Anda di halaman 1dari 15

Nama : Pegi Yuliawati

Kelas : Biologi-C/7

MK : Keterpaduan Islam dan IPTEK (UTS)

RESENSI BUKU KETERPADUAN ISLAM DAN IPTEK

“SAINS, TEKNOLOGI DAN PEMBANGUNAN DI DUNIA ISLAM”

Identitas Buku

Judul Buku : “Sains, Teknologi Dan Pembangunan di Dunia Islam”

Penulis : Ziauddin Sardar

Penyunting : A. Farobi

Penerbit : Pustaka

Cetakan : Pertama, 1989

Tebal Buku : 282 halaman

ISBN :

Rangkuman Sinopsis Buku

BAB I
IDE – IDE POKOK PENTING BUKU
Pembenturan antara sains dan agama yang bermula dari abad pertengahan masehi
kini kian using, kecendrungan sekarang ini adalah menuju sintesa bukan menujukonflik,
buku ini berusaha memperlihatkan bagaimana kaum muslimin dapat membantu
mempercepat kelahiran sintesa itu sebagai sumbangannya terhadap perkembangan sains
dan teknologi setra masyarakat muslim itu sendiri.
Menurut islam kedudukan manusia adalah secara de jure sebgai khalifah dan
secara de facto sebagai penguasa . dengan perkataan lain manusia harus melakukan
tugasnya sebagai khalifah Allah tapi ia sebenarnya mempunyai kemerdekaan untuk
bersikap sebagai penguasa, walupun kekuasaanya itu tanpa otoritas yang sah.
Akibat utama dari otoritas barat itu adalah bahwa perkembangan sains dan
teknologi dinegara islam hanyalah demi kepentingan barat. Kesempatan ini
dimanfaaatkan terutama sekali oleh pengusaha barat dalam beberapa komoditi seperti
minyak di Iran dan Arab, Karet, Timah dabn berbagai sumber penting lainnya di
Malaysia dan Indonesia. Dalam konteks eksploitasi ini mungkin sekali keuntungan dan
sekaligus malapetaka yang paling besar adalah akibat dari penyerangan militer yang
besar-besaran terhadap Negara Muslim merdeka di Asia Tengah dalam tahun 1920 an.
Didalam perkembangan ini kebanyakan kaum muslimin hanya diberi peranan –
peranan kecil dan dipersiapkan untuk posisi- posisi rendahan, kepentingan pokok
kalangan elite baru yang menerima warisan kekuasaan dari tuan mereka yang
mengangkatnya. Sudah wajaranya dalam perkembangan awal mereka, Negara islam
yang baru merdeka iatu memakai prinsip pembangunan ekonomi, kemajuan
perkembangan industrialisasi, demokrasi pendeknya meniru model Negara modern yang
sesuai menurut pandangan barat.
Sesungguhnya perkembangan ilmu dan teknologi dibeberapa Negara islam
sekarang ini dipandang sebagai hal yang harus seiring dengan kemerdekaan politik.
Perkembangan sains dan teknologi itu telah menjadi sebuah aspirasi nasional, sebuah
syarat yang tak dapat dikesampingkan untuk kedaulatan dan kemuliaan bangsa. Kaum
muslim mulai menyadari bahwa merdeka yang masih bergantung kepada bantuan asing,
merdeka yang seperti itu bukan merdeka yang sesungguhnya, kaum muslimin tak lagi
suka menerima transformasi ide yang searah dari barat kenegara – Negara Islam begitu
pula mereka tak mau tolerir hubungan cultural modern lama.
Interaksi antara Negara Islam dengan Negara Barat sekarang ini harus
berdasarkan saling pengehargaan dan dialog antara dua pihak yang berkedudukan sama.
Sesuatu yang tak pernah terjadi dimasa lampau, maka sekarang ini mau tak mau kedua
belah pihak harus saling memanfaat kesempatan utnuk saling memahami, kami
berharap bahwa melalui buku inimemberi sekedar sumbangan demi terjalinnya saling
memahami.
Apa yang membentuk Dunia Islam..bagi kebanyakan orang, dunia tearbagi
menjadi dua kelompok yang memiliki “ terlamapu banyak” dan kelomok yang memiliki
“terlamapu sedikit”. Kelompok kaya dan kelompok miskin kelompok terlampau banyak
makan serta terlampau gemuk . kelompok pertama dibagi lagi menjadi dua blok yang
saling bertentanagan blok pertama, yang dikatakan sebagai dunia merdeka ( Amerika
Utara, Eropa Barat, Jepang dan Australia). Yang karena merdeka harus mewujudkan
segala hal yang adil, demokratis dan tak dikekang. Blok kedua yang disebut sebagai
blok komunitas yang terdiri dari Uni Soviet dan Negara Eropa Timur yang merupakan
anitesa daripada blok pertama.
Frantz Fanon yang mencetuskan istilah diatas melihat bahwa Negara yang
mempunyai terlampau sedikit itu sebenarnya Negara blok kekuatan ketiga, walupun
kedua blok industry diatas bisa saling bertentangan, Negara dari blok ketiga terpisah
jauh dari mereka secara ekonomis sehingga benar merupakan dunia ketiga yang
dipandang dari sudut materialistis yang murni.
Negara duniaketiga harus pula menimabng masalah “finlandisasi” dalam
finlandisasi ini sebuah Negara memelihara otominya yang sempurna dan kemerdekaan
teritorialnya dari sebuag Negara tetangga yang sangat kuat, tapi agar takmau terjadi
konflik maka harus adanya perundingan antar kedua Negara tersebut, bahaya dari
Finlandisasi adalah bahwa sebuah Negara bisa tergelincir menjadi Negara perwalian
atau Negara satelit dan akhirnya akan bernasib lebih jelek dari pada sebuah Negara
jajahan sekalipun
Dari sudut pandangan Muslim, duia hanya dibagi menjadi dua kategori yakni
Dunia Islam dan Dunia Bukan Islam, kita akan menanamkan dunia yang bukan islam
sebagai barat, dan dunia islam secara keseluruhannya sebagai Ummah. Rasanya perlu
menerangkan terminology kita secara terperinci.

BAB II
KONSEP MENGENAI BARAT
Dunia merdeka atau blok kapitalis biasa disebut sebagai “ Barat” sebuah makna
ganda yang berkonotasi jelek tersirat kedalam sebuatan lawannya yaitu Timur, mungkin
saja para pemakai ini sebenarnya tidak perlu dan harus dihilangkan, pemakaian istilah
barat untuk menunjukan kepada Negara sekutu disebelah barat garis pemisah antara
Jerman Barat Dan Jerman Tengah pada akhir perang dunia kedua dengan sendirinya
menyebabkan pemakai istilah timur untuk menunjukan Negara yang berada dii sebelah
timur garis itua yaitu pada umumnya adalah Negara komuns. Alternatifnya istilah barat
adalah untukmenunjukan kultur dan tempat asal kekuatan penjajahan dalam tahun –
tahun terakhir ini.
Tapi bagi kaum muslimin sebenarnya tidak ada perbedaan dalam asal usul
cultural dan territorial dari barat kapitalis dan timur komunitas, Marx, yang
meanggunakan epistemology golongan yahudi eropa dalam linhkungan cultural dan
filsafat jerman abad ke 19 mengajukan pemecahan terhadap masalah kontemporer
Eropa pada zaman itu.

BAB III
UMMAH MUSLIM
Di dunia Islam sangat banyak Negara misalnya Pakistan, Iran, Tunisia dan Mesir
diperintah oleh golongan elite yang berfaham barat sehingga merupakan warisan yang
kurang menguntungkan walaupun begitu secara keseluruhan dunia Islam adalah sebuah
masyarakat ideologis, dunia Islam yang saya maksud bukanlah sebuah kawasan
geografis tertentu agak mirip dengan konsep dunia ketiga Fanon, tetapi adalah
persaudaraan international Islam. Ummah Muslim adalah sebuah masyarakat
supranasional, yang mempunyai satu kultur, satu yuriprudensi dan satu kesadaran dari
tertentu yaitu kesadaran akan kebersamaan.
Walaupun adanya perbedaan yang menyolok di dalam pembangunan mereka,
namun Negara islam mempunyaimasalah yang serupa dan seringkali mengajukan
pemecahan masalah yang serupa pula. Dalam hal ini lima sasaran pemecahan masalah
umumnya cirri utama yaitu.
1. Meningkatkan laju pertumbuhan
2. Industrilisasi
3. Pengerahan tenaga kerja yang sempurna
4. Pemerataan pendapatan yang lebih adil dan
5. Neraca pembayaran yang lebih mantap
Keemapat sasaran tersebut di satu pihak berhubungan dengan sains, teknologi dan
perkembangan sedangakan dipihak lain berhubungan dengan nilai cultural dan
peradaban.

BAB IV
PANDANGAN MUSLIM TENTANG SAINS
Selama beberapa dasawarsa ini para ilmuan telah menikmati kedudukan
istimewa ditengah masyarakat. Salah satu dampak dari kedudukan istimewa ini adalah
makin tajamnya dikotomi antara sains dengan persoalan yang tidak ilmiah. Snow dan
Bronowski telah mencoba dengan yang cukup berani untuk mengatasi dikotomi ini dan
untuk menutup jurang pemisah antara sains dan kemanusiaan dengan memusatkan
perhatian kita kepada kesamaan estetik antara karya ilmiah dan kreativitas artistic,
namun jurang pemisah itu malah semakin melebar, bagi beberapa ilmuwan,keuntungan
yang mereka peroleh dari kedudukan mereka yang istimewa itu sudah jelas.
Tapi dewasa ini sains telah menjadi sedemikian pentingnya, sedemikian kuatnya
dan sedemikian mahalnya sehingga masyarakat tak mungkin lagi menyokong secara
abstrak. Keberhasilan sains telah mempengaruhi politik, keputuan politik yang penting
semakin disoroti oleh kritikan public dan garis kebijakan dibidang sains harus
didiskusikan secara terbuka.
Sebenarnya sains dapat dipandang sebagai serangkaian aktivitas manusia
walaupun banyak yang akan menolak definisi seperti ini bagi sementara orang sains
adalah semata – mata sebuah metode sebuah metodologi objektif untuk mengukuhkan
fakta yang dibuktaikan, sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa sains adalah
pengetahuan public yang semakin besar dan koheren akibat dari penerapan metodologi
itu secara kumulatif. Kita sendiri memandang sains sebagaikombinasi yang kompleks
dari ketiga buah pandangan sepihak diatas. Namun yang lebih penting adalah bahwa
kita menganggap setiap aspek sains harus berorientasi kepada nilai dan seluruh sains
harus merupakn sebuah aktivitas cultural, sebuah aktivitas yang dibentuk oleh
pandangan duniawi sang pelaku.
Sains modern adalah wujud dari aksi – aksi dan cultural Barat, sebagaimana terbukti
dari asumsi – asumsinya yang mengenai hubungan manusia dengan alam, jagat raya ,
waktu dan ruang. Mengenai hal diatas Islam mempunyai asumsi yang sangat berbeda,
jadi metoda pengetahuan Islam atau sebuah sains yang berdasarkan asumsi – asumsi
yang sesuai dengan ajaran islam akan merpakan ihwal yang sama sekali berbeda.

BAB V
ISLAM DAN PENGETAHUAN ILMIAH
Dibawah pengaruh islam sains tumbuh subur dan mempunyai sebuah bentuk
yang unik, sarjana Eropa Utara yang berkultur Latin benar bersimpun didepan ilmuwan
muslim spanyol dan dipusat peradaban islam disepanjang pantai Laut Tengah, untuk
mempelajari dasar sains dan aspek lain dari prestasi Islam.barulah pada abad keenam
belas sains dan teknologi Eropa bisa menyamai keunggulan Islam itu.
Tradisi sains dan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh kaum muslimin
betul unik namun keunikan itu hanya terletak didalam metodologinya tetapi juga dalam
epistemologinya. Menurut epistemology Islam pengetahuan adalah sebagai sebuah
tumbuh dan mengeluarkan dedauanan beserta buah – buahan sesuai dengan sifat pohon
tiu sendiri, tapi karena cabang – cabng sebuah pohon tidak tumbuh terus menerus maka
disiplin tak perlu dituntut melampaui batasnya.
Tujuan mempelajari sesuatu masalah didalam Islam adalah karea pentingnya
bagi masyarakat atau relevansi sosialnya. Didalam islam tidak terdapat ide sains untuk
sains. islam juga menolak pengertian tentang sains yang utilitarian murni. Legitimasi
untuk mmpelajari sains kita jumpai didalam Al-Quran dimana manusia diperintahkan
untukmerenungkan kejadian langit , bumi dan segala sesuatu yang dikandungnya.

BAB VI
TANGGUNG JAWAB SOSIAL PARA ILMUAN
Seorang ilmuwan setidaknya mempunyai tiga buah tanggung jawab yakni 1).
Terhadap diri sendirinya, 2). Terhadap masyarakat dan lingkungannya dan 3). Terhadap
perasaan batinnya yaitu perasaan yang menentukan hal manakah secara hakiki penting
dan bermanfaat.
Menurut pandangan neo-Apollonian yang rasionalis tanggung jawab terhadap
diri sendiri berarti memperjuangkan karir pribadi. Pada tanggung jawab yang kedua
sang rasionali mendesak agar masyarakat lingkungan harus sesuai dengan sains
sehingga objek aktivitas dan kemajuan dapat tercapai.
Tanggung jawab para ilmuwan itu jika dilihat dari sudut pandang rasionalis
biasanya berbentuk utilitarianisme kesejahteraan terbesar untuk kalangan terbesar
pandangan seperti ini tentu meminta pengorbanan kesejahteraan dari kalangan tertentu.

BAB VII
KEBIJAKSANAAN SAINS DAN PEMBANGUNAN
Didalam dasawarsa 1960 an sewaktu istilah pembangunan mulai menjadi
semboyan didunia politik international, istilah ini adalah sinonim dengan kemajuan,
Negara Barat dianggap telah maju secara industry, ekonomi dan teknologi. Negara lain
dianggap sedang bergerak menuju tujuan pembangunan menurut model Barat.
Anggapan ini merupakan anggapan yang sangat etho-sentris sebuah manifestasi yang
terlambat dari ide sosial darwinismw di zaman Victoria.
Titik kritis didalam rangkaian pembangunan itu pada ujung yang satu adalah
Negara – Negara yang sudah berkembang dan pada ujung yang lain adalah Negara yang
terbelakang. Didunia Islam terdapat banyak perbedaan dalam keadaan ekonomi, sains
dan teknologi, tetapi kita dengan mudah dapat menempatkan Negara islam itu kedalam
kategori Negara – Negara yang sedang berkembang. Perbuatan diatas akan
mengaburkan keadaan hampir sudah berkembang dari Negara yang kurang
berkembang.

BAB VIII
STRUKTUR KEMASYARAKATAN
Salah satu aspek dari kerusakan ini jelas terlihat dalam struktur
kemasyarakatanyang kita temukan dibanyak Negara Islam. Strkutr kemasyarakatan
seperti ini disebabkan karena adanya jurang pemisah antara kultur tradisional dan kultur
barat yang diimpor maupun karena pengaruh pola pembangunan alla barat. jika kita
mengikuti pendapat Kalim Siddiqui maka kita menemui empat kategori dari kelas
sosial, dikalangan kaumuslimin yaitu kelas kapitalis, kelas tuan tanah, kelas birokrat dan
kelas ulama tradisional yang mempunyai berbagai julukan seperti ‘Mullah” dan Syeikh.

BAB IX
SKETSA ISLAM UNTUK PEMBAHURUAN EKONOMI
Tindakan menaikan harga minyak oleh Negara anggota OPEC merupakan
langkah penting yang pertama baginegara yang sedang berkembang dalam menentang
ekonomi internasional yang sekarang ini.OPEC juga merupakan kekuatan pendorongan
bagi siding khusus dalam majelis Umum PBB. Untuk lebih menguntungkan Negara
yang sedang berkembang itu, tata perekonomian bari ini menyerukan pengakuan
internasional atas hubungan antara harga yang diterima oleh Negara miskin bagi bahan
baku mereka dan harga yang harus dibayar. Bagi dunia Islam, tata ekonomi
internasional baru itu semata bararti meninggalkan kebangkrutan sistem barat dan
menuju kepada sistem Islam. Maka ada baikna kalau kita menyoroti, walaupun secara
sekilas prinsip ekonomi yang dijadikan dasar bagi Tata Perekonomian Baru Kaum
Muslimin.
Tujuan – tujuan ekonomi menurut pengertian Islam sangat berbeda dengan
taujuan dari berbagai sistem ekonomi Barat. Islam berusaha memecahkan persoalan
ekonomi dengan mengendalikan kebutuhan di satu pihak dan dengan mendistribusikan
kekayaaan dipihak lain sehingga tak terkonsentrasi kekayaan dan kekuasaan. Jika sistem
ekonomi Islam memusatkan perhatian kepada suatu hal, maka hal itu adalah distribusi
kekayaan dan reduksi konsumsi. Prinsip ekonomi Islam menekankan pentingnya
mengurangi konsumsi pribadi, tabungan dan investasi serta memperbesr pengeluaran
dijalan Allah. Didalam Al –Quran dinyatakan :
“ Hai orang – orang yang beriman, keluarkan hal yang baik dari nafkahmu dan
dari yang telah kami keluarkan dari dalam bumi, janganlah mengeluarkan hal – hal yang
kurang baik dan kekayaanmu pada jalan Allah, sedang kamu sendiri tak mengehendaki
kecuali dengan enggan. Ketahuilah bahwa Allah Maha Cukup dan Maha terpuji.” (
QS.Al-Baqarah,2:267 ).
Menurut ajaran diatas jelaslah bahwa kebijaksanaan pembangunan konvensional
mengenai pertumbuhan ekonomi dan pembentukan modal tidak disukai oleh Islam.
Islam ingin menghambat pertmabhan konsumsi, kelebihan produksi dengan maksu
hanya mencari keuntungan semata, dengan kata lain islam memecahkan persoalan
ekonomi manusia bukan dengan menghantarkan kepada materialism tetapi dengan
menghancurkan materialism itu sendiri. Kebutuhan pokok kaum muslimin ini dipenuhi
berdasarkan dua unsure dalam filsafat Islam yaitu tauhid dan persaudaraan (ukhuwah).
Tauhid adalah kesaksian akan keesaan Allah. Tidak ada tuhan selain Allah, tapi
pengertiannya adalah jauh lebih luas dan dalam daripada sekedar kesaksian itu saja.
Begitu engkau mengakui bahwa Allah adalah satu –satunya paencipta alam semesta dan
bahwa engkau tak boleh patuh kepada siapapun selain ia.
Prinsip saudara dalam Islam itu sebenarnya adalah sebagian dari konsep tauhid,
persaudaraan adalah tauhid dalam perbuatan, persamaan dan kerja sama dalam sbuah
bentuk yang operasiona. Islam melarang setiap usaha yang merusak prinsip
persaudaraan ini, terutama membungakan uang, berjudi, menimbun kekayaan dan
spekulasi.

BAB X
MANA YANG MESTI DIPRIORITASKAN : PERTANIAN ATAU INDUSTRI
Dalam setiap strategi pembangunan kita dihadapkan kepada sebuah persoalan
fundamental yang menjadi tumpuan dari usaha menuju kemandirian dan
keswasembadaan, ini adalah yang dipriritaskan yakni pertanian atau perindustrian.
Negara – Negara barat yang telah maju terkenal karena proporsi tenaga kerja
mereka yang relative rendah dibidang pertanian. Memang demikianlah adanya. Hanya
setelah kita bebas dari keharusan memproduksi kebutuhan hidup pokok barulah kita
dapat memproduksi barang dan jasa lain.
Pengamatan ini dijadikan dasar alasan kalau pertumbuhan ekonomi sebaik-
baiknya dengan memusatkan perhatian kepada pembangunan industry dikawaan
perkotan. Sebenarnya hal ini telah dilakukan oleh banyak Negara Islam dalam dua
dasawarsa yang lalu. Negara Islam seperti di Pakistan, turki dan Indonesia yang ingin
mendapatkan kemerdekaan ekonomi dan kecukupan diri sendiri.
Beberapa argumentasi yang memihak industrilisasi telah diajukan,argumentasi
yang pertama mengatakan bahwa produk industry tak tergantung kepada factor yang tak
dapat diramalkan dan dirubah seperti cuaca. Argument kedua mngatakan bahwa
industrilisasi menimbulkan efek yang menguntungkan dalam neraca pembayaran dan
dalam jangka panjang industrilisasi ini akan terbukti sebagai suatu usahah yang sangt
menguntungkan.’
Menurut islam pada umumnya adalah Negara pertanian /agrarian, maka
pertambahan kemakmuran penduduk pedesaan akan memperbesar tabungan dan
kebutuhannya. Dengan demikian akan meangsang pertumbuhan perekonomian. Kita
bisa menutup kekeliruan karena mengabaikan pentingnya pertanian dalam usaha
pembangunan dan menyatakan bahwa hasil pertaniaan yang mengcewakan disebabkan
oleh keganasan alam, kebodohan para petani dan kesuburan manusia dalam berkebang
biak.
Menurut pendapat para tokoh yang menentukan politik perekonomian, para
petani senantiasa bandel. Bila rencana perekonomian Negara menyerukan lebih banyak
produksi pertanian mereka tidak memberikan respon.seperti yang sering dikatakan
bertani di Negara Islam bukan merupakan kegiatan ekonomi semata, tetapi merupakan
sebuah pandangan hidup yang aktif. Dalam gaya hidup yang seperti ini semuanya serasi,
sesuai pada tempatnya dan berjalan dengan lancar. Jika mekanisme diteruskan disektor
pertanian dalam Negara Islam kita yakin bahwa pengangguran akan terus meningkat,
situasi pengangguran ini akan diperdebatkan oleh keterlibatan Negara Islam dalam
industry berat. Di Aljazair di mana politik “berdikari” dijalankan pertanianArab yang
tradisional meliputi kira – kira 75 % dari tanah yang dapat ditanami. Mempekerjakan
hampir 80% dari tenaga kerja diperdesaan.
Menurut pendapat kami Negara – Negara Islam perlu melaksnakan kebijakan
yang mengurangi import dan menggalakan pembangunan industry ringan, dengan
denikian perkatanb lain penekanan harus ditujukan kepada pengurangan import, tetapi
pada saat yang bersamaan kebijaksanaan yang berorientasi kepada ekspor dan dapat
pula dijalankan.terutama ekspor ke Negara – Negara Islam lain harus digalakan.
BAB XI
TEKNOLOGI IMPORT ATAU SWADAYATEKNOLOGI
Tampaknya terdapat banyak sekali definisi teknologi, sebanyak jumlah teknologi
itu sendiri, definisi teknologi berkisar dari penggunaan ilmu pengetahuan secara umun
hingga ilmu perindustrian peralatan termasuk mesin,tapi juga meliputi peralatan
intelektual seperti bahasa computer dan teknik matematikadan analisis kontemporer.
Pada umumnya teknologi barat konvensional telah berkembang sejalan dengan
kondisi dan lingkungan barat. ia mewarisi nilai – nilai dan norma barat. ia mengungkap
kebudayaan kebudayaan barat ia berciri padat modal, hemat tenaga kerja, dan
berorientasi pada produksi.
Teknologi seperti itu sangat tidak cocok untuk negeri Muslim dimana tenaga kerja
melimpah, modal langka dan seringkali terdapat kekurangan tenaga kerja dan
menejemen trampil. Di masyarakat muslim, teknologi maju dengan cara mengahasilkan
barang secara tepat dan murah telah meningkaatkan penggangguran dengan mengganti
tenaga kerja manusia dengan mesin dan membuat tidak berhargaanya tukang yang
menghasilkan barang yang sama dengan cara tradisional.
Kenyataan adalah bahwa teknologi barat konvensional tidak dirancang bagi
kebutuhan atau kemampuan negeri muslim, mereka tidak memperhitungkan situasi
khusus negeri muslim, cara – cara yang paling cocok untuk memanfaatkan bahan
mentah tertentu yang ada dinegeri muslim, atau untukmemikirkan metoda prosesing
yang cocok untuk bahan mentah tertentu tersebut, jadi bagaimana kita bisa
mengharapkan teknologi tersebut bekerja untuk kita dan mengangkat kita dari lembah
kemiskinan.

BAB XII
TEKNOLOGI DAN SUBVERSI BUDAYA
Umumnya diyakini bahwa teknologi merupakan kebutuhan pokok untuk “Maju”
dan membebaskan diri dari bencana alam. Akan tetapi, teknologi tiak hanya
membebaskan , ia memperbudak, dan kebebasan yang diberikan bukanlah kebebasan
dari kebuasan alam. Tapi kebebasan dari semua nilai – nilai transcendental. Pada saat
yang sama ia mengukungkan pikiran manusia pada semua yang bersifat teknis dan
mekanis.
Teknologi bagaikan api. Selama anda bias menguasainya, anda bias mengambil
manfaat darinya, tapi jika anda biarkan ia lepas dari kendali maka anda adalah orang
pertama yang akan dimangsanya setelah itu pohon – pohon dan hutan, dan akhirnya
bumi ini sendiri.
Teknologi menciptakan nafsu untuk produk yang lebih banyak dan lebih baik.
Orientasi produksi dan teknologi konvensional berarti dalam ekonomi bahwa anda tak
bias menjual barang konsumsi yang membanjiri ke luar dari pabrik kecuali jika terdapat
nafsu yang simultan untuk mengiventasikan lebih banyak modal dan sumber daya di
pabrik baru untuk menghasilkan lebih banyak barang.

BAB XIII
PENIMBANGAN TEKNOLOGI
Kita percaya bahwa prinsip ekonomi Islam merupakan kasus bagi suatu pola
kegiatan teknologi yang sama sekali berbeda kita tidak menolak teknologi itu sendiri,
sebab teknologi diperlukan bahkan untuk membuat peneliti sekalipun. Tetapi kita
menolak teknologi barat, dan kita memang pasti menolaknya. Kita akan membahas cirri
teknologi baru ini nanti.
Berbicara secara realitas, ketergantungan dunia muslim pada teknologi
konvensional tidak mungkin dikurangi dalam waktu singkat. Ia hanya bias dikurangi
dan akhirnya dihilangkan sedikit demi sedikit dan perlahan sementara kemampuan
teknologi pribumi dikembangkan.
Tentu saja cirri teknologi baru yang menggantikan teknologi barat konvensional
di dunia muslim, hanya bisa diturunkan dari strategi keturunan yang dikemukakan garis
besarnya dalam bab 3. Disitu kita nyatakan bahwa semua kegiatan pembangunan mesti
tunduk kepada prinsip demostisitas pada dasarnya timbangan teknologi adalah alat
kebijakan dan seperti halnya semua alat kebijaksanaan, ada beberapa asumsi pada
fondasi konseptual penimbangan teknologi.

BAB XIV
MENGEMBANGKAN TEKNOLOGI PRIBUMI
Matilah kita kembali pada soal teknologi baru yang akan memenuhi tujuan prinsip
ekonomi Islam. Kita akan menyebut teknologi baru ini. Teknologi pribumi bisa “maju”
jika ia bisa direproduksi oleh industry local dalam waktu singkat dan jika ia
menggunakan bahan baku pribumi. Ia relative mudah jika kemampuan penelitian
pribumi dikembangkan sepenuhnya, ini merupakan argument untuk mengembangkan
kemampuan riset local dan mengurangi ketergantungan pada teknologi import.
Karena negeri – negeri muslim pada umumnya memiliki sejumlah bedar kaum
pengangguran atau setengah pengangguran dan kekurangan modal maka teknologi
pribumi harus memberikan tekanan pada maksimalisasi produktivitas modal, metode
yang dipakai untuk membuat suatu barang harus menghasilkan keuntungan yang
sebesar – besarnya dari biaya modal.
Penyebaran teknologi pribumi pribumi di negeri muslim terhalangoleh emapt
factor pertama, seperti telah kita tunjukan sikap terlalu tidak kritis dalam menerima
teknologi padat modal. Kemauan untuk secara sistematis menjelajahi kemungkinan
alternative nampaknya kurang sekali didunia muslim. Kedua , kebijakan perdagangan
barat mempunyai dampak buruk terhadap perkembangan dan penyebaran teknologi
pada buruh. Ketiga, kebijaksanaan umum Negara muslim mendorong pemakaian
teknologi padat modal. Keempat, dibanyak negeri kelompok paling kuat yang menjadi
sandar bagi teknologi padat buruh adalah eli penguasaan yang terbaratkan, jika
polarisasi antara elit penguasa dan kepentingan perdagangan luar negeri di satu pihak
dengan kelompok intelektual tradisional dilain pihak, maka tidak akan ada motivasi
untuk memperkenalkan teknologi yang telah ditingkatkan.
Kebanyakan usulan untuk mendidik masyarakat menganai sains dan teknologi
didasarkan pda satu asumsi, bahwa masyarakat muslim harus belajar bahasa inggris.
Akan tetapi, dalam beberapa hal tidaklah mungkin bagi orang – orang muslim untuk
belajar bahasa inggris. Karena bahasa Al-Quran adalah bahasa arab, maka kaum
muslimin memakai bahasa bukan arab memberikan prioritas pertama untuk bahasa arab
untuk mempelajari sebagai bahaa kedua. Akan tetapi, ulama – ulama tradisional ada
dalam posisi paling rapat dengan lapisan bawah lapisan muslim. Dengan demikian,
mereka punya posisi satu – satunya untuk mengajar sains dasar dalam bahasa setempat.
Tetapi lebih dari itu, sistem pendidikan tradisional bisa menghubungkan sains dengan
latar belakang masyarakat. Latar belakang tradisional masyarakat muslim sadar
sepenuhnya akan hukum alam.
Kepemimpinan intelektual di kawasan pedesaan di negeri muslim dipegang oleh
orang – orang muslim didikan tradisional. Menggunakan mereka untukmengajarkan
sains adalah jalan yang jelas untuk menjembatani kesenjangan sekolah dan masyarakat.

KELEBIHAN

Dalam buku ini untuk memperoleh sebuah pandangan umum mengenai sains,
teknologi dan pembangunan di dunia Islam serta mengenai konsep barat tentang
persepsi dan strategi dalam pembangunan teknologi baik didunia pendidikan /
intelektual maupun di bidang ekonomi barat. Dan untuk kaum muslim semoga buku
mengetahui bahwa dengan strategi pembangunan masa kini dan jika buku ini secara
umum bisa menunjukan alternatif yang dapat dilaksanakan kaum muslimin.

KELEMAHAN

Dalam buku ini tata bahasa yang digunakan belum begitu mudah untuk dipahami
karena menggunakan bahasa yang tidak baku sehingga sulit dimengerti, dan masih
banyak tokoh yang meragukan keabsahan buku ini, sebagian literatur pembangunan
pandangan ekonomis dan materialistik yang sempit sedangkan material dimensi kultur
dan etnis pembangunan justru diabaikan.

PENDAPAT PENULISAN

Tujuan penulis ( Ziauddin sardar, 1997 ) diterjemah dari Science, Technology


and Development in Muslim World, Penerjemah Rahmani Astuti dan Penyunting
A.Farobi. menulis buku ini adalah sangat sederhana saja untuk memperkenalkan sebuah
pandangan kaum muslimin mengenai “pembangunan” sebuah jargon baru yang kian
popular, serta menyoroti masalah yang berhubungan dengan isutersebut yaitu masalah
yang dewasa ini ramai diperdebatkan dinegara islam dan internasional. Buku ini adalah
yang pertama kali secara khusus berusaha memperkenalkan sebuah sudut pandang kaum
muslimin.
Isi buku ini menerangkan parameter- parameter dunia islam maupum filsafat
islam, isi buku ini meminta kita untuk meninjau sains, garis – garis kebijaksanaan
dibidang sains dan kultur islam agak teoritis, sebagian besar buku ini merupakan
pembangunan yang dipandang ekonomisdan materialistis yang sempit, sedangkan
pandangan dimensi cultural dan etnis pembangunan itu sendiri justru diabaikan.
Buku ini bersifat umum dan tak terfokus kepada sebuah Negara islam tertentu.
Dengan demikian saya harus ambil contoh dari berbagai Negara islam yang tepat. Dan
mengambil contoh Negara non Islam karena pengalaman dan kondisi mereka,yang lebih
penting dari buku ini adalah untuk memperoleh sebuah pandangan umum mengenai
sains dan teknologi dan pembangunan didunia islam tinimbang mengkhususkan diri
kepada persoalan tertentu dari Negara tertentu.

Anda mungkin juga menyukai