Anda di halaman 1dari 5

KOMUNIKASI PEMASARAN SOSIAL MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI

REMAJA

DISUSUN OLEH:
NUR INDAH RAMADHANI
70200119061

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera baik fisik, mental dan sosial yang utuh.
Sedangkan pengertian kesehatan reproduksi menurut WHO adalah semua hal yang berkaitan
dengan sistem reproduksi, fungsi serta proses yang ada pada diri manusia dan bukan hanya
sekedar bebas dari penyakit berupa kecacatan saja (Depkes, 2003). Oleh karena itu, kesehatan
reproduksi penting untuk diketahui sehingga apa yang ada pada diri manusia dapat diperhatikan
seutuhnya. Penjelasan tersebut juga tercantum dalam undang-undang No.61 tahun 2014 tentang
kesehatan reproduksi, yang mana meliputi pelayanan kesehatan dan jaminan terhadap warga
negara yang juga ditujukan kepada para remaja dalam rangka menjaga kesehatan reproduksi.
Namun, sering dijumpai permasalahan terkait dengan kasus kesehatan reproduksi yang
belum seutuhnya teratasi. Salah satunya seperti tindakan menyimpang yang dilakukan oleh
remaja. Saat seseorang memasuki usia remaja, yang mana awal terjadinya kematangan pada
sistem reproduksi serta memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dalam semua hal, tak terkecuali
dalam bidang seks. Sedangkan dari sudut pandang kesehatan, tindakan menyimpang yang
mengkhawatirkan adalah masalah yang berkaitan dengan seks bebas (unprotected sexuality),
penyebaran penyakit kelamin (sexual transmitted disease), kehhamilan diluar nikah bagi
perempuan atau kehamilan yang tidak diinginkan (adolescent unwanted pregnancy) dikalangan
remaja.
Di seluruh dunia lebih dari 50 juta perempuan menderita akan masalah yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi yang buruk, penyakit dan kecacatan yang serius yang berhubungan
dengan kehamilan. Setiap tahun lebih dari 500.000 perempuan meninggal dari komplikasi
kehamilan dan kelahiran bayi. Kebanyakan kematian terjadi di Asia. Sementara itu, angka
kematian ibu hamil dan melahirkan di Indonesia termasuk tertinggi di Asia.
Atas dasar itu pula, berbagai upaya percepatan penurunan angka kematian ibu telah
banyak dilakukan oleh Kemenkes Republik Indonesia, antara lain melalui upaya peningkatan
aksesibilitas serta kualitas pelayanan pada 2008. Upaya peningkatan aksesibilitas pelayanan
kesehatan dilakukan dengan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui paket
penempatan tenaga bidan dan polindes di berbagai perdesaan serta tenaga dokter di daerah
terpencil atau sangat terpencil. Sedangkan dari aspek kualitas pelayanan dilakukan melalui upaya
peningkatan kemampuan atau kompetensi tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan dasar dan
rujukan (PONED/PONEK) serta berbagai program intervensi lain.
B. Strategi Komunikasi Pemasaran Sosial Terkait Masalah Kesehatan Reproduksi Pada Remaja
Salah satu strategi komunikasi yang digunakan yaitu menggunakan website sebagai media
pemasaran social. E-Marketing adalah aktivitas pemasaran dengan menerapkan internet. Salah
satu media dalam e-marketing adalah pemanfaatan website. Menurut Kotler dan Keller (2009)
pemilihan website untuk pemasaran program kesehatan reproduksi ini berdasarkan pertimbangan
sebagai berikut :
1. Jangkauan luas dan tepat sasaran
Berbasiskan website yang bisa diakses melalui PC atau smartphone, maka diharapkan daya
jangkau sebaran informasi, edukasi dan sosialisasi dapat mencapai target sasaran dengan
tepat.
2. Keragaman isi pesan
Website memungkinkan menyajikan pesan dalam berbagai bentuk yang beragam. Pengelola
website bisa menjalankan kegiatan komunikasi dengan lebih banyak konten unik tiap bulan
atau per periode campaign. Website dapat menampilkan elemen-elemen pesan secara
komprehensif, karena ditampilkan menggunakan beberapa media seperti teks, video, foto,
audio, dan infographic.
3. Ekonomis
Sebuah website yang sudah dibuat dapat dimanfaatkan untuk melakukan program nasional
berupa promotif dan preventif yang bersifat jangka panjang dan berkesinambungan tanpa
harus mengeluarkan biaya secara terus menerus seperti pemasaran sosial konvensional berupa
iklan TV atau radio yang membutuhkan biaya variabel (media buying) yang besar ketika
harus ditayangkan berulang-ulang. Saving terhadap biaya pemasaran tersebut dapat
dialokasikan untuk peningkatan kualitas program kesehatan reproduksi.
4. Meningkatkan peluang
Rasio konversi dengan berbagai manfaat seperti peningkatan brand visibility, memperkuat
reputasi, menghasilkan inbound traffic tinggi, serta makin baik dari sisi search engine
optimization (SEO).
5. Visitor
Karena mempunyai konten yang bermanfaat bagi mereka, maka visitor akan terus
mengunjungi website ini agar mendapatkan solusi dari permasalahannya. Hal ini akan
membuat program kesehatan reproduksi mendapatkan respons positif sehingga menyebar,
baik secara wordmouth maupun online.
Program kesehatan reproduksi merupakan program jangka panjang dan bersifat
berkesinambungan, yang mempunyai tujuan utama untuk merubah perilaku masyarakat
khususnya perempuan Indonesia. Perubahan perilaku itu sendiri tidak terlepas dari perubahan
kognitif (pengetahuan) dan perubahan afektif (sikap). Dengan demikian, perlu dirancang
website sebagai media pemasaran sosial program kesehatan reproduksi.
Maka dari itu pemanfaatan website dan mobile apps yang ditunjang dengan content
yang menarik dan bermanfaat diharapkan dapat mensukseskan program kesehatan reproduksi
bagi perempuan di Indonesia. Namun, sebagus apapun content dari sebuah website/apps
program kesehatan dirancang, tidak akan menjadi efektif menjangkau target sasaran tanpa
disertai upaya publikasi yang tepat dan komprehensif

C. Strategi Komunikasi Pemasaran Sosial Berdasarkan Jurnal Internasional


Judul jurnal:
1. Social marketing: Using the health belief model to understand breast cancer protective
behaviours among women (
Dalam penelitian ini adalah menerapkan model keyakinan kesehatan (HBM) untuk
memahami perilaku pelindung payudara yang direkomendasikan oleh pelaksana program
intervensi pemasaran sosial di kalangan wanita di Ghana.  Hasilnya menunjukkan bahwa
HBM signifikan dalam menjelaskan 68,9% varians dalam perilaku protektif kanker payudara.
2. Use of the Fogg Behavior Model to Assess the Impact of a Social Marketing Campaign on
Condom Use in Pakistan
Dalam penelitian ini strategi komunikasi pemasaran social yang digunakan yaitu
Fogg Behavior Model (FBM). FBM adalah kerangka kerja baru yang berpendapat
bahwa perilaku terjadi ketika tiga faktor - motivasi, kemampuan, dan dorongan -
terjadi pada saat yang sama. FBM mengkategorikan orang menjadi empat kelompok
berdasarkan motivasi dan kemampuan dan berpendapat bahwa mereka yang memiliki
motivasi tinggi dan kemampuan tinggi akan mengadopsi perilaku ketika diminta.
Dalam makalah ini, peneliti menyelidiki apakah FBM dapat digunakan untuk
menggambarkan secara akurat perubahan penggunaan kondom di Pakistan setelah
kampanye pemasaran social.
DAFTAR PUSTAKA

Agha, sohail dkk. 2019. Use of the Fogg Behavior Model to Assess the Impact of a Social
Marketing Campaign on Condom Use in Pakistan.

Wahyudin, uud. 2018. WEBSITE SEBAGAI MEDIA PEMASARAN SOSIAL PROGRAM KESEHATAN
REPRODUKSI. Vol. VIII No. 1.

Yaw, ernest. 2018. Social marketing: Using the health belief model to understand breast cancer
protective behaviours among women.

Anda mungkin juga menyukai