Kelas : HI 2B
1. Konsep adalah abstraksi yang mewakili suatu objek sifat suatu objek atau suatu
fenomena tertentu , ia adalah sebuah kata / frasa yang melambangkan suatu
gagasan. Contohnya : demokrasi, kekuasaan , revolusi, perimbangan
kekuatan,status sosial dan kepentingan nasional. Contoh konsep yang membentuk
teori realisme :
Statisme: Realis percaya bahwa negara-bangsa adalah aktor utama dalam politik
internasional. Karena itu, realisme merupakan teori negara-sentris dalam
hubungan internasional. Realisme berbeda dengan teori hubungan internasional
liberal yang melibatkan peran aktor non-negara dan lembaga internasional. Bila
dibuat analoginya, kaum realis melihat negara-bangsa layaknya bola biliar,
sedangkan kaum liberal melihat hubungan antarnegara layaknya jaring laba-laba.
Urus sendiri: Realis percaya bahwa kelangsungan hidup suatu negara tidak dapat
digantungkan pada negara lain. Dalam kehidupan nyata, hal ini pun diaplikasikan
oleh orang-orang yang berprinsip realis. Mereka meyakini bahwa dalam
kehidupan, ketika situasi mereka sedang dalam situasi terbawah, hanya ada sedikit
orang atau tidak ada orang sama sekali yang akan membantu kita, sehingga
penting bagi mereka untuk dapat bergantung hanya pada diri sendiri. Contoh
konsep yang membentuk teori liberalisme : Ada tiga hal yang mendasar dari
Ideologi Liberalisme yakni Kehidupan, Kebebasan dan Hak Milik (Life, Liberty
dan Property).
2. - Asumsi dasar mazham inggris: kajian hubungan internasional hendaknya
dilandasi oleh kaidah berfikir ilmu sosial ala max weber tentang pemahaman
(vestehen) yakni mengutamakan pemahaman terhadap berbagai fenomena sosial
bukannya untuk memenuhi kebutuhan praktis umat manusia(praxis) seperti yang
diyakini kaum marxis
- Kajian hubungan internasional harus sennantiasa memperhitungkan almum
sejarah dan filsafat untuk membuat manuasia mau belajar dari pengalaman
historis dan senantiasa mengedepankan moralitas yang baik demi pembentukan
ko eksistensi untuk pemeliharaan perdamian dunia
- Kajian hubungan internasional hendaknya mengacu pada suatu system yang
beranggotakan negara negara merdeka dan berdaulat, system ini layak dipelihara
kelangsungannya karena bersifat abash (legitimate) dan di perlukan (desirable)
bagi kelangsungan peradaban dunia, Ketika actor seni negara atau sub-negara
cenderung menjadi kekuatan penentang yang berpotensi mengancam ketertiban
dunia sehingga tidak di perlukan (undesirable)
- Kajian hubungan internasionalmemiliki karakter yang DINAMIS, antara
pesimisme dan optimisme, sekalipun hubungan internasional sekalipun secara
esensial diwarnai oleh hubungan kekuasaan penuh dengan intrik yang
mengindikasikan pesimisme tentang perdamian dunia sebagai sebagaimana
diyakini kaum realis tetapi hubungan internasional juga membuka peluang bagi
adanya ketertiban dunia manakala anggota masyarakat internasional
melembagakan kepentingan Bersama, mematuhi aturan dan moralitas
internasional dan bersikap menhan disi yang menjadikan optimisme perdamaian
dunia
kedua, kesetaraan gender merupakan bagian dari gerakan social kaum perempuan
yang berusaha untuk memperjuang haknya agar mendapatkan pengakuan yang
sama dalam kehidupan social, individu, dan pemerintahan. Kesetaraan gender atau
yang lebih dikenal feminism adalah isu temporer dalam dunia islam. Hal seperti
itu muncul pada zaman modern akibat dari pengarusutamaan dan penindasan
terhadap hak-hak wanita yang telah terjadi
Masalah energi di Asia Timur menjadi penting karena pasca Perang Dunia II; dan
terutama pasca Perang Dingin; karena negara-negara di wilayah ini menunjukkan
performa ekonomi yang bagus. Jepang, Korea, China, Singapura, Malaysia,
Thailand, dan Indonesia mempunyai reputasi yang bagus dalam memajukan
ekonomi mereka. Jepang, Korea, dan Indonesia bahkan pernah mendapat julukan
sebagai macan Asia. China dan Jepang juga masing-masing menduduki peringkat
kedua dan ketiga sebagai negara dengan kapasitas ekonomi terbesar di dunia
Performa ekonomi yang bagus ini umumnya dimotori oleh sektor industri.
Sebagai konsekuensinya, kebutuhan energi juga menjadi besar. Peningkatan
kebutuhan energi yang drastis ini terutama terlihat dari China. Menurut
statistik International Energy Agency, permintaan minyak oleh China tumbuh dari
2,3 juta barel perhari pada tahun 1989 menjadi 5,5 juta barel perhari pada tahun
2003. permintaan minyak ini meningkat menjadi 7,15 juta barel perhari pada 2006
dan diperkirakan akan mencapai 13,5 juta barel perhari pada 2030Padahal, pada
1989 China masih bisa mengimpor minyak ke Jepang. Namun mulai 1993, China
menjadi negara pengimpor minyak. Bahkan, sejak tahun 2005, China menjadi
pengimpor minyak terbesar kedua setelah Amerika Serikat, yaitu sebesar 31% dari
total permintaan minyak dunia. Pada 2005, total konsumsi energi China mencapai
2,225 miliar ton, sedangkan produksi domestik hanya bisa memenuhi 2,060 miliar
ton, sehingga terjadi kekurangan minyak sebesar 165 juta ton. Kekurangan energi
sebesar itu tidak bisa dipenuhi dari sumber energi alternatif seperti nuklir dan gas
alam, karena China hanya bisa memproduksi 7% dari total energinya. Oleh
karena itu, jalan yang bisa ditempuh untuk memenuhi defisit energi adalah dengan
mengimpor dari negara lain atau mencari dan membuka tambang minyak baru.
Sementara itu, negara-negara Asia Tenggara juga memerlukan energi dalam
jumlah besar. Minyak dan sumber energi lainnya adalah komoditas yang sangat
vital bagi pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan memiliki nilai komersial yang
tinggi untuk diekspor ke negara lain.
Walaupun sumber energi sangat penting, tetapi tidak semua negara dianugerahi
dengan cadangan minyak yang melimpah di dalam teritorialnya. Cadangan
minyak yang ada pun semakin lama akan semakin berkurang dan pada akhirnya
akan habis sama sekali. Di sisi lain, kebutuhan akan energi justru semakin
meningkat. Akibatnya, negara-negara yang dulu mengekspor minyak, kini
menjadi negara pengimpor seperti yang terjadi pada Indonesia dan China. Sebagai
konsekuensinya, negara-negara tersebut bergantung pada impor dari negara lain
yang cadangan minyaknya masih banyak. Dalam kasus ini, China dan beberapa
negara di Asia Tenggara bergantung pada minyak negara-negara Timur Tengah
sebagai sumber energi utama. Akan tetapi, kondisi politik Timur Tengah yang
tidak stabil sering melambungkan harga minyak secara mendadak dan drastis.
Perang di Timur Tengah pada 1974 mennaikkan harga minyak dari US$1,8/ barel
menjadi US$10/barel. Ketika terjadi Revolusi Islam Iran 1979, harga minyak naik
menjadi US$20/barel. Perang Teluk II juga menaikkan harga minyak menjadi
US$40/barel, dan mencapai US$60/barel saat perang saudara di Irak berlangsung
pada 2005. Perang dan kegiatan teroris biasanya menyebabkan kenaikan harga
minyak karena supplay menjadi berkurang sementara permintaan cenderung
meningkat, sehingga perhitungan ekonomis dalam mencapai economy of
scale susah didapat karena ketidakstabilan dan ketidakpastian supplay dan harga.