Anda di halaman 1dari 5

dr. Rita Enny Setianingdiah, M.

Kes - Bimbingan Reguler - RSU Kota Tidore Kepulauan


No
Standar urut Elemen Penilaian Rekomendasi
Ada perencanaan atau kebijakan atau dokumen lain yang mengidentifikasi kebijakan tentang pelayanan farmasi yang memuat 7 standar tetapi 7 standarnya tidak dijadikan lampiran
MPO.1. 1 bagaimana penggunaan obat diorganisir dan dikelola di seluruh rumah sakit tp masuk dalam diktum SK , pedoman pelayanan farmasi direvisi kembali
Semua penataan pelayanan dan petugas yang mengelola proses obat dilibatkan
2 dalam struktur organisasi pegawai honorer bisa masuk dalam jabatan tertenu dalam struktur organisasi IFRS
Kebijakan mengarahkan semua tahapan manajemen obat dan penggunaan obat
3 dalam rumah sakit sudah tercantum dalam SK Direktur,
Sekurang-kurangnya ada satu review atas sistem manajemen obat yang
4 didokumentasikan selama 12 bulan terakhir Review formularium dalam proses penyusunan, laporan IKP masuk dalam pelayanan farmasi
Pelayanan farmasi dan penggunaan obat sesuai dengan undang-undang dan
5 peraturan yang berlaku SK penetapan pemberlakuan buku2 yang menjadi referensi di IFRS
Sumber informasi obat yang tepat selalu tersedia bagi semua yang terlibat dalam
6 penggunaan obat. ISO, MIMS, (semua unit harus disediaakan terutama poli umum) dan rawat inap
Seorang petugas yang mempunyai izin, sertifikat dan terlatih mensupervisi semua menunjuk petugas sebagai supervisi di unit masing2 yang memiliki izin dan membuat draf supervisi
MPO.1.1. 1 aktivitas (lihat juga GLD.5, EP 1) (pengelolaan dan farmasi klinik)
Petugas tersebut memberikan supervisi terhadap proses yang diuraikan dalam
2 MPO.2 sampai dengan MPO.5. membuar pedoman tentang supervisi pengelolaan obat di depo, ruangan
ada tp belum dijilid dan dilakukan stok opname setiap bulan, daftar obat dari sumber luar (kimia farma)
MPO.2. 1 Ada daftar obat yang dalam stok obat rumah sakit atau siap tersedia dari sumber luar. dab bukti MoU dengan KF
Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan daftar tersebut
2 (kecuali ditetapkan oleh peraturan atau otoritas di luar rumah sakit) MoU dengan distributor, surat permintaan dan laporan ke Dinkes (Obat Program)
Ada proses yang disusun untuk menghadapi bilamana obat tidak tersedia, berikut SPO menghubungi dokter jika obat tidak tersedia dan saran penggantian obat dari farmasi ke dokter
3 pemberitahuan kepada pembuat resep serta saran substitusinya. penulis resep
MPO.2.1. 1 Ada metode untuk mengawasi penggunaan obat dalam rumah sakit Pedoman/panduan pengawasan penggunaan obat (supervisi,CCTV,kartu stok)
2 Obat dilindungi terhadap kehilangan atau pencurian di seluruh rumah sakit SPO mengkunci Gudang dengan tralis dan ditunjuk PJ yang dapat mengakses, Kartu stok
Para praktisi pelayanan kesehatan dilibatkan dalam proses pemesanan,
penyaluran, pemberian dan proses monitoring pasien, juga diikut-sertakan dalam Form usulan obat dari dokter untuk pemesanan obat sesuai formularium RS, sosialisasi formularium
3 mengevaluasi dan menjaga daftar obat kepada dokter, bukti rapat Komite Medis dan KFT (daftar hadir, notulen, dokumentasi)
Keputusan untuk menambah atau mengurangi obat dari daftar dipandu dengan
4 kriteria SPO tentang pengurangan dan penambahan obat dalam formularium

Bila ada obat yang baru ditambahkan dalam daftar, ada proses atau mekanisme
5 untuk memonitor bagaimana obat digunakan dan KTD yang tidak diantisipasi pedoman tentang obat baru yang masuk dalam formularium dan di evaluasi KTD
Daftar ditelaah sekurang-kurangnya setahun sekali berdasarkan atas informasi bukti safety dan efektivitas obat yang diusulkan dokter harus dilampirkan dalam formularium, SPO
6 tentang safety dan efektivitas. pengusulan obat dalam formularium (terutama bukti safety dan efektivitas)
Ada proses untuk persetujuan dan pengadaan obat yang dibutuhkan tapi tidak
ada dalam stok atau yang secara normal tersedia di rumah sakit (lihat juga TKP.3.2.1,
MPO.2.2. 1 EP 1). pedoman dan SPO jika obat yang dibutuhkan tapi tidak ada dalam stok di RS
Ada proses untuk mendapatkan obat pada saat dimana farmasi tutup atau
2 persediaan obat terkunci (lihat juga TKP.3.2.1, EP 2). SPO bila farmasi/gudang terkunci (revisi kembali)
3 Staf memahami proses sosialisasi tentang SPO bila farmasi/gudang terkunci
MPO.3. 1 Obat disimpan dalam kondisi yang sesuai bagi stabilitas produk. Panduan dan SPO ada (daftar monitoring obat dalam kulkas-suhu)
Bahan yang terkontrol dilaporkan secara akurat sesuai undang-undang dan
2 peraturan yang berlaku bukti laporan Napza dan obat Program
Obat-obatan dan bahan kimia yang digunakan untuk menyiapkan obat diberi label
3 secara akurat menyebutkan isi, tanggal kadaluwarsa dan peringatan pedoman dan bukti penerimaan untuk labeling yang mencantmkan tanggal ED
Seluruh tempat pernyimpanan obat diinspeksi secara berkala sesuai kebijakan
4 rumah sakit untuk memastikan obat disimpan secara benar; Pedoman penyimpanan obat yang mudah terbakar dan ceklis dibuat
Kebijakan rumah sakit menjabarkan cara identifikasi dan penyimpanan obat yang Kebijakan dan spo tentang identifikasi dan penyimpanan obat yang dibawa pasien saat masuk
5 dibawa oleh pasien RS/rekonsiliasi obat
kebijakan ttng penyimpanan obat nutrisi tapi mencantumkan bahwa IFRS tidak menyediakan dan
MPO.3.1. 1 Kebijakan rumah sakit menjabarkan cara penyimpanan yang tepat bagi produk nutrisi disediakan oleh KF, tidak perlu membuat pedoman
Kebijakan rumah sakit menjabarkan cara penyimpanan obat radioaktif, untuk
2 keperluan investigasi dan sejenisnya kebijakan ttng obat radioaktif tetapi mencantumkan IFRS tidak menyediakan obat radioaktif

3 Kebijakan rumah sakit menjabarkan cara obat sampel disimpan dan dikendalikan s/d obat radioaktif
4 Semua penyimpanan sesuai dengan kebijakan rumah sakit. penyimpanan obat dituangkan kebijakan besar (MPO.1)
Obat emergensi tersedia pada unit-unit dimana akan diperlukan atau dapat
terakses segera dalam rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat
MPO.3.2. 1 emergensi (lihat juga TKP.3.2.1, EP 1, dan MPO.2.2, EP 1) SPO penyimpanan obat emergancy, SPO monitoring obat emergancy di unit
Kebijakan rumah sakit menetapkan bagaimana obat emergensi disimpan, dijaga
2 dan dilindungi dari kehilangan atau pencurian penyimpnan obat emergancy dituangkan dalam kebijakan besar (MPO.1) dan pedoman
Obat emergensi dimonitor dan diganti secara tepat waktu sesuai kebijakan rumah
3 sakit setelah digunakan atau bila kadaluwarsa atau rusak kebijakan tentang penggantian obat emergancy yang ED atau rusak (MPO.1)
MPO.3.3. 1 Ada sistem penarikan obat SPO penarikan obat oleh pabrik (ED), SPO penarikan dari unit ke gudang IFRS
Kebijakan dan prosedur mengatur setiap penggunaan obat yang diketahui
2 kadaluwarsa atau ketinggalan jaman Kebijakan dan pedoman jika obat ketinggalan jaman
Kebijakan dan prosedur mengatur pemusnahan obat yang diketahui kadaluwarsa
3 atau ketinggalan jaman kebiijakan pemusnahan obat ED (MPO.1) dan SPO pemusnahan obat ED
4 Kebijakan dan prosedur diimplementasikan /dilaksanakan berita acara pemusnahan obat
Kebijakan dan prosedur di rumah sakit mengarahkan peresepan, pemesanan dan
pencatatan obat yang aman di rumah sakit (lihat juga PP.2.2, EP 1; AP.3, EP 1, dan
MPO.4. 1 Sasaran Keselamatan Pasien II, EP 1) SPO penulisan resep (revisi perhitungan dosis dan tambahkan konfirmasi kembali ke dokter)
Kebijakan dan prosedur mengatur tindakan yang terkait dengan penulisan resep kebijakan penulisan resep yg tidak terbaca (MPO.1) dan SPO ada (lebih dirinci lagi prosedur,pisahkan
2 dan pemesanan yang tidak terbaca prosedur antara pasien RJ dan pasien RI jika obat tidak terbaca
kebijakan tentang kerjasama antara KFT dengan farmasi untuk pengembangan penulisan resep dan
3 Adanya proses kerjasama untuk mengembangkan kebijakan dan prosedur implementasi (bukti dalam bentuk rapat )
Staf yang terkait terlatih secara benar untuk praktek-praktek penulisan resep,
4 pemesanan dan pencatatan Sosialisasi tentang penulisan resep oeh dokter dan pemesanan dan pencatatan oleh perawat

Rekam medis pasien memuat daftar obat yang sedang dipakai sebelum dirawat
5 inap dan informasi ini tersedia di farmasi dan para praktisi pelayanan kesehatan Rekonsiliasi obat sudah ada (dilakukan saat px masuk di IGD oleh dokter) dan CPPT
Order pertama obat dibandingkan dengan daftar obat sebelum masuk rawat inap, Bukti diliat pada rekamedis pasien ttng penulisan rekonsiliasi obat,farmasi melakukan recek obat pertama
6 sesuai prosedur yang ditetapkan rumah sakit dengan obat yang dibawa oleh pasien
Pesanan obat atau penulisan resep yang akseptabel dijabarkan dan sekurang-
MPO.4.1. 1 kurangnya elemen a) sampai dengan i) diatur dalam kebijakan SPO ttng penulisan resep oleh dokter atau dokter gigi yang memuat 9 elemen

2 Pesanan obat atau penulisan resep lengkap sesuai kebijakan rumah sakit bukti sosialisasi tentang pesanan dan penulisan resep yang lengkap pada staf farmasi dan dokter

Hanya orang yang diijinkan oleh rumah sakit dan badan pemberi lisensi terkait, kebijakan ttng petugas yang berhak menulis resep (nama dokter tdk perlu mencantumkan dalam
MPO.4.2. 1 undang-undang dan peraturan dapat menuliskan resep atau memesan obat kebijakan)
Ada proses untuk menetapkan batas bagi petugas, bila perlu, untuk praktek Spo ttng penetapan batasan petugas penulisan reesp untuk obat2 tertentu (Ex : obat anastesi oleh dokter
2 penulisan resep atau pemesanan obat (lihat juga KPS.10, EP 1) anastesi, obat psikotropika oleh dokter psikiatri)

Petugas-petugas yang diijinkan untuk menuliskan resep dan memesan obat


3 dikenal oleh unit pelayanan farmasi atau orang lain yang mengeluarkan obat-obat datfar nama2 dokter & contoh TTd dokter penulis resep yang di TTD oleh kepala IFRS
MPO.4.3. 1 Obat yang diresepkan atau dipesan dicatat untuk setiap pasien bukti implementasi tercatat dalam rekamedis pasien
bukti implementasi tercatat dalam rekamedis pasien lengkapi dengan waktu penggunaan obat (catatan
2 Pemberian obat dicatat untuk setiap dosis perawat)
Informasi obat disimpan dalam rekam medis pasien atau diselipkan kedalam
3 status pasien saat pemulangan atau dipindahkan KOP pasien dilampirkan dalam rekamedis pasien saat pasien pulang,pemindahan ruangan
Obat dipersiapkan dan disalurkan dalam area yang bersih dan aman dengan
MPO.5. 1 peralatan dan supplai yang memadai (lihat juga PPI.7, EP 1 dan 2) pedoman penyiapan dan penyaluran obat dilakukan dalam area bersih dan aman
Persiapan dan penyaluran obat harus memenuhi undang-undang, peraturan dan
2 standar praktek profesional penyiapan obat sesuai standar
3 Staf yang menyiapkan produk steril dilatih dalam hal teknik aseptik staf yang memiliki sertifikat untuk penyiapan produk steril secara aseptik
Rumah sakit menjabarkan informasi spesifik pasien apa yang dibutuhkan untuk
MPO.5.1. 1 proses penelaahan yang efektif (lihat juga MKI.4, EP 1 dan 3) kebijakan dan pedoman ttng telaah resep

Terlepas dari adanya perkecualian yang ditetapkan pada Maksud dan Tujuan,
setiap resep atau pesanan obat ditelaah ketepatannya sebelum dilakukan penyaluran
dan pemberian serta meliputi elemen a) sampai dengan g) tersebut dalam Maksud dan
2 Tujuan. Jadi, setiap resep atau pesanan obat dievaluasi untuk ditelaah ketepatannya SPO telaah resep meliputi elemen a sampai g
Ada proses untuk menghubungi petugas yang menuliskan resep atau memesan
3 obat bila timbul pertanyaan SPO menghubungi petugas penulis resp jika ada pertanyaan (ada)
Petugas yang diijinkan untuk menelaah pesanan obat atau resep dinilai
4 kompetensinya untuk tugas ini SPO ttng petugas yang berhak menelaah resep (apoteker dan TTK senior) yang kompeten

5 Penelaahan difasilitasi dengan catatan (profil) dari semua pasien yang menerima obat SPO profil pasien penerima obat di farmasi

Bila digunakan software komputer, untuk meng-cross-check obat, untuk interaksi pedoman ttng interaksi obat menetapkan Madscape, Drug.com dan mempersiapkan interaksi obat dalam
6 obat dan alergi, harus di-update secara berkala bentuk hardcopy (informasi interasi obat ke dokter lwt CPPT dalam rekamedis pasien)

MPO.5.2. 1 Ada sistem yang seragam di rumah sakit dalam penyaluran dan pendistribusian obat Spo ttng distribusi obat yang seragam ke pasien secara ODD, keruangan dalam bentuk anfrak
Setelah disiapkan, obat diberi label secara tepat, dengan nama obat, dosis/
2 konsentrasi, tanggal penyiapan, tanggal kadaluwarsa, dan nama pasien SPO ttng etiket obat
SPO ttng obat yang disalurkan dalam bentuk ODD untuk RI dan RJ selama 7 hari untuk non prolanis dan
3 Obat disalurkan dengan bentuk yang-paling-siap-diberikan prolanis selama 30 hari
4 Sistem mendukung penyaluran obat secara akurat kebijakan ttng penyaluran obat secara akurat (MPO.1)
5 Sistem mendukung penyaluran obat tepat waktu kebijakan ttng penyaluran obat secara tepat waktu (MPO.1) ( bukti : rekamedis pasien)

Rumah sakit mengidentifikasi petugas, melalui uraian jabatannya atau proses kebijakan petugas yang berwenang memberikan obat yang memiliki SIPA untuk apoteker dan SIK untuk
MPO.6. 1 pemberian kewenangan, mendapatkan otorisasi untuk memberikan obat perawat yang memiliki delegasi wewenang
Hanya mereka yang mempunyai ijin dari rumah sakit dan pemberi lisensi yang
2 terkait, undang-undang dan peraturan bisa memberikan obat pedoman petugas yang berhak memberikan obat
Ada proses untuk menetapkan batasan, bila perlu, terhadap pemberian obat oleh
3 petugas SPO ttng batasan pemberian obat (interaksi obat tidak bisa dilakukan oleh TTK)
MPO.6.1. 1 Obat diverifikasi berdasarkan resep atau pesanan Pedoman ttng verfikasi obat berdasarkan resep
2 Jumlah dosis obat di verifikasi dengan resep atau pesanan obat s/d
3 Route pemberian di verifikasi dengan resep atau pesanan obat s/d
4 Obat diberikan secara tepat waktu s/d
5 Obat diberikan sebagaimana diresepkan dan dicatat dalam status pasien verifikasi dalam status pasein
Kebijakan dan prosedur diimplementasikan untuk mengatur penggunaan obat
MPO.6.2. 1 sendiri oleh pasien pedoman rekonsiliasi obat dan implementasi rekonsiliasi obat
Kebijakan dan prosedur diimplementasikan untuk mengatur pendokumentasian
dan pengelolaan setiap obat yang dibawa ke dalam rumah sakit untuk atau oleh pasien
2 form rekonsiliasi obat dan form rekonsiliasi yang telah diisi
Kebijakan dan prosedur diimplementasikan untuk mengatur ketersediaan dan
3 penggunaan sampel obat kebijakan ttng obat sample, implementasi tidak ada obat sample yang diunakan di RS
Efek pengobatan terhadap pasien dimonitor, termasuk efek yang tidak diharapkan kebijakan ttng MESO dalam MPO (MPO.1), implementasi dan laporan yang dilaporkan tiap bulan ke
MPO.7. 1 (adverse effect) (lihat juga AP.2, EP 1) komite keselamatan pasien

2 Proses monitoring dilakukan secara kolaboratif monitoring dilakukan bersama komite keselamatan pasien, informasi berasal dari PPA masing2 unit
Rumah sakit mempunyai kebijakan yang mengidentifikasi efek yang tidak
diharapkan yang harus dicatat dalam status pasien dan yang harus dilaporkan ke rumah kebijakan dan SPO efek obat yang tidak diharapkan (pencatatan,pelaporan kepada direktur) melalui
3 sakit (lihat juga PMKP.6, EP 3) Komite keselamatan pasien
Efek yang tidak diharapkan didokumentasikan dalam status pasien sebagaimana
4 diharuskan oleh kebijakan Dokumentasikan efek obat yang tidak diharapkan dilampirkan dalam rekamedis pasien
Efek yang tidak diharapkan dilaporkan dalam kerangka waktu yang ditetapkan laporan secara berkala yang dilakukan secara tepat waktu (1x24jam) dan rutin (farmasi ke Komite KP ke
5 oleh kebijakan rekamedis
Kesalahan obat dan KNC ditetapkan melalui proses kerjasama (lihat juga PMKP.6,
MPO.7.1. 1 EP 4, dan PMKP.7, EP 1) pedoman ttng kesalahan obat dan KNC yang disesuaikan dengan SKP
Kesalahan obat dan KNC dilaporkan tepat waktu menggunakan prosedur baku
2 (lihat juga PMKP.7, EP 2) laporan ttng kesalah obat dan KNC sesuai laporan baku
formulir laporan,petugas yang bertanggung jawab melakukan pelaporan (ditambahkan pada tupoksi PJ
3 Mereka yang bertanggungjawab mengambil tindakan untuk pelaporan diidentifikasi laporan)
dokumntasikan hasil evaluasi dan informasi pelaporan kejadian kesalahan obat (KTD) dan KNC secara
Rumah sakit menggunakan informasi pelaporan kesalahan obat dan KNC untuk konsisten dan dilakukan analaisis, evaluasi dan tindak lanjut dalam bentuk analisis berdasarkan laporan
4 memperbaiki proses penggunaan obat (lihat juga PMKP.7, EP 3) dari unit

Anda mungkin juga menyukai