Anda di halaman 1dari 10

HADIS DAN AYAT AL-QUR’AN TENTANG PERNIKAHAN

Artinya: “Dan segala sesuatu Kami Ciptakan Berpasang-pasangan supaya kamu mengingat
kebesaran Allah.” (QS Az-Zariyat: 49)

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS ArRum: 21).

Artinya: “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang
layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang
perempuan. jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah
Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.” (QS An-Nur: 32).

• Hadis tentang Pernikahan dan Sunnah Nabi


Dari Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Menikah itu termasuk dari sunahku, siapa yang
tidak mengamalkan sunnahku, maka ia tidak mengikuti jalanku. Menikahlah, karena sungguh aku
membanggakan kalian atas umat-umat yang lainnya, siapa yang mempunyai kekayaan, maka
menikahlah, dan siapa yang tidak mampu maka hendaklah ia berpuasa, karena sungguh puasa itu
tameng baginya.” (HR Ibnu Majah)

• Hadis tentang Pernikahan dan Anjuran Menikah


Dari Anas Bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang ingin bertemu Allah dalam
keadaan suci dan disucikan, maka menikahlah dengan perempuan-perempuan merdeka.” (HR
Ibnu Majah).

• Hadis tentang Pernikahan dan Rezeki


Dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda: “Carilah rezeki dengan menikah.” (HR Ad-
Dailami).

• Hadis tentang Pernikahan dan Ibadah


Dari Anas Bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang menikah maka sungguh ia
telah diberi setengahnya ibadah.” (HR Abu Ya’la).
BAB 5

TALAK, IDDAH, RUJUK, DAN POLIGAMI

A. Talak dan Permasalahannya


1. Pengertian Talak
Talak secara bahasa berasal dari kata "ithlaq" yang berarti "melepaskan atau
meninggalkan". Talak secara istilah berarti melepas tali perkawinan dan
mengakhiri hubungan suami istri. Sedangkan menurut Abu Zakariah Al-Anshari
talak ialah melepas tali akad nikah dengan kata talak dan yang semacamnya.
2. Hukum Talak
Menjatuhkan talak tanpa alasan dan sebab yang dibenarkan adalah termasuk
perbuatan tercela, terkutuk dan dibenci oleh Allah.
3. Rukun dan Syarat Talak
a. Suami: berakal, baligh, atas kemauan sendiri
b. Istri: masih berada dalam perlindungan suami, atas akad perkawinan yang sah
B. Iddah dan Permasalahannya
1. Pengertian Iddah
Menurut imam Hanafi iddah adalah batasan waktu yang ditentukan menurut syara'
karena ada bekas waktu yang tersisa. Atau dengan pengertian lain yaitu waktu
menunggu yang diwajibkan bagi perempuan untuk melanjutkan atau memutuskan
pernikahan.
C. Rujuk dan Permasalahannya
1. Pengertian Rujuk
Rujuk menurut syara' adalah mengembalikan istri yang masih dalam iddah talak,
bukan talak ba'in pada pernikahan semula sesuai dengan peraturan yang ditentukan.
D. Poligami
1. Pengertian Poligami
Poligami berarti ikatan perkawinan yang salah satu pihak (suami) mengawini
beberapa lebih dari satu istri dalam waktu yang bersamaan, bukan saat ijab qabul
melainkan dalam menjalani hidup berkeluarga.
2. Alasan Poligami
Dasar pemberian izin poligami oleh Pengadilan Agama diatur dalam Pasal 4 ayat
(2) Undang-Undang Perkawinan (UUP) dan juga dalam Bab IX KHI Pasal 57
seperti dijelaskan sebagai berikut:
1) Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri
2) Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan 3)
Istri tidak dapat melahirkan keturunan

BAB 6

BIMBINGAN PERKAWINAN

A. Pengertian dan Teknis Bimwin


Kegiatan Bimwin merupakan program kementerian Agama RI yang dibiayai dari Anggaran
Penerimaan Negara-Nikah dan Rujuk (PNBP-NR). Dasar pelaksanaan bimbingan
perkawinan ini berdasarkan Keputusan dirjen bimas Islam nomor 373/2017 tentang
petunjuk teknis bimbingan perkawinan bagi calon pengantin. Dalam keputusan dirjen
bimas Islam nomor 373/2017 ini disebutkan dalam BAB II tentang Penyelenggaraannya
yang isinya:
1. Pengorganisasian
2. Bimbingan tatap muka
Bimbingan perkawinan ini berguna untuk memberikan informasi kepada para calon
pengantin seputar sebelum akad nikah, pada saat akad nikah, dan setelah akad nikah yang
mana informasinya tentu seputar fiqh dan syariat-syariat Islam dalam membangun keluarga
sakinah, mawaddah, dan warahmah.
B. Macam-macam Bimwim
1. Pranikah
Adapun materi bimbingan pranikah yang diberikan antara lain: a.
Undang-Undang Perkawinan
b. Munakahat
c. Perukunan
Bimbingan pranikah dilakukan selama 3 jam dalam satu minggu
2. Pasca Nikah
Sebagai upaya mempertahankan keutuhan rumah tangga bimbingan konseling pasca
nikah diperlukan dan hal ini dilakukan melalui kegiatan penyuluhan dan pembinaan
keluarga bahagia dan konsultasi.
3. Penyelesaian Konflik
Dalam penyelesaian konflik KUA akan memberikan penyuluhan bagaimana para
pasangan suami istri menyelesaikan konflik yang ada di rumah tangganya yang
dilakukan oleh pembimbing yang sudah ditentukan di Kantor Urusan Agama contohnya
seperti Ketua Kantor Urusan Agama sendiri.

BAB 7
HALANGAN, PENOLAKAN, PENCEGAHAN,
DAN PEMBATALAN PERNIKAHAN
A. Halangan Pernikahan
Halangan pernikahan adalah orang-orang yang tidak boleh melakukan perkawinan.
Perempuan-perempuan mana saja yang tidak boleh dikawini oleh seorang laki-laki atau
sebaliknya laki-laki mana saja yang tidak boleh mengawini seorang perempuan. Secara
garis besar larangan kawin antara seorang pria dan wanita dibagu menjadi dua macam yaitu
mahram muabbad dan mahram ghairu muabbad.
B. Penolakan Pernikahan
Penolakan terjadi apabila salah satu syarat uang diajukan kepada kantor urusan agama tidak
terpenuhi yang telah ditentukan oleh undang-undang.
C. Pencegahan Pernikahan
Pencegahan perkawinan itu dapat dilakukan apabila calon suami atau calon istri yang akan
melangsungkan pernikahan berdasarkan hukum Islam yang termuat dalam pasal 13 UU no
1 tahun 1974, yaitu perkawinan dapat dicegah apabila ada pihak yang tidak memenuhi
syarat syarat melangsungkan perkawinan.
D. Pembatalan Pernikahan
Batalnya perkawinan atau biasa disebut fasakh terjadi karena tidak terpenuhi syarat syarat
atau salah satu rukun atau sebab lain yang dilarang atau diharamkan oleh agama.
Perkawinan batal apabila:
1. Suami melakukan perkawinan sedang ia tidak berhak melakukan akad nikah karena
sudah mempunyai empat orang istri sekalipun salah satunya dalam iddah talak raj'i
2. Seseorang menikah bekas istrinya yang telah dili'annya
3. Seseorang menikah bekas istrinya yang pernah dijatuhi tiga kali talak olehnya, kecuali
bila bekas istri tersebut pernah menikah dengan pria lain kemudian bercerai lagi ba'da
al dhukul dan pria tersebut telah habis masa iddahnya.
4. Perkawinan dilakukan antara dua orang yang mempunyai hubungan darah, semenda
dan sesusuan sampai derajat tertentu yang menghalangi perkawinan menurut pasal 8
undang-undang nomor 1 tahun 1974.

BAB 8

MELAKSANAKAN PENGAWASAN DAN PENCATATAN NIKAH

A. Pengawasan Perkawinan
Pasal 39
1. Kepala KUA kecamatan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas penghulu
dan pembantu PPN
2. Kepala KUA wajib melaporkan hasil pencatatan nikah, talak, rujuk secara periodik
kepada kepala Kantor departemen Agama Kabupaten/Kota
3. Dalam hal-hal tertentu kepala seksi dapat melakukan pemeriksaan langsung ke KUA
4. Hasil pemeriksaan dibuat dalam bentuk berita acara pemeriksaan yang ditandatangani
oleh kepala seksi dan kepala KUA yang bersangkutan
5. Berita acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 4 dilaporkan kepada kepala
Kantor departemen Agama Kabupaten/Kota dan seterusnya kepada kepala Kantor
wilayah departemen agama provinsi.
B. Pencatatan Perkawinan
Peraturan pemerintah Nomor 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan undang-undang
Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan menyebutkan dalam Bab II Pencatatan
Perkawinan pasal 2 ayat (1) bahwa
1. Pencatatan perkawinan oleh mereka yang melangsungkan perkawinannya menurut
agama Islam, dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana diatur dalam UU
22/1946 jo UU 32/1954 Tentang Pencatatan Nikah/Rujuk
2. Selanjutnya pasal 2 ayat 2 menyebutkan bahwa pencatatan perkawinan dari mereka
yang melangsungkan perkawinannya menurut agamanya dan kepercayaannya itu selain
agama Islam dilakukan oleh pegawai pencatat perkawinan di Kantor catatan sipil
sebagaimana dimaksud dalam berbagai perundang-undangan mengenai pencatatan
perkawinan
Melalui pencatatan perkawinan yang dibuktikan dengan akta Nikah, yang masing-masing
suami istri mendapat salinannya, apabila terjadi perselisihan atau percekcokan di antara
mereka atau salah tidak bertanggung jawab maka yang lain dapat melakukan upaya hukum
guna mempertahankan atau mendapatkan haknya masing-masing karena dengan akta
tersebut suami istri memiliki bukti otentik atas perkawinan yang telah mereka lakukan.
TUGAS PENGGANTI UJIAN TENGAH SEMESTER
MATA KULIAH ADMINISTRASI KUA DAN KEPENGHULUAN

Oleh :

AIDA ILMIYATI MARHABANI


10100121041

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022

Anda mungkin juga menyukai