Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH DOA

Disusun Oleh :
Ade Portuna Wulandari (32101900031)
Anggun Mega Lestari (32101900033)
Dian Rahmawati (32101900034)
Fadhliya Nurliza (32101900038)
Isna Nazala Rahma (32101900042)
Nungky Anisa Fitri (32101900049)
Rifa Rindiani (32101900052)
Safarina Qurota A (32101900053)
Umi Hanik Makmuroh (32101900058)
Sisca Anggun Chayani (32101900065)
Nining Alkomah (32101900047)
Vira Norry (32101900059)
Leni Aulia Safitri (32101900068)

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Dengan memanjatkan syukur Alhamdulillahirrobbil’alamin kehadirat Allah
Subhanahu wata’ala atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Doa” dengan baik dan
lancer.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah. Disamping itu, makalah ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman mengenai doa dan manfaatnya dalam kehidupan
sehari-hari
Akhir kata, segala kritik dan saran dari pembaca sangat penulis perlukan untuk
perbaikan pada penulisan makalah berikutnya dan semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Semarang, 22 Desember
2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I..................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................1
BAB II.................................................................................................................................... 2
TINJAUAN TEORI.................................................................................................................2
A. Pengertian Doa...................................................................................................2
B. Sejarah Doa.........................................................................................................2
C. Peranan Doa........................................................................................................3
D. Tujuan Berdo’a...................................................................................................3
E. Keutamaan Doa......................................................................................................3
F. Manfaat Do’a...........................................................................................................4
G. Tahap-tahap Terapi Doa.....................................................................................6
H. Adab Berdoa.......................................................................................................8
I. Instruksi Terapi Doa.............................................................................................10
J. Penelitian Terapi Doa...........................................................................................10
K. Pandangan Psikologis Manusia Berdoa.........................................................11
L. Pandangan Islam Tentang Doa...........................................................................12
BAB III................................................................................................................................. 13
PENUTUP........................................................................................................................ 13
Kesimpulan.................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan modern saat ini, selalu saja ada satu waktu dimana
manusia merasa tidak mengerti, tidak tahu serta tidak mampu mengatasi
permasalahan kehidupan yang dihadapinya. Bahkan, orang yang
mengedepankan rasional atau seorang yang sudah berhasil menempuh
pendidikan jenjang tertinggi sekalipun suatu saat mengalami kondisi saat
dirinya tidak tahu dan tidak mampu. Ketika seseorang merasa tidak tahu dan
tidak mampu untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya, maka ia akan
membutuhkan kekuatan dari luar dirinya yang diyakini akan bisa membantu
mengatasi permasalahannya. Kekuatan dari luar mungkin bisa Sang Pencipta
atau hal – hal lain yang dianggap mampu dan diyakini mampu membantu
mengatasi permasalahan.
Sebagai Insan yang beriman tentu saja dalam mangatasi problematika
kehidupan selalu disandarkan pada kekuatan Tuhan, tidak dengan cara –
cara yang tidak sesuai dengan Agama. Apalagi sebagai umat islam
dituntunkan untuk meminta pertolangan hanya kepadanya. Salah satu
ekspresi seorang dalam meminta pertolangan kepada Allah dengan melalui
Do’a yang dipanjatkan dengan tulus ikhlas dan dengan keyakinan penuh akan
terkabulnya. Do’a merupakan harapan munculnya kekuatan dari Tuhan agar
bisa memecahkan permasalahan, Do’a juga sebagai sugesti sesorang agar
mampu mengatasi berbagai permasalahan hidup yang diahadapi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari doa ?
2. Bagaimana sejarah dari doa ?
3. Apa saja peranan dari doa ?
4. Apa tujuan dari doa
5. Apa keutamaan dari doa ?
6. Apa manfaat dari doa ?
7. Apa saja tahapan dari terapi doa ?
8. Bagaimana adab berdoa ?
9. Bagaimana terapi dari doa ?
10. Bagaimana penelitian dari doa

1
11. Bagaimana pandangan psikologis manusia saat berdoa ?
12. Bagaimana pandangan islam tentang doa

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari doa ?
2. Untuk mengetahui Bagaimana sejarah dari doa ?
3. Apa saja peranan dari doa ?
4. Untuk mengetahui Apa tujuan dari doa
5. Untuk mengetahui Apa keutamaan dari doa ?
6. Untuk mengetahui Apa manfaat dari doa ?
7. Untuk mengetahui Apa saja tahapan dari terapi doa ?
8. Untuk mengetahui Bagaimana adab berdoa ?
9. Untuk mengetahui Bagaimana terapi dari doa ?
10. Untuk mengetahui Bagaimana penelitian dari doa
11. Untuk mengetahui Bagaimana pandangan psikologis manusia saat berdoa ?
12. Untuk mengetahui Bagaimana pandangan islam tentang doa

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Doa
Doa ialah ibadah yang agung dan amal shaleh yang utama. Bahkan ia
merupakan esensi ibadah dan subtansinya. Ibnu Katsir Menafsirkan,
“Beribadah kepada-Ku”, yaitu berdoa kepada-Ku dan mentauhidkan-Ku.
Kemudian, Allah mengancam mereka yang menyombongkan diri dari berdoa
kepada-Nya. Bagi yang mentadaburi al-Qur‟an kan mendapati bahwa Allah
telah banyak memberikan motivasi kepada hamba-hamba-Nya untuk selalu
berdoa kepada-Nya, merasa rendah diri, tunduk dan mengeluhkan segala
kebutuhan kepada-Nya. Dengan demikian doa ialah perkara yang besar dan
agung. Sebab, di dalamnya seseorang hamba menampakkan bahwa ia
benar-benar fakir dan butuh kepada Allah. Ia tunduk bersimpuh dihadapan-
Nya.1 Maka disini ada beberapa pengertian tentang doa, sebagai berikut:
Kata do’a berasal dari bahasa latin yaitu precarius yang berarti untuk
mendapatkan dengan mengemis dan dari precari berarti memohon. Jadi, doa
adalah mengangkat dari hati dan jiwa ke Mahatinggi.
Menurut Nouwen, Christensen dan Laird (2006), doa adalah sikap dari
membuka hati diam – diam selaras dengan Roh Allah, mengungkapkan itu
sendiri dengan rasa syukur. Menurut istilah do’a berarti memohon kepada
Allah SWT secara langsung untuk memperoleh karunia dan segala yang
diridhoi – Nya untuk menjauhkan diri dari kejahatan atau bencana yang tidak
dikehendaki.

3
B. Sejarah Doa
Do’a telah dikenal sejak petama kali diciptakan manusia yaitu Nabi
Adam. Dalam Kitab Khazinatul Asrar diterangkan sesudah Nabi Adam
diciptakan dan ditiupkan ruh, beliau berdo’a kepada Allah Wahai Tuhanku,
tunjukilah daku jalan yang lurus yaitu jalan orang – orang yag telah Engkau
anugerahi nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang Engkau murkai
dan bukan pula jalan mereka yang sesat yang terkandung dalam Surat Al
Faatihah. Mulai saat itu do’a digunakan oleh para Nabi dan sebagian
umatnya, mereka senantiasa memohon pertolongan kepada Allah dengan
memanjatkan do’a kepada– Nya.
C. Peranan Doa
1. Doa merupakan bentuk ketaatan kepada Allah dan menjalankan perintah-
Nya.
2. Doa ialah tanda selamat dari kesombongan.
3. Doa merupakan salah satu sebab untuk menangkal kemurkaan Allah.
4. Doa ialah sebab lapangnya hati, sinarnya kegundahan, hilangnya
kesusahan, dan mudahnya segala urusan.

D. Tujuan Berdo’a
1. Agar selamat dunia akhirat;
2. Memohon hidup selalu dalam bimbingan Allah SWT;
3. Untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT;
4. Meminta perlindungan Allah SWT dari Setan yang terkutuk.
E. Keutamaan Doa
Banyak terdapat keutamaan yang sangat dahsyat. Berikut ini beberapa
keutamaan yang bisa kita peroleh dari memanjatkan doa. Berkata al- Ghazali
Faedah doa walaupun doa tidak dapat menolak qadha Tuhan, ialah
melahirkan khudhu‟ dan hajat kepada Allah. Disini ada beberapa keutamaan
doa:
a. Keutamaan doa di sisi Allah melebihi dari segala keutamaan.
b. Doa adalah senjata bagi orang-orang mukmin: doa adalah ibadah,
kedudukan doa dalam ibadah. Berdoa berarti menghadapkan hati kepada
Allah dengan penuh keyakinan dan keikhlasan.

4
c. Doa adalah dzikir kepada Allah Swt. Merupakan obat bagi jiwa,
d. menghilangkan kesusahan, dan menjauhkan manusia dari dosa. Dengan
doa manusia akan mendapat pengampunan Allah sehingga jiwanya lebih
tenang. Allah memberikan pujian dengan begitu gomblang bagi hamba-
hamba yang selalu berdoa dan berdzikir kepada-Nya.
e. Berdoa berarti mengingat Allah, sehingga orang yang tak pernah lupa
berdoa adalah orang yang selalu ingat akan Allah. Sedangkan Allah pun
ingat pula pada hamba yang berdoa.9
Berdasarkan berbagai keutamaan doa di atas, menurut Syekh Sayyid
Tantawi, manfaat doa bisa disimpulkan tiga poin utama sebagai berikut:
Pertama, doa bertujuan untuk menunjukkan keagunggan Allah Swt. Kepada
hamba-hamba-Nya yang lemah. Seorang hamba yang berdoa pasti
menyadari bahwa hanya Allah-lah yang bisa memberikan nikmat kepadanya,
mewujudkan harapannya, dan menerima tobatnya. Allah berfirman Q.S. An-
Naml 27/ 62:

Siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia


berdoa kepada-Nya, yang menghilangkan kesusahan, dan yang menjadikan
kamu (manusia) sebagai khalifah dibumi? Apakah disamping Allah ada Tuhan
(yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati-Nya.”
Kedua, agar manusia merasa malu kepada Allah Swt. Ketika seorang
hamba mengetahui bahwa Allah Swt. Akan mengabulkan doa-doanya, tentu
saja ia akan malu untuk menginginkan nikmat-nikmat-Nya. Bagi hamba Allah
Swt, yang sudah berada dalam keimanan yang kuat, berdoa akan membuat
ia lebih banyak lagi mensyukuri nikmat-Nya.
Ketiga, sebagai sarana pencarian ketenangan diri dan hati dari hiruk
pikuk kehidupan dunia. Sebagaimana diketahui bersama, pada hakikatnya,
doa adalah ikhtiar manusia untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada
Tuhannya. Jadi, hendaknya pada saat berdoa, seorang hamba haruslah bisa
melepaskan segala hal yang bersifat duniawi untuk sementara dengan beralih
menuju kekhidmantan dan kekusyukkan bermunajat ke hadirat sang pemilik
Alam Semesta, Allah Azza wa jalla. Saat berdoa, pada hakikatnya, seorang

5
hamba sedang berkomunikasi langsung kepada penciptanya sehingga ia bisa
mengadukan segala hal kepada Allah Swt, agar hatinya bisa tenang dan
tenteram.
F. Manfaat Do’a
1. Mengurangi daya stress yang ditimbulkan oleh beraneka ragam persoalan
hidup yang kita alami mereka yang suka malas berdoa akan lebih mudah
untuk mengalami stress;
2. Meningkatkan ketegaran hati mereka yang lebih tekun berdoa akan lebih
tegar menghadapi peristiwa – peristiwa yang terjadi di luar yang
dikehendakinya bahkan peristiwa pahit sekalipun;
3. Menjadikan yang tidak baik menjadi baik setiap orang yang tekun berdoa
akan memiliki kemampuan untuk merubah yang tidak baik menjadi baik,
dibandingkan mereka yang malas berdoa justru menjadikan yang baik
menjadi buruk;
4. Layak menerima keselamatan. Dengan berdoa tekun seseorang
mendapatkan kesempatan untuk semakin kuat dan bahkan karena
relasinya yang baik dengan Allah selagi di dunia ini ia juga akan
mengalami yang sama kelak di keabadian;
5. Menurunkan tingkat emosi atau kemarahan mereka yang lebih sering
berdoa akan lebih mampu mengendalikan diri dalam hal emosi dan
kemarahan mereka yang sedang mau marah dan kemudian berdoa
niscaya emosinya menjadi stabil;
6. Mengurangi bahkan menghilangkan rasa putus asa mereka yang tekun
berdoa akan memiliki kemampuan lebih untuk tidak mudah putus asa saat
berada dalam kegagalan dibanding mereka yang jarang bahkan sama
sekali malas berdoa;
7. Membuat orang menjadi lebih terbuka terhadap kelemahan dan
kekurangan sesama mereka yang tekun berdoa dengan baik memiliki
sikap yang lebih terbuka terhadap sesamanya karena ia akan terbantu
dalam doa-doanya untuk menyadari juga kelemahan – kelemahannya
sendiri
8. Meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan diri. Seseorang yang
dalam hidupnya tekun untuk berdoa akan memiliki kekuatan dan

6
kemampuan untuk mengembangkan diri dengan lebih maksimal, karena ia
akan semakin memahami talenta – talenta yang Tuhan berikan dan
bagaimana seharusnya dikembangkan;
9. Meningkatkan daya tahan tubuh dari penyakit – penyakit yang disebabkan
gangguan psikis dengan ketekunan dalam berdoa, seseorang akan
memiliki daya tahan secara fisik karena mampu untuk menghadapi dan
menjalani kehidupan dengan segala peristiwanya dalam terang Kehendak
Allah, sehingga tubuh tidak menjadi mudah lemah karena beban pikiran
dan pekerjaan;
10. Meningkatkan daya cinta kasih kepada diri sendiri dan orang lain
ketekunan dalam doa membuat seseorang memiliki relasi intim dengan
Tuhan Allah. Allah sendiri adalah kasih maka mereka yang tekun berdoa
niscaya memiliki daya cinta kasih yang lebih kepada diri sendiri dan
sesamanya. Mereka yang terjerumus dalam narkoba pastilah orang yang
tidak tekun berdoa karena tidak mampu mencintai dan mengasihi diri
sendiri.
G. Tahap-tahap Terapi Doa
1. Tahap Kesadaran Sebagai Hamba
Inti dari terapi ini adalah pembangkitan kesadaran, kesadaran
terhadap kehambaan dan kesadaran akan kelemahan sebagai manusia.
Bentuk kesadaran ini akan menghantarkan seseorang yang berdoa
berada pada keadaan lemah. Tanpa adanya kesadaran akan kelemahan
diri ini maka kesungguhan dalam berdoa sulit dicapai. Hakikat berdoa
adalah meminta yang meminta derajatnya harus lebih rendah dari pada
yang dimintai. Untuk itu sebelum seseorang berdoa diharuskan untuk
merendahkan diri dihadapan Allah.
Bentuk kesadaran diri ini dapat dilakukan dengan melihat kepada
diri sendiri misalnya melihat jantung bahwa jantung itu bergerak bukan
kita yang menggerakkan, darah yang mengalir bukan atas kehendak kita
atau juga dapat melihat masalah yang sedang dihadapi,
ketidakberdayaan, ketidakmampuan mengatasi hal ini dimunculkan
dalam kesadaran sehingga bukan nantinya dapat menimbulkan sikap
menerima dan sikap pasrah. Pada tahap ini seseorang juga disadarkan

7
akan gangguan kejiwaan atau penyakit yang dialami. Penyakit tersebut
bukan ditolak namun diterima sebagai bagian dari diri kemudian
dimintakan sembuh kepada Allah.
2.  Tahap Penyadaran Akan Kekuasaan Allah S.W.T
Selanjutnya setelah diri sadar akan segala kelemahan dan segala
ketidakmampuan diri maka pengisian dilakukan yaitu dengan menyadari
kebesaran Allah kasih sayang dan terutama adalah maha penyembuhnya
Allah. Tahap ini juga menimbulkan pemahaman tentang hakekat sakit
yang dialami bahwa sakit berasal dari Allah dan yang akan
menyembuhkan adalah Allah. Penyadaran akan kekuasaan Allah ini
dapat dilakukan dengan melihat bagaimana Allah menggerakkan segala
sesuatu, menghidupkan segala sesuatu.
Tahap ini juga dapat menumbuhkan keyakinan kita kepada Allah
atas kemampuan Allah dalam menyembuhkan. Bagaimamana seseorang
dapat berdoa kalau dirinya tidak mengenal atau meyakini bahwa sang
penyembuh tidak dapat menyembuhkan. Yakin juga merupakan syarat
mutlak dari suatu doa karena Allah sesuai dengan prasangka hambanya,
jika hambanya menyangka baik maka Allah baik demikian pula
sebaliknya. Kegagalan utama terhadap jawaban Allah atas doa yang kita
panjatkan kepada Allah adalah keraguan kita. Seringkali ketika berdoa
namun hati mengatakan dikabulkan tidak ya atau mengatakan mudah –
mudahan dikabulkan kalimat ini maksudnya tidak ingin mendahului Allah
tapi sebenarnya adalah meragukan Allah dalam mengabulkan doa kita.
Ada perbedaan antara mendahului kehendak Allah dengan
keyakinan yang tujukan kepada Allah. Jika mendahului biasanya
menggunakan kata seharusnya begini, harus begini, tapi jika yakin kita
optimisme akan kehendak Allah dan tidak masuk pada kehendak Allah.
Sebagai contoh bila kita berdoa ya Allah hilangkan kesedihan hati saya
maka kita yakin kepada Allah bahwa Allah memberikan kesembuhan. Hal
yang penting juga adalah afirmasi terhadap doa yang kita panjatkan
kalau berdoa harus yakin dikabulkan tidak ada alasan lain untuk tidak
yakin selain dikabulkan. Sebab Allah akan mengabulkan apa yang kita
yakini dari pada apa yang kita baca dalam doa kita.
3.  Tahap Komunikasi

8
Setelah sadar akan kelemahan dan penyakit yang dialami dan sadar
akan kebesaran Allah maka selanjutnya adalah berkomunikasi dengan
Allah sebagai bagian penting dari proses terapi. Tahap komunikasi ini
dapat berbentuk dengan cara:
a) Pengungkapan pengakuan segala kesalahan dan dosa, ini merupakan
langkah awal sebab dengan hati yang bersih kontak dengan Allah akan
lebih jernih;
b) Pengungkapan kegundahan hati dan kegelisahan yang dialami, tahap
ini dapat berefek katarsis yaitu memberikan segala permasalahan
keluar diri, dalam kontek ini kita memberikan segala kegalauan hati
kepada Allah. Selain itu, pengungkapan ini kita akan menumbuhkan
rasa dekat kepada Allah. Tahap ini juga merupakan curhat seperti
seorang anak dengan ibunya, begitu dekat dan tidak ada yang ditutupi,
jujur kepada Allah dari apa yang dirasakan apa yang dipikirkan apa
yang menjadi kekhawatiran. Tahap ini jika dilakukan dengan benar
sudah merupakan terapi terhadap jiwa, seperti halnya seorang klien
yang mencurahkan segala unek – uneknya kemudian didengar oleh
psikolognya dengan penuh penerimaan, dengan penuh kasih
sayangnya;
c) Permohonan doa kesembuhan terhadap apa yang dialami.
Permohonan doa bukanlah perminataan yang memaksa Allah untuk
mengabulkan. Untuk itu doa yang dipanjatkan harus disertai dengan
kerendahan hati, dengan segenap sikap butuh kepada Allah. Posisi
hamba yang berdoa adalah meminta dia tidak berhak untuk memaksa,
hamba tadi hanya diberi wewenang untuk meyakini bahwa doanya
dikabulkan bukan memaksa allah untuk mengabulkan.
d) Tahap menunggu diam namun hati tetap mengadakan permohonan
kepada Allah. Doa merupakan bentuk komunikasi antara yang
meminta dan yang memberi. Ketika proses permintaan sudah
disampaikan maka proses pemberian (dijawabnya doa) harus ditunggu
karena pemberian atau dijawabnya bersifat langsung. Syarat untuk
dapat menerima jawaban ini adalah dengan sikap rendah diri, terbuka
dan tenang (tidak tergesa gesa). Sikap ini akan dapat menangkap
kalam Allah (jawaban doa) yang tidak berbentuk ucapan tidak

9
berbentuk huruf tapi berbentuk pemahaman pencerahan, ilham
(enlightment) atau berbentuk perubahan perubahan emosi dari tidak
tenang menjadi tenang, dari sedih menjadi hilang kesedihannya.
Tahap ini merupakan tahap respon yang diberikan oleh Allah kepada
kita sebagai jawaban doa yang kita panjatkan. Tahap ini juga disertai
dengan sikap pasrah total kepada Allah mengikuti apa maunya Allah
dan apa kehendak Allah, sikap ini akan dapat menangkap jawaban
Allah.
H. Adab Berdoa
Adab berdoa adalah sikap khusus yang harus ada ketika melakukan
aktivitas. Permohonan kepada Allah, dengan penuh pengharapan kepada
Allah Swt, akan menerima dan mengabulkan permohonan itu dengan penuh
keridhaan dan kecintaan- Nya. Tidak bisa berdoa dengan semaunya saja
tanpa memerhatikan tata caranya. Diantara adab-adab tersebut ialah:
a. Memanfaatkan waktu-waktu yang diberkahi, seperti hari Arafah, bulan
Ramadhan, hari Jumat dan waktu sahur. Sebagaimana dalam firman
(Q.S.Yusuf :98) ialah agar dia dapat berdoa disaat-saat akhir malam,
sedangkan putra-putranya berdiri dibelakangnya dan mengikuti doanya
sambil mengucapkan amin.
b. Mengokohkan kepercayaan bahwa doa itu akan diperkenankan Allah dan
tidak merasa gelisah jika doa itu belum terkabul.
c. Mengulang-ngulang doa itu dua tiga kali. Sesuatu yang sangat kita
dambakan, akan lebih baik jila dibaca berulang dua tiga kali. bertobat
sebelum berdoa dan mengharapkan diri dengan sesungguhnya kepada
Allah.13
d. Merendahkan suara, yaitu terdengar dengan tiada oleh orang yang disisi.
e. Tidak membuat sajak dalam berdoa. Seseorang yang berdoa hendaknya
merendahkan diri. membuat-buat sajak seperti ini tidaklah sesuai.
f. Meminta dengan kesungguhan serta yakin akan dikabulkan dan benar-
benar berharap. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi Bersabda,
“berdoalah kepada Allah dan yakinlah doa kalian akan diijabahi. Sebab
Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang kosong dan lalai.”
g. Tidak mengiringi doa dengan masyi’ah (ucapan, apabila berkehendak).14

10
h. Ikhlas ialah mengesakan Allah dalam mengerjakan ketaatan dengan
sengaja, yaitu semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah tanpa
ada terdetensi lain, seperti berpura-pura kepada makhluk, mencari pujian
manusia atau makna lain selain mendekatkan diri kepada Allah.
i. Jangan bersajak ketika berdoa, hendaknya kita tidak memaksakan diri
dengan “bersajak” dalam doanya. Sebab, seorang yang berdoa
semestinya dalam keadaan merendahkan diri dan beriba-iba, sedangkan
pemaksaan diri seperti itu (dengan sengaja bersajak), tidaklah patut
baginya, hal itu dapat dianggap sebagai cara yang melampaui batas.
Adapun Rasul Saw pernah bersabda “akan ada suatu kaum yang
melampaui batas dalam berdoa”.
j. Bersuara antara pelan dan keras (lembut). Diriwayatkan bahwa Abu Musa
Al-Asya‟ri berkata, “kami pulang bersama Rasul Saw. Ketika telah dekat
dengan kota Madinah, beliau bertakbir dan orang banyak pun ikut
bertakbir, seraya mengeraskan suara mereka.
k. Penuh pengharapan adalah orang yang mengerjakan sebab, yakni
ketaatan seraya mengharapkan ridha dan pengabulan dari Allah.
l. Tiada henti memohon kepada Allah.
Prinsip mendasar dari adab berdoa adalah menghadapkan diri, jiwa, dan
hati dihadapan Allah Swt, dengan penuh keyakinan, bahwa dia pasti akan
mengabulkan doa- doa yang dipanjatkan itu dengan segera atau lambat,
suci dan bersihnya diri jasmaniah dan rohaniah dari kotoran dan najis lahir
maupun batin, serta adanya sikap perjuangan dan tanpa putus asa
mengulangi permohonan itu tanpa ada ada perasaan jenuh.
I. Instruksi Terapi Doa
1. Tumbuhkan niat dalam diri untuk minta disembuhkan Allah;
2. Rilekskan tubuh, kendorkan dari mulai kaki hingga kepala, jangan ada
ketegangan otot;
3. Sadari keluhan yang dirasakan, amati keluhan itu, ikuti dengan kesadaran
bahwa kita lemah, tidak berdaya dan tidak memiliki kemampuan apa –
apa;

11
4. Sadari kebesaran Allah, lihat alam semesta, bagaimana Allah
menggerakkan alam ini, menghidupkan alam ini, Dia Allah yang memberi
hidup dan memberi mati, dia yang memberi sembuh dan memberi sakit;
5. Ungkapkan seluruh keluhan yang dirasakan kepada Allah;
6. Mintakan kesembuhan kepada Allah;
7. Tetap relaks dan masih pada posisi memohon kepada Allah;
8. Pasrah kepada Allah sertai dengan keyakinan bahwa Allah menjawab doa
yang dipanjatkan;
9. Menghayati doanya dengan diam, namun tetap ingat memohon kepada
Allah.
J. Penelitian Terapi Doa
Sejumlah penelitian telah mendokumentasikan efektivitas doa sebagai
strategi coping. Ai, Dunkle, Peterson, dan Bolling (1998) menemukan bahwa
pasien yang berdoa setelah operasi jantung memiliki signifikan penurunan
depresi pada 1 tahun dibandingkan dengan pasien setelah operasi tidk
berdo’a dan bahwa mereka mengalami kondisi kesulitan secara keseluruhan.
Hubungan antara gereja kehadiran dan kesehatan telah diperiksa oleh
Strawbridge, Cohen, Sema dan Kaplan (1997). Mereka menemukan bahwa
orang yang sering menghadiri gereja memiliki tingkat kematian lebih rendah
daripada mereka yang menghadiri pada jarang dasar. Orang yang pergi ke
gereja secara teratur juga lebih mungkin untuk terlibat dalam mempromosikan
kesehatan perilaku seperti berolahraga dan tidak merokok. Hasil positif dari
doa belum ditemukan di semua studi terakhir. Dalam metaanalisis dari studi di
mana doa digunakan sebagai intervensi, Masters dan Speilmans (2007)
menemukan bukti bahwa doa syafaat jauh memiliki dampak pada hasil
kesehatan. Blumenthal dan rekan (2007) melaporkan bahwa doa,
meditasi dan kehadiran di gereja memberikan kontribusi minimal untuk
morbiditas jantung menurun di pasien infark miokard akut yang memiliki
depresi atau rendahnya tingkat dukungan sosial. Mekanisme bagaimana doa
bekerja, apakah syafaat pada nama orang lain atau untuk diri sendiri, tidak
diketahui.

12
K. Pandangan Psikologis Manusia Berdoa
Berdoa merupakan aspek penting dalam mengekspresikan kehidupan
secara menyeluruh, hal ini disebabkan adanya sisi psikologis dalam perilaku
berdoa serta pengamatan lebih mendalam tentang hasrat bagi orang yang
berdoa agar doanya dikabulkan, para psikolog lebih tertarik terhadap nilai-
nilai kemanusiaan. Sejalan dengan ajaran tasawuf juga memberi makna bagi
orang yang berdoa ia akan senantiasa membersihkan diri, dan menghiasi
dengan sikap-sikap mulia serta menyatukan dengan nilai ilahi, jadi dengan
berdoa akan membuat mental kuat, makin cerdas dan meluapkan kesucian
dari dalam.
Adapun menurut istilah syara’, doa berarti memohon kepada Allah
dengan suatu permintaan dan keinginan pada sesuatu yang tidak dimiliki
mengenai kebaikan, disertai dengan sikap merendahkan diri kepada Allah
dalam upaya mewujudkan permintaan serta meraih cita-citanya. Oleh karena
itu, kita sangat dianjurkan agar selalu memanjatkan doa dikala bersusah diri,
namun kita juga diperingatkan agar jangan bertingkah kufur (bersikap
mengingkari) setelah mendapatkan nikmat. Justru kita harus semakin
memperbanyak rasa dan sikap syukur kita. Dalam arti setelah doa kita
terkabul janganlah melalaikan yang mengabulkan doa itu.
L. Pandangan Islam Tentang Doa
Terapi berdoa merupakan salah satu terapi yang sangat berkhasiat
dalam penyembuhan berbagai penyakit. Tidak hanya untuk kesehatan dan
penyakit fisik, namun terutama bagi ketenangan diri orang yang telah
menunaikan ibadah sholat akan sangat terasa perbedaan ketenangan dirinya.
Meskipun tidak dengan gerakan seperi gerakan sholat yang setiap
gerakannya sangat bermanfaat bagi kesehatan duduk berserah diri kepada
Allah dapat menjadi salah satu terapi yang sangat berkhasiat bagi kesehatan
yaitu bermanfaat untuk menenangkan pikiran serta menjauhkan diri dari
beban – beban pikiran.
Dengan demikian, segala manfaat yang dihasilkan oleh terapi berdoa
sangat jelas – jelas positif, sehingga terapi berdoa adalah salah sau terapi
yan sangat dianjurkan sebelum terapi – terapi lain khususnya dalam Islam.
Sebelum terapi – terapi kesehatan dan terapi penyakit fisik lainnya yang

13
paling pertama dianjurkan adalah sholat serta berserah diri kepada Allah
S.W.T. Para ulama tidak hanya menganjurkan untuk melakukan terapi berdoa
ini setiap menghadapi segala masalah, tetapi para ulama itu sendiri juga
melaksanakan terapi ini.
Sesungguhnya terapi doa ini pada dasarnya diperbolehkan dalam
Islam selama tidak merusak diri sendiri dan orang lain serta tidak membawa
kepada perbuatan syirik. Misalnya, mantra – mantra atau jampi – jampi, hal ini
dilakukan dengan mengucapkan kalimat – kalimat yang bukan dari bacan Al –
Qur’an dan lebih mengharapkan pertolongan dari jin ataupun setan bukan
meminta kepada Allah. Sehingga hal ini tidak boleh dilaksanakan karena
termasuk perbuatan syirik atau menduakan Allah.

14
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Do’a berarti memohon kepada Allah SWT secara langsung untuk
memperoleh karunia dan segala yang diridhoi – Nya untuk menjauhkan diri
dari kejahatan atau bencana yang tidak dikehendaki. Sesungguhnya terapi
doa ini pada dasarnya diperbolehkan dalam Islam selama tidak merusak diri
sendiri dan orang lain serta tidak membawa kepada perbuatan syirik.
Misalnya, mantra – mantra atau jampi – jampi, hal ini dilakukan dengan
mengucapkan kalimat – kalimat yang bukan dari bacan Al – Qur’an dan lebih
mengharapkan pertolongan dari jin ataupun setan bukan meminta kepada
Allah. Sehingga hal ini tidak boleh dilaksanakan karena termasuk perbuatan
syirik atau menduakan Allah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hasan Bin Ahmad Hammam, Terapi dengan Ibadah “Istighfar, Sedekah, Doa,
Al-Qur’an, Shalat, Puasa” (Solo: Aqwam, 2010), 75-76.
Sudirman Tebba, Sehat Lahir Batin Handbook bagi Pendamba Kesehatan
Holistik (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2004),124-125.
Sudirman Tebba, Sehat Lahir Batin Handbook bagi Pendamba Kesehatan
Holistik (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2004), 128.
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 491-492.
Aidh Al-Qarni, Tafsir Muyassar (Jakarta: Qisthi Press, 2007), 143.
Abdullah, Gymnastiar. Doa Ajaran Ilahi kumpulan Doa dalam Al-Quran
Beserta Tafsirnya (Jakarta: Penerbit Hikmah, 1978), 3.
- Hasan Bin Ahmad Hammam, Terapi Dengan Ibadah “Istighfar, Sedekah,
Doa, Al-Qur’an, Shalat, Puasa” (Solo: Aqwam,2010), 81-82.

16

Anda mungkin juga menyukai