1. Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan belajar pendidikan multikultural adalah peserta didik tidak hanya mampu
memahami dan menguasai materi pelajaran yang di pelajarinya akan tetapi diharapkan
juga bahwa para peserta didik akan mempunyai karakter yang kuat untuk selalu
bersikap demokratis, pluralis, dan humanis.
B. Tujuan pendidikan islam bukan sebatas mengisi pkiran siswa dengan ilmu
pengetahuan dan materi pelajaran, akan tetapi membersihkan jiwanya yang harus di isi
dengan akhlak dan nilai-nilai yang baik dan di kondisikan supaya biasa menjalani
hidup dengan baik.
2. Uraian Materi
Pengertian Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural adalah proses pengembangan seluruh potensi manusia yang
menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis,
suku, dan aliran (agama). Pendidikan multikultural menekankan sebuah filosofi pluralisme
budaya ke dalam sistem pendidikan yang didasarkan pada prinsip- prinsip persamaan
(equality), saling menghormati dan menerima serta memahami dan adanya komitmen
moral untuk sebuah keadilan sosial. Pendidikan multikultural berawal dari berkembangnya
gagasan dan kesadaran tentang interkulturalisme seusai Perang Dunia II.
Kemunculan gagasan dan kesadaran interkulturalisme ini selain terkait dengan
perkembangan politik internasional menyangkut HAM, kemerdekaan dari kolonialisme,
diskriminasi rasial, dan lain-lain, juga karena meningkatnya pluralitas di negara-negara
Barat sendiri sebagai akibat dari peningkatan migrasi dari negara-negara baru merdeka ke
Amerika dan Eropa. Pendidikan multikultural sebenarnya merupakan sikap peduli dan
mau mengerti (difference) atau politics of recognition politik pengakuan terhadap orang-
orang dari kelompok minoritas.
Pendidikan multikultural melihat masyarakat secara lebih luas. Berdasarkan
pandangan dasar bahwa sikap indiference dan non-recognition tidak hanya berakar dari
ketimpangan struktur rasial, tetapi paradigma pendidikan multikultural mencakup subjek-
subjek mengenai ketidakadilan, kemiskinan, penindasan, dan keterbelakangan kelompok-
kelompok minoritas dalam berbagai bidang: sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, dan lain
sebagainya. Tujuan pendidikan Islam bukan sebatas mengisi pikiran siswa dengan ilmu
pengetahuan dan materi pelajaran, akan tetapi membersihkan jiwanya yang harus diisi
dengan akhlak dan nilai-nilai yang baik dan dikondisikan supaya biasa menjalani hidup
dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan multikultural, yaitu untuk
menciptakan kehidupan yang harmonis dalam masyarakat yang serba majemuk.
Fungsi Pendidikan Multikultural
Adapun fungsi pendidikan multikultural adalah sebagai berikut.
A. Sebagai langkah penguatan karakter pada peserta didik.
B. Sebagai upaya untuk mengajarkan pada peserta didik bahwa konflik itu selalu ada,
sehingga mereka bisa mengedepankan perilaku positif di tengah keberagaman.
C. Sebagai upaya pembinaan akan pentingnya menjaga keutuhan bangsa yang di
dalamnya memuat keberagaman.
Manfaat Pendidikan Multikultural
Manfaatnya adalah sebagai berikut.
A. Peserta didik bisa bebas mengekspresikan kreativitasnya tanpa khawatir
mendapatkan perlakuan diskriminasi.
B. Peserta didik terlatih untuk menyikapi berbagai keragaman di lingkungan sekitar.
C. Peserta didik termotivasi untuk menjadi agen perubahan sosial yang nantinya bisa
menghapuskan tindakan rasial maupun etnosentrisme.
Konsep Pendidikan Multikultural
Menurut pendiri Pusat Pendidikan Multikultural Universitas Washington, James
Banks, konsep dasar pendidikan multikultural adalah setiap peserta didik harus diberikan
kesempatan yang sama tanpa memandang perbedaan kondisi, baik suku, budaya, jenis
kelamin, dan lainnya. Mereka berhak mendapatkan persamaan di semua aspek pendidikan.
Misalnya, seorang guru harus memberikan perhatian, bimbingan, arahan yang sama
pada semua peserta didiknya di kelas. Penerapan konsep tersebut di sekolah diharapkan
mampu mencegah tindakan diskriminasi di masa mendatang. Semakin banyak generasi
yang sadar akan pentingnya menjaga perdamaian, semakin kecil kemungkinan terjadi
tindakan diskriminasi, baik rasial maupun etnosentrisme.
Dimensi Pendidikan Multikultural
Menurut James Banks, ada lima dimensi pada pendidikan ini. Dimensi tersebut bisa
membantu guru dalam menyikapi perbedaan peserta didiknya karena saling berkaitan.
Adapun dimensi yang dimaksud adalah sebagai berikut.
A. Dimensi integrasi
Dimensi integrasi adalah dimensi yang di dalamnya memuat kecakapan guru dalam
mengintegrasikan beberapa materi yang berbeda agar bisa mencapai satu kata
kunci yang sama. Hasil integrasi tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam
kurikulum dengan penambahan materi multikultural.
B. Dimensi konstruksi
Dimensi ini lebih mengarah kepada peserta didik. Pemahaman peserta didik
dipengaruhi oleh pengetahuan yang diterimanya.
C. Dimensi pengurangan prasangka
Dimensi ini merupakan dimensi yang melibatkan peran guru dalam menghilangkan
berbagai prasangka akan suatu ras, agama, maupun etnis. Artinya, guru harus bisa
membentuk perilaku positif peserta didiknya saat menghadapi heterogenitas di
sekolah.
Misalnya, seorang peserta didik rasis pada temannya yang berbeda suku. Dalam hal
ini, guru harus bisa mengalihkan pandangan tersebut dengan cara membaurkan
mereka disertai pembahasan tentang indahnya keberagaman dan perbedaan
kelompok.
D. Dimensi pendidikan yang sama
Dimensi pendidikan yang sama diwujudkan dengan seringnya guru
mengembangkan kerja sama antarpeserta didiknya. Dimensi ini sulit untuk dicapai
jika guru masih membiasakan perilaku kompetitif.
E. Dimensi pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial
Dimensi ini tidak bisa dilakukan secara instan, tetapi mudah untuk dilakukan jika
guru dan peserta didik selalu terlibat secara aktif. Guru harus bisa memberdayakan
kembali di kelas setiap budaya peserta didik yang berbeda kelompok.
Selanjutnya, budaya-budaya tersebut disusun menjadi struktur sosial yang identik
dengan karakteristik sekolah tersebut.
Prinsip Pendidikan Multikultural
Agar mudah diimplementasikan di kehidupan belajar peserta didik, pendidikan ini
harus berpedoman pada prinsip berikut.
A. Memiliki desain kurikulum beragam di mana kurikulum tersebut mampu mewakili
pandangan banyak orang.
B. Tidak adanya penafsiran tunggal pada suatu kebenaran dalam sejarah.
C. Pencapaian kurikulum harus mengacu pada analisis komparatif dari berbagai sudut
pandang berbeda.
D. Menjunjung tinggi pemberantasan pandangan tentang ras, suku, budaya, dan
agama.