Anda di halaman 1dari 2

Penanganan trauma umumnya bertujuan untuk menyelamatkan jiwa, mencegah kerusakan

organ yang lebih jauh, mencegah kecacatan tubuh dan menyembuhkan. Seperti kita ketahui,
dalam penanganan trauma di kenal primary survey yang cepat dilanjutkan resusitasi kemudian
secondary survey dan akhirnya terapi.

Survei primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang mengancam nyawa
pasien. Survei primer dilakukan secara sekuensial sesuai dengan prioritas. Tetapi dalam
prakteknya dilakukan secara bersamaan dalam tempo waktu yang singkat (kurang dari 10 detik).
Apabila teridentifikasi henti nafas dan henti jantung maka resusitasi harus segera dilakukan.

Kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini
dapat diakibatkan karena masalah pernafasan ataupun bersifat sekunder akibat dari gangguan
tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan cepat ke dalam kondisi
gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila terjadi kekurangan oksigen 6-8
menit akan menyebabkan kerusakan otak , lebih dari 10 menit akan menyebabkan kematian.
Oleh karena itu pengkajian pernafasan pada penderita gawat darurat penting dilakukan secara
efektif dan efisien.
Selama primary survey, keadaan yang mengancam nyawa harus dikenali dan
resusitasinya dilakukan pada saat itu juga. Pada primary survey dikenal sisitem ABCDE(Airway,
Breathing, Circulation, Disability, Exposure/ Enviromental control) yang disusun berdasarkan
urutan prioritas penanganan . Jadi prioritas utama penanganan adalah keadaan menjamin jalan
nafas terjaga adekuat. Oleh karena itu, trauma jalan nafas adalah keadaan yang memerlukan yang
cepat dan efektif untuk menghindari akibat yang tidak diinginkan.

Pengelolaan penderita dengan luka parah memerlukan penilaian yang cepat dan tepat.
Penilaian awal ini meliputi tahap persiapan,trease, primary survey, resusitasi, adjunct,secondary
survey,reevaluasi, dan terapi definitif(American College, 1997)
Terdapat banyak keadaan yang akan menyebabkan kematian dalam waktu singkat, tetapi
kesemuanya berakhir pada satu hasil akhir yakni kegagalan oksigenasi sel, terutama ke otak dan
jantung. Pencegahan hipoksemia memerlukan airway yang terlindungi, terbuka dan ventilasi
yang cukup yang merupakan prioritas yang harus didahulukan keadaan lainnya(European
Resusitasion, 2003)
Persiapan penderita berlangsung dari fase pra rumah sakit hingga ke fase rumah sakit.
Pada fase pra rumah sakit, titik berat diberikan pada penjagaan saluran nafas, kontrol pendarahan
dan syok, immobilisasi penderita, dan segera ke rumah sakit terdekat dengan fasilitas yang
memadai. Persiapan pada fase rumah sakit mencakup persiapan sumber daya manusia, sarana,
dan prasarana yang diperlukan untuk resusitasi.

Penilaian primary survey berpatokan pada urutan ABCDE :


A airway (jalan nafas)
B breathing (bantuan nafas)
C circulation (bantuan sirkulasi)
D defibrillation (terapi listrik)
E exposure (environmental control)
(American College, 1997)

Anda mungkin juga menyukai