Artinya: “Dan segala sesuatu Kami Ciptakan Berpasang-pasangan supaya kamu mengingat
kebesaran Allah.” (QS Az-Zariyat: 49)
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS ArRum: 21).
Artinya: “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang
layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang
perempuan. jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah
Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.” (QS An-Nur: 32).
BAB 6
BIMBINGAN PERKAWINAN
BAB 7
HALANGAN, PENOLAKAN, PENCEGAHAN,
DAN PEMBATALAN PERNIKAHAN
A. Halangan Pernikahan
Halangan pernikahan adalah orang-orang yang tidak boleh melakukan perkawinan.
Perempuan-perempuan mana saja yang tidak boleh dikawini oleh seorang laki-laki atau
sebaliknya laki-laki mana saja yang tidak boleh mengawini seorang perempuan. Secara
garis besar larangan kawin antara seorang pria dan wanita dibagu menjadi dua macam yaitu
mahram muabbad dan mahram ghairu muabbad.
B. Penolakan Pernikahan
Penolakan terjadi apabila salah satu syarat uang diajukan kepada kantor urusan agama tidak
terpenuhi yang telah ditentukan oleh undang-undang.
C. Pencegahan Pernikahan
Pencegahan perkawinan itu dapat dilakukan apabila calon suami atau calon istri yang akan
melangsungkan pernikahan berdasarkan hukum Islam yang termuat dalam pasal 13 UU no
1 tahun 1974, yaitu perkawinan dapat dicegah apabila ada pihak yang tidak memenuhi
syarat syarat melangsungkan perkawinan.
D. Pembatalan Pernikahan
Batalnya perkawinan atau biasa disebut fasakh terjadi karena tidak terpenuhi syarat syarat
atau salah satu rukun atau sebab lain yang dilarang atau diharamkan oleh agama.
Perkawinan batal apabila:
1. Suami melakukan perkawinan sedang ia tidak berhak melakukan akad nikah karena
sudah mempunyai empat orang istri sekalipun salah satunya dalam iddah talak raj'i
2. Seseorang menikah bekas istrinya yang telah dili'annya
3. Seseorang menikah bekas istrinya yang pernah dijatuhi tiga kali talak olehnya, kecuali
bila bekas istri tersebut pernah menikah dengan pria lain kemudian bercerai lagi ba'da
al dhukul dan pria tersebut telah habis masa iddahnya.
4. Perkawinan dilakukan antara dua orang yang mempunyai hubungan darah, semenda
dan sesusuan sampai derajat tertentu yang menghalangi perkawinan menurut pasal 8
undang-undang nomor 1 tahun 1974.
BAB 8
A. Pengawasan Perkawinan
Pasal 39
1. Kepala KUA kecamatan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas penghulu
dan pembantu PPN
2. Kepala KUA wajib melaporkan hasil pencatatan nikah, talak, rujuk secara periodik
kepada kepala Kantor departemen Agama Kabupaten/Kota
3. Dalam hal-hal tertentu kepala seksi dapat melakukan pemeriksaan langsung ke KUA
4. Hasil pemeriksaan dibuat dalam bentuk berita acara pemeriksaan yang ditandatangani
oleh kepala seksi dan kepala KUA yang bersangkutan
5. Berita acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 4 dilaporkan kepada kepala
Kantor departemen Agama Kabupaten/Kota dan seterusnya kepada kepala Kantor
wilayah departemen agama provinsi.
B. Pencatatan Perkawinan
Peraturan pemerintah Nomor 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan undang-undang
Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan menyebutkan dalam Bab II Pencatatan
Perkawinan pasal 2 ayat (1) bahwa
1. Pencatatan perkawinan oleh mereka yang melangsungkan perkawinannya menurut
agama Islam, dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana diatur dalam UU
22/1946 jo UU 32/1954 Tentang Pencatatan Nikah/Rujuk
2. Selanjutnya pasal 2 ayat 2 menyebutkan bahwa pencatatan perkawinan dari mereka
yang melangsungkan perkawinannya menurut agamanya dan kepercayaannya itu selain
agama Islam dilakukan oleh pegawai pencatat perkawinan di Kantor catatan sipil
sebagaimana dimaksud dalam berbagai perundang-undangan mengenai pencatatan
perkawinan
Melalui pencatatan perkawinan yang dibuktikan dengan akta Nikah, yang masing-masing
suami istri mendapat salinannya, apabila terjadi perselisihan atau percekcokan di antara
mereka atau salah tidak bertanggung jawab maka yang lain dapat melakukan upaya hukum
guna mempertahankan atau mendapatkan haknya masing-masing karena dengan akta
tersebut suami istri memiliki bukti otentik atas perkawinan yang telah mereka lakukan.
TUGAS PENGGANTI UJIAN TENGAH SEMESTER
MATA KULIAH ADMINISTRASI KUA DAN KEPENGHULUAN
Oleh :