Anda di halaman 1dari 56

The Journal

Journal & Life Styled

Wednesday, April 11, 2012


International Commercial Terms (Incoterms)

Incoterms atau International Commercial Terms adalah kumpulan istilah Prinsip


Kontrak Bisnis Internasional yang dibuat untuk menyamakan pengertian antara penjual dan
pembeli dalam perdagangan internasional. Incoterms menjelaskan hak dan kewajiban
pembeli dan penjual yang berhubungan dengan pengiriman barang. Hal-hal yang dijelaskan
meliputi proses pengiriman barang, penanggung jawab proses ekspor-impor, penanggung
biaya yang timbul dan penanggung risiko bila terjadi perubahan kondisi barang yang terjadi
akibat proses pengiriman.

Incoterms dikeluarkan oleh Kamar Dagang Internasional atau International Chamber of


Commerce (ICC), versi terakhir yang dikeluarkan pada tanggal 1 Januari 2011 disebut
sebagai Incoterms 2010. Incoterms 2010 dikeluarkan dalam bahasa Inggris sebagai bahasa
resmi dan 31 bahasa lain sebagai terjemahan resmi. Dalam Incoterms 2010 hanya ada 11
istilah yang disederhanakan dari 13 istilah Incoterms 2000, yaitu dengan menambahkan 2
istilah baru dan menggantikan 4 istilah lama. Istilah baru dalam Incoterms 2010 yaitu
Delivered at Terminal (DAT); dan Delivered at Place (DAP). Sedangkan 4 istilah lama yang
digantikan yaitu: Delivered at Frontier (DAF); Delivered Ex Ship (DES); Delivered Ex
Quay (DEQ); Delivered Duty Unpaid (DDU).

Pada Incoterms 2010, istilah dibagi dalam 2 kategori berdasar metode pengiriman, yaitu 7
istilah yang berlaku secara umum, dan 4 istilah yang berlaku khusus untuk pengiriman
melalui transportasi air.

PENGURANGAN JUMLAH KATEGORI

 Dikurangi dari 13 menjadi 11


 Terms berikut yang dihilangkan : DAF, DES, DEQ, DDU
 Terms baru berikut yang diperkenalkan : DAT, DAP

INCOTERMS 2010 UNTUK ANGKUTAN ANEKA WAHANA :

 EXW – Ex Works
 FCA – Free Carrier
 CPT – Carriage Paid to
 CIP – Carriage and Insurance Paid to
 DAT – Deliver at Terminal
 DAP – Deliver at Place
 DDP – Delivery Duty Paid

INCOTERMS 2010 UNTUK ANGKUTAN LAUT DAN SUNGAI:


 FAS – Free Alongside Ship
 FOB – Free on Board
 CFR – Cost and Freight to
 CIF – Cost, Insurance and Freight to

Dari 11 kategori dalam Incoterms 2010 ini hanya ada dua kategori baru yaitu DAT dan DAP.

DAT : Delivered at Terminal (named terminal at port or place of destination)


Dimana penjual (seller) menyerahkan barang ke pembeli ketika barang sudah dibongkar dari
sarana pengangkut yang telah tiba diterminal yang ditunjuk pembeli pada pelabuhan bongkar
atau tempat tujuan. Terminal adalah termasuk setiap tempat, apakah tertutup atau tidak,
seperti dermaga (quay), gudang (warehouse), lapangan peti kemas (CY) , atau terminal
cargo : angkutan darat, kereta api atau udara (road, rail or air cargo terminal).
Penjual telah memenuhi kewajibannya untuk mengantar barang kepada pembeli pada saat
barang telah dibongkar dari sarana pengangkut di terminal tujuan atas pengaturan dari si
pembeli. Penjual bertanggungjawab dalam mengurus izin ekspor barang, namun tidak
memiliki kewajiban dalam menyelesaikan perizinan impor barang, membayar bea masuk dan
melaksanakan pengeluaran barang impor (prosedur kepabeanan impor).

 Terms ini bisa digunakan untuk pengiriman barang yang dilakukan dengan
menggunakan alat angkut aneka wahana
 Seller menyerahkan barang kepada buyer di terminal, pada saat barang tiba di
pelabuhan tujuan atau tempat tujuan
 Terminal adalah termasuk diantaranya : Dermaga, gudang, container yard, terminal
kereta api, atau terminal di pelabuhan udara
 Kedua belah pihak ( seller dan buyer ) sepakat bahwa terminal dimaksud dan bila
mungkin menunjuk suatu titik adalah merupakan titik perpindahan resiko dari seller
kepada buyer
 Apabila seller bermaksud untuk menganggung semua biaya dan resiko dari terminal
tersebut ke titik tertentu yang lain maka alternative DAP atau DDP bisa digunakan

Contoh: "DAT (ICT, Tanjung Perak Port, Surabaya, Indonesia), Incoterms 2010"

DAP : Delivered at Place (named place of destination)


Dimana penjual (seller) menyerahkan barang ke pembeli pada sarana pengangkut yang telah
telah tiba ditempat tujuan yang disebutkan atas pengaturan dari pembeli. Barang belum
bongkar pada saat tiba ditempat tujuan yang disebutkan. Penjual akan menanggung resiko
dari sejak barang dibawa dari tempat penjual hingga diantar ke tempat yang ditentukan oleh
pembeli.
Penjual telah memenuhi kewajibannya untuk mengantar barang kepada pembeli pada saat
sarana pengangkut telah tiba ditempat tujuan yang disebutkan oleh pembeli. Penjual
bertanggungjawab dalam mengurus izin ekspor barang, namun tidak memiliki kewajiban
dalam menyelesaikan perizinan impor barang, membayar bea masuk dan tidak
bertanggungjawab dalam melaksanakan pengeluaran barang impor (prosedur kepabeanan
impor). Penjual hanya mengurus pengangkutan menuju ke tempat yang disebutkan oleh
pembeli saja.

 Terms ini bisa digunakan untuk pengiriman barang yang dilakukan dengan
menggunakan alat angkut aneka wahana
 Seller menyerahkan barang kepada buyer di terminal, pada saat barang tiba yang siap
dibongkar tempat tujuan
 Kedua belah pihak ( seller dan buyer ) disarankan untuk menentukan sejelas mungkin
suatu titik ditempat tujuan yang disepakati, karena pada saat ini resiko akan berpindah
dari seller kepada buyer
 Apabila seller bermaksud untuk menganggung semua biaya dan resiko sampai
pengeluaran barang, membayar pajak dll, bisa dipertimbangan untuk menggunakan
DDP : Deliver Duty Paid.

Contoh: DAP (Factory PT. YY  at Rungkut, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia), Incoterms
2010

Tiga belas istilah dalam Incoterms 2000 sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. EXW (nama tempat) : Ex Works (named place).


2. FCA (nama tempat) : Free Carrier (named place).
3. FAS (nama pelabuhan keberangkatan) : Free Alongside Ship (named place).
4. FOB (nama pelabuhan keberangkatan) : Free On Board (named place).
5. CFR (nama pelabuhan tujuan) : Cost and Freight (named place).
6. CIF (nama pelabuhan tujuan) : Cost, Insurance and Freight (named place).
7. CPT (nama tempat tujuan) : Carriage Paid To (named place).
8. CIP (nama tempat tujuan) : Carriage and Insurance Paid to (named place).
9. DAF (nama tempat) : Delivered At Frontier (named place).
10. DES (nama pelabuhan tujuan) : Delivered Ex Ship (named place).
11. DEQ (nama pelabuhan tujuan) : Delivered Ex Quay (named place).
12. DDU (nama tempat tujuan) : Delivered Duty Unpaid (named place).
13. DDP (nama tempat tujuan) : Delivered Duty Paid (named place).
1. EXW:    Ex Work (named place)
Dalam persyaratan penyerahan barang dengan menggunakan Ex Works yang memiliki
kewajiban utama adalah pembeli dengan kewajiban untuk memikul semua biaya dan risiko
terhadap barang. Selain itu pembeli harus bertanggung jawab juga dalam pengurusan
formalitas melalakukan ekspor. Penyerahan dengan Ex Works dilakukan pada gudang
penyimpanan barang penjual (loco gudang penjual).

2. FCA: Free Carrier (named place)


Bahwa penjual melakukan penyerahan barang-barang yang sudah mendapat ijin ekspor,
kepada pengangkut yang ditunjuk pembeli di tempat tersebut.
Catatan:
Penyerahan dengan Free Carrier dilakukan pada tempat pengangkut, yang dengan begitu
telah terjadi peralihan risiko dari penjual kepada pembeli. Dalam pembiayaan pengiriman dan
risiko barang ditanggung oleh pembeli. Dalam pengiriman barang dapat digunakan semua
moda transportasi pengangkutan yang ada dan dikenal.

3. FAS: Free Alongside Ship (named port of shipment)


Penjual melakukan penyerahan barang dengan menggunakan persyaratan Free Alongside
Ship yang memiliki kewajiban utama adalah pembeli dengan memikul biaya pengangkutan
barang dan risiko terhadap barang. Selain itu pembeli memiliki kewajiban untuk mengurus
formalitas ekspor.
Penyerahan barang oleh penjual kepada pembeli dilakukan di samping kapal pengangkutan.
Free Alongside Ship hanya dapat dipakai dalam pengangkutan laut atau pengangkutan antara
pulau saja.

4. FOB: Free on Board (named port of shipment)


Penjual melakukan penyerahan barang dengan Free On Board dilakukan di atas kapal yang
akan melakukan pengangkutan barang. Selain itu yang memiliki kewajiban untuk mengurus
formalitas ekspor adalah pihak penjual.

Hal tersebut bearti bahwa pembeli wajib memikul semua biaya dan resiko atas kehilangan
atau kerusakan barang mulai dari titik itu. Syarat ini menuntut penjual untuk mengurus
formalitas ekspor. Persyaratan dengan menggunakan FOB hanya dapat dilakukan untuk
pengangkutan laut

5. CFR: Cost on Freight (named port of destination)


Penjual melakukan penyerahan barang dengan Cost and Freight dilakukan di atas kapal,
namun ongkos angkut sudah dibayar penjual sampai ke pelabuhan tujuan, dengan begitu
penjual wajib mengurus formalitas ekspor. Selain itu dengan persyaratan CFR, maka
peralihan risiko dan biaya tambahan beralih setelah barang dimuat di atas kapal.

CFR ini hanya dapat berlaku untuk angkutan laut dan sungai.

6. CIF : Cost, Insurance, and freight (named port of destination)


Perlakuannya sama dengan CFR, hanya saja penjual wajib menutup asuransi angkutan laut
terhadap risiko kerugian pembeli terhadap kerusakan atau kehilangan barang yang mungkin
terjadi selama dalam perjalanan.

Meskipun penjual yang menutup asuransi, risiko atas barang telah berpindah dari pihak
penjual kepada pembeli sejak penyerahan barang di atas kapal di pelabuhan pengapalan.

7. CPT: Carriage Paid To (named place of destination)


Penjual melakukan penyerahan barang dengan Carriage Paid To dilakukan di tempat
pengangkut, namun ongkos angkut sudah dibayar sampai ke pelabuhan tujuan. Selain itu
dengan persyaratan CPT, maka peralihan risiko barang dan biaya tambahan telah beralih dari
penjual kepada pembeli setelah barang diserahkan kepada pengangkut. Penjual juga
berkewajiban mengurus formalitas ekspor

Persyaratan penyerahan barang dengan CPT dapat dipakai untuk moda transportasi
pengangkutan apa saja (multimode transport).

8. CIP : Carriage and Insurance Paid To (named place of destination)


sama seperti CPT ditambah pihak penjual wajib membayar premi asuransi untuk barang
yang dikirim.

Penjual wajib menutup asuransi terhadap resiko kerugian dan kerusakan atas barang-barang
yang menimpa pembeli selama barang-barang  dalam perjalanan.

9. DAF : Delivered at frontier (named place)


Penjual melakukan penyerahan barang dengan Delivered At Frontier dilakukan di perbatasan
negara tujuan, tetapi belum memasuki daerah pabean negara tujuan. Selain itu dengan
persyaratan DAF, maka penjual memiliki kewajiban untuk mengurus formalitas ekspor. Dan
bila barang-barang tersebut telah ditempatkan ke dalam kewenangan pembeli saat datangnya
alat angkut, belum dibongkar, sudah diurus formalitas impornya di tempat atau pada titik
yang disebut di wilayah perbatasan tetapi belum memasuki wilayah pabean dari negara yang
bertetangga.
Syarat ini berlaku untuk alat angkut apa saja bilamana barang-barang tersebut harus
diserahkan di perbatasan darat. Bila penyerahan dilakukan di pelabuhan maka penyerahan
harus dilakukan di pelabuhan tujuan, di atas kapal, atau di dermaga agar dapat dipakai syarat
DES dan DEQ.

10. DES :  Delivered Es Ship (named port of destination)


Penjual melakukan penyerahan barang dengan Delivered Ex Ship dilakukan di atas dermaga
pelabuhan tujuan, namun belum diselesaikan urusan pabean (pajak), dengan begitu penjual
wajib memikul semua biaya dan resiko yang terkait dengan pengangkutan barang-barang itu
samapi ke pelabuhan tujuan yang disebut sebelum dibongkar.

Syarat ini hanya dipakai bila barang-barang akan diserahkan melalui laut atau sungai atau
dengan alat angkut aneka wahana di atas kapal di pelabuhan tujuan.

11. DEQ :  Delivered Ex Quay (named port of destination)


Penjual melakukan penyerahan barang dengan Delivered Ex Quay dilakukan di atas dermaga
pelabuhan tujuan dan telah diselesaikan formalitas untuk ekspor, dengan begitu
pembeli/buyer wajib memikul semua biaya termasuk bea masuk, pajak impor, dan pungutan
lainnya serta risiko sampai dengan barang tiba di pelabuhan.

Persyaratan penyerahan barang dengan DEQ hanya dapat dilakukan untuk pengangkutan laut
dan pengangkutan antara pulau saja. Apabila penjual tidak sanggup untuk memenuhi
persyaratan DEQ, maka syarat DEQ lebih baik tidak digunakan oleh penjual.

12. DDU :  Delivered Duty unpaid (named place of destination)


Penjual melakukan penyerahan barang dengan Delivered Duty Unpaid dilakukan di negara
yang melakukan impor, namun belum diselesaikan bea masuk, dengan begitu penjual wajib
memikul semua biaya dan risiko sampai dengan barang tiba di negara tujuan, kecuali
kewajiban membayar bea masuk, pajak, dan pungutan lainnya.

Persyaratan penyerahan barang dengan syarat DDU dapat dilakukan untuk pengangkutan
dengan moda transportasi pengangkutan apa saja. Jika formalitas untuk melakukan impor
tidak terselesaikan pada waktunya, maka pembeli memikul biaya dan risiko tambahan yang
mungkin terjadi.

13. DDP :  Delivered Duty Paid (named place of destination)


Penyerahan barang dengan Delivered Duty Paid dilakukan di negara yang melakukan impor,
namun bea masuk sudah dibayar dan diselesaikan, dengan begitu penjual wajib memikul
semua biaya dan risiko sampai dengan barang tiba di negara tujuan termasuk bea masuk dan
apa pun yang diperlukan di negara tujuan.

Syarat ini boleh dipakai untuk jenis alat angkut mana saja.

Contoh penggunaan Incoterms 2000:

 FCA Surabaya
 FOB Medan
 DDU Jakarta

http://anggaswangi.blogspot.co.id/2012/04/international-commercial-terms.html
Incoterms
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Incoterms atau International Commercial Terms adalah kumpulan istilah yang dibuat
untuk menyamakan pengertian antara penjual dan pembeli dalam perdagangan internasional.
Incoterms menjelaskan hak dan kewajiban pembeli dan penjual yang berhubungan dengan
pengiriman barang. Hal-hal yang dijelaskan meliputi proses pengiriman barang, penanggung
jawab proses ekspor-impor, penanggung biaya yang timbul dan penanggung risiko bila terjadi
perubahan kondisi barang yang terjadi akibat proses pengiriman.

Incoterms dikeluarkan oleh Kamar Dagang Internasional atau International Chamber of


Commerce (ICC), versi terakhir yang dikeluarkan pada tanggal 1 Januari 2011 disebut
sebagai Incoterms 2010. Incoterms 2010 dikeluarkan dalam bahasa Inggris sebagai bahasa
resmi dan 31 bahasa lain sebagai terjemahan resmi. Dalam Incoterms 2010 hanya ada 11
istilah yang disederhanakan dari 13 istilah Incoterms 2000, yaitu dengan menambahkan 2
istilah baru dan menggantikan 4 istilah lama. Istilah baru dalam Incoterms 2010 yaitu
Delivered at Terminal (DAT); dan Delivered at Place (DAP). Sedangkan 4 istilah lama yang
digantikan yaitu: Delivered at Frontier (DAF); Delivered Ex Ship (DES); Delivered Ex Quay
(DEQ); Delivered Duty Unpaid (DDU).

Pada Incoterms 2010, istilah dibagi dalam 2 kategori berdasar metode pengiriman, yaitu 7
istilah yang berlaku secara umum, dan 4 istilah yang berlaku khusus untuk pengiriman
melalui transportasi air.

Tiga belas istilah dalam Incoterms 2000:

1. EXW (nama tempat): Ex Works, pihak penjual menentukan tempat pengambilan


barang.
2. FCA (nama tempat): Free Carrier, pihak penjual hanya bertanggung jawab untuk
mengurus izin ekspor dan meyerahkan barang ke pihak pengangkut di tempat yang
telah ditentukan.
3. FAS (nama pelabuhan keberangkatan): Free Alongside Ship, pihak penjual
bertanggung jawab sampai barang berada di pelabuhan keberangkatan dan siap
disamping kapal untuk dimuat. Hanya berlaku untuk transportasi air.
4. FOB (nama pelabuhan keberangkatan): Free On Board, pihak penjual
bertanggung jawab dari mengurus izin ekspor sampai memuat barang di kapal yang
siap berangkat. Hanya berlaku untuk transportasi air.
5. CFR (nama pelabuhan tujuan): Cost and Freight, pihak penjual menanggung biaya
sampai kapal yang memuat barang merapat di pelabuhan tujuan, namun tanggung
jawab hanya sampai saat kapal berangkat dari pelabuhan keberangkatan. Hanya
berlaku untuk transportasi air.
6. CIF (nama pelabuhan tujuan): Cost, Insurance and Freight, sama seperti CFR
ditambah pihak penjual wajib membayar asuransi untuk barang yang dikirim. Hanya
berlaku untuk transportasi air.
7. CPT (nama tempat tujuan): Carriage Paid To, pihak penjual menanggung biaya
sampai barang tiba di tempat tujuan, namun tanggung jawab hanya sampai saat
barang diserahkan ke pihak pengangkut.
8. CIP (nama tempat tujuan): Carriage and Insurance Paid to, sama seperti CPT
ditambah pihak penjual wajib membayar asuransi untuk barang yang dikirim.
9. DAF (nama tempat): Delivered At Frontier, pihak penjual mengurus izin ekspor dan
bertanggung jawab sampai barang tiba di perbatasan negara tujuan. Bea cukai dan izin
impor menjadi tanggung jawab pihak pembeli.
10. DES (nama pelabuhan tujuan): Delivered Ex Ship, pihak penjual bertanggung
jawab sampai kapal yang membawa barang merapat di pelabuhan tujuan dan siap
untuk dibongkar. izin impor menjadi tanggung jawab pihak pembeli. Hanya berlaku
untuk transportasi air.
11. DEQ (nama pelabuhan tujuan): Delivered Ex Quay, pihak penjual bertanggung
jawab sampai kapal yang membawa barang merapat di pelabuhan tujuan dan barang
telah dibongkar dan disimpan di dermaga. Izin impor menjadi tanggung jawab pihak
pembeli. Hanya berlaku untuk transportasi air.
12. DDU (nama tempat tujuan): Delivered Duty Unpaid, pihak penjual bertanggung
jawab mengantar barang sampai di tempat tujuan, namun tidak termasuk biaya
asuransi dan biaya lain yang mungkin muncul sebagai biaya impor, cukai dan pajak
dari negara pihak pembeli. Izin impor menjadi tanggung jawab pihak pembeli.
13. DDP (nama tempat tujuan): Delivered Duty Paid, pihak penjual bertanggung jawab
mengantar barang sampai di tempat tujuan, termasuk biaya asuransi dan semua biaya
lain yang mungkin muncul sebagai biaya impor, cukai dan pajak dari negara pihak
pembeli. Izin impor juga menjadi tanggung jawab pihak penjual.

Contoh penggunaan Incoterms 2000:

 FCA Jakarta Incoterms 2000


 FOB Liverpool Incoterms 2000
 DDU Frankfurt Schmidt GmbH Warehouse 4 Incoterms 2000
https://id.wikipedia.org/wiki/Incoterms

International Commercial Terms


Incoterms atau International Commercial Terms adalah kumpulan istilah yang dibuat untuk
menyamakan pengertian antara penjual dan pembeli dalam perdagangan internasional.
Incoterms menjelaskan hak dan kewajiban pembeli dan penjual yang berhubungan dengan
pengiriman barang. Hal-hal yang dijelaskan meliputi proses pengiriman barang, penanggung
jawab proses ekspor-impor, penanggung biaya yang timbul dan penanggung risiko bila terjadi
perubahan kondisi barang yang terjadi akibat proses pengiriman.

Incoterms dikeluarkan oleh Kamar Dagang Internasional atau International Chamber of


Commerce (ICC), incoterm selalu diperbaharui karena mengikuti dinamika bisnis /
perdagangan dunia. Revisi terbaru dari Incoterm pada bulan September 2010 dan mulai
berlaku efektif bulan Januari 2011 yang meliputi : 
CFR (Cost and Freight) 
CIF (Cost and Freight) 
CIP (Carriage and Insurance Paid To) 
CPT (Carriage Paid To) 
DAP (Delivered At Place) 
DAT (Delivered At Terminal) 
DDP (Delivered Duty Paid) 
EXW (Ex Work) 
FAS (Free Alongside Ship) 
FCA (Free Carrier) 
FOB (Free On Board) 

Pada praktek di lapangan tidak semua incoterm tersebut dipakai, incoterm yang paling sering
dipakai dalam perdagangan ekspor – impor adalah FOB, CFR, CIF.
http://winnydyah.blogspot.co.id/2014/11/international-commercial-terms.html
Incoterms 2010

Incoterms atau International Commercial Terms adalah kumpulan istilah yang


dibuat untuk menyamakan pengertian antara penjual dan pembeli dalam perdagangan
internasional. Incoterms menjelaskan hak dan kewajiban pembeli dan penjual yang
berhubungan dengan pengiriman barang. Hal-hal yang dijelaskan meliputi proses
pengiriman barang, penanggung jawab proses ekspor-impor, penanggung biaya yang
timbul dan penanggung risiko bila terjadi perubahan kondisi barang yang terjadi akibat
proses pengiriman.
Incoterms dikeluarkan oleh Kamar Dagang Internasional atau International Chamber
of Commerce (ICC),
versi terakhir yang dikeluarkan pada tanggal 1 Januari 2011 disebut sebagai Incoterms 2010.
Incoterms 2010 dikeluarkan dalam bahasa Inggris sebagai bahasa resmi dan 31 bahasa lain
sebagai terjemahan resmi. Dalam Incoterms 2010 hanya ada 11 istilah yang disederhanakan
dari 13 istilah Incoterms 2000, yaitu dengan menambahkan 2 istilah baru dan menggantikan
4 istilah lama. Istilah baru dalam Incoterms 2010 yaitu Delivered at Terminal (DAT); dan
Delivered at Place (DAP). Sedangkan 4 istilah lama yang digantikan yaitu: Delivered at
Frontier (DAF); Delivered Ex Ship (DES); Delivered Ex Quay (DEQ); Delivered Duty Unpaid
(DDU).
Pada Incoterms 2010, istilah dibagi dalam 2 kategori berdasar metode pengiriman,
yaitu 7 istilah yang berlaku secara umum, dan 4 istilah yang berlaku khusus untuk
pengiriman melalui transportasi air.

Istilah-istilah dalam Incoterms 2010:

1. EXW - Ex Works (nama tempat penyerahan):


Pihak penjual menentukan tempat pengambilan barang, Pihak pembeli bertanggung
jawab untuk biaya angkut, resiko selama perjalanan dan biaya saat pembongkaran.
2. FCA - Free Carrier (nama tempat penyerahan):
Pihak penjual hanya bertanggung jawab untuk mengurus izin ekspor dan
meyerahkan barang ke pihak pengangkut di tempat yang telah ditentukan. Pihak
pembeli hanya membayar biaya pengiriman dan tanggung jawab hangus saat
barang di serahkan di pelabuhan tujuan.
3. CPT - Carriage Paid To (nama tempat tujuan):
Pihak penjual menanggung biaya sampai barang tiba di tempat tujuan, namun
tanggung jawab hanya sampai saat barang diserahkan ke pihak pengangkut.
4. CIP - Carriage and Insurance Paid to (nama tempat tujuan):
Sama seperti CPT ditambah pihak penjual wajib membayar asuransi untuk barang
yang dikirim hingga barang diserahkan.
5. DAT – Delivered at Terminal (nama termunal pelabuhan atau tujuan)
Pihak penjual membayar sampai ke pembongkaran di terminal pelabuhan tujuan,
kecuali beban biaya sehubungan biaya, tanggung jawab bebas saat kapal selesai
bongkar di terminal pelabuhan tujuan.
6. DAP – Delivered at Place (nama tempat tujuan)
Hampir sama sepertiDAT dengan tambahan biaya pengangkutan ke tempat tujuan
dan asuransi menjadi tanggaungan pihak penjual.
7. DDP - Delivered Duty Paid (nama tempat tujuan):
Pihak penjual bertanggung jawab mengantar barang sampai di tempat tujuan,
termasuk biaya asuransi dan semua biaya lain yang mungkin muncul sebagai biaya
impor, cukai dan pajak dari negara pihak pembeli. Izin impor juga menjadi
tanggung jawab pihak penjual.

Pengangkutan Moda Transportasi Laut

8. FAS - Free Alongside Ship (nama pelabuhan keberangkatan):,


Pihak penjual bertanggung jawab sampai barang berada di pelabuhan
keberangkatan dan siap disamping kapal untuk dimuat. Biaya lain samapai ke
tempat tujuan akan menjadi tanggung jawab pihak pembeli. Hanya berlaku untuk
transportasi air.
9. FOB - Free On Board (nama pelabuhan keberangkatan):, p\
Pihak penjual bertanggung jawab dari mengurus izin ekspor sampai memuat barang
di kapal yang siap berangkat. Biaya pengangkutan dari pelabuhan asal samapi ke
tempat tujuan akan menjadi tanggungan pembeli. Hanya berlaku untuk transportasi
air.
10. CFR - Cost and Freight (nama pelabuhan tujuan): pihak penjual menanggung biaya
sampai kapal yang memuat barang merapat di pelabuhan tujuan, namun tanggung
jawab penjual hanya sampai saat barang selesai di muat ke kapal. Hanya berlaku
untuk transportasi air.
11. CIF - Cost, Insurance and Freight, (nama pelabuhan tujuan):
Sama seperti CFR ditambah pihak penjual wajib membayar asuransi untuk barang
yang dikirim. Hanya berlaku untuk transportasi air.

Beberapa peraturan yang sudah dihapus dari Incoterm 2000 :

12. DAF Delivered At Frontier (nama tempat):


Pihak penjual mengurus izin ekspor dan bertanggung jawab sampai barang tiba di
perbatasan negara tujuan. Bea cukai dan izin impor menjadi tanggung jawab pihak
pembeli.
13. DES Delivered Ex Ship (nama pelabuhan tujuan):
Pihak penjual bertanggung jawab sampai kapal yang membawa barang merapat di
pelabuhan tujuan dan siap untuk dibongkar. izin impor menjadi tanggung jawab
pihak pembeli.
14. DEQ Delivered Ex Quay (nama pelabuhan tujuan):
Pihak penjual bertanggung jawab sampai kapal yang membawa barang merapat di
pelabuhan tujuan dan barang telah dibongkar dan disimpan di dermaga. Izin impor
menjadi tanggung jawab pihak pembeli. Hanya berlaku untuk transportasi air.
15. DDU Delivered Duty Unpaid (nama tempat tujuan):
Pihak penjual bertanggung jawab mengantar barang sampai di tempat tujuan,
namun tidak termasuk biaya asuransi dan biaya lain yang mungkin muncul sebagai
biaya impor, cukai dan pajak dari negara pihak pembeli. Izin impor menjadi
tanggung jawab pihak pembeli.
  
Secara garis besar, dapat digambarkan sebagai berikut :

http://ikarnedi.blogspot.co.id/2012/12/incoterms-2010.html

Incoterm Dan Istilah yg Sering di pakai

Prinsip Kontrak Bisnis Internasional


International Commercial Terms
(incoterm)
Incoterms atau International Commercial Terms adalah kumpulan istilah yang dibuat
untuk menyamakan pengertian antara penjual dan pembeli dalam perdagangan internasional.
Incoterms menjelaskan hak dan kewajiban pembeli dan penjual yang berhubungan dengan
pengiriman barang. Hal-hal yang dijelaskan meliputi proses pengiriman barang, penanggung
jawab prosesekspor–impor, penanggung biaya yang timbul dan penanggung risiko bila terjadi
perubahan kondisi barang yang terjadi akibat proses pengiriman.

Incoterms dikeluarkan oleh Kamar Dagang Internasional atau International Chamber of


Commerce (ICC), versi terakhir yang dikeluarkan pada tanggal 1 Januari 2011 disebut
sebagai Incoterms 2010. Incoterms 2010 dikeluarkan dalam bahasa Inggris sebagai bahasa
resmi dan 31 bahasa lain sebagai terjemahan resmi. Dalam Incoterms 2010 hanya ada 11
istilah yang disederhanakan dari 13 istilah Incoterms 2000, yaitu dengan menambahkan 2
istilah baru dan menggantikan 4 istilah lama. Istilah baru dalam Incoterms 2010 yaitu
Delivered at Terminal (DAT); dan Delivered at Place (DAP). Sedangkan 4 istilah lama yang
digantikan yaitu: Delivered at Frontier (DAF); Delivered Ex Ship (DES); Delivered Ex Quay
(DEQ); Delivered Duty Unpaid (DDU).

Pada Incoterms 2010, istilah dibagi dalam 2 kategori berdasar metode pengiriman, yaitu 7
istilah yang berlaku secara umum, dan 4 istilah yang berlaku khusus untuk pengiriman
melalui transportasi air.

Terdapat 13 persyaratan perdagangan internasional di dalam Incoterm yang berbentuk


singkatan:

1. EXW  :  Ex Work (named place)


2. FCA  :  Free Carrier (named place)
3. FAS  :  Free Alongside Ship (named port of shipment)
4. FOB  :  Free on Board (named port of shipment)
5. CFR  :  Cost on Freight (named port of destination)
6. CIF  :  Cost, Insurance, and freight (named port of destination)
7. CPT  :  Carriage Paid To (named place of destination)
8. CIP  :  Carriage an Insurance Paid To (named place of destination)
9. DAF  :  Delivered at frontier (named place)
10. DES  :  Delivered Es Ship (named port of destination)
11. DEQ  :  Delivered Ex Quay (named port of destination)
12. DDU  :  Delivered Duty unpaid (named place of destination)
13. DDP  :  Delivered Duty Paid (named place of destination)

1. EXW:  Ex Work (named place)

Adalah syarat yang merupakan kewajiban paling ringan bagi penjual dan pembeli, yaitu
masing – masing pihak wajib memikul semua biaya dan resiko yang terkait dengan
kewajiban untuk mengambil barang – barang itu dari tempat penjual.
Apabila pihak – pihak menginginkan penjual bertanggung jawab untuk memuat barang –
barang pada saat pemberangkatan dan memikul semua resiko dan biaya pemuatan, maka hal
tersebut harus dijelaskan dengan cara menambah kata – kata yang tegas di dalam kontrak jual
beli.

2. FCA: Free Carrier (named place)

Bahwa penjual melakukan penyerahan barang – barang yang sudah mendapat ijin ekspor,
kepada pengangkut yang ditunjuk pembeli di tempat tersebut.

Catatan:

Pemilihan tempat penyerahan barang – barang mempunyai dampak pada kewajiban bongkar
muat barang – barang d tempat itu.

Jika penyerahan terjadi di tempat penjual makapenjual bertanggung jawab untuk memuat.
Jika penyerahan terjadi di tempat lain maka penjual tidak bertanggung jawab untuk
membongkar.

3. FAS: Free Alongside Ship (named port of shipment)

Bah penjual melakukan penyerahan barang – barang, bila barang – barang itu ditempatkan di
samping kapal di pelabuhan  pengapalan yang disebut.

Hal ini bearti bahwa pembeli wajib memikul semua biaya dan semua resiko kehilangan atau
kerusakan atas barang – barang mulai saat itu.

4. FOB: Free on Board (named port of shipment)

Penjual melakukan penyerahan barang – barang bila barang – barang melewati pagar kapal di
pelabuhan pengapalan yang disebut.

Hal tersebut bearti bahwa pembeli wajib memikul semua biaya dan resiko atas kehilangan
atau kerusakan barang mulai dari titik itu. Syarat ini menuntut penjual untuk mengurus
formalitas ekspor.

 Syarat ini hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai saja.

5. CFR: Cost on Freight (named port of destination)

Penjual melakukan penyerahan barang – barang bila barang – barang melewati pagar kapal di
pelabuhan pengapalan. Dalam hal ini penjual wajib membayar biaya – biaya dan ongkos
angkut yang perlu untuk mengangkut barang – barang itu samapi ke pelabuhan tujuan yang
disebut.

 Resiko kehilangan ataupun kerusakan atas barang – barang tersebut termasuk setiap biaya
tambahan sehubungan dengan peristiwa yang terjadi setelah waktu penyerahan itu berpindah
dari penjual kepada pembeli.

 Syarat ini hanya dapat berlaku untuk angkutan laut dan sungai.
6. CIF : Cost, Insurance, and freight (named port of destination)

Bahwa penjual melakukan penyerahan barang – barang kepada pengangkut yang ditunjuknya
sendiri, tetapi penjual wajib pula membayar ongkos – ongkos angkut yang perlu untuk
mengangkut barang – barang itu sampai ke tempat tujuan.

 Hal tersebut bearti bahwa pembeli memikul semua resiko dan membayar semua ongkos yang
timbul setelah barang – barang yang wajib setelah barang – barang

7. CPT: Carriage Paid To (named place of destination)

Adalah bahwa penjual menyerahkan barang – barang kepada pengangkut yang ditunjuknya
sendiri, tetapi penjual wajib membayar ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barang
– barang tersebut sampai ke tempat tujuan.

 Hal ini bearti bahwa pembeli memikul semua resiko dan membayar setiap ongkos yang
timbul setelah barang – barang yang diserahkan secara demikian.

 Syarat ini mewajibkan penjual mengurus formalitas ekspor dan berlaku untuk alat angkut
apa saja termasuk angkutan aneka wahana (multimode transport).

8. CIP : Carriage an Insurance Paid To (named place of destination)

Penjual menyerahkan barang – barang kepada pengangkut yang ditunjuknya sediri, namun
penjual wajib pula membayar ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barang – barang
itu sampai ke tempat tujuan yang telah disebut.

 Bearti pembeli memikul semua resiko dan membayar semua ongkos yang timbul setelah
barang – barang yang diserahkan secara demikian.

 Penjual juga wajib menutup asuransi terhadap resiko kerugian dan kerusakan atas barang –
barang yang menimpa pembeli selama barang – barang  dalam perjalanan.

 Syarat ini berlaku bagi alat angkut apa saja.

9. DAF : Delivered at frontier (named place)

Bahwa penjual menyerahkan barang – barang bila barang – barang tersebut telah ditempatkan
ke dalam kewenangan pembeli saat datangnya alat angkut, belum dibongkar, sudah diurus
formalitas impornya di tempat atau pada titik yang disebut di wilayah perbatasan tetapi belum
memasuki wilayah pabean dari negara yang bertetangga.

 Syarat ini berlaku untuk alat angkut apasaja bilamana barang – barang tersebut harus
diserahkan di perbatasan darat. Bila penyerahan dilakukan di pelabuhan maka penyerahan
harus dilakukan di pelabuhan tujuan, di atas kapal, atau di dermaga agar dapat dipakai syarat
DES dan DEQ.

10. DES :  Delivered Es Ship (named port of destination)


Adalah apabila penjual menyerahkan barang – barang bila barang – barang itu ditempatkan
ke dalam kewenangan pembeli di atas kapal, belum diurus formalitas impornya, dipelabuhan
tujuan yang disebut.

 Penjual wajib memikul semua biaya dan resiko yang terkait dengan pengangkutan barang –
barang itu samapi ke pelabuhan tujuan yang disebut sebelum dibongkar.

 Syarat ini hanya dipakai bila barang – barang akan diserahkan melalui laut atau sungai atau
dengan alat angkut aneka wahana di atas kapal di pelabuhan tujuan.

11. DEQ :  Delivered Ex Quay (named port of destination)

Penjual menyerahkan barang – barang bila barang – barang itu ditempatkan ke dalam
kewenangan pembeli di atas dermaga, belum di urus formalitas impornya, di pelabuhan
tujuan yang disebut. Penjual wajib membayar semua biaya dan resko yang terkait dengan
pengangkutan barang – barang itu samapi ke pelabuhan tujuan yang disebut dan membongkar
barang – barang itu sampai ke pelabuhan tujuan yang disebut dan membongkar barang –
barang tersebut di atas dermaga.

 Bila pihak – pihak terkait menginginkan untuk memasukkan menjadi tanggung jawab
penjual, semua resiko dan biaya pengelolaan barang – barang mulai dari dermaga ke tempat –
tempat lain di dalam kawasan pelabatau diluar kawasan, maka di pakai syarat DDU atau DDP

12. DDU :  Delivered Duty unpaid (named place of destination)

Adalah penjual menyerahkan barang – barang kepada pembeli, belum diurus formlitas
impornya, dan belum dibongkar dari atas alat angkut yang baru datang di tempat tujuan yang
disebut. Penjual wajib memikul semua biaya dan resiko yang terkait dengan pengangkutan
barang – barang itu sampai ke sana, kecuali bea masuk yang diperlukan di negara tujuan. Bea
masuk ini menjadi tanggung jawab pembeli, termasuk semua biaya dan reiko yang
disebabkan oleh kegagalan mengurus formalitas impor pada waktunya.

 Syarat ini dipaki untuk alat angkut apa saja, tetapi apabila penyerahan barang akan dilakukan
di pelabuhan tujuan di atas kapal atau di atas dermaga, supaya dipakai syarat DES atau DEQ

13. DDP :  Delivered Duty Paid (named place of destination)

Yaitu penjual menyerahkan barang – barang kepada pembeli sudah diurus formalitas
impornya, tetapi belum dibongkar dari atas alat angkut yang baru datang di tempat tujuan
yang disebut. Penjual wajib memikul semua biaya dan resiko yang terkait dengan
pengangkutan barang – barang itu sampai ke sana, termasuk bea masuk apa pun yang
diperlukan di negara tujuan.

 Syarat ini boleh dipakai untuk jenis alat angkut mana saja

Contoh penggunaan Incoterms 2000:

 FCA Jakarta Incoterms 2000


 FOB Liverpool Incoterms 2000
 DDU Frankfurt Schmidt GmbH Warehouse 4 Incoterms 2000
https://desuarjana.wordpress.com/2012/05/24/incoterm/

Bang Hilmy
 Home
 About Me
 Contact Me
 29 Hil's Travel
 Peak English Club
 29 Hil's Batik

Friday, January 17, 2014


Incoterm 2010

Setiap transaksi dagang yang berskala international, hadirnya suatu ”sales contract”
atau kontrak dagang mutlak diperlukan, dimana pihak International Chamber of Commerce
(ICC) secara berkala memberitahukan perkembangan kontrak perdagangan secara
internasional. Siapapun yang akan mengikat suatu perjanjian dagang secara internasional,
maka syarat-syarat perdagangan (terms of trade) harus selalu dipakai dalam setiap transaksi.
Ketentuan mengenai syarat-syarat perdagangan tersebut dinamakan Incoterm.
PENGERTIAN INCOTERMS
“Suatu ketentuan internasional bidang perdagangan, yang mengatur segala sesuatu
tentang istilah-istilah mengenai syarat-syarat perdagangan yang berlaku seragam, pada setiap
transaksi perdagangan yang dilakukan oleh Pihak Penjual dan Pembeli”.

Incoterms juga dapat diartikan sebagai Suatu ketentuan standard yang diterbitkan oleh
International Chamber of Commerce (I.C.C) mengenai persyaratan perdagangan
internasional, yang dapat dicantumkan pada kontrak perdagangan (sales contract) antara
Penjual dan pembeli, tentang:

 hak dan kewajiban kedua belah pihak


 penetapan tempat penyerahan barang
 pembayaran harga barang
 biaya-biaya maupun risiko yang terjadi baik selama barang dalam proses transportasi
maupun setelah barang diserahkan kepada pihak Pembeli di tempat penyerahan
barang yang telah ditentukan.

TUJUAN INCOTERMS
Maksud International Chamber of Commerce (ICC) menciptakan Incoterms adalah:

1. Menghindari kesalah pahaman antara pihak Pembeli dan Penjual dalam hal
pelaksanaan transaksi dagang yang telah disepakati.
2. Menghindari perselisihan timbul karena perbedaan pendapat tentang adanya
keanekaragaman istilah-istilah yang dipergunakan oleh kedua belah pihak.
3. Memberikan keseragaman pengertian dan istilah, sehingga transaksi dagang dapat
berjalan dengan lancar

Incoterms dapat dipakai oleh pihak manapun juga yang bermaksud melaksanakan
kontrak perdagangan internasional maupun nasional. versi terakhir yang dikeluarkan pada
tanggal 1 Januari 2011 disebut sebagai Incoterms 2010. Dalam Incoterms 2010 hanya ada 11
istilah yang disederhanakan dari 13 istilah Incoterms 2000, yaitu dengan menambahkan 2
istilah baru dan menggantikan 4 istilah lama. Istilah baru dalam Incoterms 2010 yaitu
Delivered at Terminal (DAT); dan Delivered at Place (DAP). Sedangkan 4 istilah lama yang
digantikan yaitu: Delivered at Frontier (DAF); Delivered Ex Ship (DES); Delivered Ex Quay
(DEQ); Delivered Duty Unpaid (DDU).
Pada Incoterms 2010, istilah dibagi dalam 2 kategori berdasar metode pengiriman,
yaitu 7 istilah yang berlaku secara umum, dan 4 istilah yang berlaku khusus untuk
pengiriman melalui transportasi air.

Istilah-istilah dalam Incoterms 2010 untuk semua moda transportasi:

1. EXW - Ex Works (nama tempat penyerahan)


Pihak penjual menentukan tempat pengambilan barang, Pihak pembeli bertanggung jawab
untuk biaya angkut, resiko selama perjalanan dan biaya saat pembongkaran.
2. FCA - Free Carrier (nama tempat penyerahan)
Pihak penjual hanya bertanggung jawab untuk mengurus izin ekspor dan meyerahkan barang
ke pihak pengangkut di tempat yang telah ditentukan. Pihak pembeli hanya membayar biaya
pengiriman dan tanggung jawab hangus saat barang di serahkan di pelabuhan tujuan.

3. CPT - Carriage Paid To (nama tempat tujuan)


Pihak penjual menanggung biaya sampai barang tiba di tempat tujuan, namun tanggung
jawab hanya sampai saat barang diserahkan ke pihak pengangkut.

4. CIP - Carriage and Insurance Paid to (nama tempat tujuan)


Sama seperti CPT ditambah pihak penjual wajib membayar asuransi untuk barang yang
dikirim hingga barang diserahkan.

5. DAT – Delivered at Terminal (nama termunal pelabuhan atau tujuan)


Pihak penjual membayar sampai ke pembongkaran di terminal pelabuhan tujuan, kecuali
beban biaya sehubungan biaya, tanggung jawab bebas saat kapal selesai bongkar di terminal
pelabuhan tujuan.

6. DAP – Delivered at Place (nama tempat tujuan)


Hampir sama sepertiDAT dengan tambahan biaya pengangkutan ke tempat tujuan dan
asuransi menjadi tanggaungan pihak penjual.

7. DDP - Delivered Duty Paid (nama tempat tujuan)


Pihak penjual bertanggung jawab mengantar barang sampai di tempat tujuan, termasuk biaya
asuransi dan semua biaya lain yang mungkin muncul sebagai biaya impor, cukai dan pajak
dari negara pihak pembeli. Izin impor juga menjadi tanggung jawab pihak penjual.

Istilah-istilah dalam Incoterms 2010 untuk Moda Transportasi Laut :

8. FAS - Free Alongside Ship (nama pelabuhan keberangkatan)


Pihak penjual bertanggung jawab sampai barang berada di pelabuhan keberangkatan dan siap
disamping kapal untuk dimuat. Biaya lain samapai ke tempat tujuan akan menjadi tanggung
jawab pihak pembeli. Hanya berlaku untuk transportasi air.

9. FOB - Free On Board (nama pelabuhan keberangkatan)


Pihak penjual bertanggung jawab dari mengurus izin ekspor sampai memuat barang di kapal
yang siap berangkat. Biaya pengangkutan dari pelabuhan asal samapi ke tempat tujuan akan
menjadi tanggungan pembeli. Hanya berlaku untuk transportasi air.

10. CFR - Cost and Freight (nama pelabuhan tujuan)


pihak penjual menanggung biaya sampai kapal yang memuat barang merapat di pelabuhan
tujuan, namun tanggung jawab penjual hanya sampai saat barang selesai di muat ke kapal.
Hanya berlaku untuk transportasi air.

11. CIF - Cost, Insurance and Freight, (nama pelabuhan tujuan):


Sama seperti CFR ditambah pihak penjual wajib membayar asuransi untuk barang yang
dikirim. Hanya berlaku untuk transportasi air.

Beberapa peraturan yang sudah dihapus dari Incoterm 2000 :

          DAF Delivered At Frontier (nama tempat):

Pihak penjual mengurus izin ekspor dan bertanggung jawab sampai barang tiba di perbatasan
negara tujuan. Bea cukai dan izin impor menjadi tanggung jawab pihak pembeli.

          DES Delivered Ex Ship (nama pelabuhan tujuan):

Pihak penjual bertanggung jawab sampai kapal yang membawa barang merapat di pelabuhan
tujuan dan siap untuk dibongkar. izin impor menjadi tanggung jawab pihak pembeli.

          DEQ Delivered Ex Quay (nama pelabuhan tujuan):

Pihak penjual bertanggung jawab sampai kapal yang membawa barang merapat di pelabuhan
tujuan dan barang telah dibongkar dan disimpan di dermaga. Izin impor menjadi tanggung
jawab pihak pembeli. Hanya berlaku untuk transportasi air.

          DDU Delivered Duty Unpaid (nama tempat tujuan):

Pihak penjual bertanggung jawab mengantar barang sampai di tempat tujuan, namun tidak
termasuk biaya asuransi dan biaya lain yang mungkin muncul sebagai biaya impor, cukai dan
pajak dari negara pihak pembeli. Izin impor menjadi tanggung jawab pihak pembeli.
http://achmadhilmy.blogspot.co.id/2014/01/incoterm-2010.html

Incoterms
Incoterms atau International Commercial Terms adalah istilah-istilah (seperangkat kode tiga
huruf) yang digunakan dalam perdagangan internasional untuk mengatur agar tidak terjadi
kesalahan interpretasi dalam pembuatan kontrak, dalam Incoterms ini diatur syarat-syarat
yang harus dipenuhi dalam pengiriman atau penyerahan barang
E EXWEx Works Penjual menyerahkan barang  yang belum
mendapat izin ekspor di kediamannya atau di
tempat lain yang ditentukan (sebutkan nama
tempat)
F FCA Free Penjual menyerahkan barang yang sudah
Carrier mendapat izin ekspor kepada pengangkut yang
ditunjuk pembeli di tempat tujuan (sebutkan nama
tempat)
FAS Free Penjual menyerahkan barang yang sudah
Alongside mendapat izin ekspor di samping kapal di
Ship pelabuhan tujuan (sebutkan nama pelabuhan
pengapalan)
FOB Free on Penjual menyerahkan barang melewati pagar
Board kapal di pelabuhan pengapalan yang disebut,
barang sudah clear for export (sebutkan nama
pelabuhan pengapalan)
C CFR Cost and Penjual menyerahkan barang melewati pagar
Freight kapal di pelabuhan pengapalan yang disebut,
barang sudah clear for export dan biaya angkut ke
pelabuhan tujuan sudah ditanggung penjual
(sebutkan nama pelabuhan tujuan)
CIF Cost, Sama dengan CFR tetapi penjual menanggung
Insurance asuransi dan membayar premi (sebutkan nama
and Freight pelabuhan tujuan)
CPT Carriage Mirip dengan CFR tapi barang diangkut ke tempat
Paid To tujuan tertentu (sebutkan nama tempat tujuan)
CIP Carriage Hampir sama dengan CPT tetapi penjual menutup
and asuransi terhadap risiko kerusakan selama
Insurance perjalanan (sebutkan  nama tempat tujuan)
Paid to
D DAF Delivered Penjual menyerahkan barang di tempat pada
At Frontier wilayah perbatasan tetapi belum memasuki
wilayah pabean negara yang dituju (sebutkan
nama tujuan)
DES Delivered Penjual menyerahkan barang kepada pembeli di
at  Ship atas kapal, penjual menanggung risiko dan biaya
sampai sesaat sebelum dibongkar (sebutkan nama
pelabuhan tujuan)
DEQ Delivered Penjual menyerahkan barang  kepada pembeli di
Ex Quay atas dermaga pelabuhan tujuan, uncleared for
import (sebutkan nama pelabuhan tujuan)
DDU Delivered Penjual menyerahkan barang  yang belum diurus
Duty izin impornya dan belum dibongkar di tempat
Unpaid tujuan yang merupakan kewenangan pembeli ,
uncleared for import (sebutkan nama tempat
tujuan)
DDP Delivered Sama dengan DDU tetapi formalitas impor  sudah
Duty Paid diurus
http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/contents/98-incoterms
INCOTERMS – 2000

INCOTERMS – 2000

1.    Tujuan dan ruang lingkup Incoterms

Tujuan Incoterms adalah untuk menyediakan seperangkat peraturan internasional untuk


memberikan penafsiran atas sejumlah istilah perdagangan yang biasa dipakai dalam
perdagangan luar negeri. Jadi ketidakpastian dari aneka penafsiran dari istilah itu diberbagai
negara dapat dihindari atau sekurangnya dapat dikurangi.
Sering terjadi pihak-pihak yang terkait dengan suatu kontrak kurang menyadari adanya
perbedaan praktek diantara negara bersangkutan. Hal itu dapat menambah
kesalahpahaman, perselisihan dan proses pengadilan, yang akan membuang-buang waktu,
tenaga dan akhirnya pada uang . Untuk mengatasi masalah-masalah seperti ini, maka Kamar
Dagang Internnsional buat pertama kali pada tahun 1936 menerbitkan seperangkat
peraturan internasional untuk penafsiran syarat-syarat perdagangan ( Trade Terms )
Peraturan itu dikenal sebagai “Incoterms 1936 ". Perubahan-perubahan dan tambahan telah
dilakukan kemudian berturut-turut tahun I953, 1967, 1976, 1980, 1990 dan tahun 2000
untuk menjadikan peraturan ini sejalan dengan praktik perdagangan internasional yang
berlaku.
Perlu ditekankan bahwa ruang lingkup dari Incoterms ini hanya terbatas pada materi yang
berhubungan dengan hak-hak dan kewijiban dan pihak – pihak yang terkait dari Kontrak
Jual-Beli yang berkenaan dengan penyerahan barang-barang yang, diperdagangkan ( dalam
pengertian barang yang dapat diraba ( tangible = wadag ), tidak termasuk baranp yang tak
dapat diraba seperti perangkat lunak komputer ).
Terlihat adanya dua buah kesalahpahaman tenting Incoterms yang sangat lazim. Pertama
Incoterms sering disalahpahami sebagai aplikasi dari kontrak-pengangkutan melebihi dari
kontrak jual-beli. Kedua Incoterms kadangkala secara keliru dianggap menyediakan untuk
semua pihak kewajiban-kewajiban yang pihak-pihak terkait mengigini untuk dimasukkan di
dalam kontrak jual-beli.
Seperti selalu ditegaskan oleh KDI ( Kamar Dagang Internisiorial = ICC), Incoterms hanya
menyangkut hubungan antara penjual dan pembeli dalam suatu kontrak jual Beli, dan :
terbatas dalam masalah tertentu saja.
Sementara itu adalah penting sekali bagi exportir dan importir untuk mempertimbangkan
hubungan praktis antara berbagai kontrak dalam mengaktualisasikan suatu kontrak jual-beli
internasional, dimana tidak hanya kontrak jual beli yang dibutuhkan, tetapi juga kontrak
angkutan, asuransi, pembiayaan, sedangkan Incoterms hanya berhubungan dengan dalah
satu saja dari ketiga jenis kontrak itu, yakni dengan Kontrak Jual-Beli saja.
Namun begitu, pihak-pihak yang terlibat dengan perjanjian itu yang memakai salah satu
syarat Incoterms ini mempunyai dampak juga terhadap kontrak-kontrak lainnya. Sebagai
contoh, seorang penjual yang menyetujui CFR atau CIF tak mungkin melaksanakan kontrak
itu dengan memakai alat angkutan lain, selain dari menpergunakan angkutan laut, karena
dengan syarat perdagangan ini penjual mengajukan “ Bill of Lading” atau dokumen angkutan
laut lainnya kepada Pembeli yang mustahil dapat diberikan oleh alat angkut jenis lain.
Selanjutnya dokumen yang diminta oleh suatu Kredit berdokumen dengan sendirinya
tergantung pada jenis alat angkut yang direncanakan akan dipakai.
Kedua, Incoterms berurusan dengan sejumlah kewajiban-kewajiban tertentu yang
diharuskan kepada pihak-pihak terkait - seperti kewajiban penjual untuk menempatkan
barang-barang kedalam kewenangan Pembeli atau menyerahkannya untuk diangkut atau
menyerahkannya di tempat tujuan. Juga berhubungan dengan pembagian resiko antara
pihak-pihak terkait dalam kasus-kasus itu.
Selanjutnya Incoterms ini berurusan pula dengan masalah penyelesaian izin ekspor dan
impor barang, pengepakan barang-barang, kewajiban pembeli untuk menerima penyerahan
barang, dan kewajiban untuk membuktikan bahwa tugas itu sudah dilaksanakan, kendatipun
Incoterms amat penting dalam melaksanakan suatu kontrak jual beli, namun sejumlah besar
masalah yang mungkin dapat terjadi atas kontrak itu, sama sekali tidak punya hubungan
dengan Incoterms, seperti masalah pengalihan pemilikan dan hak-hak intelektual lainnya,
pembatalan kontrak dan akibat lanjutan dari pembatalan itu serta pengecualian beban
tugas pada situasi tertentu. Perlu ditekankan bahwa Incoterms bukanlah dimaksudkan
sebapai pengganti dari syarat-syarat kontrak yang dibutuhkan oleh suatu kontrak jual beli
yang lengkap baik dengan mencantumkan istilah yang baku ataupun dengan memakai istilah
yang disepakati bersama.
Pada umumnya, Incoterms tidak bersangkut paut dengan akibat dari pembatalan suatu
kontrak dan dari setiap pembebasan beban tugas apapun sehubungan dengan aneka
kendala. Semua masalah itu harus dicari penyelesaiannya dari penjelasan yang terdapat
dalam kontrak Jual Beli yang bersangkutan dan hukum yang berlaku.
Incoterms selalu diutamakan untuk dipakai untuk barang-barang, yang dijual dengan
penyerahan melewati perbatasan negara, jadi menjadi syarat-syarat perdagangan
internasional. Namun demikian dalam praktek seringkali juga dipakai di dalam kontrak
penjualan barang - barang yang sebenarnya murni perdagangan dalam negeri. Bila
Incoterms dipakai dalam hal seperti itu, maka pasal-pasal A2 dan B2 dan keterangan lain
yang menyangkut masalah ekspor-impor, dengan- sendirinya menjadi mubazir.
2.   Kenapa Incoterms di Revisi ?
Sebab utama dilakukannya serangkaian revisi dari Incoterms adalah untuk menyesuaikan
dengan perkembangan praktek bisnis. Dalam revisi tahun 1980 telah diperkenalkan Syarat
Free Carrier ( kini FCA) untuk menyesuaikan dengan kasus-kasus dimana titik penerimaan
barang dalam perdagangan (di laut) tidak lagi seperti penyerahan FOB tradisional ( meliwati
pagar kapal), tetapi di satu titik di darat, sebelum barang dimuat ke atas kapal, dimana
barang-barang dimuat terlebih dulu kedalam Petikemas untuk selanjutnya di angkut melalui
laut atau dengan alat transpor lain secara kombinasi ( yang disebut dengan “ gabungan “
atau aneka wahana ).
Selanjutnya pada revisi tahun 1990, pasal-pasal yang menyangkut kewajiban penjual
tentang bukti penyerahan barang yang tadinya dalam bentuk dokumen kertas, telah dapat
diganti dengan EDI-Messages, asalkan pihak-pihak terkait sepakat untuk melakukan
komunikasi dengan media elektronika. Pendek kata selalu diupayakan penyempurnaan
Incoterms untuk memudahkan implementasinya.

3.    Incoterms 2000

Selama proses revisi, yang memakan waktu dua tahun, KDI telah meminta pandangan dan
tanggapan atas konsep /pengganti ini dari dunia perdagangan yang mewakili berbagai
sektor melalui komite nasional yang menjadi mitra kerja KDI .
Sungguh mengembirakan bahwa proses revisi ini telah mendapat reaksi dari para pemakai
diseluruh dunia dibandingkan dengan revisi sebelumnya Hasil dari dialog itu adalah
incoterms 2000 , suatu versi baru yang kalau dibandingkan dengan Incoterms-1990
mengalami sedikit perubahan. Jelas bahwa kini Incoterms dikenal diseluruh dunia dan
karenanya KDI memutuskan untuk mengkonsolidasi pengakuan dunia itu dan menghindari
perubahan. Disisi lain, usaha yang sungguh–sungguh telah dilakukan untuk menjamin bahwa
kata-kata yang dipakai didalam Incoterms-2000 ini secara jelas dan tepat menggambarkan
praktek bisnis yang sesungguhnya. Namun begitu perubahan yang, substansial telah
dilakukan mengenai dua hal :
1.      Penyelesaian Pabean dan Pembayaran kewajiban pembayaran pajak pada Syarat FAS dan
DEQ
2.      Kewajiban Muat/Bongkar pada Syarat FCA.
Semua perubahan baik yang, substansial maupun formal telah dilakukan atas dasar
penelitian yang mendalam diantara para pemakai Incoterms dan masalah khusus yang
ditanyakan sejak tahun 1990 oleh para pakar Incoterms, yang merupakan suatu badan yang
didirikan untuk memberikan pelayanan tambahan bagi para pemakai Incoterms.

4.    Pemakaian Incoterms dalam Kontrak Jual Beli


Dengan melihat perubahan -perubahan yang dibuat terhadap Incoterms dari waktu ke
waktu, adalah penting bagi pihak-pihak yang ingin memakai Incoterms di dalam menyusun
kontrak Jual belinya, untuk merujuk pada .Incoterms yang sedang berlaku. Hal ini akan
mudah terabaikan, misalnya , suatu rujukan dibuat kepada Incoterms versi terdahulu di-
dalam suatu kontrak Jual Beli, atau didalam formulir Surat Pesanan yang dibuat oleh para
pedagang . Kegagalan dalam merujuk pada Incoterms yang sedang berlaku bisa
menimbulkan perselisihan, apakah yang dimaksud Incoterms yang sedang berlaku, ataukah
Incoterms yang sebelumnya. Para pengusaha yang ingin mempergunakan Incoterms 2000
harus jelas menyebutkan bahwa kontrak yang dibuatnya tunduk pada ketentuan Incoterms
2000.

5.    Struktur Incoterms


Dalam tahun 1990 untuk memudahkan pengertian, maka syarat-syarat di kelompokkan ke
dalam empat kategori, mulai dengan syarat-syarat dimana Penjual hanya menyiapkan
barang untuk pembeli di tempat penjual sendiri (Syarat E = Ex Works) disusul kelompok
kedua dimana
Penjual hanya menyiapkan barang untuk pembeli di tempat Penjual sendiri ( Syarat E = Ex
Works ) disusul kelompok kedua dimana Penjual diminta untuk meyerahkan barang, kepada
pengangkut yang ditunjuk Pembeli ( Syarat F = FCA, FAS dan FOB), dilanjutkan dengan Syarat
C dimana Penjual harus mengontrak angkutan tetapi tanpa menanggung resiko kerugian
dan kerusakan atas barang-barang atau biaya tambahan akibat peristiwa yang terjadi
setelah pengapalan pemberangkatan barang-barang (CFR,CIF, CPT dan CIP ) dan akhirnya
syarat D dimana Penjual harus memikul semua biaya dan resiko yang diperlukan untuk
membawa barang-barang ke Tempat Tujuan (DAF, DES, DEQ, DDU atau DDP). Skema berikut
ini menggambarkan klasifikasi dari syarat-syarat perdagangan itu.

INCOTERMS 2000

Group E Pemberangkatan
EXW Ex Works (... disebut nama tempat )

Group F Angkutan Utama belum dibayar


FCA Free Carrier ( ... disebut nama tempat, )
FAS Free Alongside Ship (... disebut Nama Pelabuhan Pengapalan )
FOB Free On Board (... disebut Nama Pelabuhan Pengapalan)

Group C AngkutanUtama dibayar


CFR Cost and Freight ( ... disebut Nama Pelabuhan Tujuan )
CIF Cost, Insurance and Freight (... disebut Nama Pelabuhan tujuan)
CPT Carriage Paid To (disebut Nama Tempat Tujuan )
CIP Carriage and Insurance Paid To (... disebut Nama Tempat Tujuan)

Group D Sampai tujuan


DAF Delivered At Frontier (... disebut nama tempat )
DES Delivered Ex Ship (.. disebut nama pelabuhan tujuan)
DEQ Delivered Ex Quay (..disebut nama pelabuhan tujuan)
DDU Delivered Duty Unpaid (... disebut nama tempat tujuan )
DDP Delivered Duty Paid (... disebut nama tempat tujuan )

Selanjutnya untuk semua Syarat Perdagangan, seperti halnya dalam Incoterms 1990,
kewajiban dari pihak-pihak terkait dikelompokkan menjadi 10 kelompok judul, dimana tiap
judul pada sisi Penjual, merupakan kebalikan dari kewajiban Pembeli menyangkut materi
yang sama.

6. Terminologi
Pada waktu menyusun Incoterms 2000, telah diupayakan adanya konsistensi dalam aneka
perumusan yang dipakai di dalam ketigabelas Syarat Perdagangan. Karena itu rumusan yang
berbeda untuk sesuatu hal yang sama telah dicoba untuk dihindari. Begitu pula dimana
mungkin rumusan yang sama seperti terdapat dalam UN Convention on Contracts for the
International Sale of Goods - 1980 (CISG) juga dipakai.

“shipper”
Di dalam beberapa kasus di rasa perlu untuk memakai istilahyang sama untuk
mengungkapkan dua buah arti yang berbeda disebabkan karena memang tidak ada istilah
pengganti yang tersedia. Pengusaha akan terbiasa dengan kesulitan semacam itu baik dalam
urusan kontrak Jual Beli maupun dalam urusan Kontrak Angkutan. Misalnya istilah
”shippers” berarti baik sebagai orang yang menyerahkan barang untuk diangkut atau orang
yang membuat kontrak dengan pengangkut, namun demikian kedua-dua “shippers” ini
mungkin sekali orang yang berbeda, contohnya seperti dalam kontrak FOB, dimana penjual
harus menyerahkan barang kepada pengangkut sedangkan pembeli harus
membuat kontrak dengan pengangkut.

“delivery”
Penting sekali untuk dicatat bahwa istilah ”delivery” telah dipakai dalam dua arti yang
berbeda pada Incoterms. Pertama dipakai untuk menentukan kapan Penjual telah
menyelesaikan kewajibannya untuk menyerahkan barang seperti dimaksud dengan pasal A4
yang terdapat dalam seluruh syarat Incoterms. Kedua istilah ”delivery” juga dipakai dalam
hubungan kewajiban Pembeli untuk mengambil atau menerima barang-barang, kewajiban
sebagai dimaksud dalam pasal B4 dalam semua Syarat Perdagangan Incoterms. Penggunaan
dalam konteks yang kedua ini, istilah "delivery”berarti pertama bahwa pembeli menerima
segala bentuk syarat penyerahan C, yakni bahwa penjual memenuhi kewajiban untuk
melakukan pengepakan barang, dan yang kedua pembeli diwajibkan untuk menerima
barang itu. Kewajihan yang disebut belakangan ini adalah penting untuk menghindari biaya-
biaya yang tidak perlu untuk sewa gudang sampai barang-barang itu diambil oleh pembeli.
Sebagai contoh misalnya dalam term CFR dan CIF, pembeli berkewajiban menerima
penyerahan barang dan untuk menerimannya dari pengangkut. Dan sekiranya pembeli gagal
untukmelakukan hal itu maka dia biasa jadi berkewajiban untuk membayar kerusakan
barang kepada penjual yang telah membuat kontrak angkutan dengan pengangkut atau
sebaliknya pembeli mungkin harus membayar “demurrage”
untuk memungkinkan pengangkut menyerahkan barang-barang kepada pembeli dengan
mengatakan bahwa pembeli harus menerima penyerahan. Hal ini tidak berarti bahwa
pembeli telah menerima barang-barang sesuai dengan yang dimaksud dengan kontrak jual-
beli, tetapi hanyalah menyatakan bahwa pembeli mengakui bahwa penjual telah melakukan
kewajibannya menyerahkan barang untuk diangkut sesuai dengan kontrak angkutan yang
harus dilakukannya sesuai Pasal A3 dari Syarat C. Dengan demikian bila pembeli pada waktu
menerima barang-barang, di tempat tujuan ternyata tidak cocok dengan uraian yang
disebut dalam kontrak jual-beli, maka pembeli harus bisa memperoleh ganti rugi sesuai
ketentuan kontrak jual- beli atau ketentuan hukum yang dapat dipergunakan untuk
menuntut penggantian itu kepada penjual, Masalah seperti ini seperti sudah dijelaskan
adalah diluar ruang lingkup Incoterms.
Dimana perlu, Incoterms - 2000 telah memakai istilah ”menempatkan barang, kedalam
kewenangan pembeli, bila barang barang itu telah disediakan untuk pembeli di tempat
khusus. Pernyataan ini dimaksudkan mempunyai arti yang sama dengan “handing over the
goods” atau menyerahkan barang sebagaimana dimaksud dengan United Nations
Convention on Contract for the International Sale of Goods - 1980.

" usual it”


Kata “usual” muncul dalam beberapa syarat Perdagangan seperti dalam EXW sehubungan
dengan waktu penyerahan (A4) dan didalam Syarat C, sehubungan dengan dokumen yang
menjadi kewajiban Penjual untuk melengkapinya dan didalam kontrak angkutan yang harus
disiapkan oleh Penjual (A8, A3). Jelas bahwa sulit sekali unttik menjelaskan kata “usual”
secara tepat, namun dalam beberapa kasus, adalah mungkin untuk menentukan siapa
dalam kegiatan bisnis yang bisa melakukan suatu tugas, lalu pengalaman praktis ini lalu
dijadikan petunjuk. Dalam hal ini, kata “usual atau biasa”lebih membantu dibandingkan
dengan kata “reasonable atau wajar” yang membutuhkan suatu kepastian bukan terhadap
dunia praktek, tetapi terhadap prinsip yang lebih rumit tentang itikad baik dan kejujuran.
Dalam beberapa hal, malah dipandang perlu untuk memutuskan apa itu “reasonable atau
wajar ". Namun begitu didalam kata “usual atau biasa” pada umumnya lebih
diutamakan dibandingkan dengan kata “reasonable atau wajar ''.
“Charges”
Berkenaan dengan kewajiban untuk mengurus formalitas impor, adalah penting untuk
menetapkan apa yang dimaksudkan dengan “charges atau biaya” yang harus dibayar atas
barang-barang impor. Didalam Incoterms-1990 ungkapan “official charges payable upon
exportation and importation of the goods atau biaya resmi” yang dibayarkan atas barang-
barang ekspor dan impor “telah dipergunakan dalam syarat DDP – A6. Dalam Incoterms –
2000 DDP-A6 telah dihapuskan. Alasannya karena ungkapan itu telah menimbulkan
ketidakpastian dalam menentukan apakah sesuatu biaya “official = resmi” atau bukan. Tidak
ada perubahan yang mendasar dengan menghilangkan ungkapan ini. Biaya-biaya yang harus
dibayar hanyalah biaya yang berhubungan dengan pengimporan barang itu yang memang
harus dibayar sesuai dengan ketentuan impor yang berlaku. Setiap biaya tambahan lain
yang dipungut oleh individu yang berhuhubungan dengan pengimporan itu tidak perlu
dimasukkan dalam pengertian biaya ini, seperti biaya sewa gudang yang tak berhubungan
dengan masaalah izin seperti pengeluaran barang ini. Tetapi pelaksanaan kewajiban ini
mungkin saja memerlukan biaya untuk para makelar kepabeanan atau badan usaha jasa
transportasi ( freight forwarder ) bila pihak yang berkewajiban melaksanakan tugas
mengurus izin pabean itu, tidak melakukan sendiri tugas itu.

“ports,places. points and premises”


Sepanjang yang menyangkut tempat dimana barang-barang harus diserahkan, dalam
Incoterms telah dipakai beberapa ungkapan. Dalam syarat-syarat yang dimaksudkan secara
khusus untuk angkutan barang melalui laut seperti FAS, FOB, CFR, CIF, DES dan DEQ, yang
dipakai ungkapan “port of shipment = pelabuhan pengapalan” dan port of destination =
pelabuhan tujuan” yang dipakai. Dalam kasus lainnya telah dipakai ungkapan “place =
tempat ". Dalam kasus lain dirasa perlu memakai kata “point=titik pada suatu pelabuhan
atau tempat yang dirasa perlu untuk diketahui oleh penjual dimana barang-barang itu tidak
saja harus diserahkan di suatu wilayah seperti disuatu kota tetapi perlu diketahui pula di
kota mana barang-barang itu harus diserah terimakan kedalam kewenangan pembeli.
Kontrak Jual Beli seringkali kurang member informasi tentang hal ini, dan karena itu
Incoterms menegaskan bahwa bila tidak ditentukan titik yang pasti atau tempat yang
disebut, dan bila terdapat beberapa titik yang tersedia, maka penjual boleh memilih titik
yang lebih cocok baginya untuk melakukan kewajibannya menyerahkan barang (lihat
sebagai contoh syarat FCA A4).
Bila tempat penyerahan barang itu adalah tempat penjual sendiri, maka ungkapan yang
dipakai adalah “the seller’s premises = tempat kediaman penjual sendiri” (FCa A4)

“ship and vessel”


Istilah yang dimaksudkan untuk dipakai dalam pengangkutan barang melalui laut, ungkapn
“ship dan vessel” adalah sama. Takperlu dikatakan lagi istilah “ship” harus dipakai bila syarat
perdagangan itu sendiri berhubungan dengan istilah itu seperti dalam hal “free alongside
ship (FAS) dan “delivery ex Ship" (DES). Juga dalam hal ungkapan seperti “passed the ship's
rail” dalam hal FOB, maka kata-kata “ship” harus dipakai.

"checking and inspection"


Dalam pasal A9 dan B9 dari Incoterms, judul “checking – packaging - and marking “serta”
inspection of the goods” telah dipakai. Kendati kata “checking” dan”inspection” adalah sama
( sinonim ) namun dirasa tepat untuk memakai kata “checking" sehubungan dengan kewa-
jiban Penjual dalam penyerahan barang seperti disebut pasal A4 dan mempergunakan kata
“inspection” untuk hal khusus seperti dalam hal “pre shipment inspection” harus dilakukan,
karena inspeksi yang di maksud biasanya hanya dibutuhkan bila pembeli atau pengusaha
impor - ekspor menginginkan untuk mendapat kepastian bahwa barang-barang cocok
dengan yang dimaksud dalam kontrak atau mendapat penjelasan resmi sebelum barang-
barang itu dimuat.

7.    Kewajiban penjual dalam penyerahan

Incoterms menfokus pada kewajiban penjual dalam penyerahan barang.


Pembagian yang tegas tentang tugas dan biaya yang berhubungan dengan kewajiban
penjual melakukan penyerahan barang pada umumnya tidak akan bermasalah bila pihak-
pihak yang bersangkutan mempunyai hubungan bisnis yang berkesinambungan.
Mereka itu akan membangun suatu kebiasaan antara mereka yang akan diikuti dalam
transaksi berikutnya. Namun bila hubungan bisnis itu masih baru atau jika kontrak dibuat
melalui perantaran broker sebagaimana biasa dilakukan dalam penjuaIan komoditas
pertanian, maka perlu penjelasan dalam kontrak jual beli. Dan bilamana merujuk pada
Incoterms 2000, maka perlu penegasan tentang pembagian tugas, biaya dan resiko.
Tentulah akan sangat disukai, jika incoterms menjelaskan secara terinci sejauh mungkin
tentang kewajiban-kewajiban masing-mesing pihak sehubungan dengan penyerahan
barang-barang. Dibandingkan dengan -1990, upaya kearah ini telah dilakukan dalam
beberapa hal ( contohnya FCA A4). Tetapi tidak mungkin pula untuk menghindari rujukan
kepada kebiasaan perdagangan dalam hal FAS dan FOB A4 ( sesuai dengan kebiasaan di
pelabuhan ), dengan alasan beberapa komoditi tertentu dimana terdapat perbedaan dalam
cara penyerahan barang-barang dengan syarat FAS dan FOB dibeberapa Pelabuhan laut.

8.    Pengalihan resiko dan biaya yang berhubungan dengan barang.


Resiko kerugian dan kerusakan atas barang termasuk kewajiban untuk memikul biaya atas
barang, beralih dari penjual kepada pembeli bila penjual telah memenuhi kewajibannya
untuk menyerahkan barang. Karena pembeli tidak diberi kemungkinan untuk menunda
pengambil alihan resiko dan biaya, maka semua Syarat Perdagangan menyebutkan bahwa
pengalihan
resiko dan biaya dapat terlaksana bahkan sebelum penyerahan, yaitu bila pembeli tidak
menerima penyerahan barang seperti disepakati atau gagal memberikan instruksi
sedemikian
(sehubungan dengan waktu pengapalan dan/atau tempat penyerahan) yang mungkin
diminta oleh penjual untuk memungkinkan penjual melakukan kewajibannya untuk
menyerahkan barang-barang. Ada suatu persyaratan yang diminta untuk pengalihan resiko
dan biaya-biaya yang prematur, bahwa barang-barang itu sudah di identifikasi dan
dimaksudkan untuk pembeli, atau seperti dijelaskan di dalam Syarat perdagangan, sudah
dipisahkan untuk pembeli.
Persyaratan ini penting sekali untuk Syarat EXW, karena untuk Syarat Perdagangan
lainnya, barang-barang biasanya sudah diidentifikasi dan disiapkan untuk pembeli bila telah
dimulai langkah-langkah untuk pengapalan atau pemberangkatannya ( Syarat F dan C ) atau
penyerahannya di tempat tujuan (Syarat D ). Dalam kasus yang luar biasa, barang-barang
mungkin sudah dikirim dari penjual dalam keadaan curah tanpa identifikasi mengenai
kuantitas untuk pembeli dan dalam keadaan demikian maka pengalihan resiko dan biaya
tidak terjadi sebelum barang itu dipisahkan secara pantas sebagaimana dimaksud diatas
(lihat pasal 69.3 of the 1980 UNCC for the International Sale of Goods)

9. Syarat Perdagangan
9.1 Syarat Perdagangan E adalah syarat dalam mana kewajiban Penjual adalah minimal :
Penjual hanya berkewajiban menempatkan barang kedalam kewenangan -pembeli di
tempat yang disepakati biasanya di tempat kediaman penjual sendiri. Sebaliknya, Penjual
seringkali membantu pembeli memuat barang-barang keatas kendaraan yang disediakan
pembeli. Kendatipun syarat EXW nampaknya akan lebih baik bila kewajiban penjual
diperluas dengan kewajiban untuk memuat barang, namun lebih disukai untuk
mempertahankan prinsip yang lama tentang tanggung jawab yang minimum dari penjual
untuk syarat EXW sehingga masih dapat dipakai untuk kasus-ksus dimana
penjual tidak mengingini tugas tambahan apapun untuk memuat barang. Jika pembeli
mengingini penjual untuk melakukan tugas tambahan, maka hal ini harus ditegaskan
didalam kontrak jual beli.

9.2 Syarat Perdagangan F mewajibkan penjual menyerahkan barang kepada pengangkut


sesuai instruksi Pembeli. Titik dimana pihak-pihak terkait bermaksud menyerah kan barang
pada syarat FCA telah menyebabkan kesulitan karena sangat beragamnya situasi lingkungan
yang tercakup dengan Syarat perdagangan yang satu ini. Barang-barang boleh dimuat
keatas kendaraan yang dikirim pembeli ditempat kediaman penjual, sebagai alternatip bisa
juga barang-barang dibongkar dari kendaraan yang dikirim penjual untuk menyerahkan
barang-barang di terminal yang di tunjuk pembeli. Incoterms 2000 menaruh perhatian
menganai alternatif ini dengan penjelasan bahwa bila tempat yang disebut dalam kontrak
sebagai tempat penyerahan adalah tempat kediaman penjual, maka penyerahan dianggap
selesai bila barang-barang telah dimuat keatas kendaraan yang disediakan pembeli, dan
dalam kasus selain itu, penyerahan akan dianggap selesai bila barang-barang ditempatkan
kedalam kewenangan pembeli, dalam keadaan belum dibongkar dari kendaraan yang
disediakan penjual. Variasi yang disebut untuk berbagai alat transport pada syarat FCA A4
Incoterms-1990 tidak dimasukkan lagi dalam Incoterms 2000.
Titik penyerahan pada syarat FOB, yang juga sama untuk syarat CFR dan CIF, tidak dilakukan
perubahan dalam Incoterms – 2000, kendati terdapat perdebatan. Sungguhpun ungkapan
penyerahan barang “meliwati pagar kapal” yang terdapat dalam FOB sudah dianggap
kurang cocok lagi untuk beberapa kasus, hal itu telah dipahami oleh pengusaha. Namun
dirasakan bahwa merubah titik penyerahan pada FOB ini akan menimbulkan keragu-raguan
yang tidak perlu, khususnya sehubungan dengan penjualan komoditi pertanian yang
diangkut dengan kapal charter.
Sayang sekali, term FOB telah dipakai oleh sebagian pengusaha semata-mata untuk
menunjukkan tempat penyerahan barang seperti FOB-Factory, FOB-Plant, FOB Ex. Seller's
Work atau tempat didaratan
lainnya, dengan melupakan kependekannya yang sebenarnya berarti Free On Board.
Jelaslah bahwa pengunaan kata F0B mempunyai tendensi membingungkan dan semestinya
dihindari.
Terdapat perubahan yang penting tentang FAS sehubungan dengan kewajiban untuk
mengurus formalitas ekspor. Nampaknya sudah lazim bahwa tugas ini dianggap menjadi
tanggungjawab penjual ketimbang menjadi tugas pembeli. Untuk menjamin perubahan ini
diperhatikan
maka telah diberi tanda dengan mempergunakan huruf besar didalam kata pembukaan dari
syarat FAS.
9.3 Syarat Perdagangan C mewajibkan penjual mengadakan kontrak angkutan dengan
syarat-syarat yang lazim atas biaya penjual sendiri. Karena itu titik sampai kemana penjual
harus membayar ongkos angkut perlu sekali ditegaskan dibelakang syarat perdagangan C
yang dipakai. Dalam syarat CIF dan CIP penjual juga berkewajiban untuk menutup asuransi
dan membayar premi. Oleh karena titik yang di pakai dalam pemisahan tanggung jawab
mengenai biaya ditetapkan disuatu titik di tempat tujuan, maka Syarat C seringkali ditafsir-
kan secara keliru sebagai “Arrival-Contract”, dimana penjual wajib memikul semua resiko
dan biaya sampai barang-barang sampai dititik yang disepakati. Tetapi perlu ditekankan
bahwa Syarat C adalah sifatnya sama dengan Syarat F dimina penjual memenuhi kontraknya
di negara tempat pengapalan atau pemberangkatan. Karenanya Kontrak Jual Beli atas dasar
Syarat C, sama halnya dengan kontrak jual beli atas dasar Syarat F, masuk dalam kategori
“Shipment – Contract”.
Sudah menjadi Ciri dari “Shipment Contract” bahwa sementara penjual berkewajiban
membayar ongkos angkut yang wajar untuk mengangkut barang dengan trayek dan
dengan cara yang lazim sampai ketempat yang disepakati sedangkan resiko kerugian dan
kerusakan termasuk biaya tambahan sebagai akibat yang, timbul dari peristiwa yang terjadi
setelah barang-barang yang secara benar telah diserahkan kepada pengangkut menjadi
tanggungan pembeli. Dengan demikian Syarat C berbeda dengan syarat, perdagangan
lainnya mempunyai dua buah titik kritis. Satu menunjukkan titik dimana penjual
berkewajiban untuk melaksanakan dan memikul semua biaya pengangkutan, sedangkan
yang lain adalah titik perpindahan resiko Karena alasan itu, perlu lebih berhati-hati bila ingin
menambah tugas kepada penjual pada Syarat C. Adalah sangat penting pada Syarat C untuk
membebaskan penjual dari resiko dan biaya tambahan setelah penjual memenuhi
kewajibannya melaksanakan kontrak angkutan dan menyerahkan barang kepada
pengangkut serta menutupasuransi dalam hal CIF dan CIP.
Ciri yang penting pula dari Syarat C sebagai “shipment Contract” digambarkan dengan
kelaziman mempergunakan kredit berdokumen sebagai cara pembayaran yang disenangi.
Sebagaimana disepakati oleh pihak-pihak terkait dalam kontrak jual-belinya, penjual akan
dibayar oleh pembeli dengan penyerahan dokumen pengapalan yang disepakati kepada
bank melalui pembukaan kredit berdokumen. Kiranya agak bertentangan dengan tujuan
pokok dari suatu kredit berdokumen bila penjual masih memikul resiko dan biaya setelah
sesaat penjual menerima pembayaran melalui kredit berdokumen itu atau setelah barang
dikirimkan atau di berangkatkan. Sudah barang tentu penjual harus membayar ongkos
angkut,tanpa perduli apakah ongkos angkut dibayar dimuka sebelum pengapalan, ataukah
dapat dibayar ditempat tujuan, namun demikian biaya tambahan yang mungkin terjadi
setelah barang dikapalkan akan menjadi beban pembeli
Jika penjual harus menyiapkan kontrak pengangkutan yang menyangkut pembayaran bea-
bea, pajak-pajak dan biaya biaya lainnya, maka biaya itu akan menjadi beban penjual,
sepanjang hal itu termasuk didalam kontrak. Hal ini secara jelas kini disebutkan didalam
pasal A 6 dalam Syarat C. Jika dianggap lazim mengeluarkan beberapa kontrak angkutan
yang memuat Syarat “transhipment” di beberapa tempat sebelum mencapai tujuan , maka
penjual harus membayar semua biaya-biaya itu , bila barang-barng harus dipindahkan dari
satu alat angkut kepada alat angkut yang lain. Jika pengangkut menuntut hak-haknya
berdasarkan pasal - pasal “transhipment” atau klausula yang serupa, yang bertujuan untuk
menghindari kendala ( seperti gunung es, kongesti, pemogokan, perintah penguasa,
peperangan dan operasi militer) maka semua biaya tambahan sebagai akibatnya akan
menjadi beban pembeli, karena kewajiban penjual hanya sebatas kontrak angkutan yang
biasa (lazim).
Sering terjadi bahwa pihak-pihak yang terkait dengan kontrak Jual beli ingin memperoleh
penegasan sampai dimana penjual harus mengadakan kontrak angkutan termasuk ongkos
bongkar, Karena ongkos semacam itu lazimnya sudah termasuk dalam ongkos angkut bila
barangbarang diangkut dengan perusahan pelayaran tetap (regular) maka kontrak jual beli
sering menjelaskan bahwa barang-barang harus diangkut dengan cara seperti itu atau
setidaknya barang - barang diangkut sesuai ketentuan “liner terms ". Dalam kasus lain kata,"
landed”ditambahkan setelah CFR atau CIF. Tetapi disarankan untuk tidak menambahkan
singkatan pada syarat C kecuali, dalam urusan tertentu arti singkatan itu telah dipahami dan
diterima oleh pihak-pihak terkait dengan kontrak itu atau dalam hal sesuai dengan
ketentuan hukum dan kebiasaan yang berlaku.
Secara khusus, penjual kiranya jangan dan sesungguhnya tidak diperbolehkan tanpa
merubah sifat dari Syarat C, untuk mengikat diri melakukan tugas apapun sehubungan
dengan sampainya barang-barang ditempat tujuan, karena resiko setiap kelambatan selama
pengangkutan menjadi tanggungan pembeli. Karena itu tiap kewajiban yang menyangkut
soal waktu seharusnya harus merujuk pada tempat pengapalan atau pemberangkatan.
Sebagai contoh “shipment (dispatch ) not later than …”. Persetujuan seperti “CFR
Hamburg not later than...” adalah Persetujuan yang keliru dan akan membawa pada
kemungkinan perbedaan interpresasi. Pihak-pihak terkait bisa menafsirkan bahwa barang-
barang harus sampai di Hamburg pada tanggal yang disebutkan, sehhgga dalam kasus
seperti itu, kontrak tidak lagi sebagai “Shipment Contract” tetapi sudah berubah menjadi
“Arrival Contrcat” atau dapat juga berarti bahwa penjual harus mengapalkan barang pada
satu waktu tertentu yang memungkinkannya untuk sampai di Hamburg sebelum tanggal
yang disebut, kecuali terjadi kelambatan karena sebab yang tidak diduga.
Hal ini terjadi dalam perdagangan hasil pertanian dimana barang-barang dibeli pada saat
masih dalam pelayaran dilaut, dalam kasus itu ditambahkan kata “afloat = mengambang” di
tambahkan pada syarat perdagangan karena resiko kerugian dan kerusakan dalam syarat
CFR dan CIF telah pindah dari penjual kepada pembeli, maka bisa timbul kesulitan dalam
memberikan interprestasi. Salah satu kemungkinan adalah dengan tetap mempertahankan
arti yang biasa dari Syarat CFR dan CIF yang berhubungan dengan pembagian resiko antara
penjual dan pembeli, yakni bahwa resiko telah berpindah pada saat pengapalan, hal ini
berarti bahwa pembeli dianggap sudah mengetahui segala peristiwa, yang terjadi pada saat
kontrak jual beli itu dibuat. Kemudian interprestasi lainnya adalah berpindahnya resiko itu
bersamaan waktunya dengan waktu berlakunya kontrak jual beli itu. Kemungkinan yang
pertama nampaknya, lebih praktis karena biasanya tidak mungkin untuk memastikan
keadaan barang selama masih dalam perjalanan. Karena alasan ini maka United Nations
Convention Contract for the International Sale of Goods-1980, pasal 68 menyebutkan bahwa
“jika kejadiannya seperti itu, resiko diterima oleh pembeli sejak waktu barang-barang
diserahkan kepada pengangkut yang mengeluarkan dokumen yang meruapakan kontrak
pengangkutan".
Namun terdapat pengecualian terhadap ketentuan ini yaitu bila “penjual mengetahui atau
diduga mengetahui bahwa barang-barang telah hilang atau rusak dan tidak
memberitahukan hal itu kenada pembeli". Jadi interpretasi dan CFR din CIF yang diberi
tambahan kata “afloat” akan sangat tergantung pada ketentuan hukum yang berlaku untuk
kontrak jual beli . Pihak - pihak terkait disarankan untuk memastikan hukum yang akan
dipakai dan pemecahan yang diperlukan. Jika ragu-ragu, pihak-pihak terkait dianjurkan
untuk memberi penjelasan masalah itu didalam kontraknya.

Didalam praktek, pihak-pihak terkait seringkali terbiasa memakai istilah lama C&F ( atau C
and F, C + F). Namun demikian didalam banyak kasus nampaknya mereka menganggap
penggunaan istilah ini sama dengan istilah CFR. Untuk menghindari kesulitan dalam
memberikan interprestasi dalam kontrak, pihak-pihak terkait haruslah memakai istilah yang
benar dari Incoterms yaitu CFR, yang secara luas telah diterima dalam dunia internasional
sebagai singkatan dari “Cost and Freight(.. disebut lama pelabuhan tujuan ) ".
Syarat CFR dan CIF dalam pasal A8 dari Incoterms l990, telah mewajibkan penjual untuk
memberikan satu copy dari Charterparty bilamana dokumen angkutan (biasanya bill of
lading) merujuk pada charterparty, sebagai contoh yang sering disebutkan “ all other terms
and conditions as percharterparty”. Kendatipun semua pihak yang terkait dengan kontrak
akan selalu dapat memahami semua pihak yang terkait dengan kontrak akan selalu dapat
memahami semua pasal dari kontrak yang dibuat nya, namun terbukti bahwa praktek untuk
menyediakan charterparty seperti disebut dimuka ini telah menimbulkan masalah
khususnya sehubungan dengan transaksi kredit berdokumen. Kewajiban penjual untuk
menyediakan satu copy charterparty pada kontrak CFR dan CIF bersama dengan dokumen
angkutan lainnya telah dihapuskan dalam incoterms 2000.
Sekalipun dalam pasal 48 dari incoterms berupaya mencari jaminan bahwa penjual
memberikan kepada pembeli “bukti penyerahan”, namun perlu ditegaskan bahwa penjual
memenuhi kewajibannya itu bilamana dia telah memberikan bukti yang “biasa”. Dalam hal
CPT dan CIP haruslah dokumen angkutan yang biasa, dan dalam CFR dan CIF haruslah Bill of
Lading Sea Way Bills. Dokumen angkutan haruslah “bersih”, yang berarti bahwa dokumen
itu tidak berisi klausula atau catatan-catatan yang menyatakan tentang kondisi cacat dari
barang-barang itu atau keadaan pengepakannya. Jika catatan seperti itu terdapat dalam
dokumen, maka akan dianggap sebagai dokumen “unclean = kotor” dan karenanya tidak
akan diterima oleh bank dalam transaksi kredit berdokumen. Namun perlu dicatat bahwa
dokuemen sekalipun tanpa klausula atau catatan itu biasanya juga tidak memberikan
kepada pembeli bukti yang tidak dapat dipertengkarkan terhadap pengangkut bahwa
barang-barang itu telah dikapalkan sesuai dengan penjelasan yang terdapat dalam kontrak
jual beli. Biasanya pengangkut (sebagai lazim dicantumkan dalam bagian muka dokumen
angkutan), menolak untuk memikul tanggung jawab sesuai informasi barang-barang itu
dengan menunjukkan bahwa semua keterangan yang terdapat dokumen angkutan itu,
merupakan pernyataan dari “shippers = pemuat barang “dan karenanya semua informasi itu
hanyalah “said to be = seperti dinyatakan”, seperti tercantum dalam dokumen. Dalam
sebagian besar ketentuan hukum, pengangkut wajib sekurangnya menyiapkan peralatan
yang pantas untuk mengecek kebenaran informasi dan bila dia gagal melakukan hal itubisa
berakibat penuntutan tanggung jawab dari penerima barang. Namun dalam bisnis
petikemas, pengangkut tidak mempunyai alat untuk melakukan pengecekan, kecuali bila
pengangkut itu sendiri yang bertanggung jawab dalam pemuatan petikemas itu.
Terdapat hanya dua syarat perdagangan yang berhubungan dengan asuransi yakni CIF dan
CIP. Dalam kedua syarat ini penjual diwajibkan untuk menutup asuransi untuk keuntungan
pembeli. Didalam kasus lainnya terserah pada pihak-pihak terkait itu sendiri untuk
memutuskan apakah dan untuk seberapa luas mereka mau menutup asuransi bagi
kepentingan mereka sendiri.
Karena penjual yang akan menutup asuransi untuk kuntungan pembeli , penjual tidak
mengetahui secara tepat kebutuhan pembeli. Pada Institutes Cargo Clauses yang disusun
oleh Institute of London Underwriters, asuransi tersedia dengan minimum-cover dibawah
Clause C, medium-cover dibawah Clause B dan asuransi dengan resiko maksimum dibawah
Clause A.
Karena dalam penjualan komoditas pertanian dengan syarat CIF mungkin sekali pembeli
mau menjual barang-barang itu selagi dalam perjalanan kepada pembeli berikutnya yang
barangkali mau menjualnya lagi, maka mustahil untuk mengetahui penutupan asuransi yang
sesuai untuk kepentingan pembeli - pembeli yang belakangan itu dan karena itu, maka
penutupan asuransi dengan pertanggungan minimum telah dipilih secara tradisional untuk
transaksi berdasarkan syarat CIF, dengan kemungkinan bagi pembeli untuk meminta kepada
penjual untuk menutup asuransi tambahan.
Penutupan asuransi minimum sesunguhnya tidak cocok untuk penutupan asuransi bagi
barang-barang pabrik dimana resiko terhadap pencurian, pencoleng atau penanganan yang
kasar atau penyimpanan barang-barang membutuhkan pertanggungan yang lebih dari
resiko pertanggungan yang tersedia dibawah Clause C. Oleh karena CIP berbeda dari CIF,
sehingga biasanya tidak dipakai untuk penjualan barang-barang hasil pertanian maka
sebenarnya layak untuk mempergunakan syarat pertangunggan yang lebih luas bagi syarat
CIP dari pada mempergunakan minimum – cover yang dipakai untuk CIF. Tetapi dengan
membedakan kewajiban penjual dibawah syarat CIF dan CIP dan menyebabkan kegalauan,
maka untuk kedua syarat perdagangan itu ditetapkan kewajiban penjual menutup asuransi
hanya sebatas minimum – cover. Adalah sangat penting bagi pembeli berdasarkan syarat CIP
untuk meneliti : apakah diperlukan untuk melakukan penutupan asuransi tambahan, dia
harus mendapatkan persetujuan dengan penjual bahwa yang disebut belakangan ini harus
menutup asuransi tambahan, atau sebaliknya pembeli sendiri yang harus mengurus
penutupan asuransi tambahan itu. Terdapat hal – hal khusus dimana pembeli ingin
memperoleh perlindungan lebih besar dari yang tersedia dibawah Institute Clause A,
sebagai contoh asuransi terhadap resiko perang, kerusuhan, huru hara, pemogokan atau
gangguan perburuhan lainnya. Jika pembeli mengingini penjual untuk menutup asuransi
sedemikian maka pembeli harus mengintruksikan penjual untuk melakukannya, maka dalam
hal demikian penjual berkewajiban untuk menutup asuransi semacam itu jika
memungkinkan.
Sayarat perdagangan D, adalah berbeda sifatnya dari syarat C, karena menurut syarat D
penjual bertanggung jawab atas sampainya barang di tempat yang disepakati atau titik
tujuan diperbatasan atau didalam negara pengimpor. Penjual harus bertanggung jawab
untuk memikul resiko dan biaya membawa barang-barang itu sampai kesana. Karena itu
Syarat D disebut sebagai “Arrival Contract”, sedangkan Syarat C, jelas sebagai kontrak
pemberangkatan (Pengapalan).
Dibawah syarat D, kecuali syarat DDP penjual tidak diwajibkan untuk menyerahkan barang-
barang yang sudah beres formalitas impornya di negara tujuan.
Secara tradisional, penjual berkewajiban untuk membereskan formalitas impor dibawah
Syarat DEQ, disebabkan karena barang-barang harus diturunkan ke dermaga dan lalu
dibawa ke negara pengimpor. Tetapi berhubung adanya perubahan dalam pengurusan
pabean dibeberapa negara,
maka dianggap lebih pantas pihak yang berdomisili di negara itu mengurus formalitas
pabean dan membayar bea masuk dan biaya-biaya lainnya. Karena itu perubahan yang
dilakukan untuk syarat DEQ dilakukan dengan alasan yang sama dengan perubahan syarat
FAS sebelumnya. Sama halnya seperti syarat FAS, maka perubahan syarat DEQ telah diberi
tanda dengan memakai huruf besar dalam kata pendahuluannya.
Ternyata diberbagai negara syarat perdagangan yang tidak termasuk dalam Incoterms telah
dipergunakan khususnya dalam lalu lintas kereta api ( franco perbatasan ). Namun dengan
syarat itu biasanya tidak dimaksudkan bahwa penjual diharapkan bertanggung jawab atas
resiko kerugian atau kerusakan barang-barang selama dalam perjalanan keperbatasan. Akan
lebih disukai dalam hal semacam ini untuk mempergunakan syarat CPT dengan menyebut
nama perbatasan. Jika sebaliknya pihak-pihak terkait bermaksud supaya penjual memikul
resiko selama dalam pengangkutan maka akan lebih cocok bila dipakai syarat DAF.
Syarat perdagangan DDU telah ditambahkan dalam, Incoterms 1990. Syarat ini akan
memenuhi kewajibannya bila penjual tersedia menyerahkan barang dinegara tujuan tanpa
perlu menyelesaikan formalitas pabean dan membayar bea masuk. Dinegara-negara dimana
mengurus formalitas impor dan membayar bea masuk sulit dan memakan waktu yang lama,
kiranya akan membawa resiko bila penjual yang mengurus penyerahan barang diluar
wilayah pabeannya. Sekalipun menurut pasal B5 dan B6 dari syarat DDU pembeli harus
memikul resiko tambahan dan biaya-biaya yang timbul dari kegagalannya mengurus
formalitas impor, namun penjual disarankan untuk tidak mempergunakan syarat DDU
dinegara-negara yang akan kemungkinan terjadi kesulitan dalam mengurus formalitas
impor.
10.    Ungkapan “No Obligation = tak ada kewajiban”
Seperti nampak pada ungkapan “the seller must = penjual wajib” dan “the buyer must =
pembeli wajib” didalam incoterms hanyalah berhubungan dengan kewajiban-kewajiban
yang masing-masing pihak harus lakukan terhadap pihak lain. Kata-kata “No Obligation = tak
ada kewajiban” karenanya telah dimasukkan bila dalam satu pihak tidak ada keharusan
melakukan kewajiban terhadap pihak lain. Jadi sebagai contoh sesuai pasal A3 seperti
disebut penjual wajib mengurus dan membayar kontrak angkutan, maka kita menemukan
kata “No Obligation” dibawah judul “contract of carriage = kontrak angkutan” (dalam pasal
B3 a) seperti tertera dalam uraian kewajiban pembeli. Begitu pula bila tidak ada satu pihak
pun yang kewajiban terhadap pihak lain, maka kata-kata “No Obligation” akan terlihat
dalam uraian kedua pihak seperti contoh pada asuransi.
Dalam hal seperti itu, penting untuk diketahui sekalipun satu pihak tidak ada kewajiban
untuk melakukan sesuatu kepada pihak lain, hal ini tidak berarti tidak adanya kepentingan
melakukan tugas itu. Sebagai contoh kendatipun dalam kontrak CFR, pihak pembeli tidak
mewajibkan kepada penjual untuk menutup asuransi seperti disebut dalam pasal B4, namun
jelas adalah kepentingan pembeli sendiri untuk menutup kontrak asuransi itu, dan penjual
tak ada kewajiban apapun untuk melakukan penutupan asuransi sesuai pasal A4.

11.    Variasi dari Incoterms


Dalam praktek sering terjadi bahwa pihak-pihak terkait dengan menambahkan kata-kata
pada Incoterms mencari pengertian yang lebih tepat dari apa yang ditawarkan dalam
Incoterms. Perlu diketahui bahwa Incoterms tidak memberi petunjuk apapun mengenai
tambahan itu. Jika pihak terkait tidak percaya pada kebiasaan perdagangan yang sudah
dikenal baik untuk member penafsiran atas tambahan itu, mereka dapat menghadapi
masalah serius bila tidak terdapat pengertian yang konsisten dari tambahan itu yang dapat
dipakai sebagai bukti.
Sebagai contoh istilah “FOB Stowed” atau “EXW loaded” yang dipakai, adalah mustahil
untuk membuat suatu pengertian yang diakui seluruh dunia berakibat bahwa kewajiban
penjual diperluas tidak hanya terbatas pada biaya yang sebenarnya dikeluarkan untuk
memuat barang kedalam kapal atau keatas alat angkut bersangkutan tetapi juga termasuk
resiko kerugian mendadak atau kerusakan yang terjadi karena penyusunan barang serta
waktu pemuatan. Karena alasan ini, pihak terkait sangat dianjurkan member ketegasan
apakah mereka hanya bermaksud bahwa fungsi dan biaya penyusunan dan pemuatan
menjadi tanggungan penjual atau apakah penjual juga bertanggung jawab atas resiko
sampai barang-barang itu selesai disusun dan dimuat. Masalah seperti ini tidak dapat
ditemukan jawabannya didalam Incoterms : konsekwensinya adalah bila pihak-pihak terkait
gagal mencari titik temu, maka hal ini berarti pihak terkait telah mencari-cari kesulitan ; dan
mengeluarkan biaya yang sesungguhnya tidak perlu.
Sekalipun Incoterms – 2000 tidak menyajikan aneka variasi ini, tetapi kata pembukuan dari
beberapa syarat perdaganggan telah memperingatkan pihak-pihak terkait terhadap
keperluan mempergunakan istilah khusus dalam kontrak mereka, jika pihak-pihak itu ingin
melakukan penambahan dari keterangan yang terdapat dalam Incoterms
XW : tambahan kewajiban kepada penjual untuk memuat barang keatas kendaraan yang
disediakan pembeli
CIF/CIP : kebutuhan pembeli untuk menutup asuransi tambahan
DEQ : tambahan kewajiban terhadap penjual untuk membayar ongkos setelah barang dibongkar

Dalam beberapa kasus penjual dan pembeli merujuk pada praktek bisnis angkutan dengan
liner dan charterparty. Dalam hal ini, adalah perlu untuk membedakan secara jelas antara
kewajiban masing-masing pihak dalam hal kontrak angkutan dengan kewajiban masing-
masing mereka dalam kontrak jual beli. Sayang sekali tidak ada definisi yang resmi dari
istilah seperti “liner terms” dan “ terminal handling charges” (THC). Pembagian biaya pada
syarat-syarat seperti itu mungkin saja berbeda ditempat yang berbeda dan berubah dari
waktu ke waktu. Pihak terkait disarankan untuk menegaskan didalam kontrak jual beli
mereka bagaimana biaya semacam itu harus dibagi antara mereka.
Ungkapan yang sering dipakai didalam perjanjian charter seperti “FOB Stowed”, “FOB
Stowed and Trimmed” kadang-kadang dipakai pula dalam kontrak jual beli untuk
menegaskan ruang lingkup kewajiban penjual pada kontrak FOB untuk melaksanakan
penumpukan dan pembenahan barang-barang diatas kapal. Bila kata-kata itu ditambahkan,
perlu ditegaskan dalam kontrak jual-beli apakah penambahan kata itu hanya menambah
kewajiban sehubungan biaya ataukah keduanya biaya dan resiko.
Seperti telah dikemukakan, tiap upaya telah dilakukan untuk menjamin bahwa Incoterms
merefleksikan praktik bisnis yang sangat lazim. Namun dalam beberapa kasus , khususnya
dalam hal Incoterms 2000 berbeda dengan Incoterms 1990, pihak-pihak terkait mungkin
mengerti syarat-syarat perdagangan dioperasikan secara berbeda. Mereka diperingatkan
tentang pilihan itu dalam kata pembukaan dari setiap syarat perdagangan dengan memakai
kata “However”.

12.    Kebiasaan di pelabuhan dan pada bisnis khusus


Oleh karena Incoterms merupakan seperangkat Syarat Perdagangan untuk dipakai pada
berbagai jenis bisnis dan berbagai daerah, kiranya mustahil untuk menyusun kewajiban-
kewajiban masing-masing pihak dengan tepat. Untuk sebagian perlu dirasa untuk merujuk
pada kebiasaan di pelabuhan atau bisnis tertentu atau pada praktik-praktik bisnis yang
sudah diciptakan sendiri oleh para pelaku bisnis ini sebelumnya (lihat pasal 9 dari UN
Convention Contracts fot the International Sale of Goods 1980). Sudah barang tentu sangat
diharapkan bahwa penjual dan pembeli akan selalu diberi informasi tentang kebiasaan-
kebiasaan itu pada saat mereka melakukan negoisasi atas kontrak mereka, dan bila
ditemukan keragu-raguan, mereka seyogjanya mengadakan klarifikasi posisi mereka dengan
mencantumkan klausula-klausula yang cocok dalam kontrak jual beli. Syarat-syarat khusus
semacam itu didalam tiap-tiap kontrak akan menghapuskan atau akan merubah apapun
yang dirumuskan dalam berbagai macam Incoterms itu.

13.    Pilihan Pembeli mengenai temat pengapalan.


Dalam berbagai situasi, belum bisa ditentukan pada saat pembuatan kontrak titik atau
tempat dimana barang – barang harus diserahkan oleh penjual untuk diangkut. Sebagai
contoh rujukan jhanya disebutkan semata-mata pada suatu kawasan atau suatu daerah
yang luas, seperti pelabuhan laut, dan biasanya disebutkan bahwa pembeli berkewajiban
atau berhak menyebut nama tempat itu kemudian . Jika pembeli berkewajiban untuk
menyebut tempat yang yang tepat, dan bila pembeli gagal melakukannya bisa
mengakibatkan bahwa dia harus memikul resiko dan biaya tambahan yang diakibatkan oleh
kegagalan dalam menunjuk titik yang tepat itu (B5/B7 dari semua syarat). Sebagai tambahan
kegagalan pembeli mempergunakan haknya dalam memilih titik, bisa member hak kepada
penjual untuk memilih titik yang lebih cocok untuk keperluan itu (FCA A4)

14.    Formalitas Pabean


Istlah “Custom Clearance = formalitas pabean” telah menimbulkan salah pengertian. Jadi
bila rujukan itu ditujukan terhadap kewajiban penjual atau pembeli untuk melaksanakan
tugas sehubungan dengan lewatnya barang-barang melalui pabean dari Negara pengekspor
atau Negara pengimpor maka kini ditegaskan bahwa kewajiban ini tidak hanya termasuk
pembayaran dari bea-bea dan biaya-biaya lain, tetapi juga menyangkut pelaksanaan dan
membayar semua biaya administrasi yang berhubungan dengan lewatnya barang-barang
melalui pabean dan memberikan informasi kepada pejabat yang berwenang dalam
hubungan ini.
Selanjutnya, juga dianggap kurang tepat untuk mempergunakan syarat perdagangan ini
yang berhubungan dengan kewajiban untuk menyelesaikan urusan pabean seperti dalam
hal Intra European Union atau pada kawasan bebas lainnya, dimana tidak ada lagi kewajiban
untuk membayar bea-bea dan tidak ada lagi pembatasan lalu lintas barang ekspor – impor.
Untuk menjernihkan hal ini akan dipakai kata-kata A2 dan B2, A6 dan B6 didalam Incoterms
bersangkutan untuk memungkinkan mereka memakai Incoterms tanpa ragu-ragu bila
formalitas pabean tidak diperlukan.
Adalah wajar bila pabean diurus oleh pihak yang berdomisili di Negara dimana urusan
formalitas pabean itu akan dilakukan atau sekurangnya oleh orang yang dikuasakan. Jadi
adalah wajar bila eksportir yang mengurus formalitas ekspor, sedangkan importir yang wajar
mengurus formalitas impor.
Incoterms-1990 telah menyimpang dari ketentuan ini pada syarat perdagangan EXW dan
FAS (kewajiban formalitas ekspor pada pembeli) dan DEQ (kewajiban formalitas impor pada
penjual) tetapi pada Incoterms – 2000 Syarat FAS dan DEQ menempatkan kewajiban
mengurus formalitas ekspor menjadi kewajiban eksportir dan pengurusan formalitas impor
menjadi tugas pembeli, sementara EXW merupakan kewajiban minimum bagi penjual tetapi
tidak berubah (dimana pengurusan formalitas ekspor tetap oleh pembeli). Dalam hal syarat
DDP penjual secara khusus menyetujui sesuai dengan arti istilah itu sendiri yaitu Delivered
Duty Paid yakni mengurus formalitas impor dan membayar bea-bea apapun yang
berhubungan dengan itu.

15.    Pengepakan
Dalam banyak kasus, pihak-pihak terkait mestinya sudah tahu sebelumnya jenis
pengepakan yang dibutuhkan untuk pengangkutan yang aman bagi barang-barang sampai di
tempat tujuan. Namun karena kewajiban penjual dalam mengepak barang-barang berbeda
sesuai dengan jenis dan lamanya barang dalam perjalanan, maka dirasa perlu untuk
menegaskan bahwa penjual berkewajiban untuk mengepak barang sedemikian rupa sesuai
dengan kebutuhan alat angkut bersangkutan, namun hanya sepanjang penjual diberitahu
sebelumnya sebelum kontrak jual beli dibuat (lihat pasal 351 dan 35.2 dari UNCCISC-1980
termasuk ketentuan bahwa pengepakan itu, harus cocok sesuai dengan tujuan khusus yang
diberitahukan kepada penjual pada saat menyusun kontrak jual beli, kecuali dalam hal
dimana pembeli tidak percaya, atau tidak mungkin untuk mempercayai kemampuan dan
pertimbangan penjual)

16.    Pemeriksaan barang


Dalam banyak kasus, pembeli dianjurkan untuk megurus pemeriksaan atas barang-barang,
sebelum atau pada saat barang-barang itu diserah terimakan oleh penjual kepada
pengangkut (yang disebut PreShipment Inspection /PSI). Kecuali bila kontrak menyebut
sebaliknya, pembeli harus membayar ongkos pemeriksaan yang dilakukan untuk
kepentingan pembeli itu sendiri. Tetapi bila inspeksi itu dilakukan untuk memungkinkan
penjual memenuhi kewajibannya memenuhi peraturan perundangan yang berlaku
dinegaranya sendiri untuk espor, maka penjuallah yang harus membayar pemeriksaan itu,
kecuali dalam hal syarat EXW, dalam hal mana biaya pemeriksaan menjadi tanggungan
pembeli.

17.    Jenis alat angkutan dan Syarat Incoterms – 2000 yang cocok.
Alat angkut mana saja :
Group E EXW Ex Works (…disebut nama tempat)
Group F FCA Free Carrier (…disebut nama tempat)
Group C CPT Carried Paid to (…disebut nama tempat tujuan)
CIP Carriage and Insurance paid to (…disebut nama tempat tujuan)

Group D DAF Delivered At Frontier (..disebut nama tempat)


DDU Delivered Duty Unpaid (…disebut nama tempat tujuan)
DDP Delivered Duty Paid (…disebut nama tempat tujuan)

Angkutan laut dan Sungai saja :


Group F FAS Free Alongside Ship (…disebut nama pelabuhan pengapalan)
FOB Free On Board (… disebut nama pelabuhan pengapalan)
Group C CFR Cost and Freight (…disebut nama pelabuhan tujuan)
CIF Cost Insurance and Freight (…disebut nam pelabuhan tujuan)
Group D DES Delivered Ex Ship (…disebut nama pelabuhan tujuan)
DEQ Delivered Ex Quay (…disebut nama pelabuhan tujuan)

18.    Saran Pemakaian


Dalam beberapa kasus, kata pendahuluan menyarankan penggunaan atau sebaliknya tidak
menggunakan Syarat Perdagangan tertentu. Hal ini penting sehubungan dengan pilihan
antara FCA dan FOB. Disayangkan pengusaha masih terus mempergunakan FOB, diluar yang
semestinya yang menyebabkan penjual harus memikul resiko sesudah melakukan serah
terima barang kepada pengangkut yang ditunjuk pembeli. FOB hanya pantas dipakai bila
barang-barang dimaksudkan akan diserah terimakan “melewati pagar kapal” atau dalam hal
ini apapun keatas kapal dan bukan dimana barang-barang diserah terimakan kepada
pengangkut untuk selanjutnya diuat ke atas kapal , umpama disimpan didalam petikemas
atau dimuat dalam gerobak atau gerbong dalam hal seperti lazim dikenal dengan lalu lintas
“roll and roll”. Karena itu telah dibuat peringatan keras dalam kata pembukaan FOB, bahwa
syarat FOB ini jangan dipakai bila pihak-pihak terkait tidak bermaksud menyerahkan barang
melewati pagar kapal.
Bisa terjadi bahwa pihak-pihak terkait secara keliru telah mempergunakan syarat
perdagangan ini untuk pengangkutan laut bersamaan dengan mempertimbangkan
kemungkinan mengangkut dengan jenis alat angkut yang lain. Hal ini bisa menempatkan
penjual dalam posisi yang sulit dimana dia tidak mungkin untuk menyerahkan dokumen
yang cocok kepada pembeli (misalnya bill of lading, sea waybill atau dokumen elektronik
lainnya). Skema yang dicetak dalam angka 17 diatas dengan jelas menyebutkan syarat-
perdagangan yang mana dari Incoterms-2000 yang cocok untuk dipakai untuk tiap alat
transport. Juga ditunjukkan dalam setiap pendahuluan dari masing-masing syarat
perdagangan apakah syarat itu dapat dipakai untuk semua jenis alat angkut atau hanya
boleh dipakai untuk alat angkut melalui laut saja.
19.    Bill of lading dan dokumen electronika.
Secara tradisional hanya “the On Board Bill of lading” yang dapat diterima untuk diajukan
oleh penjual dibawah Syarat Perdagangan CFR dan CIF.
Bill of Lading memenuhi tiga fungsi utama yang penting yaitu :
-          Bukti dari penyerahan barang diatas kapal
-          Bukti atas kontrak angkutan dan
-          Alat untuk melakukan pemindahan hak terhadap barang yang ada dalam perjalanan kepada
pihak lain dengan cara melakukan pemindahan dokumen kertas itu kepadanya
Dokumen angkutan selain bill of lading hanya memenuhi dua fungsi dari tiga fungsi yang
disebut terdahulu, namun tidak dapat mengawasi penyerahan barang ditempat tujuan atau
memungkinkan pembeli menjual barang selagi dalam perjalanan dengan cara menyerah
terimakan dokumen kertas itu kepada pembelinya. Sebagai penggantinya, dokumen
angkutan lain itu harus menyebut nama mereka yang berhak untuk menrima barang-barang
itu di tempat tujuan. Fakta bahwa pemilikan atas bill of lading itu dibutuhkan untuk bisa
mendapatkan barang-barang itu dari pengangkut ditempat tujuan, telah menimbulkan
kesulitan untuk mengganti dokumen itu dengan alat komunikasi elektronis.
Lebih lanjut, sudah menjadi kebiasaan untuk menerbitkan bill of lading itu dalam beberapa
lembar asli, tetapi adalah penting sekali bagi pembeli atau bank yang bertindak atas
perintahnya untuk membayar penjual untuk memperoleh jaminan bahwa semua lembaran
asli itu supaya diserahkan seluruhnya oleh penjual (lazim disebut set lengkap). Hal ini juga
menjadi kewajiban dalam Peraturan KDI untuk Kredit Berdokumen (lazim disebut ICC – UCP
– Dc – 500).
Dokumen angkutan harus membuktikan tidak hanya penyerahan barang kepada pengangkut
tetapi juga bahwa barang-barang itu, sepanjang bisa dipastikan oleh pengangkut, haruslah
diterima dalam keadaan baik. Setiap ada catatan dalam dokumen angkutan yang
menunjukkan bahwa barang-barang itu tidak dalam kondisi seperti itu, maka menjadikan
dokumen itu menjadi “unclean = kotor” dan akan menyebabkan dokumen itu tidak akan
diterima dalam rangka UCP.
Diluar dari sifat legalitas dari bill of lading diharapkan bahwa dokumen itu akan dapat
diganti dengan dokumen elektronik dimasa datang yang sudah dekat ini. Dalam Incoterms
versi 1990 telah diperhitungkan kemungkinan ini. Sesuai dengan pasal A8 maka dokumen
kertas boleh diganti dengan pesan elektronis asalkan pihak-pihak terkait sepakat untuk
berkomunikasi dengan alat elektronika. Pesan-pesan itu dapat dikirimkan langsung kepada
pihak-pihak bersangkutan atau melalui pihak ketiga yang menyediakan pelayanan tambahan
itu. Salah satu pelayanan yang biasanya tersedia oleh pihak ketiga itu adalah pendaftaran
dari para pemegang dari bill of lading. Sistem penyajian itu seperti yang lazim disebut
Pelayanan BOLERO, mungkin membutuhkan dukungan selanjutnya dari norma-norma
hukum yang cocok seperti ditunjukkan oleh CMI-1990 tentang Peraturan bill of lading
elektronika dan pasal 16-17 dari 1996-UNCITRAL. Model hokum mengenai elektronika
bisnis.

20.    Dokumen angkutan Non-negotiable pengganti bill of lading


Dalam tahun-tahun terakhir ini, telah tercapai penyederhanaan dari dokumen-dokumen
praktik. Bill of lading telah sering diganti dengan dokumen “non negotiable = yang tak dapat
diperdagangkan”, yang sama dengan dokumen-dokumen lain yang dipakai oleh alat
angkutan lain, selain dari angkutan laut. Dokumen itu disebut dengan “Sea Waybill”, “Liner
Waybills”, “Freight Receipts” atau aneka nama lainnya.
Dokumen “Non Negotiable” ini cukup memuaskan untuk dipakai kecuali bila pembeli ingin
untuk menjual barang-barang selagi dalam perjalanan dengan cara menyerahkan dokumen
kertas kepada pembeli yang baru. Untuk memungkinkan hal ini, maka kewajiban penjual
untuk menyerahkan bill of lading dalam hal CFR dan CIF masih perlu dipertahankan. Namun
bila pihak-pihak terkait mengetahui bahwa pembeli tidak akan melakukan penjualan
barang-barang selagi dalam perjalanan, mereka boleh secara khusus mengadakan
kesepakatan yang membebaskan penjual dari kewajiban untuk menyerahkan bill of lading
atau sebagai gantinya mereka boleh mempergunakan Syarat CPT dan CIP bila mereka tidak
membutuhkan penyerahan Bill of lading

21.    Hak untuk memberikan instruksi kepada pengangkut


Pembeli yang membayar harga barang-barang sesuai Syarat C, harus mendapat jaminan
bahwa penjual setelah menerima pembayaran harus dihindari dari kemungkinan
membatalkan penyerahan barang dengan memberikan instruksi baru kepada pengangkut.
Beberapa dari dokumen angkutan yang dipakai untuk alat angkut khusus (udara, jalan darat
dan kereta api) menawarkan kepada pihak-pihak terkait suatu kemungkinan untuk melarang
penjual memberikan instruksi baru semacam itu kepada pengangkut, dengan cara
memberikan kepada pembeli dokumen Waybill yang khusus asli atau duplikat. Tetapi
dokumen yang dipakai sebagai pengganti bill of lading untuk pengangkutan laut tidak
biasanya mengandung fungsi pelarangan seperti itu. Komite Maritim Internasional telah
memberikan pengganti dari kekurangan ini dengan memperkenalkan “1990 Uniform Rules
for Sea Waybills” yang memungkinkan pihak-pihak terkait untuk mencantumkan klausula
“No-disposal = Tidak boleh dijual” di mana penjual melepaskan haknya untuk menjual
barang-barang itu dengan cara memberikan instruksi kepada pengangkut untuk tidak
menyerahkan barang-barang itu kepada siapapun atau ketempat lain selain kepada orang
disebut dalam Waybill itu.

22.    Perwasitan KDI


Pihak-pihak yang terkait dengan kontrak yang ingin memilih perwasitan dari Kamar Dagang
Internasional bila terjadi perselisihan antara mereka haruslah dengan secara khusus
menyebutkan dalam kontrak mereka akan tunduk pada ketentuan Perwasitan dari KDI, atau
bila tidak terdapat dalam dokumen kontrak itu, haruslah terdapat dalam salah satu
korespondensi mereka yang menyatakan adanya persetujuan antar mereka. Fakta yang
menunjukkan adanya satu atau dua syarat Incoterms di dalam kontrak atau didalam
korespondensi TIDAK dengan sendirinya merupakan persetujuan pemilihan atas
penggunaan perwasitan dari KDI.
KDI merekomendasikan pemakaian klausula yang baku mengenai perwasitan sebagai
berikut :
All disputes arising out of or in connection with the present contract shall be finally settled
under the Rules of Arbitration of the International Chamber of Commerce by one or more
arbitrators appointed in accordance with the said Rules.
artinya
Semua perselisihan yang timbul sehubungan dengan kontrak ini akhirnya akan diselesaikan
sesuai dengan aturan perwasitan dari Kamar Dagang Internasional melalui penunjukkan
seorang atau lebih wasit yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan peraturan ini.

Jakarta : 21 Nopember 1999


Diterjemahkan dari:
INCOTERMS-2000 ICC No.560
23.    Apa yang dimaksud dengan Syarat Perdagangan ?
Sebagaimana dimaklumi , tujuan pokok memilih Syarat Perdagangan dalam perdagangan
internasional adalah untuk menentukan titik atau tempat dimana penjual harus memenuhi
kewajibannya melakukan penyerahan barang secara pisik dan yuridis kepada pembeli
Titik atau tempat penyerahan itu juga merupakan titik batas dimana resiko atas barang
(terhadap kehilangan, rusak, urusan angkutan lanjutan dan biaya penimbunan) dari penjual
berakhir, dan dari titik atau tempat itu pula pembeli memulai memikul resiko atas barang
Gambaran selengkapnya mengenai hubungan antara syarat Perdagangan dengan titik dan
tempat penyerahan barang untuk masing-masing Syarat Perdagangan adalah sebagai
Berikut :
1.      EXW = EX WORKS (…disebut nama tempat)
“Ex Works” berarti bahwa Penjual melakukan penyerahan barang, bila dia telah
menempatkan barang-barang itu untuk pembeli di tempat kediaman Penjual atau tempat
lain yang ditentukan (yakni tempat kerja, pabrik, gudang dll), belum diurus formalitas
ekspornya dan juga tidak dimuat ke atas kendaraan pengangkut manapun syarat ini
merupakan kewajiban yang paling ringan bagi Penjual, dan Pembeli wajib memikul semua
biaya dan resiko yang terkait dengan kewajiban untuk mengambil barang-barang itu dari
tempat Penjual. Namun bila pihak-pihak mengingini Penjual bertanggungjawab untuk
memuat barang-barang pada saat pemberangkatan dan memikul semua resiko dan biaya
pemuatan itu, maka hal ini harus dijelaskan dengan cara menambahkan kata-kata yang
tegas di dalam Kontrak Jual Beli.
Syarat ini jangan dipakai bila Pembeli tidak mungkin mengurus formalitas ekspor, baik
langsung maupun secara tidak langsung. Didalam hal seperti itu, maka sebaiknya dipakai
Syarat FCA, asal saja Penjual setuju bahwa dia akan melakukan pemuatan barang atas biaya
dan resikonya sendiri

2.      FCA = FREE CARRIER (…disebut nama Tempat)


“Free Carrier” berarti bahwa Penjual melakukan penyerahan barang-barang, yang sudah
mendapat izin ekspor, kepada pengangkut yang ditunjuk Pembeli di tempat yang disebut.
Harus dicatat bahwa pemilihan tempat penyerahan mempunyai dampak pada kewajiban
muat bongkar barang-barang di tempat itu. Jika penyerahan terjadi di tempat Penjual, maka
Penjual bertanggungjawab untuk memuat. Jika penyerahan terjadi di tempat lain. Penjual
tidak bertanggungjawab untuk membongkar.
Syarat ini dapat dipergunakan tanpa memandang jenis alat angkut, termasuk alat angkut
aneka wahana.
Pengangkut berarti setiap orang dalam kontrak angkutan, yang bertanggungjawab untuk
mengangkut atau menjamin untuk mengangkut dengan kereta api, jalan raya, udara, laut,
sungai atau dengan kombinasi dari alat angkut itu.
Jika pembeli menunjuk orang selain dari Pengangkut untuk menerima barang-barang itu,
maka Penjual dianggap telah memenuhi kewajibannya untuk menyerahkan barang bila
barang itu telah diserahkannya kepada orang itu.

3.      FAS = FREE ALONGSIDE SHIP (.. disebut nama pelabuhan Pengapalan)
“Free Alongside Ship” berarti bahwa Penjual melakukan penyerahan barang-barang, bila
barang-barang itu ditempatkan disamping kapal di pelabuhan Pengapalan yang disebut. Hal
ini berarti bahwa Pembeli wajib memikul semua biaya dan semua resiko kehilangan atau
kerusakan atas barang-barang mulai saat itu. Syarat FAS menuntut Penjual mengurus
formalitas ekspor, Syarat ini berlawanan dengan versi Incoterms sebelumnya yang
menuntut pembeli untuk mengurus formalitas ekspor.
Namun bila pihak-pihak bersangkutan mengingini supaya Pembeli mengurus formalitas
ekspor, maka hal ini harus ditegaskan dengan cara menambahkan kata yang tegas didalam
Kontrak Jual – Beli. Syarat ini hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai saja

4.      FOB = FREE ON BOARD (…disebut nama Pelabuhan Pengapalan)


“Free On Board” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang-barang bila barang-
barang melewati pagar kapal di pelabuhan pengapalan disebut. Hal ini berartibahwa
pembeli wajib memikul biaya dan resiko atas kehilangan atau kerusakan barang mulai dari
titik itu.
Syarat FOB menuntut penjual untuk mengurus formalitas ekspor. Syarat ini hanya dapat
dipakai untuk angkutan laut dan sungai saja. Jika pihak-pihak bersangkutan tidak bermaksud
untuk menyerahkan barang melewati pagar kapal, maka syarat FCA yang harus dipakai.
5.      CFR = COST AND FREIGHT (..disebut nama Pelabuhan Tujuan)
“Cost and Freight” berarti bahwa Penjual melakukan penyerahan barang-barang bila
barang-barang melewati pagar kapal di pelabuhan pengapalan.
Penjual wajib membayar biaya-biaya dan ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut
barang-barang itu sampai ke Pelabuhan tujuan yang disebut. Tetapi resiko hilang atau
kerusakan atas barang-barang, termasuk setiap biaya tambahan sehubungan dengan
peristiwa yang terjadi setelah waktu penyerahan itu berpindah dari Penjual kepada Pembeli.
Syarat CFR menuntut Penjual untuk mengurus formalitas ekspor.
Syarat ini hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai saja. Jika pihak-pihak terkait
tidak bermaksud melakukan penyerhan barang meliwati pagar kapal, maka sebaiknya
memakai Syarat CPT

6.      CIF = COST INSURANCE AND FREIGHT (…disebut nama Pelabuhan Tujuan)
“Cost Insurance and Freight” berarti bahwa Penjual melakukan Penyerahan barang-barang
bila barang-barang itu melewati pagar kapal di Pelabuhan Pengapalan.
Penjual wajib membayar semua biaya dan ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut
barang-barang itu sampai ke Pelabuhan Tujuan yang disebut. Tetapi resiko hilang atau
kerusakan atas barang-barang, termasuk setiap biaya tambahan sehubungan dengan
peristiwa itu telah berpindah dari Penjual kepada Pembeli. Namun dalam Syarat CIF, Penjual
wajib pula menutup asuransi angkutan laut terhadap resiko rugi atau kerusakan atas barang
yang mungkin diderita Pembeli selama barang dalam perjalanan.
Berkenaan dengan itu, Penjual wajib menutup asuransi dan membayar premi. Pembeli perlu
mencatat bahwa dengan syarat CIF, Penjual diwajibkan menutup asuransi hanya dengan
syarat pertanggungan minimum. Sekiranya Pembeli mengingini perlindungan yang lebih
besar, maka pembeli perlu mengadakan persetujuan dengan Penjual secara tegas, atau
Pembeli sendiri harus mengurusi asuransi tambahan itu.
Syarat CIF menuntut Penjual untuk mengurus formalitas ekspor.
Syarat ini hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai. Jika pihak-pihak
bersangkutan tidak bermaksud untuk menyerahkan barang melewati pagar kapal, maka
syarat CIP yang harus dipakai.

7.      CPT = CARRIAGE PAID TO (…disebut Nama Tempat Tujuan)


“Carriage Paid to…” berarti bahwa Penjual menyerahkan barang-barang kepada pengangkut
yang ditunjuknya sendiri, tetapi penjual wajib pula membayar ongkos angkut yang perlu
untuk mengangut barang-barang itu sampai ketempat tujuan yang disebut. Hal ini berarti
bahwa Pembeli memikul semua resiko dan membayar setiap ongkos yang timbul setelah
barang-barang yang diserahkan secara demikian.
“Carrier” berarti setiap orang yang mengadakan kontrak angkutan, bertanggung jawab
melakukan atau menjamin terlaksananya pengangkutan dengan kereta api, jalan darat,
udara laut, sungai atau dengan kombinasi dari alat angkut itu.
Sekiranya dipakai pengangkut-pengangkut pengganti untuk meneruskan pengangkutan
sampai ketempat tujuan yang dijanjikan, maka resiko (Penjual) berakhir bila barang-barang
telah diserahkan kepada pengangkut pertama.
Syarat CPT mewajibkan penjual mengurus formalitas ekspor.
Syarat ini boleh dipakai untuk alat angkut apa saja, termasuk alat angkut aneka wahana
(Multimodal Transport)

8.      CIP = CARRIAGE AND INSURANCE PAID TO (…disebut nama tempat tujuan)
“Carriage and Insurance paid to…”berarti bahwa Penjual menyerahkan barang-barang
kepada pengangkut yang ditujuknya sendiri, tetapi penjual wajib pula membayar ongkos
angkut yang perlu untuk mengangkut barang-barang itu sampai ketempat tujuan yang
disebut. Hal ini berarti bahwa Pembeli memikul semua resiko dan membayar setiap ongkos
yang timbul setelah barang-barang yang diserahkan secara demikian. Namun dalam hal CIP,
Penjual juga wajib menutup asuransi terhadap resiko rugi dan kerusakan atas barang yang
menimpa pembeli selama barang dalam perjalanan.
Pembeli perlu mencatat bahwa dengan syarat CIP, Penjual dituntut untuk menutup asuransi
hanya dengan syarat minimum. Sekiranya Pembeli mengingini perlindungan yang lebih
besar, maka pembeli perlu mengadakan persetujuan dengan Penjual secara tegas, atau
pembeli sendiri harus mengurus asuransi tambahan itu.
“Carrier” berarti setiap orang yang mengadakan kontrak angkutan, bertanggung jawab
melakukan atau menjamin terlaksananya pengangkut dengan kereta api, jalan darat, udara,
laut, sungai atau dengan kombinasi dari alat angkut itu.
Sekiranya dipakai pengangkut-pengangkut pengganti untuk meneruskan pengangkut sampai
ketempat tujuan yang dijanjikan, maka resiko (penjual) berakhir bila barang-barang telah
diserahkan kepada pengangkut pertama.
Syarat CIP menuntut Penjual untuk mengurus formalitas ekspor.
Syarat ini boleh di pakai untuk alat angkut apa saja, termasuk alat angkut aneka wahana
(Multimodal Transport)

9.      DAF = DELIVERED AT FRONTIER (…disebut tempat)


“Delivered at Frontier” berarti bahwa penjual menyerahkan barang-barang bila barang-
barang itu telah ditempatkan kedalam kewenangan pembeli pada saat datangnya alat
angkut, belum dibongkar, sudah diurus formalitas ekspornya, namun belum diurus
formalitas impornya, di tempat atau pada titik yang disebut di wilayah perbatasan, tetapi
belum memasuki wilayah pabean dari Negara yang bertetangga. Istilah “frontier” boleh
dipakai untuk daerah perbatasan mana saja, termasuk perbatasan dari Negara pengekspor
itu sendiri. Oleh karena itu adalah penting sekali untuk merumuskan secara tepat tentang
perbatasan itu, dengan selalu menyebut titik dan tempat dalam syarat itu.
Namun, bila pihak-pihak terkait mengingini penjual untuk bertanggung jawab membongkar
barang-barang dari alat angkut yang baru sampai itu dan memikul resiko dan biaya
pembongkaran, maka hal ini harus dibuat sejelas-jelasnya dengan menambahkan dengan
kata-kata yang tegas di dalam kontrak jual beli yang bersangkutan.
Syarat ini boleh dipakai untuk alat angkut apa saja bilamana barang-barang itu harus
diserahkan di perbatasan daratan. Bila penyerahan itu harus dilakukan di pelabuhan tujuan,
di atas kapal atau di dermaga, supaya dipakai syarat DES atau DEQ.

10.  DES = DELIVERED EX SHIP (.. disebut nama pelabuhan tujuan)


“Delivered Ex Ship” berarti bahwa penjual menyerahkan barang-barang bila barang-barang
itu ditempatkan kedalam kewenangan pembeli diatas kapal, belum diurus formalitas
impornya, dipelabuhan tujuan yang disebut. Penjual wajib memikul semua biaya dan resiko
yang terkait dengan pengangkutan barang-barang itu sampai kepelabuhan tujuan yang
disebut sebelum dibongkar. Bila pihak-pihak terkait mengingini memikul biaya dan resiko
dan pembongkaran barang-barang itu, maka sebaiknya dipakai syarat DEQ. Syarat ini hanya
dapat dipakai bila barang-barang akan diserahkan melalui laut atau sungai atau dengan alat
angkut aneka wahana diatas kapal dipelabuhan tujuan.

11.  DEQ = DELIVERED EX QUAY (..disebut nama pelabuhan tujuan)


“Delivered EX Quay” berarti bahwa penjual menyerahkan barang-barang bila barang-barang
itu ditempatkan dalam kewenangan pembeli diatas dermaga, belum diurus formalitas
importnya, dipelabuhan tujuan yang disebut. Penjual wajib memikul semua biaya dan resiko
yang terkait dengan pengangkutan barang-barang itu sampai kepelabuhan tujuan yang
disebut dan membongkar barang-barang itu diatas dermaga. Syarat DEQ menuntut pembeli
mengurus formalitas impor dan membayar semua biaya resmi , bea masuk, pajak-pajak dan
biaya-biaya lain yang dipungut atas impor.
Syarat ini adalah kebalikan dari versi Incoterms sebelumnya yang mengharuskan penjual
untuk mengurus formalitas impor. Jika pihak-pihak terkait mengingini semua atau sebagian
biaya pengimporan atas barang menjadi tanggungan pihak penjual maka hal ini harus
dijelaskan dengan cara menambahkan kata-kata yang tegas didalam kontrak jual beli.
Syarat ini hanya dipakai bila barang-barang itu kan diserahkan melalui laut, sungai atau alat
angkutan aneka wahana yang dibongkar dari suatu kapal keatas dermaga di pelabuhan
tujuan. Namun bila pihak-pihak terkait mengingini untuk memasukkannya mejadi tanggung
jawab penjual atas semua resiko dan biaya pengelolaan barang-barang mulai dari dermaga
ketempat-tempat lain (gudang, terminal, stasiun angkutan, dll), didalam kawasan atau
diluar kawasan pelabuhan supaya dipakai syarat DDU atau DDP.

12.  DDU = DELIVERED DUTY UNPAID (…disebut nama tempat tujuan)


“Delivered Duty Unpaid” berarti bahwa penjual menyerahkan barang-barang kepada
pembeli, belum diurus formalitas impornya, dan belum dibongkar dari atas alat angkut yang
baru datang ditempat tujuan yang disebut. Penjual wajib memikul semua biaya dan resiko
yang terkait dengan pengangkutan barang-barang itu sampai kesana, kecuali bea masuk
(istilah ini termasuk tanggung jawab mengurus formalitas pabean, pembayaran biaya resmi
/formalitas bea masuk pajak-pajak dan biaya lainnya) yang diperlukan dinegara tujuan. Bea
masuk semacam itu harus dipikul oleh pembeli termasuk semua biaya dan resiko yang
disebabkan oleh kegagalannya mengurus formalitas impor pada waktunya.
Namun bila pihak-pihak terkait mengingini penjual yang akan mengurus formalitas
kepabeanan dan memikul biaya dan resiko yang ditimbulkannya, termasuk biaya impor
lainnya, maka hal ini harus ditegaskan dengan cara, menambahkan kata-kata yang jelas
didalam kontrak jual beli.
Syarat ini dapat dipakai untuk alat angkut apa saja, tetapi bila penyerahan barang
akandilakukan dipelabuhan tujuan diatas kapal atau diatas dermaga, supaya dipakai syarat
DES atau DEQ

13.  DDP = DELIVERED DUTY PAID (…disebut nama tempat tujuan)


“Delivered Duty Paid” berarti bahwa penjual menyerahkan barang-barang kepada pembeli,
sudah diurus formalitasnya, namun belum dibongkar dari atas alat angkut yang baru datang
ditempat tujuan yang disebut. Penjual memikul semua biaya-biaya dan resiko yang dengan
pengangkutan barang itu sampai kesana, termasuk biaya masuk apapun (istilah ini termasuk
tanggung jawab mengurus formalitas pabean, pembayaran biaya resmi (formalitas) bea
masuk, pajak-pajak dan biaya lainnya) yang diperlakukan dinegara tujuan .
Sementara syarat EXW menggambarkan tanggung jawab yang minimal dari penjual, maka
syarat DDP memberikan gambaran suatu tanggung jawab yang maksimal kepada penjual.
Syarat ini janganlah dipakai bila secara langsung atau tidak langsung penjual tak akan
mungkin memperoleh ijin impor. Namun, bila pihak-pihak terkait ingin untuk mengeluarkan
dari tanggung jawab penjual terhadap beberapa jenis biaya yang dikenakan atas impor
barang-barang (seperti pajak penambahan nilai /VAT) , maka halini harus dijelaskan dengan
cara menambahkan kata-kata yang tegas didalam kontrak jual beli.
Bila pihak-pihak terkait mengingini pembeli yang akan memikul semua resiko dan biaya
pengimporan ini, maka dipakai syarat DDU.
Syarat ini boleh dipakai untuk jenis alat angkut mana saja, tetapi bila penyerahan barang
akan dilakukan dipelabuhan tujuan diatas sebuah kapal atau diatas dermaga akan dipakai
syarat DES dan DEQ.
http://ilustrasirenungan.blogspot.co.id/2011/05/incoterms-2000.html

Anda mungkin juga menyukai