Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN EVIDENCED-BASED PRACTICE

KEPERAWATAN GERONTIK

Nama : Widya Putri Ardianti

NIM : SN201232

Kelompok : 34

1. Latar Belakang
Hipertensi atau yang biasa disebut darah tinggi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari
140mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013).
Penyakit hipertensi adalah salah satu jenis penyakit yang mematikan di
dunia dan faktor risiko paling utama terjadinya hipertensi yaitu faktor usia
sehingga tidak heran penyakit hipertensi sering dijumpai pada usia lanjut
(Fauzi, 2014).
Pada usia lanjut, penyebab hipertensi disebabkan terjadinya
perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal
dan menjadi kaku, kemampuan memompa darah, kehilangan elastisitas
pembuluh darah, dan meningkat resistensi pembuluh darah perifer.
Elastisitas pembuluh darah menghilang karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak
sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Secara
umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut
(Aspiani, 2014) :
a. Sakit kepala atau nyeri kepala
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
d. Berdebar -debar atau denyut jantung terasa cepat
e. Telinga mendenggung atau berdenging
2. PICOS
P : Hipertensi, Lansia
I : Terapi ROP
C : Ada
O : Menurunkan Tekanan Darah
S : Quasi Experimen

3. Tinjauan Kasus
Penderita hipertensi sangat rentang dengan timbulnya penyakit lain
dan terjadinya komplikasi, berikut penyakit komplikasi yang dapat
ditimbulkan menurut Muttaqin (2012) dan Triyanto (2014) :
a. Stroke
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
pecahnya pembuluh darah (stroke) sehingga mengakibatkan
terjadinya embolus. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik
apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
menebal. Jaringan otak mengalami kematian karena kurang
adekuatnya aliran darah dan oksigen dalam otak. Stroke terjadi
secara tiba-tiba dan dapat menyebabkan kematian hanya dalam
beberapa menit saja.
b. Gagal jantung
Ketika tekanan darah terus terjadi peningkatan maka hal
tersebut memaksa otot jantung harus bekerja lebih keras untuk
memompa darah. Semakin seringnya otot jantung bekerja keras
akan mengakibatkan pembesaran otot jantung kiri sehingga jantung
dapat mengalami gagal fungsi. Hal ini mengakibatkan cairan
terkumpul di paru-paru, kaki dan jaringan lainnya yang disebut
edema.
c. Gagal ginjal
Terjadi karena kerusakan progresif akibat tingginya tekanan
darah pada kapiler ginjal di glomerulus yang akan mengakibatkan
kerusakan pada pembuluh darah. Dengan rusaknya glomerulus,
darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan
terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.
Karena terjadinya kerusakan, maka protein akan keluar melalui
urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan
terjadi edema. Hal inilah yang menyebabkan ginjal semakin hari
akan menalami penurunan hingga terjadilah gagal ginjal.
d. Kerusakan pada mata
Karena tekanan darah tinggi maka dapat menyebabkan
pembuluh darah dan saraf dalam mata menjadi rusak sehingga
terjadi penurunan fungsi pengelihatan.
e. Infark miokard
Hal ini dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke
miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat
aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.
f. Ensefalopati
Terjadi pada hipertensi maligna atau hipertensi yang terjadi
secara cepat. Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang
intertisium diseluruh susunan saraf pusat.

4. Dasar Pembanding
Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah Pada Klien
Hipertensi Primer.

5. Implementasi
Terapi ROP (Relaksai Otot Progresif)
6. Hasil
Ada pengaruh yang signifikan terhadap tekanan darah lansia penderita
hipertensi sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi otot progresif.

7. Diskusi
Dalam menerapkan terapi ROP harus diperhatikan keadaan pasien untuk
melakukannya.

8. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terapi relaksasi otot progresif
efektif menurunkan tekanan darah (sistole dan diastole) lansia penderita
hipertensi dibandingkan hanya rutin minum obat hipertensi . Dalam pasien
hipertensi perawat dapat menerapkan ROP baik dirumah maupun
poliklinik dalam memberikan asuhan keperawatan.

9. Daftar Pustaka
Aspiani, R.Y. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskuler Aplikasi NIC dan NOC. Edisi 1. Jakarta: EGC.

Baharudin, Rohandi. 2016. Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap


Tekanan Darah Pada Klien Hipertensi Primer. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Iqra.

Fauzi, Isma. 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala & Pengobatan Asam
Urat, Diabetes dan Hipertensi. Yogyakarta : Araska.

Ilham. 2019. Efektivitas Terapi Relaksasi Otot Progresif Dalam


Menurunkan Hipertensi Pada Lansia. Skripsi. Stikes Baiturahim.

Muttaqin, A. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Surakarta, 8 Mei 2021


Mengetahui,

(Widya Putri Ardianti)

Anda mungkin juga menyukai