Laporan Praktek Kerja Lapangan
Laporan Praktek Kerja Lapangan
DI SUSUN OLEH :
NISN : 0041055069
KELAS : XI KEPERAWATAN
KOMPETENSI KEAHLIAN
2.4 Ketenagaan....................................................................................................................4
LAMPIRAN .....................................................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
Mengetahui,
Kepala Sekolah SMK PGRI
PROFIL INSTANSI
Misi :
PEMILIK
3 KEGIATAN PENUNJANG
- Kunjungan Kesehatan : konseling pengantar pasien rawat inap
- Home visit : pasien prolanis
- Prosalin sehat : senam ibu hamil 1 bulan sekali
- Prolanis : senam 1 bulan sekali
BAB III
URAIAN KHUSUS
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah kondisi ketika organ yang termasuk dalam sistem
kemih, yaitu ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra, mengalami infeksi. Umumnya, ISK terjadi
pada kandung kemih dan uretra. Berawal dari ginjal, zat sisa di dalam darah disaring dan
dikeluarkan dalam bentuk urine. Kemudian, urine dialirkan dari ginjal melalui ureter, menuju
kandung kemih. Setelah ditampung di kandung kemih, urine kemudian dibuang dari tubuh melalui
saluran pelepasan yang disebut uretra, hingga bermuara ke lubang kencing.
Berdasarkan bagian yang terinfeksi, ISK terbagi menjadi ISK atas dan ISK bawah. ISK
atas merupakan infeksi yang terjadi di bagian atas kandung kemih, yaitu di ginjal dan ureter.
Sedangkan ISK bawah adalah infeksi pada kandung kemih bagian bawah, yaitu kandung kemih
dan uretra. ISK atas lebih berbahaya dan dapat memicu urosepsis, yaitu kondisi ketika bakteri di
ginjal yang terinfeksi menyebar ke darah. Urosepsis bisa mengakibatkan tekanan darah turun
hingga syok, bahkan kematian.
Wanita lebih sering terinfeksi dari pria dengan angka populasi umum kurang lebih 5-15%
(Tessy & Suwanto, 2001). Antibiotika merupakan terapi utama pada penyakit infeksi saluran
kemih. Hasil uji kultur dan tes sensitivitas sangat membantu dalam pemilihan antibiotika yang
tepat. Efektivitas terapi antibiotika pada infeksi saluran kemih dapat dilihat dari penurunan angka
lekosit urin disamping hasil pembiakan bakteri dari urin setelah terapi dan perbaikan status klinis
pasien. Idealnya antibiotika yang dipilih untuk pengobatan ISK harus memiliki sifat-sifat sebagai
berikut: dapat diabsorpsi dengan baik, ditoleransi oleh pasien, dapat mencapai kadar yang tinggi
dalam urin, serta memiliki spektrum terbatas untuk mikroba yang diketahui atau dicurigai.
Pemilihan antibiotika harus disesuaikan dengan pola resistensi lokal, disamping juga
memperhatikan riwayat antibiotika yang digunakan pasien (Coyle et al., 2005).
Menurut WHO sebanyak 25 juta kematian diseluruh dunia pada tahun 2011, sepertiganya
disebabkan oleh penyakit infeksi (WHO, 2011). Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi
dengan keterlibatan bakteri tersering dikomunitas dan hampir 10% orang pernah terkena ISK
selama hidupnya. Sekitar 150 juta penduduk di seluruh dunia tiap tahunnya terdiagnosis menderita
infeksi saluran kemih. Prevalensinya sangat bervariasi berdasar pada umur dan jenis kelamin,
dimana infeksi ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria yang oleh karena
perbedaan anatomis antara keduanya. Infeksi saluran kemih menempati posisi kedua tersering
(23,9%) di negara berkembang setelah infeksi luka operasi (29,1%) sebagai infeksi yang paling
sering didapatkan oleh pasien difasilitas kesehatan. ISK merupakan penyebab morbiditas dan
mortalitas yang cukup signifikan (Pezzlo, 1992).
Penderita infeksi saluran kemih dapat tidak mengalami gejala, namun umumnya
mempunyai gejala yang terkait dengan tempat dan keparahan infeksi. Gejala-gejalanya meliputi
berikut ini, sendirian atau bersama-sama: (1) menggigil, demam, nyeri pinggang, sering mual dan
muntah (biasanya terkait dengan pielonefritis akut) dan (2) disuria, sering atau terburu-buru buang
air kecil, nyeri suprapubik, dan hematuria yang biasanya terkait dengan sistitis (Coyle et al.,
2005).
3.2 Jenis jenis Infeksi Saluran Kemih (ISK)
2) Infeksi saluran kemih terkomplikasi (complicated urinary tract infection) yaitu bila
terdapat hal-hal tertentu sebagai infeksi saluran kemih dan kelainan struktur maupun
fungsional yang merubah aliran urin seperti obstruksi aliran urin, batu saluran kemih, kista
ginjal, tumor ginjal, ginjal, residu urin dalam kandung kemih. Perbedaan antara infeksi
saluran kemih terkomplikasi dan tidak terkomplikasi yaitu dalam hal kebutuhan
pemeriksan penunjang untuk penegakan diagnosis,lama dan penatalaksanaan,serta gejala
infeksi saluran kemih (Suwitra dan Mangatas, 2004).
Infeksi saluran kemih dibedakan menjadi infeksi saluran kemih bagian bawah dan
infeksi saluran kemih bagian atas. Menurut gejala infeksi saluran kemih bagian bawah
yaitu disuria, polakisuria atau frekuensi urgensi, stranguria, nyeri suprasimfisis dan
enesmus, dan enuresis nokturnal. Gejala infeksi saluran kemih bagian atas dapat berupa
demam, menggigil, nyeri pinggang, nyeri kolik, mual, muntah, nyeri ketok sudut
kostovertebrata, dan hematuria. Selain itu juga ditemukan manifestasi tidak khas infeksi
saluran kemih yang berupa nyeri abdomen, nyeri kepala, nyeri punggung, dan diare
(Suwitra dan Mangatas, 2004).
3.4 Pengobatan
Infeksi saluran kemih umumnya dapat ditangani dengan pemberian antibiotik. Jenis
obat yang diresepkan tergantung pada kondisi kesehatan pasien, dan jenis bakteri yang
ditemukan di urine. Beberapa jenis antibiotik yang biasanya digunakan untuk ISK
adalah fosfomycin, nitrofurantoin, trimethoprim,
dan ceftriaxonce,jenis quinolone seperti ciprofloxacin, levofloxacin,dan ofloxacin akan
digunakan bila tidak ada pilihan lain. Tetapi umumnya jenis antibiotik tersebut dihindari,
karena efek sampingnya melebihi manfaat yang bisa didapat. Biasanya, gejala akan hilang
setelah beberapa hari mengonsumsi antibiotik. Namun demikian, pengobatan dengan
antibiotik tetap harus dilanjutkan hingga selesai. Penting bagi pasien untuk menjalani
pengobatan sesuai petunjuk dokter.
Untuk pasien ISK yang sering kambuh, dokter akan menganjurkan konsumsi
antibiotik dalam dosis rendah tiap hari, selama 6 bulan atau lebih. Sedangkan pada ISK
yang terkait dengan aktivitas seksual, dokter akan meresepkan antibiotik untuk
dikonsumsi tiap selesai berhubungan intim. Dokter juga akan menganjurkan metode
kontrasepsi lain, seperti pil KB, pada pasien yang menggunakan kontrasepsi kondom
dengan pelumas spermisida.
Pada kondisi ISK yang berat, pasien akan ditangani di rumah sakit melalui
pemberian antibiotik suntik.
3.5 Pencegahan
Infeksi saluran kemih dapat dicegah dengan melakukan beberapa hal berikut ini:
- Untuk wanita, lakukan pembersihan dari arah depan ke belakang setelah buang air
besar maupun berkemih. Langkah ini mencegah bakteri di sekitar dubur atau anus
menginfeksi vagina dan uretra.
- Banyak minum air untuk meningkatkan frekuensi buang air kecil. Minum air
dalam jumlah besar juga baik dilakukan setelah berhubungan intim. Hal ini akan
memicu buang air kecil, dan mengeluarkan bakteri yang mungkin masuk ke uretra
saat berhubungan.
- Pada wanita yang aktif secara seksual, beri tahu pasangan agar tidak menggunakan
kondom berpelumas spermisida.
- Gunakan celana dalam yang longgar dan berbahan katun, agar area vagina dan
lubang kencing tetap kering.
- Hindari produk pembersih kewanitaan yang berpotensi menyebabkan iritasi.
- Bersihkan kelamin sebelum berhubungan intim.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan Prakerin di Klinik Tanti Kirana Medika dan membuat laporan
ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: PKL ini dapat memperluas dan
menambah wawasan bagi siswa dalam Pendidikan di Dunia Kerja. PKL ini dapat memperluas
dan menambah suatu gambaran dalam menjalani Dunia Kerja. PKL ini dapat memperluas dan
menambah keterampilan siswa dalam setiap praktik dan menerapkan teori-teori yang didapat
langsung padaobjeknya. Dengan adanya PKLini,siswa/siswi tidak lagi memerlukan waktu
Latihan lanjutan bila ingi nmemasuki Dunia Kerja.
4.2 Laporan kegiatan Praktek kerja Lapangan
4.3 Hambatan-Hambatan
- Sulit dalam mencari status atau rekam medis pasien secara manual
- Keterbatasan alat alat medis dalam melakukan Tindakan
- Keterbatasan ruangan rawat inap
- Kurangnya strelisasi
4.4 Solusi
- Dalam pelayanan pendaftaran sebaiknya menggunakan komputerisasi
- Mengupayakan penambahan alat alat medis
- Seharusnya ruangan inap di perbesar
- Seharusnya pemilik klinik mengeluarkan kebijakan tentang konsep bersih dan
steril terhadap para pegawainya.
4.5 Saran
Pihak sekolah (Lembaga Pendidikan) diharapkan dapat memantau kegiatan siswa yang sedang
melaksanakan PKL secara intensif sehingga segala kesulitan yang timbul dapat di pecahkan
bersama, utamakan rasa bertanggung jawab dalam memonitoring siswa PKL pembimbing yang
di tunjuk sekolah di harapkan lebih mengoptimalkan profesionalisme demi kelancaran kegiatan
PKL.
Diharapkan kegiatan PKL sebaiknya di bekali ilmu sesuai dengan program keahliannya,
terarah, agar kami dapat cepat memahami apa yang di kerjakan sesuai dengan pembelajaran yang
telah di dapatkan di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
LaporanPKLtahun2019–2020
Brunner Dan Suddart,2002,Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah ,Edisi 8 ,Vol1 ,Jakarta
:EGC