan dengan pantai
mereka. Klaim ini berlanjut dengan rencana eksplorasi masing-masing negara
dengan menggandeng perusahaan-perusahaan minyak multinasional. BUMN
Vietnam, yaitu PetroVietnam bekerja sama dengan Exxon untuk mengeksplorasi
pantai Vietnam, sedangkan untuk eksplorasi wilayah selatan Vietnam dikerjakan
bersama dengan BP dari Inggris. Hal yang sama juga dilakukan oleh China
dengan mengadakan kerjasama antara China National Offshore Oil Corp sebagai
BUMN China dengan Husky Energy Inc asal Kanada untuk mengeksplorasi gas
di bagian utara Laut China Selatan, yang merupakan perairan antara Vietnam
dengan kepulauan Spratly.
Jika mencermati penjelasan sebelumnya, yaitu bahwa China masih sangat
bergantung pada impor dari Timur Tengah dan Afrika untuk memenuhi
defisit supply energinya. Kemudian, China tidak terlalu mengandalkan sumber
energi alternatif seperti LNG dan nuklir dan hanya berkisar 7% dari total
kebutuhan energinya. Selain itu, China juga melihat Asia Tenggara lebih sebagai
wilayah strategis untuk rute pengiriman minyak impor dari Timur Tengah dan
Afrika ke China. Maka dapat disimpulkan bahwa masalah perebutan sumber
energi ini tidak terlalu matter. Kepentingan yang lebih utama bagi China adalah
bagaimana caranya agar pengiriman minyak impornya bisa efisien dan aman.
Dengan kata lain, China cenderung akan memilih berdamai dengan negara-negara
Asia Tenggara yang wilayahnya menjadi rute perjalanan pengiriman minyak dari
Timur Tengah ke China tersebut. Dalam kasus sengketa Laut China Selatan,
walaupun ada aktivitas-aktivitas provokatif yang dilakukan, tetapi tetapi perlu
digarisbawahi bahwa China tetap mengandalkan jalur diplomasi, baik secara
bilateral maupun melalui fasilitasi ASEAN. 

Anda mungkin juga menyukai