Anda di halaman 1dari 5

Nama : Mohammad Hanifah Syafii Mudhofir

NIM : 32501700014
Mata Kuliah : Orientalisme
Jenis Ujian : UAS

1. Agar umat islam tidak di cap  sebagai umat yang apatis terhadapat perluakuan
kaum orientalis, maka perlu diambil sikap dan tindakan untuk mempertahankan
ajaran agama islam yang benar. berikut adalah beberapa sikap yang perlu diambil
dalam menghadapai gerakan kaum orientalis.
a. Meningkatkan Keilmuan Umat Islam
Dalam menghadapi gerakan Orientalis, tentunya umat islam sendiri juga harus
siap menerima hujatan-hujtan yang belum tentu benar dari kaum orientalis. untuk
membendungnya umat islam juga harus mempelajari islam itu sendri secara
mendalam agar bisa menjawab apa-apa yang dilontarkan kaum orientalis yang
salah atau belum benar terhadapnya. Dengan meningkatkan Intelektual umat islam
sendiri, maka akan melahirkan pemikir-pemikir ilmiah yang tentunya tidak
bertentangan dengan ajaran agama islam.
b. Membuat Esiklopedi Islam
Menyuguhkan Topik-topik yang Objektif dan dilandasi dengan hakikat Ilmiah
serta fakta sejarah dan Logika yang benar serta dikuatkan dengan sandaran agama.
Perlu juga dimuat penengah perbedaan antara Pendapat Orientalis dan Umat Islam
khususnya yang berkaitan dengan Islam dan peradabannya.
c. Membentuk Lembaga Ilmiah Islam
Berguna untuk memberikan informasi untuk mengimbangi pemikiran orientalis.
Bertugas untuk menghimpun data-data ilmiah islamiah dari seluruh Dunia,
sehingga mampu mensejajarkan diri dengan kaum orientalis. Lembaga tersebut
diharapkan menjadi teropong bagi setiap arus yang datang menentang islam.
Organisasi-organisasi Islam juga diharapkan berperan aktif dalam menyikapi
beberapa pemikiran kaum orientalis yang tidak sesui dengan ajaran islam dengan
memberikan klirifikasi dengan Ilmiah dan fakta-fakta yang ada tanpa
meninggalkan Al-quran dan Hadis.
d. Membuat Sarana Dakwah
Sarana ini sangat penting dalam mengembangkan dan meningkatkat serta
menyebarluaskan Ilmu-ilmu Islam yang benar. Lewat media-media yang ada
seperti media Online maupun Cetak sangat membantu untuk membendung
gerakan Orientalis. Tentu saja informasi-informasi yang di publikasikan tidak
hanya sekedar informasi agama namun juga harus mengacu pada keilmiahan.
Tidak hanya mengembangan sarana lewat media namun diharapkan juga melalui
kegiatan-kegiatan yang islami.
e. Diolog dengan Kaum Orientalis.
Dengan berdialog maka Umat Islam dan Kaum Orientais nantinya di harapkan
akan menemukan titik temu yang baik dalam memecahkan suatu hal yang
dipermasalahkan. Jika ada kaum Orientalis yang mengkaji islam numun ada
beberapa hal yang tidak bisa di terima oleh umat islam maka perku untuk
diluruskan agar menjadi kebenaran yang umum sesui dengan fakta-fakta yang ada,
dan juga sebaliknya.
f. Mendirikan Badan Penerbit Buku-buku Ilmiah Islamiyah.
Dengan adanya badan ini diharapkan buku-buku ilmiah islamiyah
dapat laris dipasaran sebagai bahan acuan atau pembanding buku-buku orientalis
yang ada.

2. langkah untuk menanggulangi dampak penyebaran paham pluralisme agama


yang sudah menyebar di tubuh kalangan umat Islam  dalam menghadapi paham
pluralisme adalah:

 Mempelajari dan memahami sejarah pemikiran dan perkembangan paham


pluralisme dari barat dan proses masuk ke dalam pemikiran umat.
 Memberikan koreksi terhadap pemikiran dan paham pluralisme agama
tersebut dengan menerbitkan tulisan, risalah, dan buku atau kitab sebagai
jawaban terhadap paham pluralisme sebagaimana dilakukan oleh ulama
terdahulu dalam menjawab serangan pemikiran muktazilah, syiah,
khawarij, dan lain sebagainya.
 Menjelaskan kepada masyarakat tentang bahaya paham pluralisme
terhadap ajaran Islam.
 Menjelaskan kedudukan agama Islam di tengah keanekaragaman agama
dan budaya sehingga toleransi agama hanya berkisar kepada akhlak dan
muamalah, dan tidak masuk ke dalam ranah akidah dan syariat.
 Memahami strategi serangan pemikiran yang dilakukan oleh pendukung
paham pluralisme agama, dan memberikan jawaban dengan strategi yang
sama.
 Bersikap waspada dan selektif serta berhati-hati dengan bantuan,
sumbangan, dan kerjasama dari lembaga, institusi, yang mendukung
paham pluralisme agama sebab dikhawatirkan menjani langkah awal untuk
memasukkan jarum paham tersebut dalam kurikulum pesantren di masa
mendatang.
 Mendirikan pusat kajian dan pembahasan dan kelompok-kelompok diskusi
antar warga pesantren terhadap topik-topik pembahasan yang berkaitan
dengan paham liberalisme dan pluralisme agama, sehingga santri terbiasa
untuk menjawab persoalan tersebut dengan hujah yang kuat.

3. Adapun sekularisme yang dilahirkan oleh Orientalis, membawa pada


pemisahan ilmu dengan agama, hal ini tidak ada dalam Islam dan tidak pantas ada
dalam masyarakat Islam, karena Islam menghimpun ilmu dan pengetahuan. Siapa
yang menerima sekularisme berarti tidak akan tahu hakekat Islam dan tidaklah
sempurna Islam seseorang tanpa ilmu!. Kita harus membendung pemuda-pemuda
terpelajar dari taktik buta sekularisme yang menyesatkan, siapa yang tenggelam
dalam aliran pemikiran yang dibawa Orientalis, berarti akan mengkaramkan
ummat Islam sendiri, sebab hal demikian akan merusak aqidah dan menjauhkan
mereka dari agama yang membawa kesentausaan mereka (Islam). Allah-lah yang
punya kemuliaan, kekuasaan yang menentukan, begitu Rasul-Nya dan orang
beriman.
Maka bahaya sekularisme banyak, antara lain:
 Organisasi massa, partai politik dan negara tidak boleh berdasarkan agama
 Aspek kehidupan, politik, ekonomi, budaya, dll. Tidak harus didasarkan
pada agama
 Negara tidak perlu khawatir tentang agama karena agama adalah urusan
pribadi
 Blokir campur tangan Tuhan (agama) dalam urusan duniawi.

4. Samuel Huntington, profesor dari universitas terkemuka di dunia yaitu


Universitas Harvard menyatakan bahwa sumber konflik yang mendasar dalam
dunia baru ini bukanlah bersifat ideologis atau ekonomi. Hal yang membelah
umat manusia dan sekaligus merupakan sumber konflik yang utama adalah
kebudayaan. Perang peradaban dapat mendominasi peta politik global. Menurut
Huntington, perselisihanperselisihan yang paling penting akan terjadinya
sepanjang garis kebudayaan yang memisahkan Barat dari peradaban non Barat.
Dalam hal ini, Huntington memprediksi bahwa perang dunia berikutnya adalah
sebuah perang antar peradaban Islam dan Barat. Berbicara soal benturan (clash)
selalu terkait dengan tesis Huntington yang melihat bahwa IslamBarat adalah
sebagai dua peradaban yang saling berbenturan (Clash of Civilization). Dalam
sejarah, hubungan dunia Islam dan Barat selalu diwarnai oleh ketegangan.
Masingmasing menganggap yang lain sebagai ancaman atau bahkan musuh.
Setidaknya, hal ini tercermin dalam tesis Huntington tentang The Clash of
Civilizations, yang di dalamnya sangat terasa adanya semangat triumphalism
(kemenangan) pada Amerika khususnya dan Barat umumnya setelah keruntuhan
Uni Soviet.
Inti tesis Huntington tentang perbenturan peradaban itu, dalam pandangan
cendekiawan muslim Nurcholish Madjid, tidak akan jauh dari sudut pandang
semangat kemenangan Barat dalam melawan semua yang lain (the West against
the Rest). Oleh karena itu, Barat yang Krsiten mengidentifikasikan Islam sebagai
Timur, walaupun pada kenyataannya konsep geokultural Timur itu sendiri tidak
saja direpresentasikan oleh Islam, tetapi juga oleh Hindu, Konfusianisme, dan lain
sebagainya. Dalam sejarahnya selama ribuan tahun hubungan IslamKristen
merupakan hubungan yang paling dominan dan muncul berbagai persaingan dan
konflik mulai sejak lepasnya Spanyol dan Portugis ke tangan kekuasaan Barat.
Hipotesis Huntington yang menyatakan bahwa benturan paling keras akan terjadi
antara peradaban Barat dengan kolusi peradaban Islam Konfusius ini patut
dipertanyakan, karena alasan kulturalnya tidak begitu jelas. Kecuali alasan
ekonomi dan perdagangan, tampaknya tidak ada alasan kultural yang signifikan
yang menentukan kemungkinan kolusi antara negaranegara yang berperadaban
Islam dengan negaranegara yang berperadaban Konfusius. Akan tetapi, menurut
hemat penulis ketika Huntington melihat peradaban Islam (Islamic civilization)
sebagai peradaban yamg berbenturan paling keras dengan peradaban Barat, dan
sekaligus merupakan ancaman terbesar bagi peradaban Barat, ini kemungkinan
ada benarnya.
Hal ini antara lain disebabkan oleh jangkauan universal budaya Barat yang
Kristen dan Islam, serta kenyataan bahwa Kristen dan Islam merupakan agama
yang strict. Namun, di sisi lain, di balik benturan peradaban Islam dan Barat,
setidaknya ada kelompokkelompok atau individu-individu pada dua peradaban ini
sebagai benturan atau tantangan dunia. Di sinilah peran pemikiran Esposito dalam
upaya memperkenalkan Islam bukan hanya sekadar sebagai clash melainkan
dengan harmonisasi, dialog peradaban, dan kerja sama agama yang semakin
membaik di masamasa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai