Anda di halaman 1dari 5

MULTIKULTURAL DALAM PERSPEKTIF AJARAN ISLAM

Islam adalah agama universal yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,


persamaan hak dan mengakui adanya keragaman latarbelakang budaya dan kemajemukan.
Multikultural menurut Islam adalah sebuah aturan Tuhan (sunnatullah) yang tidak akan
berubah, juga tidak mungkin dilawan atau diingkari. Setiap orang akan menghadapi
kemajemukan di mana pun dan dalam hal apapun. Ungkapan ini menggambarkan bahwa
Islam sangat menghargai multicultural karena Islam adalah agama yang dengan tegas
mengakui perbedaan setiap individu untuk hidup bersama dan saling menghormati satu
dengan yang lainnya.
Allah SWT. Menciptakan manusia dengan bermacam-macam perbedaan supaya bisa
saling berinteraksi mengenal antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan bangsa dan suku
tentu akan melahirkan bermacam budaya yang ada di masyarakat yang menjadi kekayaan
bangsa, namun jika perbedaan tidak dikelola dengan baik, maka akan menjadi masalah yang
akan menimbulkan kerugian bagi umat manusia. Di satu sisi multicultural masyarakat dapat
menjadi kekuatan jika dikelola dengan baik dan profesional, namun jika tidak, perbedaan cara
pandang antar individu bangsa yang multicultural ini akan menjadi faktor penyebab
disintegrasi bangsa dan konflik yang berkepanjangan.
Al-Qur’an memuat ayat-ayat yang berisi pedoman-pedoman dan pokok-pokok
peraturan yang sangat dibutuhkan manusia untuk mengatur kehidupannya, baik yang
berhubungan dengan keimanan, maupun peraturan peraturan yang mengatur tingkahlaku dan
tatacara hidup manusia baik secara personal maupun komunal. Dari sekian banyak petunjuk
yang terdapat di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang berisi pesan-pesan yang
seharusnya menjadi pedoman bagi umat manusia terhadap upaya menjaga kerukunan dan
kedamaian dalam kehidupan yang multikultural. Diantara pesan – pesan tersebut adalah Al
Qur’an menyatakan bahwa manusia diciptakan dari asal yang sama. Sebagaimana dijelaskan
di dalam surat al-Hujuratayat13 :
13( )‫ياايهاالناساناخلقناكممنذكروانثيوجعلناكمشعوباوقبائللتعارفوا* اناكرمكمعنداهلالتقىكم* اناهللعليمخبير‬
Artinya: “Haimanusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling takwadi antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal”.
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dari asal yang sama sebagai
keturunan Adam dan Hawa yang tercipta dari tanah. Seluruh manusia sama di hadapan Allah,
manusia menjadi mulia bukan karena suku, warna kulit atau pun jenis kelamin melainkan
karena ketaqwaannya. Kemudian dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Tujuan
penciptaan semacam itu bukan untuk saling menjatuhkan, menghujat, dan bersombong-
sombongan melainkan agar masing-masing saling kenal-mengenal untuk menumbuhkan rasa
saling menghormati dan semangat saling tolong-menolong. Dari paparan ayat ini dapat di
pahami bahwa agama Islam secara normative telah menguraikan tentang kesetaraan dalam
bermasyarakat yang tidak mendiskriminasikan kelompok lain Dalam islam sudah
diperintahkan untuk hidup rukun dan saling mengasihi antar sesama. Allah tidak pernah
melarang umat manusia untuk hidup berdampingan, rukun, saling mengasihi dan
menghormati antar sesama. Sebagaimana dijelaskan dalam alqur-an surat al-Mumtahanah
ayat 8-9. Yang artinya :
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang
tiada memerangimu karena agama, dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya
melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena
agama, dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu.
Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang
dzalim”. (QS. Al-Mumtahanah : 8-9) Selain itu juga, Rosulullah SAW. Mengajarkan kepada
kita semua untuk saling mengasihi dan menyayangi antar sesama, meskipun berbeda agama,
ras, suku, Bangsa dan budaya.

1. Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan belajar pendidikan multikultural adalah peserta didik tidak hanya mampu
memahami dan menguasai materi pelajaran yang di pelajarinya akan tetapi diharapkan
juga bahwa para peserta didik akan mempunyai karakter yang kuat untuk selalu
bersikap demokratis, pluralis, dan humanis.
B. Tujuan pendidikan islam bukan sebatas mengisi pkiran siswa dengan ilmu
pengetahuan dan materi pelajaran, akan tetapi membersihkan jiwanya yang harus di isi
dengan akhlak dan nilai-nilai yang baik dan di kondisikan supaya biasa menjalani
hidup dengan baik.
2. Uraian Materi
Pengertian Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural adalah proses pengembangan seluruh potensi manusia yang
menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis,
suku, dan aliran (agama). Pendidikan multikultural menekankan sebuah filosofi pluralisme
budaya ke dalam sistem pendidikan yang didasarkan pada prinsip- prinsip persamaan
(equality), saling menghormati dan menerima serta memahami dan adanya komitmen
moral untuk sebuah keadilan sosial. Pendidikan multikultural berawal dari berkembangnya
gagasan dan kesadaran tentang interkulturalisme seusai Perang Dunia II.
Kemunculan gagasan dan kesadaran interkulturalisme ini selain terkait dengan
perkembangan politik internasional menyangkut HAM, kemerdekaan dari kolonialisme,
diskriminasi rasial, dan lain-lain, juga karena meningkatnya pluralitas di negara-negara
Barat sendiri sebagai akibat dari peningkatan migrasi dari negara-negara baru merdeka ke
Amerika dan Eropa. Pendidikan multikultural sebenarnya merupakan sikap peduli dan
mau mengerti (difference) atau politics of recognition politik pengakuan terhadap orang-
orang dari kelompok minoritas.
Pendidikan multikultural melihat masyarakat secara lebih luas. Berdasarkan
pandangan dasar bahwa sikap indiference dan non-recognition tidak hanya berakar dari
ketimpangan struktur rasial, tetapi paradigma pendidikan multikultural mencakup subjek-
subjek mengenai ketidakadilan, kemiskinan, penindasan, dan keterbelakangan kelompok-
kelompok minoritas dalam berbagai bidang: sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, dan lain
sebagainya. Tujuan pendidikan Islam bukan sebatas mengisi pikiran siswa dengan ilmu
pengetahuan dan materi pelajaran, akan tetapi membersihkan jiwanya yang harus diisi
dengan akhlak dan nilai-nilai yang baik dan dikondisikan supaya biasa menjalani hidup
dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan multikultural, yaitu untuk
menciptakan kehidupan yang harmonis dalam masyarakat yang serba majemuk.
Fungsi Pendidikan Multikultural
Adapun fungsi pendidikan multikultural adalah sebagai berikut.
A. Sebagai langkah penguatan karakter pada peserta didik.
B. Sebagai upaya untuk mengajarkan pada peserta didik bahwa konflik itu selalu ada,
sehingga mereka bisa mengedepankan perilaku positif di tengah keberagaman.
C. Sebagai upaya pembinaan akan pentingnya menjaga keutuhan bangsa yang di
dalamnya memuat keberagaman.
Manfaat Pendidikan Multikultural
Manfaatnya adalah sebagai berikut.
A. Peserta didik bisa bebas mengekspresikan kreativitasnya tanpa khawatir
mendapatkan perlakuan diskriminasi.
B. Peserta didik terlatih untuk menyikapi berbagai keragaman di lingkungan sekitar.
C. Peserta didik termotivasi untuk menjadi agen perubahan sosial yang nantinya bisa
menghapuskan tindakan rasial maupun etnosentrisme.
Konsep Pendidikan Multikultural
Menurut pendiri Pusat Pendidikan Multikultural Universitas Washington, James
Banks, konsep dasar pendidikan multikultural adalah setiap peserta didik harus diberikan
kesempatan yang sama tanpa memandang perbedaan kondisi, baik suku, budaya, jenis
kelamin, dan lainnya. Mereka berhak mendapatkan persamaan di semua aspek pendidikan.
Misalnya, seorang guru harus memberikan perhatian, bimbingan, arahan yang sama
pada semua peserta didiknya di kelas. Penerapan konsep tersebut di sekolah diharapkan
mampu mencegah tindakan diskriminasi di masa mendatang. Semakin banyak generasi
yang sadar akan pentingnya menjaga perdamaian, semakin kecil kemungkinan terjadi
tindakan diskriminasi, baik rasial maupun etnosentrisme.
Dimensi Pendidikan Multikultural
Menurut James Banks, ada lima dimensi pada pendidikan ini. Dimensi tersebut bisa
membantu guru dalam menyikapi perbedaan peserta didiknya karena saling berkaitan.
Adapun dimensi yang dimaksud adalah sebagai berikut.
A. Dimensi integrasi
Dimensi integrasi adalah dimensi yang di dalamnya memuat kecakapan guru dalam
mengintegrasikan beberapa materi yang berbeda agar bisa mencapai satu kata
kunci yang sama. Hasil integrasi tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam
kurikulum dengan penambahan materi multikultural.
B. Dimensi konstruksi
Dimensi ini lebih mengarah kepada peserta didik. Pemahaman peserta didik
dipengaruhi oleh pengetahuan yang diterimanya.
C. Dimensi pengurangan prasangka
Dimensi ini merupakan dimensi yang melibatkan peran guru dalam menghilangkan
berbagai prasangka akan suatu ras, agama, maupun etnis. Artinya, guru harus bisa
membentuk perilaku positif peserta didiknya saat menghadapi heterogenitas di
sekolah.
Misalnya, seorang peserta didik rasis pada temannya yang berbeda suku. Dalam hal
ini, guru harus bisa mengalihkan pandangan tersebut dengan cara membaurkan
mereka disertai pembahasan tentang indahnya keberagaman dan perbedaan
kelompok.
D. Dimensi pendidikan yang sama
Dimensi pendidikan yang sama diwujudkan dengan seringnya guru
mengembangkan kerja sama antarpeserta didiknya. Dimensi ini sulit untuk dicapai
jika guru masih membiasakan perilaku kompetitif.
E. Dimensi pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial
Dimensi ini tidak bisa dilakukan secara instan, tetapi mudah untuk dilakukan jika
guru dan peserta didik selalu terlibat secara aktif. Guru harus bisa memberdayakan
kembali di kelas setiap budaya peserta didik yang berbeda kelompok.
Selanjutnya, budaya-budaya tersebut disusun menjadi struktur sosial yang identik
dengan karakteristik sekolah tersebut.
Prinsip Pendidikan Multikultural
Agar mudah diimplementasikan di kehidupan belajar peserta didik, pendidikan ini
harus berpedoman pada prinsip berikut.
A. Memiliki desain kurikulum beragam di mana kurikulum tersebut mampu mewakili
pandangan banyak orang.
B. Tidak adanya penafsiran tunggal pada suatu kebenaran dalam sejarah.
C. Pencapaian kurikulum harus mengacu pada analisis komparatif dari berbagai sudut
pandang berbeda.
D. Menjunjung tinggi pemberantasan pandangan tentang ras, suku, budaya, dan
agama.

Anda mungkin juga menyukai