APOTEK
di
APOTEK TIMOTI
MEDAN
Disusun Oleh:
ii
LEMBAR PENGESAHAN
di
APOTEK TIMOTI
MEDAN
Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan
Disusun Oleh:
Apotek Timoti
Medan
Pembimbing,
TELe o61138-1144
MEDAN
Apt. Chemayanti Surbakti, S.Farm., M.Si. apt. Dumartina Hutauruk, M.Farm.
NIP 198509222018032001 No. SIPA 0943/SIP/DPMPTSP/MDN/3.1//2021
Staf Pengajar Fakultas Farmasi Apoteker Pengelola Apotek
Universitas Sumatera Utara Apotek Timoti
Juni 2022
ä amasi
raRumatera Utara
PRODIFAKULTAS
PENDIDNM
11
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan
Sudirejo I, Medan. Laporan ini ditulis berdasarkan teori dan hasil pengamatan
Praktik Kerja Profesi ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti
Apoteker ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Selama melaksanakan
Praktik Kerja Profesi (PKP) Apoteker ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak berupa arahan, bimbingan dan masukan. Oleh karena itu, penulis
Sumatera Utara, Medan, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
dapat menjalani Praktik Kerja Profesi (PKP) Apoteker, Bapak Dadang Irfan Husori
S.Si., M.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan, serta Ibu apt. Chemayanti
telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk dapat menjalani
Praktik Kerja Profesi (PKP) Apoteker dan membimbing penulis dengan penuh
tanggung jawab selama Praktik Kerja Profesi Apoteker hingga selesainya penulisan
laporan ini. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada Ibu apt. Dumartina Hutauruk,
S.Farm. M.Farm., selaku apoteker penanggung jawab Apotek Timoti yang telah
iii
membimbing penulis selama Praktik Kerja Profesi Apoteker dan kepada seluruh
karyawan di Apotek Timoti, atas kerja sama dan bantuan yang diberikan selama
Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan yang tiada terhingga kepada kedua orang tua yang telah memberikan
cinta dan kasih sayang, pengorbanan baik materi maupun motivasi beserta doa yang
tulus serta seluruh keluarga. Terima kasih juga kepada teman-teman PSPA 33 yang
telah bekerja sama dalam kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker. Terima kasih
atas dukungan, doa dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari atas kekurangan dalam penulisan laporan ini. Untuk itu
diharapkan kritik dan saran guna mendapat perbaikan yang positif yang
membangun demi kesempurnaan laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini
iv
DAFTAR ISI
v
3.5.1 Perencanaan Pembelian ........................................................................... 42
3.5.2 Pengadaan Barang ................................................................................... 42
3.5.3 Penerimaan Barang ................................................................................ 43
3.5.4 Penyimpanan ........................................................................................... 44
3.5.5 Pemusnahan dan Penarikan ..................................................................... 44
3.5.6 Pengendalian ........................................................................................... 44
3.5.7 Pencatatan dan Pelaporan ........................................................................ 45
3.6 Pelayanan Farmasi Klinis di Apotek ......................................................... 46
3.6.1 Pelayanan Resep dan Dispensing ............................................................ 46
3.6.2 Pelayanan Informasi Obat ....................................................................... 47
3.6.3 Pelayanan Swamedikasi atau Obat Non Resep ....................................... 47
3.6.4 Konseling ................................................................................................ 48
3.7 Administrasi dan pelaporan ....................................................................... 48
3.7.1 Pencatatan keuangan ............................................................................... 48
3.7.2 Perpajakan ............................................................................................... 49
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 50
4.1 Lokasi ........................................................................................................ 50
4.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi ............................................................... 51
4.2.1 Perencanaan Pembelian ........................................................................... 51
4.2.2 Pengadaan Barang ................................................................................... 52
4.2.3 Penerimaan Barang ................................................................................. 52
4.2.4 Penyimpanan ........................................................................................... 53
4.2.5 Pemusnahan dan Penarikan ..................................................................... 53
4.2.6 Pengendalian ........................................................................................... 54
4.2.7 Pencatatan dan pelaporan ........................................................................ 54
4.3 Pelayanan Farmasi Klinis........................................................................... 55
4.4 Peran dan Pelayanan Apoteker Penanggungjawab Apotek ....................... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 58
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 58
5.2 Saran ........................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 59
LAMPIRAN ..................................................................................................... 60
vi
DAFTAR GAMBAR
3.1 Denah Ruangan Apotek Timoti Medan .................................................... 40
3.3 Struktur Organisasi Apotek Timoti Medan ............................................... 41
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
RINGKASAN
Praktik Kerja Profesi (PKP) di apotek merupakan salah satu praktik kerja
profesi pada program pendidikan profesi apoteker. PKP di apotek telah selesai
dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 2022 hingga 20 Juni 2022 di Apotek Timoti,
Jalan Sisingamaraja No.53-B Medan. PKP ini dilaksanakan dalam upaya untuk
memberikan pembekalan, keterampilan dan keahlian kepada calon apoteker dengan
melihat secara langsung pengelolaan apotek serta peran Penanggung Jawab Apotek
dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di apotek. Hal ini bertujuan agar calon
apoteker mampu memahami permasalahan apotek dan mampu mengelola apotek
secara profesional sesuai dengan peraturan perundang- undangan dan kaidah-
kaidah profesi yang berlaku.
Kegiatan PKP ini di Apotek Timoti yang dilakukan meliputi membuat
catatan pelayanan resep harian, mengidentifikasi obat bebas, bebas terbatas, obat
keras, obat prekursor, obat-obat tertentu, obat narkotika dan psikotropika serta alat
kesehatan, memberikan pelayanan swamedikasi dan informasi obat kepada pasien
serta pelayanan obat dalam bentuk resep berupa skrining, compounding dan
dispensing. Selain itu juga belajar untuk melihat dan mempelajari sistem
penyusunan obat di apotek berdasarkan alfabetis, golongan obat, kelas terapi serta
sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out). Mempelajari
item obat yang ada di apotek beserta indikasinya, pendataan perbekalan farmasi dan
masa kadaluarsa obat, tata cara pemesanan dan penerimaan barang dari PBF, serta
mempelajari pencatatan dan pelaporan perbekalan kefarmasian.
ix
BAB I
PENDAHULUAN
hak asasi bagi setiap manusia yang menjadi salah satu unsur kesejahteraan yang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Upaya kesehatan adalah setiap
sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah
Republik Indonesia No. 73 tahun 2016, meliputi dua kegiatan yaitu kegiatan yang
bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik. Sejalan dengan perkembangan
interaksi langsung dengan pasien. Hal ini dikarenakan pelayanan kefarmasian telah
1
mengalami pergeseran orientasi pelayanan kefarmasian yang semula hanya
farmasi klinik yang bertujuan untuk mendukung penggunaan obat yang rasional,
(medication error) sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien (Menkes RI,
2016).
economy). Oleh karena itu, Apoteker dituntut harus menjalankan praktik sesuai
salah satunya yaitu Apotek Timoti, Jalan Sisingamangaraja No. 53B, Medan, agar
motivasi kepada calon Apoteker dalam mendirikan dan mengelola Apotek. Praktik
Apoteker dibagi menjadi dua shift, yaitu pukul 08.30 – 15.00 WIB dan pukul 15.00
– 22.00 WIB.
2
1.2 Tujuan
di Apotek.
1.3 Manfaat
2021 sampai 15 Desember 2020 di Apotek Timoti dengan Nomor Surat Izin Apotek
Apotek Timoti, Jalan Sisingamangaraja No. 53B, Medan dengan menggunakan dua
shift, pukul 08.30 – 15.00 WIB dan pukul 15.00 – 22.00 WIB.
3
BAB II
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
sumpah jabatan.
Apoteker adalah seorang sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker
4
dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker (Menkes RI, 2016). Fungsi dan
tugas Apoteker menurut WHO yang semula dikenal dengan "Seven Stars of
yaitu:
2014).
pada tingkat lokal dan nasional yang diharapkan mampu mengambil keputusan
yang tepat berdasarkan pada efikasi, efektifitas dan efisiensi terhadap penggunaan
sumber daya yang tepat, bermanfaat, aman dan tepat guna seperti SDM, obat-
obatan, bahan kimia, alat kesehatan, prosedur dan pelayanan (Parasuraman dan
Sam, 2014).
c. Komunikator (Communicator)
masyarakat. Apoteker harus memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan melimpah
dan memiliki rasa percaya diri serta memiliki kemampuan dalam berkomunikasi
5
yang baik dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya (Parasuraman dan Sam,
2014).
d. Pemimpin (Leader)
situasi multi disipliner, yaitu bisa mengambil keputusan yang tepat dan efektif, serta
mengelola hasil keputusan tersebut dan bertanggung jawab (Parasuraman dan Sam,
2014).
e. Pengelola (Manager)
anggaran) dan informasi secara efektif, juga harus dapat dipimpin dan memimpin
orang lain dalam tim kesehatan, merupakan fungsi Apoteker sebagai seorang
Apoteker harus selalu belajar, baik pada jalur formal maupun informal
keterampilan yang dimiliki selalu baru (uptodate) (Parasuraman dan Sam, 2014).
g. Pengajar (Teacher)
daya yang ada, membagi ilmu pengetahuan pada yang lainnya, tapi juga memberi
h. Peneliti (Researcher)
6
Apoteker melihat penelitian sebagai bagian inti dari latihan harian normal mereka.
Sebuah studi tentang persiapan baru, terapi obat rasional, dan penemuan sediaan
baru. Apoteker memiliki peran penting dalam semua aspek penelitian biomedis,
dari studi pra-klinis hingga penelitian klinis (Parasuraman dan Sam, 2015).
i. Wirausahawan (Enterpreneur)
sebagainya, baik skala kecil maupun skala besar (Parasuraman dan Sam, 2015).
a. Lokasi
pelayanan kefarmasian.
b. Bangunan
7
- Bagunan apotek merupakan bagian dan/atau terpisah dari pusat
- Penerimaan resep
- Konseling
- Arsip
- Instalasi listrik
3. Peralatan
pelaksanaan pelayanan kefarmasian. Peralatan antara lain meliputi rak obat, alat
peracikan, bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi, komputer, sistem
pencatatan mutasi obat, formulir catatan pengobatan pasien dan peralatan lain
8
medis dan catatan pelayanan Apoteker yang diberikan kepada pasien. Sarana,
prasarana, dan peralatan harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan
baik.
d. Ketenagaan
dalam menyelenggarakan Apotek dapat dibantu oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis
Kabupaten/Kota. Izin yang berupa Surat Izin Apotek yang selanjutnya disingkat
SIA, adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
(lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan (Menkes RI,
2017).
secara elektronik atau online Single Submission yang selanjutnya disingkat OSS
yaitu perizinan berusaha yang diterbitkan oleh lembaga OSS untuk dan atas nama
menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota kepada pelaku usaha
melalui system elektronik yang terintegrasi (Menkes RI, 2018). Perizinan apotek
meliputi:
9
1. Apotek diselenggarakan oleh pelaku usaha perseorangan
Ketentuan dan tata cara perizinan apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan
a. Pelaku usaha yang telah memiliki nomor induk berusaha dan memenuhi
OSS.
lama 6 (enam) hari sejak pelaku usaha memenuhi komitmen sesuai dengan
tenaga kefarmasian dan tenaga lainnya yang menangani bidang saran dan
prasarana.
10
d. Dalam pemeriksaan lapangan pemerintah daerah kabupaten/kota membuat
notifikasi pemenuhan komitmen izin apotek/izin took obat paling lama 3 (tiga)
notifikasi pemenuhan komitmen izin apotek/izin took obat paling lama 3 (tiga)
11
b. Pelaksanaan pencabutan SIA dilakukan setelah dikeluarkan teguran tertulis
1 (satu) bulan.
Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kepala Badan (Menkes RI,
2017).
a. Persyaratan administrasi
b. Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik dan tanda pengenal.
12
c. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan dan mampu memberikan pelatihan
yang berkesinambungan.
mandiri.
pelayanan, standar kompetensi dan kode etik) yang berlaku (Menkes RI, 2016).
harus mudah diakses oleh masyarakat. Sarana dan prasarana Apotek dapat
menjamin mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
penerimaan resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer. Ruang
penerimaan resep ditempatkan bagian paling depan mudah terlihat oleh pasien.
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara terbatas
meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang peracikan
13
sekurang-kurangnya disediakan peralatan peracikan, timbangan obat, air minum
(air mineral) untuk pengencer, sendok obat, bahan pengemas obat, lemari
pendingin, termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label obat. Ruang
ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup, dapat
d. Ruang konseling
konseling, lemari buku, buku-buku referensi, poster, alat bantu konseling, buku
e. Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai
f. Ruang arsip
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai serta
14
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun
(Alkes), dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan pelayanan farmasi klinik.
Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan prasarana.
a. Perencanaan
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan dengan memperhatikan pola
b. Pengadaan
c. Penerimaan
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat
d. Penyimpanan
i. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
15
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas
ii. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
iv. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO
e. Pemusnahan
Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang
memiliki Surat Izin Praktik atau Surat Izin Kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan
Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara pemusnahan resep, dan
f. Pengendalian
16
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,
faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
17
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Pharmacy Care), Pemantauan Terapi Obat (PTO) dan Monitoring Efek Samping
Obat (MESO).
1. Pengkajian resep
a. Kajian administratif yaitu nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat
badan, nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon,
c. Pertimbangan klinis yaitu ketepatan indikasi dan dosis obat, aturan, cara dan
lama penggunaan obat, duplikasi dan/atau polifarmasi, reaksi obat yang tidak
diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain), kontra indikasi
2. Dispensing
18
b. Melakukan peracikan obat bila diperlukan.
atau emulsi.
untuk obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari
mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan
e. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait dengan
obat antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus dihindari,
f. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik,
mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak stabil.
h. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh Apoteker
(apabila diperlukan).
19
i. Menyimpan resep pada tempatnya.
Apoteker di Apotek juga dapat melayani obat non resep atau pelayanan
memerlukan obat non resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat bebas
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan
obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi yang
diberikan meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda
keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi,
stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat dan lain-lain.
4. Konseling
20
Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:
a. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal,
AIDS, epilepsi).
fenitoin, teofilin).
penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari
satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis
obat.
khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis
lainnya.
bahwa seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau serta
efek samping.
21
Kriteria pasien yang wajib dilakukan pemantauan terapi obat (PTO):
c. Adanya multidiagnosis.
merugikan.
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan
pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi
a. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (Presiden RI, 2009).
22
b. Narkotika golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
2009).
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku
(Menkes RI, 2015) yang dibedakan kedalam 4 golongan, namun di dalam Undang
RI ,1997)
sangat luas digunakan dalam terapidan atau tujuan ilmu pengetahuan serta
RI ,1997)
23
Prekursor farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang
industri farmasi atau produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang
2.7.1 Peredaran
penyerahan yang harus memenuhi persyaratan keamanan, khasiat dan mutu setelah
mendapat izin edar dari menteri. Izin edar dalam bentuk obat jadi yang digunakan
dalam program terapi dan rehabilitasi medis sebagaimana dimaksud harus melalui
pendaftaran pada Badan Pengawas Obat dan Makanan dan dilaksanakan sesuai
a. Penyaluran
pengetahuan wajib memenuhi Cara Distribusi Obat yang Baik sesuai dengan
berdasarkan:
Puskesmas.
ii. Surat pesanan sebagaimana dimaksud poin a (i) hanya dapat berlaku untuk
24
iii. Surat pesanan narkotika hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) jenis nakotika
iv. Surat pesanan psikotropika atau prekursor hanya dapat digunakan untuk 1 atau
barang lain.
b. Penyerahan
dilakukan dalam bentuk obat jadi. Penyerahan dilakukan kepada pasien, harus
2.7.2 Pemesanan
Pesanan Narkotika model N-9 kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. Kimia
Farma (Persero) Tbk. Surat Pesanan Narkotika harus ditandatangani oleh Apoteker
Penanggung Jawab dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, SIA, dan
stempel apotek. Satu surat pesanan terdiri dari rangkap empat dan hanya dapat
a. Surat Pesanan
i. Nama narkotika
iii. Kekuatan
25
iv. Kemasan
v. Jumlah
tecantum dalam surat pesanan, faktur, dan/atau surat pengantar barang yang dibawa
Pemesanan psikotropika dan prekursor dapat dipesan dari PBF resmi dengan
menggunakan surat pesanan psikotropika dan prekursor model khusus dan ditanda
2.7.3 Penyimpanan
26
digunakan untuk menyimpan barang selain narkotika, psikotropika dan
a. Dinding dibuat dari tembok dan hanya mempunyai pintu yang dilengkapi
dengan pintu jeruji besi dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda.
c. Jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji besi.
d. Gudang tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin apoteker penanggung
jawab.
e. Kunci gudang dikuasai oleh apoteker penanggung jawab dan pegawai lain
yangdikuasakan.
b. Jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji besi.
ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan. Tidak boleh dimasuki oleh orang
b. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda.
c. Harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk Instalasi Farmasi
Pemerintah.
27
d. Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk apotek,
RI, 2015).
2.7.4 Penyerahan
prekursor farmasi, baik antar penyerah maupun kepada pasien dalam rangka
kefarmasian.
oleh:
a. Apotek
28
b. Puskesmas
e. Dokter
kepada:
a. Apotek lainnya
b. Puskesmas.
e. Dokter
f. Pasien
berdasarkan resep yang telah diterima berdasarkan surat permintaan tertulis yang
Farmasi Rumah Sakit dan Instalasi Farmasi Klinik hanya dapat menyerahkan
b. Dokter menjalankan tugas atau praktik di daerah terpencil yang tidak ada apotek
29
Penyerahan sebagaimana dimaksud harus berdasarkan surat permintaan
suntikan.
a. Pencatatan
30
i. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan narkotika, psikotropika, dan prekursor
farmasi.
penyaluran/penyerahan.
ii. PBF yang melakukan penyaluran narkotika, psikotropika dan prekursor dalam
bentuk obat jadi setiap bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan
prekursor dalam bentuk obat jadi kepada Direktur Jenderal dengan tembusan
Kepala Badan.
31
iv. Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah wajib membuat, menyimpan dan
prekursor dalam bentuk obat jadi kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau
vi. Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Lembaga
32
pemasukan dan penyerahan/penggunaan psikotropika sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Laporan sebagaimana dimaksud pada poin (i) sampai dengan (iv) dan (vi)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan psikotropika diatur oleh
Direktur Jenderal.
2.7.6 Pemusnahan
b. Telah kadaluarsa
33
Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah setempat. Instalasi Farmasi
peraturan perundang-undangan.
ii. Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan
dan Makanan setempat, bagi Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi
Toko Obat.
34
Provinsi, Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat, dan Dinas
dimaksud poin b.
d. Narkotika, psikotropika dan prekursor dalam bentuk bahan baku, produk antara
dan produk ruahan harus dilakukan sampling untuk kepentingan pengujian oleh
e. Narkotika, psikotropika dan prekursor dalam bentuk obat jadi harus dilakukan
pemusnahan.
oleh pihak ketiga, wajib disaksikan oleh pemilik psikotropika dan saksi.
b. Tempat pemusnahan.
e. Nama petugas kesehatan yang menjadi saksi dan saksi lain badan/saranatersebut.
g. Cara pemusnahan.
35
h. Tanda tangan penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas distribusi/fasilitas
RI, 2015).
kelayakan. Studi kelayakan adalah metode pengkajian gagasan atau ide suatu usaha
dari berbagai sumber yang dianalisis dari berbagai aspek. Pemahaman dan
pelaksanaan studi kelayakan ini dapat menghindarkan kita dari hal-hal yang dapat
untuk menentukan lokasi suatu usaha. Dasar pertimbangan paling utama ialah
pasar. Pasar merupakan masalah yang tidak boleh diabaikan dan harus
diperhitungkan:
1. Jumlah penduduk
3. Letak Apotek yang didirikan, mudah tidaknya pasien untuk parkir kendaraan
36
5. Keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat
Jika seseorang akan mendirikan suatu usaha Apotek, maka diperlukan dana
atau modal untuk membiayai semua pengadaan sarana. Modal merupakan unsur
utama yang menjamin berdiri dan hidupnya sebuah Apotek. Pada dasarnya dalam
suatu usaha dikenal dua bentuk modal yaitu modal aktif dan modal pasif.
a. Modal aktif (modal tetap) adalah dana yang digunakan membiayai pengadaan
semua kebutuhan fisik dan non fisik sebagai aset Apotek, baik yang mengalami
b. Modal pasif (modal kerja) adalah dana yang diperlukan untuk menjalankan
kinerja Apotek berada pada posisi yang tidak memperoleh keuntungan dan juga
tidak memperoleh kerugian. Analisis Break Even Point adalah suatu analisis yang
keuntungan yang dihasilkan perusahaan pada suatu periode tertentu. Analisis Break
Even Point berfungsi untuk merencanakan jumlah penjualan dan laba (Umar,
2011).
Biaya tetap
Titik impas =
Harga pokok penjualan
1− Omset
37
2.8.5 Perpajakan
Salah satu sumber dana yang digunakan untuk membiayai penyelengaraan negara
perbekalan farmasi (obat dan alat kesehatan) secara langsung kepada konsumen.
memasang papan nama (billboard), maka di Apotek terdapat beberapa jenis pajak
Menurut Umar (2011) adapun jenis pajak yang harus disetorkan Apotek ke
b. Pajak reklame.
38
BAB III
Apotek Timoti berdiri sejak tanggal 29 November 2009 yang dikelola oleh
(APJ) sekaligus Pemilik Saran Apotek (PSA). Apotiek ini didirikan sebagai usaha
Adapun Visi dari Apotek Timoti yaitu “Menjadikan Apotik Timoti sebagai
(disamping Optik). Bangunan memiliki 3 lantai dengan luas 4x20 meter persegi,
lantai 1 untuk kegiatan pelayanan, lantai 2 dan 3 merupakan tempat tinggal pemilik
sarana apotek. Lantai 1 yang terbagi menjadi beberapa bagian yaitu bagian depan,
39
swamedikasi dan penyerahan obat. Bagian tengah, tempat penyiapan dan
penyimpanan obat resep dan bagian belakang, terdapat gudang dan toilet.
dengan praktik dokter, dekat dengan pasar tradisional, terletak di pemukimam padat
penduduk dan di pinggir jalan raya sehingga mudah dijangkau dan dilalui oleh
2 Ruang Tunggu
Pasien
5
1
6 3
6 3
6 4
7 8
7
11
10
13 12
Keterangan Gambar:
3. Etalase sediaan obat Over The Counter (OTC) dan multivitamin dalam
4. Etalase sediaan obat Over The Counter (OTC) untuk pemakaian topikal dan
kosmetik
40
6. Etalase sediaan obat Over The Counter (OTC) dan multivitamin dalam
Kegiatan di Apotek dilakukan setiap hari mulai pukul 08.30 WIB sampai
dengan pukul 22.00 WIB dimana pengaturan kerja dibagi dalam dua shift, yaitu
shift pagi dan shift sore. Struktur organisasi Apotek Timoti dapat dilihat pada
Gambar 3.2.
resep, pelayanan resep dan peracikan, penyiapan dan penyerahan sediaan farmasi
41
dan alat kesehatan, ruang penyimpanan obat, toilet, dan arsip/dokumen. Sedangkan
sarana Apotek terdiri dari kipas angin/ac, lemari es, cctv, majalah, dan televisi.
jenis dan jumlah barang yang akan dibeli, dengan memperhatikan ketersediaan dan
kebutuhan pada ruang peracikan dan penjualan bebas. Hal lain yang juga menjadi
pertimbangan adalah adanya kemungkinan naik turunnya harga sediaan farmasi dan
a. Setiap obat dan perbekalan farmasi yang berkurang atau telah habis dicatat dalam
buku defecta barang. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan rutin setiap hari
b. Menetapkan item dan jumlah barang yang akan dibeli berdasarkan kriteria sedian
c. Barang yang sudah dipastikan untuk dibeli dicatat dalam buku pesanan,
berasal dari distributor terdaftar yang datang setiap pagi hari. Pengadaan obat
biasanya dengan pertimbangan harga yang ditawarkan dan discount dari PBF.
Apabila ada obat yang tidak tersedia pada salesman, maka pemesanan dilakukan
via telepon langsung ke PBF (Pedagang Besar Farmasi) lain. Kemudian surat
42
diberikan dan diserahkan ke salesman. Khusus untuk narkotika/psikotropika
Barang yang telah dipesan biasanya akan sampai di apotek pada hari yang
sama atau paling lama 2 (dua) hari. Tenaga teknis kefarmasian (Asisten Apoteker)
i. Penyesuaian faktur dengan barang yang diterima dalam hal jumlah, jenis,
ii. Meminta penjelasan pemasok apabila keadaan barang dan harga tidak sesuai
untuk Apotek dan faktur asli beserta salinan faktur lainnya dikembalikan pada
3.5.4 Penyimpanan
43
Apotek Timoti mempunyai gudang khusus penyimpanan barang.
Persediaan barang dalam jumlah yang banyak disimpan didalam gudang dengan
kelengkapan kartu stok gudang. Jika barang dilemari bagian penjualan atau ruang
peracikan sudah habis atau tinggal sedikit lagi, maka barang dapat diambl dari
gudang penyimpanan dan disusun pada lemari tersebut berdasarkan bentuk sediaan
dan alfabetis dengan menggunakan prinsip FIFO (First In First Out) dan FEFO
berikut:
a. Obat bebas dan obat bebas terbatas disimpan di rak etalase depan, sedangkan
obat keras disimpan di rak di dalam ruang peracikan berdasarkan bentuk sediaan
pendingin.
dengan cara dibakar atau diencerkan dengan air, dilakukan sesuai bentuk
sediaannya. Untuk resep yang telah melebihi jangka waktu 5 tahun, pemusnahan
biasanya dilakukan dengan membakar resep. Sedangkan untuk obat yang tidak
3.5.6 Pengendalian
44
obat yang fast moving ataupun slow moving untuk menghindari kelebihan,
dengan memeriksa stok obat yang habis atau hampir habis kemudian dicatat
didalam buku kosong untuk nantinya akan dilakukan pemesanan kembali untuk
Pencatatan dan pelaporan Apotek harus dikelola dengan baik dan benar
ii. Buku penjualan, mencatat penjualan barang baik dari resep maupun dari
penjualan bebas.
iii. Dalam buku pemesanan barang, dicatat barang yang diperlukan untuk
v. Buku pencatatan untuk mencatat jumlah obat, nama dokter, alamat dokter,
vi. Buku kas harian yaitu mencatat pemasukan dan pengeluaran uang.
45
Laporan pemakaian narkotika dan psikotropika dilakukan melalui aplikasi
dikelola oleh Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Ditjen Binfar
dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
(1) Pengkajian dan pelayanan Resep; (2) Dispensing; (3) Pelayanan Informasi Obat
(PIO); (4) Konseling; (5) Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);
(6) Pemantauan Terapi Obat (PTO) dan (7) Monitoring Efek Samping Obat
(MESO).
3. Menetapkan harga total obat dalam resep dan diberitahukan kepada pasien;
4. Menanyakan kepada pasien apakah setuju untuk membeli semua obat atau
tidak. Jika setuju, maka disiapkan obatnya, diracik untuk obat yang memerlukan
46
5. Obat diberikan di ruang depan (bagian penjualan) kemudian diperiksa kembali
kelengkapan dan ketepatan obat yang diberikan dengan yang tertulis di resep,
salinan resep kepada pasien, sedangkan resep asli disimpan sebagai arsip.
Tenaga Teknis Kefarmasian kepada pasien atau keluarga pasien. Informasi meliputi
indikasi, efikasi, dosis, bentuk sediaan, rute dan waktu pemakaian obat, keamanan
penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, harga dan cara
penyimpanan obat.
1. Asisten apoteker atau TTK di ruang penjualan mencatat permintaan barang atau
2. Jika pasien yang datang dengan keluhan menderita suatu penyakit maka
3. Bila harga sesuai maka barang diserahkan untuk kemudian dibayarkan oleh
pembeli.
47
3.6.4 Konseling
pasien dengan kriteria pasien seperti: Pasien yang mendapatkan peresepan obat
Hal -hal yang disampaikan pada waktu konseling terkait penggunaan obat,
serta informasi tentang terapi yang sedang dijalani. Konseling di Apotek Timoti
kepada pemasok.
menggunakan SIPNAP.
c. Administrasi pembayaran atas pengadaan obat dilakukan dengan dua cara yaitu
48
2. Pembayaran kredit dengan lama pembayaran 21 – 40 hari, namun pada
pada waktu operasional apotek. Pada saat jatuh tempo, pembayaran dapat
dilakukan secara tunai atau melalui transfer bank, jika transaksi di atas 30
juta rupiah.
3.7.2 Perpajakan
adalah membayar pajak kutipan yang berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota
antara lain yaitu Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Penghasilan, PPn dan Pajak
Reklame.
49
BAB IV
PEMBAHASAN
Sisingamangaraja No. 53B, Medan mulai dari tanggal 19 Mei 2022 sampai 20 Juni
2022. Apotek Timoti melayani pasien selama 14-15 jam mulai dari pukul 08.30 –
23.00 WIB.
4.1 Lokasi
Apotek Timoti Medan merupakan salah satu Apotek swasta yang berlokasi
klinik, praktek dokter, dan berada dipinggir jalan besar sehingga mudah dijangkau
oleh masyarakat. Hal ini akan sangat menunjang fungsi Apotek, baik fungsi
ekonomi maupun fungsi sosial. Menurut Permenkes No. 73 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dalam hal sarana dan prasarana, salah
satu poinnya menyatakan bahwa suatu Apotek itu seharusnya berlokasi pada daerah
yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Oleh karena itu, Apotek Timoti dapat
dikatakan telah memenuhi ketentuan ini. Namun, karena jumlah Apotek yang
berada di dekat Apotek Timoti relatif banyak, Apoteker Penanggung Jawab Apotek
(APA) juga harus melihat persaingan yang ada di sekitar lingkungan Apotek.
50
pasien mengenai obat yang digunakan sehingga bisa menjadi nilai tambah untuk
Apotek tersebut.
bebas maupun resep dengan cukup baik dan lengkap dengan harga obat yang
bersaing, karyawan/Asisten Apoteker yang ramah, dan kondisi Apotek yang bersih
serta susunan obat yang teratur. Dalam hal ini Asisten Apoteker di Apotek Timoti
selain membantu APA dalam melayani resep dan obat-obat over the counter (OTC)
menjaga keberadaannya. Akan tetapi dalam kegiatannya, bisnis Apotek juga tidak
buku pesanan sementara yang berisi daftar perbekalan famasi yang akan habis yang
masyarakat. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
51
Apotek. Cara seperti ini dinilai cukup efektif mengingat cukup banyaknya pasien
yang datang untuk membeli obat, dikarenakan obat yang tersedia sesuai dengan
salesman yang berasal dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah terdaftar,
Pengadaan perbekalan Farmasi di Apotek Timoti Medan sudah cukup baik karena
dalam pengadaannya telah mengutamakan obat-obat yang fast moving serta dengan
memperhatikan obat-obat apa saja yang sering dibutuhkan pasien. Apabila ada item
obat yang tidak tersedia pada salesman, maka pemesanan dilakukan via telepon
langsung ke PBF lain. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Apotek dimana pengadaan harus melalui jalur resmi yang sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Penerimaan barang yang telah dipesan dari PBF dilakukan oleh tenaga
dengan menyesuaikan faktur pesanan dan barang yang diterima dalam hal jumlah,
jenis, keadaan, kesesuaian harga, potongan harga yang telah disepakati, dan nama
perusahaan pemasok. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
52
mutu, dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang
diterima.
4.2.4 Penyimpanan
(First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) diletakkan pada rak-rak
obat yang tersedia dan disusun secara alfabetis disesuaikan dengan bentuk sediaan.
Obat bebas dan bebas terbatas disimpan di rak etalase depan, sedangkan obat-obat
seperti suppositoria dan obat-obatan yang harus disimpan pada suhu rendah
Kefarmasian di Apotek yaitu obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik
dengan sistem penyimpanan dilakukan sesuai bentuk sediaan dan disusun secara
sesuai jenis dan bentuk sediaan, kemudian dapat dimusnahkan sesuai dengan
bentuk sediaannya. Untuk resep yang melebihi jangka waktu 5 tahun, pemusnahan
sampah. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Apotek yaitu pemusnahan obat kadaluarsa harus dimusnahkan sesuai jenis dan
bentuk sediaan, sedangkan resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5
tahun dapat dimusnahkan dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lainnya.
53
4.2.6 Pengendalian
pencatatan dan pelaporan sediaan farmasi dan alat kesehatan di Apotek Timoti
masih dilakukan secara manual yang terdiri dari laporan internal dan eksternal.
a. Laporan Internal
- Laporan pemilihan dalam buku pemilihan yaitu, buku yang mencatat semua
pembelian.
- Laporan penjualan dalam buku penjualan, yaitu: buku yang mencatat semua
penjualan barang setiap hari, baik dengan resep ataupun penjualan bebas
- Laporan pemesanan barang dalam buku defecta, yaitu buku yang mencatat
daftar barang yang akan dipesan atau barang yang sudah habis
persediaannya.
- Buku stock obat yaitu, buku yang mencatat pemasukan dan pengeluaran
obat dari gudang sehingga dapat diketahui berapa sisa obat dan berapa obat
54
b. Laporan eksternal
dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO). Dalam hal ini, pelayanan farmasi
klinik di Apotek Timoti masih terbatas pada pengkajian dan pelayanan resep,
efek samping obat belum dilakukan, tidak tersedianya rekam jejak medis
(medication record) pasin, selain itu juga membutuhkan biaya, waktu, ruangan dan
sumber daya manusia yang cukup banyak, sehingga untuk saat ini kegiatan tersebut
langsung ke apoteker.
55
Peran apoteker dalam apotek sangatlah penting dalam meningkatkan kualitas
ilmu pengetahuan, guna mengangkat derajat profesi apoteker menjadi suatu profesi
sudah berjalan dengan baik. Apoteker di Apotek Timoti setiap hari datang ke
ataupun pemilik sarana Apotek menyadari peran penting dan manfaat seorang
berjalan dengan baik, serta senantiasa membenahi diri agar dapat mengikuti
maka sebaiknya Apoteker tetap berada di Apotek, hal ini sesuai dengan fungsi
farmasi masa depan yaitu berorientasi pasien (patient oriented) dan apabila
Apoteker tidak ditempat maka tidak ada pelayanan (no pharmacist no service).
56
BAB V
5.1 Kesimpulan
a. Calon Apoteker telah memahami peran, fungsi dan tanggung jawab Apoteker
pelayanan yang baik terhadap pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien.
5.2 Saran
c. Disarankan sebaiknya memiliki rak tersendiri untuk obat LASA (Look Alike
Sound Alike) dan untuk obat high alert untuk mempermudah dalam proses
57
DAFTAR PUSTAKA
Menkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 28 Tahun
2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan
Nasional. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Menkes RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 3 Tahun
2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnaan dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi. Jakarta: Menteri
Kesehatan Republik Indonesia.
Menkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73 Tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Menteri
Kesehatan Republik Indonesia.
Menkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 9 Tahun
2017 Tentang Apotek. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Presiden RI. 1980. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 Tahun 1980.
Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia.
Presiden RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika. Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia.
Presiden RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang
Kefarmasian. Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia
58
Lampiran 1. Surat Pesanan Narkotika
59
Lampiran 2. Surat Pesanan Psikotropika
60
Lampiran 3. Surat Pesanan Prekursor
61
Lampiran 4. Surat Pesanan Obat-obat Tertentu
62
Lampiran 5. Surat Pesanan Reguler/biasa
63
Lampiran 6. Contoh Surat Pelaporan Narkotika
64
Lampiran 7. Contoh Surat Pelaporan Psikotropika
65
Lampiran 8. Etiket
66
Lampiran 9. Salinan Resep
67
LAPORAN KIE
(KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI)
RESEP DAN SWAMEDIKASI
Disusun Oleh:
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv
BAB I PELAYANAN RESEP ......................................................................... 1
1.1 Resep 1 ....................................................................................................... 1
1.1.1 Salinan resep ........................................................................................... 2
1.1.2 Kasus ....................................................................................................... 3
1.1.3 Tiga pertanyaan utama ............................................................................ 3
1.1.4 Tahap-tahap compounding dan dispensing ............................................. 3
1.1.5 Spesialite obat pada resep 1 .................................................................... 9
1.2 Resep 2 ....................................................................................................... 10
1.2.1 Salinan resep ........................................................................................... 11
1.2.2 Kasus ....................................................................................................... 12
1.2.3 Tiga pertanyaan utama ............................................................................ 12
1.2.4 Tahap-tahap compounding dan dispensing ............................................. 12
1.2.5 Spesialite obat pada resep 2 .................................................................... 16
1.3 Resep 3 ....................................................................................................... 17
1.3.1 Salinan resep ........................................................................................... 18
1.3.2 Kasus ....................................................................................................... 19
1.3.3 Tiga pertanyaan utama ............................................................................ 19
1.3.4 Tahap-tahap compounding dan dispensing ............................................. 19
1.3.5 Spesialite obat pada resep 3 .................................................................... 23
1.4 Resep 4 ....................................................................................................... 24
1.4.1 Salinan resep ........................................................................................... 25
1.4.2 Kasus ....................................................................................................... 26
1.4.3 Tiga pertanyaan utama ............................................................................ 26
1.4.4 Tahap-tahap compounding dan dispensing ............................................. 26
1.4.5 Spesialite obat pada resep 4 .................................................................... 29
1.5 Resep 5 ....................................................................................................... 30
1.5.1 Salinan resep ........................................................................................... 31
1.5.2 Kasus ....................................................................................................... 32
1.5.3 Tiga pertanyaan utama ............................................................................ 33
1.5.4 Tahap-tahap compounding dan dispensing ............................................. 33
1.5.5 Spesialite obat pada resep 5 .................................................................... 36
BAB II PELAYANAN SWAMEDIKASI ....................................................... 37
2.1 Swamedikasi 1 ........................................................................................... 37
2.1.1 Keluhan ................................................................................................... 37
2.1.2 Spesialite obat swamedikasi .................................................................... 37
2.1.3 Pelayanan informasi obat ........................................................................ 37
2.2 Swamedikasi 2 ........................................................................................... 38
2.2.1 Keluhan ................................................................................................... 38
2.2.2 Spesialite obat swamedikasi .................................................................... 38
2.2.3 Pelayanan informasi obat ........................................................................ 38
2.3 Swamedikasi 3 ........................................................................................... 39
2.3.1 Keluhan ................................................................................................... 39
ii
2.3.2 Spesialite obat swamedikasi .................................................................... 39
2.3.3 Pelayanan informasi obat ........................................................................ 39
2.4 Swamedikasi 4 ........................................................................................... 40
2.4.1 Keluhan ................................................................................................... 40
2.4.2 Spesialite obat swamedikasi .................................................................... 40
2.4.3 Pelayanan informasi obat ........................................................................ 40
2.5 Swamedikasi 5 ........................................................................................... 41
2.5.1 Keluhan ................................................................................................... 41
2.5.2 Spesialite obat swamedikasi .................................................................... 41
2.5.3 Pelayanan informasi obat ........................................................................ 41
2.6 Swamedikasi 6 ........................................................................................... 42
2.6.1 Keluhan ................................................................................................... 42
2.6.2 Spesialite obat swamedikasi .................................................................... 42
2.6.3 Pelayanan informasi obat ........................................................................ 42
2.7 Swamedikasi 7 ........................................................................................... 43
2.7.1 Keluhan ................................................................................................... 43
2.7.2 Spesialite obat swamedikasi .................................................................... 43
2.7.3 Pelayanan informasi obat ........................................................................ 43
2.8 Swamedikasi 8 ........................................................................................... 44
2.8.1 Keluhan ................................................................................................... 44
2.8.2 Spesialite obat swamedikasi.................................................................... 44
2.8.3 Pelayanan informasi obat ........................................................................ 44
2.9 Swamedikasi 9 ........................................................................................... 45
2.9.1 Keluhan ................................................................................................... 45
2.9.2 Spesialite obat swamedikasi .................................................................... 45
2.9.3 Pelayanan informasi obat ........................................................................ 45
2.10 Swamedikasi 10 ....................................................................................... 46
2.10.1 Keluhan ................................................................................................. 46
2.10.2 Spesialite obat swamedikasi .................................................................. 46
2.10.3 Pelayanan informasi obat ...................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 48
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Pemeriksaan identitas pasien dan obat berdasarkan resep 1 ..... 6
1.2 Daftar spesialite obat pada resep 1 ............................................ 9
1.3 Pemeriksaan identitas pasien dan obat berdasarkan resep 2 ..... 14
1.4 Daftar spesialite obat pada resep 2 ............................................ 16
1.5 Pemeriksaan identitas pasien dan obat berdasarkan resep 3 ..... 21
1.6 Daftar spesialite obat pada resep 3 ............................................ 23
1.7 Pemeriksaan identitas pasien dan obat berdasarkan resep 4 ..... 28
1.8 Daftar spesialite obat pada resep 4 ............................................ 29
1.9 Pemeriksaan identitas pasien dan obat berdasarkan resep 5 ..... 34
1.10 Daftar spesialite obat pada resep 5 ............................................ 36
2.1 Daftar spesialite obat swamedikasi 1 ........................................ 37
2.2 Daftar spesialite obat swamedikasi 2 ........................................ 38
2.3 Daftar spesialite obat swamedikasi 3 ........................................ 39
2.4 Daftar spesialite obat swamedikasi 4 ........................................ 40
2.5 Daftar spesialite obat swamedikasi 5 ........................................ 41
2.6 Daftar spesialite obat swamedikasi 6 ........................................ 42
2.7 Daftar spesialite obat swamedikasi 7 ........................................ 43
2.8 Daftar spesialite obat swamedikasi 8 ........................................ 44
2.9 Daftar spesialite obat swamedikasi 9 ........................................ 45
2.10 Daftar spesialite obat swamedikasi 10 ...................................... 46
iv
BAB I
PELAYANAN RESEP
1.1 Resep 1
1
1.1.1 Salinan Resep
2
1.1.2 Kasus
Drops sebagai obat untuk mengatasi radang telinga akut dan kronis,
Berdasarkan data diatas, pasien mengalami peradangan pada telinga kiri dan
gejala flu.
- Nama, umur, dan BB pasien : ada, umur dan BB pasien (Tanya pasien)
- R/ : Recipe (ambillah)
3
- S 2 dd tab I : Signa duo de die tabula unum
b. Perhitungan
3–4 x 1 hari
dosis lazim
- Tremenza
HCl 2,5 mg
01 19-05-22
2 x sehari 3 tetes telinga kiri
Ny. Liza Lubis
4
b. Tremenza diambil sebanyak 20 tablet diberi etiket putih
01 19-05-22
Ny. Liza Lubis
2 1
Tidak
Parameter Sesuai
Sesuai
I. Identitas Pasien
- Nama pasien: Liza andriani Lubis √
- Umur : 20 tahun √
II. Identitas Obat
a. Blecidex Ear Drop
- Bentuk sediaan : tetes telinga √
- Cara pemakaian : 2 x sehari 3 tetes pada √
telinga kiri
b. Tremenza √
- Bentuk sediaan : Tablet √
- Cara pemakaian : 2 x Sehari 1 tablet
Data dicatat dalam buku catatan pengobatan pasien seperti berikut ini:
- No. Resep : 01
5
- Nama dan Jumlah obat : Blecidex Ear Drop = 1 botol
Tremenza = 20 tablet
kronis
• Obat diteteskan sebanyak 3 tetes pada telinga sebelah kiri. Dilakukan 2 kali
sehari
• Obat disimpan pada kotak obat tempat yang kering, terlindung dari cahaya
b. Tremenza
• Obat disimpan pada kotak obat tempat yang kering, terlindung dari
6
7. Terapi non farmakologi
7
1.2 Resep 2
8
1.2.1 Salinan Resep
9
1.2.2 Kasus
antiinflamasi dan antinyeri. Berdasarkan data diatas pasien mengalami nyeri dan
- Nama, umur, dan BB pasien : tidak ada umur dan BB (Tanya pasien)
- R/ : Recipe (ambillah)
10
b. Perhitungan
- Ciprofloxacin 500 mg
lazim)
- Cataflam 50 mg
02 23-05-22
Abel
3 1
11
b. Cataflam 50 mg diambil sebanyak 10 tablet dan diberi etiket putih
02 23-05-22
Abel
3 1
Tidak
Parameter Sesuai
Sesuai
I. Identitas Pasien
- Nama pasien: Abel √
- Umur : 83 tahun √
II. Identitas Obat
a. Ciprofolxacin 500 mg
- Bentuk sediaan : tablet √
- Cara pemakaian : 3 kali sehari 1 tablet √
b. Cataflam 50 mg
- Bentuk sediaan : tablet √
- Cara pemakaian : 3 kali sehari 1 tablet √
Data dicatat dalam buku catatan pengobatan pasien seperti berikut ini:
- No. Resep : 02
12
- Nama dan Jumlah obat : Ciprofolxacin = 10 tablet
a. Ciprofloxacin 500 mg
b. Cataflam 50 mg
• Obat dapat menyebabkan rasa mual dan muntah, jika terjadi efek samping
13
7. Terapi non farmakologi
Produk Komposisi/
No Nama Obat Gol Khasiat
Lain Generik
1. Ciprofloxacin Baquinor Ciprofolxacin Keras Obat untuk
500 mg forte (Sanbe 500 mg antibiotic
(Generic Farma) generic
manufacture)
2. Cataflam 50 Diflam 50 Kalium Keras Obat untuk
mg mg Diklofenak antiinflamasi
(Novartis) (Interbat) 50 mg dan antinyeri
14
1.3 Resep 3
15
1.3.1 Salinan Resep
16
1.3.2 Kasus
Berdasarkan komposisi obat yang ada pada resep, Cetinal syrup digunakan
untuk meredakan gejala rhinitis alergi dan urtikula, Cefspan syrup digunakan
sebagai antibiotik pada infeksi faringitis dan tonsilitis, serta bronchitis akut dan
- R/ : Recipe (ambillah)
17
- S 2 dd cth I : Signa bis de die cochlear thea unum
b. Perhitungan
- Cetinal
- Cefspan Sirup
05 21-05-22
M. Iffni Tampubolon
1 1
18
b. Cefspan sirup diambil sebanyak 1 botol dan diberi etiket putih
05 21-05-22
M. Iffni Tampubolon
2 1
Tidak
Parameter Sesuai
Sesuai
I. Identitas Pasien
- Nama pasien: M.Iffni Tampubolon √
- Umur : 10 tahun √
II. Identitas Obat
a. Cetinal syrup
√
- Bentuk sediaan : sirup
√
- Cara pemakaian : 1 kali sehari 1 sendok
teh
b. Cefspan syrup
√
- Bentuk sediaan : sirup
√
- Cara pemakaian : 2 kali sehari 1 sendok
the
5. Melakukan pencatatan data
Data dicatat dalam buku catatan pengobatan pasien seperti berikut ini:
- No. Resep : 03
19
6. Pelayanan informasi obat
a. Cetinal syrup
b. Cefspan syrup
20
1.3.5 Spesialite obat pada resep
21
1.4 Resep 4
22
1.4.1 Salinan Resep
23
1.4.2 Kasus
digunakan untuk obat antibiotik pada infeksi saluran pernafasan, kulit dan jaringan
lunak, tulang dan sendi. Dexamethasone 0,5 mg digunakan untuk mengobati supresi
meredakan nyeri ringan hingga sedang pada sakit kepala, sakit gigi, nyeri haid
primer, nyeri otot, dan nyeri paska operasi. Transamin 500 mg digunakan untuk
peradangan, gatal-gatal pada kulit serta nyeri pada rongga atau mukosa mulut.
24
- R/ : Recipe (ambillah)
b. Perhitungan
- Clindamycin 300 mg
- Dexamethasone 0,5 mg
25
Jumlah yang diambil : 10 tablet
- Transamin 500 mg
04 28-05-22
Agustina
3 1
04 28-05-22
Agustina
2 1
26
c. Asam Mefenamat 500 mg diambil 10 tablet dan diberi etiket putih
04 28-05-22
Agustina
1 1
04 28-05-22
Agustina
1 1
Tidak
Parameter Sesuai
Sesuai
I. Identitas Pasien
- Nama pasien: Agustina √
- Umur : 41 tahun √
II. Identitas Obat
a. Clindamycin 300 mg
- Bentuk sediaan : tablet √
- Cara pemakaian : 3 x sehari 1 tablet √
b. Dexamethasone 0,5 mg
- Bentuk sediaan : tablet √
- Cara pemakaian : 2 x sehari 1 tablet √
c. Asam Mefenamat 500 mg
√
27
- Bentuk sediaan : tablet √
- Cara pemakaian : jika diperlukan 1 tablet
d. Transamin 500 mg √
- Bentuk sediaan : tablet √
- Cara pemakaian : 1 x sehari 1 tablet
Data dicatat dalam buku catatan pengobatan pasien seperti berikut ini:
- No. Resep : 04
a. Clindamycin 300 mg
28
• Obat disimpan di tempat yang kering, terlindung dari cahaya matahari
b. Dexamethasone 0,5 mg
gangguan alergi
• Obat disimpan di tempat yang sejuk dan kering, terlindung dari cahaya dan
d. Transamin 500 mg
29
gatal-gatal pada kulit serta nyeri pada rongga atau
mukosa mulut.
• Obat disimpan di tempat yang sejuk dan kering, terlindung dari cahaya dan
30
1.4.5 Spesialite obat pada resep
N Produk Komposisi/
Nama Obat Gol Khasiat
o Lain Generik
1. Clindamycin Prolic Clindamycin Keras antibiotik pada
300 mg (Sanbe 300 mg infeksi saluran
(Generic Farma) pernafasan,
manufacture) kulit dan
jaringan
lunak, tulang
dan sendi.
2. Dexamethason Cortidex Dexamethason Keras mengobati
e 0,5 mg (Sanbe e 0,5 mg supresi
(Generic Farma) inflamasi dan
Manufacture) gangguan
alergi
31
1.5 Resep 5
32
1.5.1 Salinan Resep
33
1.5.2 Kasus
lama pada kulit. Elocon salep digunakan untuk meredakan inflamasi dan
penyakit dermatitis
(tanya pasien)
34
2. Memahami dan menginterpretasi resep
- R/ : Recipe (ambillah)
b. Perhitungan
- Cerini
- Lameson
Komposisi : Methylprednisolone 4 mg
- Ceradan krim
35
Dosis Lazim : Sesuai resep dokter
Dosis dalam resep : dioleskan pagi dan malam hari (sesuai dosis lazim)
- Elocon Salep
Dosis resep : Dioleskan pagi dan malam hari pada kulit yang
radang/gatal
05 20-05-22
Ibu Nurhayati
1 1
05 20-05-22
Ibu Nurhayati
2 1
36
c. Ceradan diambil sebanyak 1 tube dan diberi etiket biru
05 20-05-22
Dioleskan pagi dan malam
Ibu Nurhayati
05 20-05-22
Dioleskan pagi dan malam
Ibu Nurhayati
Tidak
Parameter Sesuai
Sesuai
III. Identitas Pasien
- Nama pasien: Ibu Nurhayati √
- Umur : 72 tahun √
IV. Identitas Obat √
a. Cerini √
- Bentuk sediaan : tablet
- Cara pemakaian : 1 kali sehari 1 tablet
b. Lameson √
- Bentuk sediaan : tablet √
- Cara pemakaian : 2 kali sehari 1 tablet
c. Ceradan
√
- Bentuk sediaan : krim √
- Cara pemakaian : dioleskan pagi dan
malam
37
d. Elacon √
- Bentuk sediaan : salep √
- Cara pemakaian : dioleskan pagi dan
malam
Data dicatat dalam buku catatan pengobatan pasien seperti berikut ini:
- No. Resep : 05
- Umur/BB pasien : 72
Lameson = 16 tablet
Ceradan = 1 tube
Elacon = 2 tube
a. Cerini
38
• Obat disimpan di tempat yang kering, terlindung dari cahaya matahari
b. Lameson
• Obat disimpan di tempat yang sejuk dan kering, terlindung dari cahaya dan
c. Ceradan
d. Elocon
dermatosis.
39
- Hal yang perlu diinformasikan :
• Obat disimpan di tempat yang sejuk dan kering, terlindung dari cahaya dan
40
tahan lama
pada kulit.
4. Elocon Mometasone Dermovel Keras meredakan
(Merck furoate 0.1 % (Ferron) inflamasi dan
Sharp & gejala pruritus
Dohme pada
Pharma) dermatosis.
41
BAB II
PELAYANAN SWAMEDIKASI
2.1 Swamedikasi 1
2.1.1 Keluhan
Seorang ibu datang ke apotek dengan keluhan anaknya yang berusia 8 tahun
- Obat disimpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya dan
42
2.2 Swamedikasi 2
2.2.1 Keluhan
perjalanan dan ingin membeli obat untuk mengatasi mabuk perjalanan karena ia
besok hendak pergi keluar kota. Berdasarkan keluhan tersebut obat yang diberikan
adalah Antimo®.
43
3. Cara Pakai : 1 tablet diminum ½ jam sebelum perjalanan
meminum obat
- Hindari membaca buku atau menatap layar gadget saat kendaraan sedang
melaju
2.3 Swamedikasi 3
2.3.1 Keluhan
tahun tidak nafsu makan dan selalu merasa gatal pada bagian anus. Obat yang
44
3. Cara Pakai : Diminum 1 botol sesudah makan/2 sendok takar sekali
minum
pada waktu mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar
2.4 Swamedikasi 4
2.4.1 Keluhan
BAB sudah hampir 3 hari, dan meminta obat minum (secara oral). Obat yang
45
4. Hal-hal yang perlu diinformasikan :
- Simpan obat ditempat yang sejuk, kering, dan terhindar sinar matahari
2.5 Swamedikasi 5
2.5.1 Keluhan
Seorang bapak berusia ±40 tahun datang ke Apotek dengan keluhan panu
46
2.6 Swamedikasi 6
2.6.1 Keluhan
Seorang ibu berusia ±30 tahun datang ke apotek dengan keluhan sakit dan
nyeri pada gigi sudah 2 hari. Obat yang diberikan adalah Mefinal® kaplet.
- Simpan obat di tempat yang sejuk, kering, dan terhindar dari sinar matahari
47
2.7 Swamedikasi 7
2.7.1 Keluhan
terkena debu saat berkendara motor. Berdasarkan keluhan tersebut obat yang
3. Cara Pakai : 3-4 kali sehari, 2-3 tetes pada setiap mata
- Obat hanya boleh digunakan selama 28 hari setelah tutup pertama kali
dibuka
- Jangan menggunakan obat ini secara rutin untuk jangka panjang, jika
48
2.8 Swamedikasi 8
2.8.1 Keluhan
matahari langsung
49
2.9 Swamedikasi 9
2.9.1 Keluhan
2.10 Swamedikasi 10
2.10.1 Keluhan
kembung dan mengatakan bahwa beberapa kali ia makan tidak tepat pada
50
waktunya. Berdasarkan keluhan tersebut obat yang diberikan adalah Mylanta®
suspensi.
51
2.10.3 Pelayanan Informasi Obat
- Obat hanya boleh dikonsumsi selama 14 hari setelah tutup pertama kali
dibuka
- Makan teratur dan tepat waktu serta menghindari makanan pedas dan
asam
- Obat disimpan di tempat sejuk dan terlindung dari cahaya serta jauhkan
dari jangkauan anak-anak
52
DAFTAR PUSTAKA
ISO. 2017. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Volume 51. Jakarta: ISFI.
MIMS. 2017. MIMS Petunjuk Konsultasi. Edisi 16. Jakarta: PT Bhuana Ilmu
Populer.
53