Anda di halaman 1dari 4

RENCANA KERJA OPERASIONAL (RKO) KEGIATAN KEPENGHULUAN

UNSUR : PELAYANAN DAN BIMBINGAN NIKAH ATAU RUJUK


SUB UNSUR : PEMERIKSAAN/ANALISIS BERKAS PERMOHONAN KEHENDAK NIKAH ATAU RUJUK

Nama : H.Hadenus, S.Ag.MH


NIP : 197012311999031002
Jabatan/Pangkat : Penghulu Ahli Madya/Pembina, IV/a
Unit Kerja/Tempat Tugas : KUA Kec. Donri Donri

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pernikahan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia. Untuk
melangsungkan sebuah pernikahan yang sah menurut hukum syar”I dan hukum per-Undangan
yang berlaku. Pernikahan bukan hanya diutamakan secara syar’Inya saja namun juga yang lebih
penting adalah berkas administrasi pernikahan, untuk memastikan memenuhi syarat atau tidak
untuk dicatatkan pernikahannya, Sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan di
dalam Pasal2, disebutkan bahwa “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku“ Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah pemeriksaan
administrasi pernikahan sebelum dicatatkan pernikahan. Dalam PMA no.20 tahun 2019 tentang
pencatatan pernikahan, bahwa penghulu memiliki kewenangan untuk memeriksa berkas
administrasi pernikahan, baik kepada calon pengantin maupun kepada wali nikah untuk
memastikan ada tidaknya halangan untuk dilangsungkan pernikahan.

B. DASAR HUKUM :
1. Undang- undang No. 1 Tahunn 1974 tentang Perkawinan;
2. Undang-undang No. 16 tahun 2019 tentang Perubahan uu no 1 tahun 1974, tentang
perkawinan
3. Peraturan Pemerintah no 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 tahun 1974, tentang
Perkawinan
4. PMA No. 20 Tahun 2019 tentanh Pencatatan Pernikahan
5. Jeputusan Dirjen Bimas Islam No. 473 tahun 2020, tentang Juknis pelaksanaan pencatatan
pernikahan
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kelengkapan persyaratan pendaftaran kehendak nikah;
2. Untuk menetapkan layak tidaknya diproses lebih lanjut pelaksanaan akad nikah dan
pencatatan akad nikah..

D. SASARAN
Sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan ini adalah agar setiap permohonan kehendak
nikah betul betul lengkap dan terpenuhi syarat dan rukunnya, sah menurut syar’i dan UU
Perkawinan, serta mendapatkan legalitas hukum .

BAB II
PEMERIKSAAN /ANALISIS BERKAS PERMOHONAN KEHENDAK NIKAH ATAU RUJUK

A. SYARAT ADMINISTRASI PERNIKAHAN


Adapun yang menjadi syarat administrasi pernikahan adalah :
1. Surat pengantar nikah dari Desa/Kelurahan;
2. Foto kopi akta kelahiran atau surat keterangan kelahiran yang dikeluarkan oleh
Desa/kelurahan;
3. Foto kopi KTP/resi surat keterangan telah melakukan perekaman KTP elektronik;
4. Foto kopi KK;
5. Surat rekomendasi nikah dari KUA Kecamatan setempat bagi catin yang melangsungkan
nikah di luar wilayah kecamatan tempat tinggal;
6. Surat persetujuan kedua calon pengantin;
7. Izin tertulis dari orang tua atau wali bagi catin yang belum mencapai usia 21 tahun;
8. Izin dari Pengadilan Agama, dalam hal orang tua, wali, dan penfampu tidak ada;
9. Dispensasi dari Pengadilan Agama bagi catin yang belum mencapai usia 19 tahun;
10. Surat izin dari atasanatau kesatuan bagi TNI/POLRI;
11. Penetapan izin poligami dari PA bagi suami yang hendak beristri lebih dari seorang;
12. Akta cerai dari PA bagi catin yang berstatus Duda/Janda;
13. Akta kematian atau surat keterangan kematian suami istri yang dibuat oleh
desa/kelurahan.

B. PEMERIKSAAN SYARAT CATIN DAN WALI


Dalam melaksanakan suatu perikatan terdapat syarat yang harus di penuhi. Menurut
bahasa syarat adalah ketentuan (peraturan, petunjuk) yang harus diindahkan dan dilakukan
dalam melaksanakan suatu kegiatan. syarat adalah sesuatu yang tergantung padanya
keberadaan hukum syar’I dan ia berada diluar hukum itu sendiri yang ketiadaanya
menyebabkan hukum itupun  tidak ada. Dalam syari’ah syarat sama-sama menentukan sah
atau tidaknya suatu transaksi. syarat merupakan sifat yang kepadanya tergantung
keberadaan hukum tetapi ia berada diluar hukum itu sendiri. Sah yaitu sesuatu pekerjaan
(ibadah) yang memenuhi rukun dan syarat.
Syarat adalah sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya suatu
pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan tersebut.
Adapun syarat sah dalam pernikahan sebagai berikut perspektif hukum islam:
1. Calon suami : a)Bukan mahram dari calon istri, b)Tidak terpaksa (atas kemauan sendiri),
c)Jelas orangnya (bukan banci), d)Tidak sedang ihram haji.
2. Calon Istri : a)Tidak bersuami, b)Bukan mahram, c)Tidak dalam masa iddah, d)Merdeka
(atas kemauan sendiri), e)Jelas orangnya, f)Tidak sedang ihram haji.
3. Wali : a)Laki-laki, b)Dewasa, c)Waras akalnya, d)Tidak dipaksa, e)Adil, f)Tidak sedang
ihram haji.
4. Ijab qabul : Ijab adalah sesuatu yang diucapkan oleh wali, sedangkan qabul ialah sesuatu
yang diucapkan oleh mempelai pria atau wakilnya disaksikan oleh dua orang saksi.
5. Mahar : Mahar adalah pemberian dari calon mempelai pria kepada calon mempelai
wanita, baik dalam bentuk barang atau jasa yang tidak bertentangan dengan hukum
Islam.
Dengan demikian baik syarat menurut hukum islam maupun syarat administrasi
pernikahan mutlak harus dipenuhi oleh setiap pasangan yang akan melangsungkan
pernikahan, dilakukan pemeriksaan serta pengujian kebenaran akan syarat nikah oleh
penghulu.

C. MENGUJI KEBENARAN RUKUN NIKAH


Rukun adalah sesuatu yang harus ada untuk menentukan sah atau tidaknya suatu
pekerjaan (ibadah), namun sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan tersebut.
Adapun rukun dalam sebuah pernikahan, jumhur ulama sepakat ada empat, yaitu:
1. Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan pernikahan,
2. Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita,
3. Adanya dua orang saksi,
4. ijab dan kabul yang diucapkan oleh wali atau wakilnya dari pihak wanita dan dijawab
oleh calon pengantin laki-laki.
Bilamana dalam sebuah pernikahan tidak terpenuhi salah satu diantara ke empat rukun
tersebut maka pernikahannya tidak sah. Jika ditemukan adanya syarat atau rukun yang tidak
terpenuhi, maka penghulu memiliki kewenangan untuk menolak berkas administrasi
pernikahan untuk dilangsungkan pernikahan dan tidak dicatatkan pernikahan.

D. WAKTU PELAKSANAAN
Waktu Pelaksanaan pemeriksaan berkas administrasi pernikahan, setelah catin mendaftarkan
pernikahannya, dalam kurung waktu tidak kurang dari 10 hari kerja.

BAB III
PENUTUP

Akad nikah mempunyai beberapa syarat dan rukun yang harus terpenuhi dalam sebuah
perkawinan. Syarat dan rukun menentukan hukum suatu perbuatan, terutama yang menyangkut
dengan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dari segi hukum.. Perbedaan syarat dan rukun adalah
syarat adalah sesuatu yang harus ada dalam satu amalan namun ia bukan bagian dari amalan
tersebut. Sementara rukun itu harus ada dalam satu amalan dan merupakan  bagian yang hakiki dari
amalan tersebut. Dengan demikian pada pelaksanaan sebuah perkawinan membutuhkan proses,
mulai syarat syarat yang harus terpenuhi baik syarat menurut hukum syar”I maupun syarat yang
telah di tentukan oleh UU Perkawinan, kemudian rukun perkawinan yang mutlak harus terpenuhi
semua dan terakhir menetapkan legalitas hukum dengan mencatat atau menolak berkas administrasi
pernikahan.

Soppeng, 02 Februari 2022


Penghulu Madya

H.Hadenus, S.Ag.MH
NIP. 197012311999031002

Anda mungkin juga menyukai