Pada Incoterms 2010, istilah dibagi dalam 2 kategori berdasar metode pengiriman, yaitu 7
istilah yang berlaku secara umum, dan 4 istilah yang berlaku khusus untuk pengiriman
melalui transportasi air.
EXW – Ex Works
FCA – Free Carrier
CPT – Carriage Paid to
CIP – Carriage and Insurance Paid to
DAT – Deliver at Terminal
DAP – Deliver at Place
DDP – Delivery Duty Paid
Dari 11 kategori dalam Incoterms 2010 ini hanya ada dua kategori baru yaitu DAT dan DAP.
Terms ini bisa digunakan untuk pengiriman barang yang dilakukan dengan
menggunakan alat angkut aneka wahana
Seller menyerahkan barang kepada buyer di terminal, pada saat barang tiba di
pelabuhan tujuan atau tempat tujuan
Terminal adalah termasuk diantaranya : Dermaga, gudang, container yard, terminal
kereta api, atau terminal di pelabuhan udara
Kedua belah pihak ( seller dan buyer ) sepakat bahwa terminal dimaksud dan bila
mungkin menunjuk suatu titik adalah merupakan titik perpindahan resiko dari seller
kepada buyer
Apabila seller bermaksud untuk menganggung semua biaya dan resiko dari terminal
tersebut ke titik tertentu yang lain maka alternative DAP atau DDP bisa digunakan
Contoh: "DAT (ICT, Tanjung Perak Port, Surabaya, Indonesia), Incoterms 2010"
Terms ini bisa digunakan untuk pengiriman barang yang dilakukan dengan
menggunakan alat angkut aneka wahana
Seller menyerahkan barang kepada buyer di terminal, pada saat barang tiba yang siap
dibongkar tempat tujuan
Kedua belah pihak ( seller dan buyer ) disarankan untuk menentukan sejelas mungkin
suatu titik ditempat tujuan yang disepakati, karena pada saat ini resiko akan berpindah
dari seller kepada buyer
Apabila seller bermaksud untuk menganggung semua biaya dan resiko sampai
pengeluaran barang, membayar pajak dll, bisa dipertimbangan untuk menggunakan
DDP : Deliver Duty Paid.
Contoh: DAP (Factory PT. YY at Rungkut, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia), Incoterms
2010
Tiga belas istilah dalam Incoterms 2000 sebelumnya adalah sebagai berikut:
Hal tersebut bearti bahwa pembeli wajib memikul semua biaya dan resiko atas kehilangan
atau kerusakan barang mulai dari titik itu. Syarat ini menuntut penjual untuk mengurus
formalitas ekspor. Persyaratan dengan menggunakan FOB hanya dapat dilakukan untuk
pengangkutan laut
CFR ini hanya dapat berlaku untuk angkutan laut dan sungai.
Meskipun penjual yang menutup asuransi, risiko atas barang telah berpindah dari pihak
penjual kepada pembeli sejak penyerahan barang di atas kapal di pelabuhan pengapalan.
Persyaratan penyerahan barang dengan CPT dapat dipakai untuk moda transportasi
pengangkutan apa saja (multimode transport).
Penjual wajib menutup asuransi terhadap resiko kerugian dan kerusakan atas barang-barang
yang menimpa pembeli selama barang-barang dalam perjalanan.
Syarat ini hanya dipakai bila barang-barang akan diserahkan melalui laut atau sungai atau
dengan alat angkut aneka wahana di atas kapal di pelabuhan tujuan.
Persyaratan penyerahan barang dengan DEQ hanya dapat dilakukan untuk pengangkutan laut
dan pengangkutan antara pulau saja. Apabila penjual tidak sanggup untuk memenuhi
persyaratan DEQ, maka syarat DEQ lebih baik tidak digunakan oleh penjual.
Persyaratan penyerahan barang dengan syarat DDU dapat dilakukan untuk pengangkutan
dengan moda transportasi pengangkutan apa saja. Jika formalitas untuk melakukan impor
tidak terselesaikan pada waktunya, maka pembeli memikul biaya dan risiko tambahan yang
mungkin terjadi.
Syarat ini boleh dipakai untuk jenis alat angkut mana saja.
FCA Surabaya
FOB Medan
DDU Jakarta
http://anggaswangi.blogspot.co.id/2012/04/international-commercial-terms.html
Incoterms
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Incoterms atau International Commercial Terms adalah kumpulan istilah yang dibuat
untuk menyamakan pengertian antara penjual dan pembeli dalam perdagangan internasional.
Incoterms menjelaskan hak dan kewajiban pembeli dan penjual yang berhubungan dengan
pengiriman barang. Hal-hal yang dijelaskan meliputi proses pengiriman barang, penanggung
jawab proses ekspor-impor, penanggung biaya yang timbul dan penanggung risiko bila terjadi
perubahan kondisi barang yang terjadi akibat proses pengiriman.
Pada Incoterms 2010, istilah dibagi dalam 2 kategori berdasar metode pengiriman, yaitu 7
istilah yang berlaku secara umum, dan 4 istilah yang berlaku khusus untuk pengiriman
melalui transportasi air.
Pada praktek di lapangan tidak semua incoterm tersebut dipakai, incoterm yang paling sering
dipakai dalam perdagangan ekspor – impor adalah FOB, CFR, CIF.
http://winnydyah.blogspot.co.id/2014/11/international-commercial-terms.html
Incoterms 2010
http://ikarnedi.blogspot.co.id/2012/12/incoterms-2010.html
Pada Incoterms 2010, istilah dibagi dalam 2 kategori berdasar metode pengiriman, yaitu 7
istilah yang berlaku secara umum, dan 4 istilah yang berlaku khusus untuk pengiriman
melalui transportasi air.
Adalah syarat yang merupakan kewajiban paling ringan bagi penjual dan pembeli, yaitu
masing – masing pihak wajib memikul semua biaya dan resiko yang terkait dengan
kewajiban untuk mengambil barang – barang itu dari tempat penjual.
Apabila pihak – pihak menginginkan penjual bertanggung jawab untuk memuat barang –
barang pada saat pemberangkatan dan memikul semua resiko dan biaya pemuatan, maka hal
tersebut harus dijelaskan dengan cara menambah kata – kata yang tegas di dalam kontrak jual
beli.
Bahwa penjual melakukan penyerahan barang – barang yang sudah mendapat ijin ekspor,
kepada pengangkut yang ditunjuk pembeli di tempat tersebut.
Catatan:
Pemilihan tempat penyerahan barang – barang mempunyai dampak pada kewajiban bongkar
muat barang – barang d tempat itu.
Jika penyerahan terjadi di tempat penjual makapenjual bertanggung jawab untuk memuat.
Jika penyerahan terjadi di tempat lain maka penjual tidak bertanggung jawab untuk
membongkar.
Bah penjual melakukan penyerahan barang – barang, bila barang – barang itu ditempatkan di
samping kapal di pelabuhan pengapalan yang disebut.
Hal ini bearti bahwa pembeli wajib memikul semua biaya dan semua resiko kehilangan atau
kerusakan atas barang – barang mulai saat itu.
Penjual melakukan penyerahan barang – barang bila barang – barang melewati pagar kapal di
pelabuhan pengapalan yang disebut.
Hal tersebut bearti bahwa pembeli wajib memikul semua biaya dan resiko atas kehilangan
atau kerusakan barang mulai dari titik itu. Syarat ini menuntut penjual untuk mengurus
formalitas ekspor.
Syarat ini hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai saja.
Penjual melakukan penyerahan barang – barang bila barang – barang melewati pagar kapal di
pelabuhan pengapalan. Dalam hal ini penjual wajib membayar biaya – biaya dan ongkos
angkut yang perlu untuk mengangkut barang – barang itu samapi ke pelabuhan tujuan yang
disebut.
Resiko kehilangan ataupun kerusakan atas barang – barang tersebut termasuk setiap biaya
tambahan sehubungan dengan peristiwa yang terjadi setelah waktu penyerahan itu berpindah
dari penjual kepada pembeli.
Syarat ini hanya dapat berlaku untuk angkutan laut dan sungai.
6. CIF : Cost, Insurance, and freight (named port of destination)
Bahwa penjual melakukan penyerahan barang – barang kepada pengangkut yang ditunjuknya
sendiri, tetapi penjual wajib pula membayar ongkos – ongkos angkut yang perlu untuk
mengangkut barang – barang itu sampai ke tempat tujuan.
Hal tersebut bearti bahwa pembeli memikul semua resiko dan membayar semua ongkos yang
timbul setelah barang – barang yang wajib setelah barang – barang
Adalah bahwa penjual menyerahkan barang – barang kepada pengangkut yang ditunjuknya
sendiri, tetapi penjual wajib membayar ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barang
– barang tersebut sampai ke tempat tujuan.
Hal ini bearti bahwa pembeli memikul semua resiko dan membayar setiap ongkos yang
timbul setelah barang – barang yang diserahkan secara demikian.
Syarat ini mewajibkan penjual mengurus formalitas ekspor dan berlaku untuk alat angkut
apa saja termasuk angkutan aneka wahana (multimode transport).
Penjual menyerahkan barang – barang kepada pengangkut yang ditunjuknya sediri, namun
penjual wajib pula membayar ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barang – barang
itu sampai ke tempat tujuan yang telah disebut.
Bearti pembeli memikul semua resiko dan membayar semua ongkos yang timbul setelah
barang – barang yang diserahkan secara demikian.
Penjual juga wajib menutup asuransi terhadap resiko kerugian dan kerusakan atas barang –
barang yang menimpa pembeli selama barang – barang dalam perjalanan.
Bahwa penjual menyerahkan barang – barang bila barang – barang tersebut telah ditempatkan
ke dalam kewenangan pembeli saat datangnya alat angkut, belum dibongkar, sudah diurus
formalitas impornya di tempat atau pada titik yang disebut di wilayah perbatasan tetapi belum
memasuki wilayah pabean dari negara yang bertetangga.
Syarat ini berlaku untuk alat angkut apasaja bilamana barang – barang tersebut harus
diserahkan di perbatasan darat. Bila penyerahan dilakukan di pelabuhan maka penyerahan
harus dilakukan di pelabuhan tujuan, di atas kapal, atau di dermaga agar dapat dipakai syarat
DES dan DEQ.
Penjual wajib memikul semua biaya dan resiko yang terkait dengan pengangkutan barang –
barang itu samapi ke pelabuhan tujuan yang disebut sebelum dibongkar.
Syarat ini hanya dipakai bila barang – barang akan diserahkan melalui laut atau sungai atau
dengan alat angkut aneka wahana di atas kapal di pelabuhan tujuan.
Penjual menyerahkan barang – barang bila barang – barang itu ditempatkan ke dalam
kewenangan pembeli di atas dermaga, belum di urus formalitas impornya, di pelabuhan
tujuan yang disebut. Penjual wajib membayar semua biaya dan resko yang terkait dengan
pengangkutan barang – barang itu samapi ke pelabuhan tujuan yang disebut dan membongkar
barang – barang itu sampai ke pelabuhan tujuan yang disebut dan membongkar barang –
barang tersebut di atas dermaga.
Bila pihak – pihak terkait menginginkan untuk memasukkan menjadi tanggung jawab
penjual, semua resiko dan biaya pengelolaan barang – barang mulai dari dermaga ke tempat –
tempat lain di dalam kawasan pelabatau diluar kawasan, maka di pakai syarat DDU atau DDP
Adalah penjual menyerahkan barang – barang kepada pembeli, belum diurus formlitas
impornya, dan belum dibongkar dari atas alat angkut yang baru datang di tempat tujuan yang
disebut. Penjual wajib memikul semua biaya dan resiko yang terkait dengan pengangkutan
barang – barang itu sampai ke sana, kecuali bea masuk yang diperlukan di negara tujuan. Bea
masuk ini menjadi tanggung jawab pembeli, termasuk semua biaya dan reiko yang
disebabkan oleh kegagalan mengurus formalitas impor pada waktunya.
Syarat ini dipaki untuk alat angkut apa saja, tetapi apabila penyerahan barang akan dilakukan
di pelabuhan tujuan di atas kapal atau di atas dermaga, supaya dipakai syarat DES atau DEQ
Yaitu penjual menyerahkan barang – barang kepada pembeli sudah diurus formalitas
impornya, tetapi belum dibongkar dari atas alat angkut yang baru datang di tempat tujuan
yang disebut. Penjual wajib memikul semua biaya dan resiko yang terkait dengan
pengangkutan barang – barang itu sampai ke sana, termasuk bea masuk apa pun yang
diperlukan di negara tujuan.
Syarat ini boleh dipakai untuk jenis alat angkut mana saja
Bang Hilmy
Home
About Me
Contact Me
29 Hil's Travel
Peak English Club
29 Hil's Batik
Setiap transaksi dagang yang berskala international, hadirnya suatu ”sales contract”
atau kontrak dagang mutlak diperlukan, dimana pihak International Chamber of Commerce
(ICC) secara berkala memberitahukan perkembangan kontrak perdagangan secara
internasional. Siapapun yang akan mengikat suatu perjanjian dagang secara internasional,
maka syarat-syarat perdagangan (terms of trade) harus selalu dipakai dalam setiap transaksi.
Ketentuan mengenai syarat-syarat perdagangan tersebut dinamakan Incoterm.
PENGERTIAN INCOTERMS
“Suatu ketentuan internasional bidang perdagangan, yang mengatur segala sesuatu
tentang istilah-istilah mengenai syarat-syarat perdagangan yang berlaku seragam, pada setiap
transaksi perdagangan yang dilakukan oleh Pihak Penjual dan Pembeli”.
Incoterms juga dapat diartikan sebagai Suatu ketentuan standard yang diterbitkan oleh
International Chamber of Commerce (I.C.C) mengenai persyaratan perdagangan
internasional, yang dapat dicantumkan pada kontrak perdagangan (sales contract) antara
Penjual dan pembeli, tentang:
TUJUAN INCOTERMS
Maksud International Chamber of Commerce (ICC) menciptakan Incoterms adalah:
1. Menghindari kesalah pahaman antara pihak Pembeli dan Penjual dalam hal
pelaksanaan transaksi dagang yang telah disepakati.
2. Menghindari perselisihan timbul karena perbedaan pendapat tentang adanya
keanekaragaman istilah-istilah yang dipergunakan oleh kedua belah pihak.
3. Memberikan keseragaman pengertian dan istilah, sehingga transaksi dagang dapat
berjalan dengan lancar
Incoterms dapat dipakai oleh pihak manapun juga yang bermaksud melaksanakan
kontrak perdagangan internasional maupun nasional. versi terakhir yang dikeluarkan pada
tanggal 1 Januari 2011 disebut sebagai Incoterms 2010. Dalam Incoterms 2010 hanya ada 11
istilah yang disederhanakan dari 13 istilah Incoterms 2000, yaitu dengan menambahkan 2
istilah baru dan menggantikan 4 istilah lama. Istilah baru dalam Incoterms 2010 yaitu
Delivered at Terminal (DAT); dan Delivered at Place (DAP). Sedangkan 4 istilah lama yang
digantikan yaitu: Delivered at Frontier (DAF); Delivered Ex Ship (DES); Delivered Ex Quay
(DEQ); Delivered Duty Unpaid (DDU).
Pada Incoterms 2010, istilah dibagi dalam 2 kategori berdasar metode pengiriman,
yaitu 7 istilah yang berlaku secara umum, dan 4 istilah yang berlaku khusus untuk
pengiriman melalui transportasi air.
Pihak penjual mengurus izin ekspor dan bertanggung jawab sampai barang tiba di perbatasan
negara tujuan. Bea cukai dan izin impor menjadi tanggung jawab pihak pembeli.
Pihak penjual bertanggung jawab sampai kapal yang membawa barang merapat di pelabuhan
tujuan dan siap untuk dibongkar. izin impor menjadi tanggung jawab pihak pembeli.
Pihak penjual bertanggung jawab sampai kapal yang membawa barang merapat di pelabuhan
tujuan dan barang telah dibongkar dan disimpan di dermaga. Izin impor menjadi tanggung
jawab pihak pembeli. Hanya berlaku untuk transportasi air.
Pihak penjual bertanggung jawab mengantar barang sampai di tempat tujuan, namun tidak
termasuk biaya asuransi dan biaya lain yang mungkin muncul sebagai biaya impor, cukai dan
pajak dari negara pihak pembeli. Izin impor menjadi tanggung jawab pihak pembeli.
http://achmadhilmy.blogspot.co.id/2014/01/incoterm-2010.html
Incoterms
Incoterms atau International Commercial Terms adalah istilah-istilah (seperangkat kode tiga
huruf) yang digunakan dalam perdagangan internasional untuk mengatur agar tidak terjadi
kesalahan interpretasi dalam pembuatan kontrak, dalam Incoterms ini diatur syarat-syarat
yang harus dipenuhi dalam pengiriman atau penyerahan barang
E EXWEx Works Penjual menyerahkan barang yang belum
mendapat izin ekspor di kediamannya atau di
tempat lain yang ditentukan (sebutkan nama
tempat)
F FCA Free Penjual menyerahkan barang yang sudah
Carrier mendapat izin ekspor kepada pengangkut yang
ditunjuk pembeli di tempat tujuan (sebutkan nama
tempat)
FAS Free Penjual menyerahkan barang yang sudah
Alongside mendapat izin ekspor di samping kapal di
Ship pelabuhan tujuan (sebutkan nama pelabuhan
pengapalan)
FOB Free on Penjual menyerahkan barang melewati pagar
Board kapal di pelabuhan pengapalan yang disebut,
barang sudah clear for export (sebutkan nama
pelabuhan pengapalan)
C CFR Cost and Penjual menyerahkan barang melewati pagar
Freight kapal di pelabuhan pengapalan yang disebut,
barang sudah clear for export dan biaya angkut ke
pelabuhan tujuan sudah ditanggung penjual
(sebutkan nama pelabuhan tujuan)
CIF Cost, Sama dengan CFR tetapi penjual menanggung
Insurance asuransi dan membayar premi (sebutkan nama
and Freight pelabuhan tujuan)
CPT Carriage Mirip dengan CFR tapi barang diangkut ke tempat
Paid To tujuan tertentu (sebutkan nama tempat tujuan)
CIP Carriage Hampir sama dengan CPT tetapi penjual menutup
and asuransi terhadap risiko kerusakan selama
Insurance perjalanan (sebutkan nama tempat tujuan)
Paid to
D DAF Delivered Penjual menyerahkan barang di tempat pada
At Frontier wilayah perbatasan tetapi belum memasuki
wilayah pabean negara yang dituju (sebutkan
nama tujuan)
DES Delivered Penjual menyerahkan barang kepada pembeli di
at Ship atas kapal, penjual menanggung risiko dan biaya
sampai sesaat sebelum dibongkar (sebutkan nama
pelabuhan tujuan)
DEQ Delivered Penjual menyerahkan barang kepada pembeli di
Ex Quay atas dermaga pelabuhan tujuan, uncleared for
import (sebutkan nama pelabuhan tujuan)
DDU Delivered Penjual menyerahkan barang yang belum diurus
Duty izin impornya dan belum dibongkar di tempat
Unpaid tujuan yang merupakan kewenangan pembeli ,
uncleared for import (sebutkan nama tempat
tujuan)
DDP Delivered Sama dengan DDU tetapi formalitas impor sudah
Duty Paid diurus
http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/contents/98-incoterms
INCOTERMS – 2000
INCOTERMS – 2000
Selama proses revisi, yang memakan waktu dua tahun, KDI telah meminta pandangan dan
tanggapan atas konsep /pengganti ini dari dunia perdagangan yang mewakili berbagai
sektor melalui komite nasional yang menjadi mitra kerja KDI .
Sungguh mengembirakan bahwa proses revisi ini telah mendapat reaksi dari para pemakai
diseluruh dunia dibandingkan dengan revisi sebelumnya Hasil dari dialog itu adalah
incoterms 2000 , suatu versi baru yang kalau dibandingkan dengan Incoterms-1990
mengalami sedikit perubahan. Jelas bahwa kini Incoterms dikenal diseluruh dunia dan
karenanya KDI memutuskan untuk mengkonsolidasi pengakuan dunia itu dan menghindari
perubahan. Disisi lain, usaha yang sungguh–sungguh telah dilakukan untuk menjamin bahwa
kata-kata yang dipakai didalam Incoterms-2000 ini secara jelas dan tepat menggambarkan
praktek bisnis yang sesungguhnya. Namun begitu perubahan yang, substansial telah
dilakukan mengenai dua hal :
1. Penyelesaian Pabean dan Pembayaran kewajiban pembayaran pajak pada Syarat FAS dan
DEQ
2. Kewajiban Muat/Bongkar pada Syarat FCA.
Semua perubahan baik yang, substansial maupun formal telah dilakukan atas dasar
penelitian yang mendalam diantara para pemakai Incoterms dan masalah khusus yang
ditanyakan sejak tahun 1990 oleh para pakar Incoterms, yang merupakan suatu badan yang
didirikan untuk memberikan pelayanan tambahan bagi para pemakai Incoterms.
INCOTERMS 2000
Group E Pemberangkatan
EXW Ex Works (... disebut nama tempat )
Selanjutnya untuk semua Syarat Perdagangan, seperti halnya dalam Incoterms 1990,
kewajiban dari pihak-pihak terkait dikelompokkan menjadi 10 kelompok judul, dimana tiap
judul pada sisi Penjual, merupakan kebalikan dari kewajiban Pembeli menyangkut materi
yang sama.
6. Terminologi
Pada waktu menyusun Incoterms 2000, telah diupayakan adanya konsistensi dalam aneka
perumusan yang dipakai di dalam ketigabelas Syarat Perdagangan. Karena itu rumusan yang
berbeda untuk sesuatu hal yang sama telah dicoba untuk dihindari. Begitu pula dimana
mungkin rumusan yang sama seperti terdapat dalam UN Convention on Contracts for the
International Sale of Goods - 1980 (CISG) juga dipakai.
“shipper”
Di dalam beberapa kasus di rasa perlu untuk memakai istilahyang sama untuk
mengungkapkan dua buah arti yang berbeda disebabkan karena memang tidak ada istilah
pengganti yang tersedia. Pengusaha akan terbiasa dengan kesulitan semacam itu baik dalam
urusan kontrak Jual Beli maupun dalam urusan Kontrak Angkutan. Misalnya istilah
”shippers” berarti baik sebagai orang yang menyerahkan barang untuk diangkut atau orang
yang membuat kontrak dengan pengangkut, namun demikian kedua-dua “shippers” ini
mungkin sekali orang yang berbeda, contohnya seperti dalam kontrak FOB, dimana penjual
harus menyerahkan barang kepada pengangkut sedangkan pembeli harus
membuat kontrak dengan pengangkut.
“delivery”
Penting sekali untuk dicatat bahwa istilah ”delivery” telah dipakai dalam dua arti yang
berbeda pada Incoterms. Pertama dipakai untuk menentukan kapan Penjual telah
menyelesaikan kewajibannya untuk menyerahkan barang seperti dimaksud dengan pasal A4
yang terdapat dalam seluruh syarat Incoterms. Kedua istilah ”delivery” juga dipakai dalam
hubungan kewajiban Pembeli untuk mengambil atau menerima barang-barang, kewajiban
sebagai dimaksud dalam pasal B4 dalam semua Syarat Perdagangan Incoterms. Penggunaan
dalam konteks yang kedua ini, istilah "delivery”berarti pertama bahwa pembeli menerima
segala bentuk syarat penyerahan C, yakni bahwa penjual memenuhi kewajiban untuk
melakukan pengepakan barang, dan yang kedua pembeli diwajibkan untuk menerima
barang itu. Kewajihan yang disebut belakangan ini adalah penting untuk menghindari biaya-
biaya yang tidak perlu untuk sewa gudang sampai barang-barang itu diambil oleh pembeli.
Sebagai contoh misalnya dalam term CFR dan CIF, pembeli berkewajiban menerima
penyerahan barang dan untuk menerimannya dari pengangkut. Dan sekiranya pembeli gagal
untukmelakukan hal itu maka dia biasa jadi berkewajiban untuk membayar kerusakan
barang kepada penjual yang telah membuat kontrak angkutan dengan pengangkut atau
sebaliknya pembeli mungkin harus membayar “demurrage”
untuk memungkinkan pengangkut menyerahkan barang-barang kepada pembeli dengan
mengatakan bahwa pembeli harus menerima penyerahan. Hal ini tidak berarti bahwa
pembeli telah menerima barang-barang sesuai dengan yang dimaksud dengan kontrak jual-
beli, tetapi hanyalah menyatakan bahwa pembeli mengakui bahwa penjual telah melakukan
kewajibannya menyerahkan barang untuk diangkut sesuai dengan kontrak angkutan yang
harus dilakukannya sesuai Pasal A3 dari Syarat C. Dengan demikian bila pembeli pada waktu
menerima barang-barang, di tempat tujuan ternyata tidak cocok dengan uraian yang
disebut dalam kontrak jual-beli, maka pembeli harus bisa memperoleh ganti rugi sesuai
ketentuan kontrak jual- beli atau ketentuan hukum yang dapat dipergunakan untuk
menuntut penggantian itu kepada penjual, Masalah seperti ini seperti sudah dijelaskan
adalah diluar ruang lingkup Incoterms.
Dimana perlu, Incoterms - 2000 telah memakai istilah ”menempatkan barang, kedalam
kewenangan pembeli, bila barang barang itu telah disediakan untuk pembeli di tempat
khusus. Pernyataan ini dimaksudkan mempunyai arti yang sama dengan “handing over the
goods” atau menyerahkan barang sebagaimana dimaksud dengan United Nations
Convention on Contract for the International Sale of Goods - 1980.
9. Syarat Perdagangan
9.1 Syarat Perdagangan E adalah syarat dalam mana kewajiban Penjual adalah minimal :
Penjual hanya berkewajiban menempatkan barang kedalam kewenangan -pembeli di
tempat yang disepakati biasanya di tempat kediaman penjual sendiri. Sebaliknya, Penjual
seringkali membantu pembeli memuat barang-barang keatas kendaraan yang disediakan
pembeli. Kendatipun syarat EXW nampaknya akan lebih baik bila kewajiban penjual
diperluas dengan kewajiban untuk memuat barang, namun lebih disukai untuk
mempertahankan prinsip yang lama tentang tanggung jawab yang minimum dari penjual
untuk syarat EXW sehingga masih dapat dipakai untuk kasus-ksus dimana
penjual tidak mengingini tugas tambahan apapun untuk memuat barang. Jika pembeli
mengingini penjual untuk melakukan tugas tambahan, maka hal ini harus ditegaskan
didalam kontrak jual beli.
Didalam praktek, pihak-pihak terkait seringkali terbiasa memakai istilah lama C&F ( atau C
and F, C + F). Namun demikian didalam banyak kasus nampaknya mereka menganggap
penggunaan istilah ini sama dengan istilah CFR. Untuk menghindari kesulitan dalam
memberikan interprestasi dalam kontrak, pihak-pihak terkait haruslah memakai istilah yang
benar dari Incoterms yaitu CFR, yang secara luas telah diterima dalam dunia internasional
sebagai singkatan dari “Cost and Freight(.. disebut lama pelabuhan tujuan ) ".
Syarat CFR dan CIF dalam pasal A8 dari Incoterms l990, telah mewajibkan penjual untuk
memberikan satu copy dari Charterparty bilamana dokumen angkutan (biasanya bill of
lading) merujuk pada charterparty, sebagai contoh yang sering disebutkan “ all other terms
and conditions as percharterparty”. Kendatipun semua pihak yang terkait dengan kontrak
akan selalu dapat memahami semua pihak yang terkait dengan kontrak akan selalu dapat
memahami semua pasal dari kontrak yang dibuat nya, namun terbukti bahwa praktek untuk
menyediakan charterparty seperti disebut dimuka ini telah menimbulkan masalah
khususnya sehubungan dengan transaksi kredit berdokumen. Kewajiban penjual untuk
menyediakan satu copy charterparty pada kontrak CFR dan CIF bersama dengan dokumen
angkutan lainnya telah dihapuskan dalam incoterms 2000.
Sekalipun dalam pasal 48 dari incoterms berupaya mencari jaminan bahwa penjual
memberikan kepada pembeli “bukti penyerahan”, namun perlu ditegaskan bahwa penjual
memenuhi kewajibannya itu bilamana dia telah memberikan bukti yang “biasa”. Dalam hal
CPT dan CIP haruslah dokumen angkutan yang biasa, dan dalam CFR dan CIF haruslah Bill of
Lading Sea Way Bills. Dokumen angkutan haruslah “bersih”, yang berarti bahwa dokumen
itu tidak berisi klausula atau catatan-catatan yang menyatakan tentang kondisi cacat dari
barang-barang itu atau keadaan pengepakannya. Jika catatan seperti itu terdapat dalam
dokumen, maka akan dianggap sebagai dokumen “unclean = kotor” dan karenanya tidak
akan diterima oleh bank dalam transaksi kredit berdokumen. Namun perlu dicatat bahwa
dokuemen sekalipun tanpa klausula atau catatan itu biasanya juga tidak memberikan
kepada pembeli bukti yang tidak dapat dipertengkarkan terhadap pengangkut bahwa
barang-barang itu telah dikapalkan sesuai dengan penjelasan yang terdapat dalam kontrak
jual beli. Biasanya pengangkut (sebagai lazim dicantumkan dalam bagian muka dokumen
angkutan), menolak untuk memikul tanggung jawab sesuai informasi barang-barang itu
dengan menunjukkan bahwa semua keterangan yang terdapat dokumen angkutan itu,
merupakan pernyataan dari “shippers = pemuat barang “dan karenanya semua informasi itu
hanyalah “said to be = seperti dinyatakan”, seperti tercantum dalam dokumen. Dalam
sebagian besar ketentuan hukum, pengangkut wajib sekurangnya menyiapkan peralatan
yang pantas untuk mengecek kebenaran informasi dan bila dia gagal melakukan hal itubisa
berakibat penuntutan tanggung jawab dari penerima barang. Namun dalam bisnis
petikemas, pengangkut tidak mempunyai alat untuk melakukan pengecekan, kecuali bila
pengangkut itu sendiri yang bertanggung jawab dalam pemuatan petikemas itu.
Terdapat hanya dua syarat perdagangan yang berhubungan dengan asuransi yakni CIF dan
CIP. Dalam kedua syarat ini penjual diwajibkan untuk menutup asuransi untuk keuntungan
pembeli. Didalam kasus lainnya terserah pada pihak-pihak terkait itu sendiri untuk
memutuskan apakah dan untuk seberapa luas mereka mau menutup asuransi bagi
kepentingan mereka sendiri.
Karena penjual yang akan menutup asuransi untuk kuntungan pembeli , penjual tidak
mengetahui secara tepat kebutuhan pembeli. Pada Institutes Cargo Clauses yang disusun
oleh Institute of London Underwriters, asuransi tersedia dengan minimum-cover dibawah
Clause C, medium-cover dibawah Clause B dan asuransi dengan resiko maksimum dibawah
Clause A.
Karena dalam penjualan komoditas pertanian dengan syarat CIF mungkin sekali pembeli
mau menjual barang-barang itu selagi dalam perjalanan kepada pembeli berikutnya yang
barangkali mau menjualnya lagi, maka mustahil untuk mengetahui penutupan asuransi yang
sesuai untuk kepentingan pembeli - pembeli yang belakangan itu dan karena itu, maka
penutupan asuransi dengan pertanggungan minimum telah dipilih secara tradisional untuk
transaksi berdasarkan syarat CIF, dengan kemungkinan bagi pembeli untuk meminta kepada
penjual untuk menutup asuransi tambahan.
Penutupan asuransi minimum sesunguhnya tidak cocok untuk penutupan asuransi bagi
barang-barang pabrik dimana resiko terhadap pencurian, pencoleng atau penanganan yang
kasar atau penyimpanan barang-barang membutuhkan pertanggungan yang lebih dari
resiko pertanggungan yang tersedia dibawah Clause C. Oleh karena CIP berbeda dari CIF,
sehingga biasanya tidak dipakai untuk penjualan barang-barang hasil pertanian maka
sebenarnya layak untuk mempergunakan syarat pertangunggan yang lebih luas bagi syarat
CIP dari pada mempergunakan minimum – cover yang dipakai untuk CIF. Tetapi dengan
membedakan kewajiban penjual dibawah syarat CIF dan CIP dan menyebabkan kegalauan,
maka untuk kedua syarat perdagangan itu ditetapkan kewajiban penjual menutup asuransi
hanya sebatas minimum – cover. Adalah sangat penting bagi pembeli berdasarkan syarat CIP
untuk meneliti : apakah diperlukan untuk melakukan penutupan asuransi tambahan, dia
harus mendapatkan persetujuan dengan penjual bahwa yang disebut belakangan ini harus
menutup asuransi tambahan, atau sebaliknya pembeli sendiri yang harus mengurus
penutupan asuransi tambahan itu. Terdapat hal – hal khusus dimana pembeli ingin
memperoleh perlindungan lebih besar dari yang tersedia dibawah Institute Clause A,
sebagai contoh asuransi terhadap resiko perang, kerusuhan, huru hara, pemogokan atau
gangguan perburuhan lainnya. Jika pembeli mengingini penjual untuk menutup asuransi
sedemikian maka pembeli harus mengintruksikan penjual untuk melakukannya, maka dalam
hal demikian penjual berkewajiban untuk menutup asuransi semacam itu jika
memungkinkan.
Sayarat perdagangan D, adalah berbeda sifatnya dari syarat C, karena menurut syarat D
penjual bertanggung jawab atas sampainya barang di tempat yang disepakati atau titik
tujuan diperbatasan atau didalam negara pengimpor. Penjual harus bertanggung jawab
untuk memikul resiko dan biaya membawa barang-barang itu sampai kesana. Karena itu
Syarat D disebut sebagai “Arrival Contract”, sedangkan Syarat C, jelas sebagai kontrak
pemberangkatan (Pengapalan).
Dibawah syarat D, kecuali syarat DDP penjual tidak diwajibkan untuk menyerahkan barang-
barang yang sudah beres formalitas impornya di negara tujuan.
Secara tradisional, penjual berkewajiban untuk membereskan formalitas impor dibawah
Syarat DEQ, disebabkan karena barang-barang harus diturunkan ke dermaga dan lalu
dibawa ke negara pengimpor. Tetapi berhubung adanya perubahan dalam pengurusan
pabean dibeberapa negara,
maka dianggap lebih pantas pihak yang berdomisili di negara itu mengurus formalitas
pabean dan membayar bea masuk dan biaya-biaya lainnya. Karena itu perubahan yang
dilakukan untuk syarat DEQ dilakukan dengan alasan yang sama dengan perubahan syarat
FAS sebelumnya. Sama halnya seperti syarat FAS, maka perubahan syarat DEQ telah diberi
tanda dengan memakai huruf besar dalam kata pendahuluannya.
Ternyata diberbagai negara syarat perdagangan yang tidak termasuk dalam Incoterms telah
dipergunakan khususnya dalam lalu lintas kereta api ( franco perbatasan ). Namun dengan
syarat itu biasanya tidak dimaksudkan bahwa penjual diharapkan bertanggung jawab atas
resiko kerugian atau kerusakan barang-barang selama dalam perjalanan keperbatasan. Akan
lebih disukai dalam hal semacam ini untuk mempergunakan syarat CPT dengan menyebut
nama perbatasan. Jika sebaliknya pihak-pihak terkait bermaksud supaya penjual memikul
resiko selama dalam pengangkutan maka akan lebih cocok bila dipakai syarat DAF.
Syarat perdagangan DDU telah ditambahkan dalam, Incoterms 1990. Syarat ini akan
memenuhi kewajibannya bila penjual tersedia menyerahkan barang dinegara tujuan tanpa
perlu menyelesaikan formalitas pabean dan membayar bea masuk. Dinegara-negara dimana
mengurus formalitas impor dan membayar bea masuk sulit dan memakan waktu yang lama,
kiranya akan membawa resiko bila penjual yang mengurus penyerahan barang diluar
wilayah pabeannya. Sekalipun menurut pasal B5 dan B6 dari syarat DDU pembeli harus
memikul resiko tambahan dan biaya-biaya yang timbul dari kegagalannya mengurus
formalitas impor, namun penjual disarankan untuk tidak mempergunakan syarat DDU
dinegara-negara yang akan kemungkinan terjadi kesulitan dalam mengurus formalitas
impor.
10. Ungkapan “No Obligation = tak ada kewajiban”
Seperti nampak pada ungkapan “the seller must = penjual wajib” dan “the buyer must =
pembeli wajib” didalam incoterms hanyalah berhubungan dengan kewajiban-kewajiban
yang masing-masing pihak harus lakukan terhadap pihak lain. Kata-kata “No Obligation = tak
ada kewajiban” karenanya telah dimasukkan bila dalam satu pihak tidak ada keharusan
melakukan kewajiban terhadap pihak lain. Jadi sebagai contoh sesuai pasal A3 seperti
disebut penjual wajib mengurus dan membayar kontrak angkutan, maka kita menemukan
kata “No Obligation” dibawah judul “contract of carriage = kontrak angkutan” (dalam pasal
B3 a) seperti tertera dalam uraian kewajiban pembeli. Begitu pula bila tidak ada satu pihak
pun yang kewajiban terhadap pihak lain, maka kata-kata “No Obligation” akan terlihat
dalam uraian kedua pihak seperti contoh pada asuransi.
Dalam hal seperti itu, penting untuk diketahui sekalipun satu pihak tidak ada kewajiban
untuk melakukan sesuatu kepada pihak lain, hal ini tidak berarti tidak adanya kepentingan
melakukan tugas itu. Sebagai contoh kendatipun dalam kontrak CFR, pihak pembeli tidak
mewajibkan kepada penjual untuk menutup asuransi seperti disebut dalam pasal B4, namun
jelas adalah kepentingan pembeli sendiri untuk menutup kontrak asuransi itu, dan penjual
tak ada kewajiban apapun untuk melakukan penutupan asuransi sesuai pasal A4.
Dalam beberapa kasus penjual dan pembeli merujuk pada praktek bisnis angkutan dengan
liner dan charterparty. Dalam hal ini, adalah perlu untuk membedakan secara jelas antara
kewajiban masing-masing pihak dalam hal kontrak angkutan dengan kewajiban masing-
masing mereka dalam kontrak jual beli. Sayang sekali tidak ada definisi yang resmi dari
istilah seperti “liner terms” dan “ terminal handling charges” (THC). Pembagian biaya pada
syarat-syarat seperti itu mungkin saja berbeda ditempat yang berbeda dan berubah dari
waktu ke waktu. Pihak terkait disarankan untuk menegaskan didalam kontrak jual beli
mereka bagaimana biaya semacam itu harus dibagi antara mereka.
Ungkapan yang sering dipakai didalam perjanjian charter seperti “FOB Stowed”, “FOB
Stowed and Trimmed” kadang-kadang dipakai pula dalam kontrak jual beli untuk
menegaskan ruang lingkup kewajiban penjual pada kontrak FOB untuk melaksanakan
penumpukan dan pembenahan barang-barang diatas kapal. Bila kata-kata itu ditambahkan,
perlu ditegaskan dalam kontrak jual-beli apakah penambahan kata itu hanya menambah
kewajiban sehubungan biaya ataukah keduanya biaya dan resiko.
Seperti telah dikemukakan, tiap upaya telah dilakukan untuk menjamin bahwa Incoterms
merefleksikan praktik bisnis yang sangat lazim. Namun dalam beberapa kasus , khususnya
dalam hal Incoterms 2000 berbeda dengan Incoterms 1990, pihak-pihak terkait mungkin
mengerti syarat-syarat perdagangan dioperasikan secara berbeda. Mereka diperingatkan
tentang pilihan itu dalam kata pembukaan dari setiap syarat perdagangan dengan memakai
kata “However”.
15. Pengepakan
Dalam banyak kasus, pihak-pihak terkait mestinya sudah tahu sebelumnya jenis
pengepakan yang dibutuhkan untuk pengangkutan yang aman bagi barang-barang sampai di
tempat tujuan. Namun karena kewajiban penjual dalam mengepak barang-barang berbeda
sesuai dengan jenis dan lamanya barang dalam perjalanan, maka dirasa perlu untuk
menegaskan bahwa penjual berkewajiban untuk mengepak barang sedemikian rupa sesuai
dengan kebutuhan alat angkut bersangkutan, namun hanya sepanjang penjual diberitahu
sebelumnya sebelum kontrak jual beli dibuat (lihat pasal 351 dan 35.2 dari UNCCISC-1980
termasuk ketentuan bahwa pengepakan itu, harus cocok sesuai dengan tujuan khusus yang
diberitahukan kepada penjual pada saat menyusun kontrak jual beli, kecuali dalam hal
dimana pembeli tidak percaya, atau tidak mungkin untuk mempercayai kemampuan dan
pertimbangan penjual)
17. Jenis alat angkutan dan Syarat Incoterms – 2000 yang cocok.
Alat angkut mana saja :
Group E EXW Ex Works (…disebut nama tempat)
Group F FCA Free Carrier (…disebut nama tempat)
Group C CPT Carried Paid to (…disebut nama tempat tujuan)
CIP Carriage and Insurance paid to (…disebut nama tempat tujuan)
3. FAS = FREE ALONGSIDE SHIP (.. disebut nama pelabuhan Pengapalan)
“Free Alongside Ship” berarti bahwa Penjual melakukan penyerahan barang-barang, bila
barang-barang itu ditempatkan disamping kapal di pelabuhan Pengapalan yang disebut. Hal
ini berarti bahwa Pembeli wajib memikul semua biaya dan semua resiko kehilangan atau
kerusakan atas barang-barang mulai saat itu. Syarat FAS menuntut Penjual mengurus
formalitas ekspor, Syarat ini berlawanan dengan versi Incoterms sebelumnya yang
menuntut pembeli untuk mengurus formalitas ekspor.
Namun bila pihak-pihak bersangkutan mengingini supaya Pembeli mengurus formalitas
ekspor, maka hal ini harus ditegaskan dengan cara menambahkan kata yang tegas didalam
Kontrak Jual – Beli. Syarat ini hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai saja
6. CIF = COST INSURANCE AND FREIGHT (…disebut nama Pelabuhan Tujuan)
“Cost Insurance and Freight” berarti bahwa Penjual melakukan Penyerahan barang-barang
bila barang-barang itu melewati pagar kapal di Pelabuhan Pengapalan.
Penjual wajib membayar semua biaya dan ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut
barang-barang itu sampai ke Pelabuhan Tujuan yang disebut. Tetapi resiko hilang atau
kerusakan atas barang-barang, termasuk setiap biaya tambahan sehubungan dengan
peristiwa itu telah berpindah dari Penjual kepada Pembeli. Namun dalam Syarat CIF, Penjual
wajib pula menutup asuransi angkutan laut terhadap resiko rugi atau kerusakan atas barang
yang mungkin diderita Pembeli selama barang dalam perjalanan.
Berkenaan dengan itu, Penjual wajib menutup asuransi dan membayar premi. Pembeli perlu
mencatat bahwa dengan syarat CIF, Penjual diwajibkan menutup asuransi hanya dengan
syarat pertanggungan minimum. Sekiranya Pembeli mengingini perlindungan yang lebih
besar, maka pembeli perlu mengadakan persetujuan dengan Penjual secara tegas, atau
Pembeli sendiri harus mengurusi asuransi tambahan itu.
Syarat CIF menuntut Penjual untuk mengurus formalitas ekspor.
Syarat ini hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai. Jika pihak-pihak
bersangkutan tidak bermaksud untuk menyerahkan barang melewati pagar kapal, maka
syarat CIP yang harus dipakai.
8. CIP = CARRIAGE AND INSURANCE PAID TO (…disebut nama tempat tujuan)
“Carriage and Insurance paid to…”berarti bahwa Penjual menyerahkan barang-barang
kepada pengangkut yang ditujuknya sendiri, tetapi penjual wajib pula membayar ongkos
angkut yang perlu untuk mengangkut barang-barang itu sampai ketempat tujuan yang
disebut. Hal ini berarti bahwa Pembeli memikul semua resiko dan membayar setiap ongkos
yang timbul setelah barang-barang yang diserahkan secara demikian. Namun dalam hal CIP,
Penjual juga wajib menutup asuransi terhadap resiko rugi dan kerusakan atas barang yang
menimpa pembeli selama barang dalam perjalanan.
Pembeli perlu mencatat bahwa dengan syarat CIP, Penjual dituntut untuk menutup asuransi
hanya dengan syarat minimum. Sekiranya Pembeli mengingini perlindungan yang lebih
besar, maka pembeli perlu mengadakan persetujuan dengan Penjual secara tegas, atau
pembeli sendiri harus mengurus asuransi tambahan itu.
“Carrier” berarti setiap orang yang mengadakan kontrak angkutan, bertanggung jawab
melakukan atau menjamin terlaksananya pengangkut dengan kereta api, jalan darat, udara,
laut, sungai atau dengan kombinasi dari alat angkut itu.
Sekiranya dipakai pengangkut-pengangkut pengganti untuk meneruskan pengangkut sampai
ketempat tujuan yang dijanjikan, maka resiko (penjual) berakhir bila barang-barang telah
diserahkan kepada pengangkut pertama.
Syarat CIP menuntut Penjual untuk mengurus formalitas ekspor.
Syarat ini boleh di pakai untuk alat angkut apa saja, termasuk alat angkut aneka wahana
(Multimodal Transport)