Anda di halaman 1dari 98

Modul MI.

4
Pemicuan STBM di Komunitas
MODULMI.4- PEMICUAN STBM DI KOMUNITAS................................................................111
I. DESKRIPSI SINGKAT.......................................................................................................113
II. TUJUAN PEMBELAJARAN..............................................................................................113
A. Tujuan Pembelajaran Umum...................................................................................113
B. Tujuan Pembelajaran Khusus..................................................................................113
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN.............................................................113
A. Pokok Bahasan 1:Pra Pemicuan..............................................................................113
B. Pokok Bahasan 2:Pemicuan.....................................................................................113
C. Pokok Bahasan 3:Paska Pemicuan..........................................................................113
D. Pokok Bahasan 4:Simulasi Pemicuan STBMdi Komunitas.......................................114
E. Pokok Bahasan 5:Praktik Pemicuan di Lapangan....................................................114
IV. BAHAN BELAJAR............................................................................................................114
V. METODE PEMBELAJARAN.............................................................................................114
VI. LANGKAH - LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN.......................................................114
A. Langkah 1 : Pengkondisian (15 menit).....................................................................114
B. Langkah 2 : Pengkajian Pokok Bahasan (1050 menit).............................................114
C. Langkah 3 : Rangkuman (15 menit).........................................................................115
VII. URAIAN MATERI............................................................................................................115
A. POKOKBAHASAN 1 : PRA PEMICUAN......................................................................115
B. POKOKBAHASAN 2 : PEMICUAN..............................................................................117
C. POKOKBAHASAN 3 : PASKA PEMICUAN..................................................................145
D. POKOKBAHASAN 4 : SIMULASI PEMICUAN STBM DI KOMUNITAS.........................175
E. POKOKBAHASAN 5 : PRAKTIK PEMICUAN DI LAPANGAN........................................177
IV. REFERENSI.....................................................................................................................177
V. LAMPIRAN.....................................................................................................................177

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM


11
MODULMI-4
PEMICUAN STBM DI KOMUNITAS

I. DESKRIPSI SINGKAT
Modul ini bertujuan untuk memperkuat pengetahuan dan keterampilan peserta dalam menerapkan
pendekatan STBM ketika memfasilitasi proses pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam
melakukan pemicuan STBM di komunitas. Dalam materi ini dibahas bagaimana melakukan
prapemicuan, pemicuan, fasilitasi paska pemicuan, simulasi pemicuan STBM di komunitas dan
mempraktikkan pemicuan di lapangan untuk pilar 1 (Stop BuangAir Besar Sembarangan/SBS).
Metode ini dapat digunakan untuk melakukan pemicuan pada pilar-pilar lainnya.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan pemicuan STBMdi komunitas.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Melakukan pra pemicuan,
2. Melakukan pemicuan,
3. Melakukan fasilitasi paska pemicuan
4. Melakukan simulasi pemicuan STBM di komunitas
5. Mampu mempraktikkan pemicuan di lapangan.

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


A. POKOK BAHASAN 1 : PRA PEMICUAN
a. Observasi kebiasaan PHBS masyarakat,
b. Persiapan pemicuan dan menciptakan suasana yang kondusif sebelum pemicuan.
c. Persiapan teknis dan logistic.

B. POKOK BAHASAN 2 : PEMICUAN


a. Alat-alat utama partisipasi untuk pemicuan,
b. Memahami elemen pemicuan dan factor penghambat pemicuan,
c. Langkah - langkah pemicuan,
d. Memahami apa yang boleh dan tidak boleh dalam pemicuan,
e. Komposisi tim pemicu.

C. POKOK BAHASAN 3 : PASKA PEMICUAN


a. Membangun ulang komitmen,
b. Pilihan teknologi sanitasi untuk 5 pilar STBM,
c. Membangun jejaring layanan penyediaan sanitasi,
d. Pendampingan dan monitoring,
e. Menggali media promosi untuk perubahan perilaku yang berkelanjutan.

D. POKOK BAHASAN 4 : SIMULASI PEMICUAN STBM DI KOMUNITAS

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM


11
a. Pembentukan kelompok dan tim pemicu,
b. Penyiapan alat dan bahan,
c. Pembagian peran pada kelompok Simulasi Pemicuan Kelompok.

E. POKOK BAHASAN 5 : PRAKTIK PEMICUAN DI LAPANGAN.

IV. BAHAN BELAJAR


Bahan tayang (slide ppt, film), LCD, komputer/laptop, flipchart (lembar balik), spidol, meta plan,
lembar diskusi kelompok, tali, kain tempel, Alat-alat dan bahan untuk pemicuan, lembar observasi,
pedoman simulasi, dan panduan praktik kerja lapang.

V. METODE PEMBELAJARAN
Ceramah tanya jawab, diskusi kelompok, simulasi, bermain peran, putar film, pemilihan kelompok
secara partisipatif, penugasan, dan praktik kerja lapang.

VI. LANGKAH - LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 16 jam pelajaran (T = 4 jp, P = 2 jp, PL =
10 jp) @ 45menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh
perserta, dilakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :
A. Langkah 1: Pengkondisian (15 menit)
1. Energizer penyegaran dan pencairan suasana,
2. Fasilitator menggali harapan peserta tentang materi dan keterampilan yang ingin dicapai
melalui sesi ini,
3. Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok bahasan dan metode yang digunakan,
4. Menggali pendapat peserta tentang pemicuan STBM di komunitas, dan mendiskusikannya.
Proses pembelajaran menggunakan metode dimana semua peserta terlibat secara aktif.

B. Langkah 2 : Pengkajian Pokok Bahasan (1050 menit)


1. Fasilitator menyampaikan pokok bahasan:
• Pra pemicuan,
• Pemicuan,
• Paska pemicuan,
• Simulasi pemicuan STBM di komunitas,
• Praktik pemicuan di lapangan.
2. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal – hal yang kurang jelas,
dan memberikan jawaban dan klarifikasi atas pertanyaan - pertanyaan peserta.
3. Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan diskusi kelompok, simulasi, dan curah pendapat.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM


11
4. Membagi peserta ke dalam 4 kelompok dan meminta mereka untuk bermain peran terkait
pemicuan STBM di masyarakat.
5. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanggapi hasil diskusi kelompok
dan simulasi yang dilakukan.
C. Langkah 3 : Rangkuman (15 menit)
1. Fasilitator merangkum sesi pembelajaran.
2. Peserta dipersilahkan untukmenanyakan hal – hal yang kurang jelas, dan fasilitator
memfasilitasi pemberian jawaban, baik dari fasilitator maupun dari peserta lain.
3. Meminta komentar, penilaian, saran bahkan kritik dari peserta pada kertas evaluasi yang telah
disediakan.
4. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memastikan tercapainya TPU dan TPK sesi.

VII. URAIAN MATERI


Pengantar

Pemicuan adalah kegiatan bersama masyarakat untuk memfasilitasi masyarakat melakukan analisa
terkait perilaku mereka dalam melakukan buang air besar.
Maksud pemicuan adalah masyarakat secara bersama - sama bisa menyadari bahaya kebiasaan
buang air besar sembarangan dan merasa jijik melakukan kebiasaan BABS, meskipunmereka hanya
melakukan BABSsatu hari saja, dan sudah tiap hari.
Tujuannya adalah agar masyarakat mau berubah perilakunya dari buang air besar sembarangan
menjadi buang air besar di jamban yang higiene dan layak.
Sering kali dalam pemicuan, masyarakat berkomentar mengenai sulitnya mengubah kebiasaan BABS,
karenab eberapa alasan klise seperti : kita ini orang miskin dan tidak mampu untuk membangun
jamban. Apakah Anda bisa membantu untuk membangun jamban? kami akan berhenti melakukan
BABS secepatnya dan kami akan segera membangun lubang dll. Oleh karena itu pemicuan dilakukan
bersama-sama sekelompok masyarakat agar masyarakat yang sudah terpicu dapat dengan cepat
mengambil keputusan secara kolektif untuk menghentikan kebiasaan BABS.
Kegiatan pemicuan dilakukan secara bertahap, yang terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu kegiatan
pra-pemicuan, saat pemicuan dan pasca pemicuan. Penjelasan lebih detail akan dijabarkan pada
pokok bahasan berikut.

A. POKOKBAHASAN 1 : PRAPEMICUAN

a. Observasi PHBS Masyarakat

Sebelum melakukan pemicuan di masyarakat, peserta hendaklah sudah memiliki informasi dan data-
data dasar terkait perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM


11
Untuk itu peserta pelatihan sebaiknya sudah melakukan observasi (peninjauan) maupun diskusi
dengan masyarakat di lokasi pemicuan untuk mendapatkan informasi. Beberapa informasi yang perlu
dicari adalah:
• Jumlah KK / kependudukan dibedakan atas kaya, sedang, miskin.
• Pendidikan dan pekerjaan masyarakat setempat.
• Kondisi geografis.
• Kepemilikan jamban : cemplung terbuka, cemplung tertutup,leher angsa.
• Ada tidaknya aliran sungai, kolam, rawa.
• Tradisi/budaya : karakter, tokoh masyarakat.
• Sarana dan prasarana yang ada di masyarkat seperti sekolah, madrasah, masjid, gereja
dll.
• Ada tidaknya program sanitasi 3 tahun terakhir (proyek / pemberian subsidi jamban).

b. Persiapan Pemicuan dan Menciptakan Suasana yang Kondusif Sebelum Pemicuan

Persiapan pemicuan dan menciptakan suasana yang kondusif sebelum pemicuan menjadi bagian
yang tak terpisahkan dalam proses pemicuan. Persiapan ini dilakukan dengan kunjungan kepada
pemerintah setempat yang akan digunakan sebagai lokasi pemicuan dan dijelaskan secara rinci
kegiatan yang akan dilaksanakan selama proses pemicuan STBM termasuk proses pemberdayaan
masyarakat yang akan dilaksanakan di lapangan.

Kordinasi yang perlu dilakukan dengan pemerintah setempat lokasi pemicuan:


- Penting dan perlunya kegiatan pemicuan STBM ini dilakukan berdasarkan hasil data dan fakta
observasi PHBS yang dilakukan sebelumnya.
- Pemilihan prioritas lokasi pemicuan berdasarkan data dan masukan dari pemerintah setempat.
- Dukungan dari tokoh – tokoh utama yang ada di masyarakat, misalkan tokoh agama dan tokoh
adat.
- Penyusunan rencana jadwal dan kegiatan yang akan dilaksanakan.

Komponen yang perlu diketahui oleh pemerintah setempat antara lain:


• Tanggal kunjungan lapangan dan jumlah peserta.
• Kegiatan di lapangan yang meliputi pemberdayaan masyarakat melalui perubahan perilaku
secara kolektif, keluaran yang diharapkan setelah praktik, produk yang akan diserahkan kepada
pemerintah daerah untuk ditindak lanjuti.
• Peran dan tanggung jawab pemerintah daerah pada waktu kegiatan dan tindak lanjutnya.
• Logistik yang disediakan.

c. Persiapan Teknis dan Logistik

Sebelum kita melakukan kegiatan pemicuan STBM dikomunitas / masyarakat kita memerlukan
beberapa peralatan dan logistik yang akan digunakan untuk mendukung proses partisipatif
masyarakat. Persiapan teknis dan logistik ini menjadi bagian penting yang akan mendukung proses
analisa partisipatif yang membantu masyarakat untuk mengenal kondisi wilayahnya beserta dengan
permasalahan dan potensi yang ada sehingga diharapkan bisa membantu masyarakat untuk
menemukan solusi secara kolektif dari mereka sendiri. Persiapan teknis dan logistik ini rinciannya

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM


11
tergantung dari lokasi dan rencana proses pemicuan yang dilakukan oleh tim fasilitator sehingga
tidak ada standar baku yang harus disiapkan,misalnya bagaimana teknis pemberangkatan tim
pemicu, teknis masuk sebelum pemicuannya dan proses pemicuannya. Bisa jadi proses pemicuan
dilakukan pada saat ada kegiatan posyandu, PKK, temu warga dll.

Dalam pemicuan di masyarakat langkah-langkah pemicuan sebenarnya tidak dibakukan, namun


pemetaan sosial mesti dilakukan pertama sekali. Lokasi pemetaan sosial sebaiknya dilakukan di lahan
(halaman) terbuka. Hasilnya kemudian harus dipindahkan ke kertas plano.

Pemicuan bisa dilakukan di ruang terbuka maupun tertutup, asal bisa mengoptimalkan rasa jijik,
takut penyakit, berdosa, dll, yang bisa memicu masyarakat untuk berubah. Beberapa kegiatan bisa
dilakukan pada proses pemicuan. Untuk pemicuan pila r1 STBM, Stop Buang Air Besar Sembarangan,
tim pemicu bisa mengajak masyarakat melakukan kegiatan mencari tinja, menghitung tinja, dan
demonstrasi air yang terkena tinja. Untuk pilar 2 STBM, Cuci Tangan Pakai Sabun, tim pemicu bisa
mengajak masyarakat bermain alur penularan penyakit (diagramF) dan simulasi cuci tangan pakai
sabun. Tim pemicu bisa menyesuaikan kegiatan sesuai dengan tujuan pemicuan yang akan dilakukan,
baik untuk pilar 1, 2, 3, 4, ataupun 5.

Sebelum melakukan pemicuan, tim pemicu perlu mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan, seperti
tepung, dedak, botol air mineral, puzzle simulasi diagram F, sabun, ember, kertas metaplan, spidol,
kertas potong, lem, dll.
Peserta perlu mendiskusikan lebih detail dengan anggota kelompok mengenai alat yang diperlukan
sesuai dengan kondisi dan rencana proses melakukan pemicuan di masyarakat.

B. POKOK BAHASAN 2 : PEMICUAN


a. Alat - Alat Utama Partisipasi Untuk Pemicuan
Dasar utama pemicuan adalah bagaimana masyarakat memahami alur penularan penyakit yang
disebabkan kondisi lingkungan yang tidak sehat, sehingga masyarakat menjadi tahu dengan
sendirinya, terkait perilaku dan kondisi lingkungannya selama ini. Dengan mengetahui kondisi
tersebut, masyarakat diharapkan mempunyai komitmen secara kolektif untuk berubah perilakunya
dan mempunyai kemauan untuk membangun akses sanitasi secara mandiri dan bersama-sama. Alat-
alat utama partisipasi untuk pemicuan digunakan sebagai sarana untuk memfasilitasi masyarakat
dalam menganalisa kondisinya. Ada beberapa alat yang diperlukan, seperti:
 Pemetaan, yang bertujuan untuk mengetahui / melihat peta wilayah BAB masyarakat serta
sebagai alat monitoring (paska pemicuan, setelah ada mobilisasi masyarakat),
 TransectWalk, bertujuan untuk melihat dan mengetahui lokasi yang paling sering dijadikan
tempat BAB. Dengan mengajak masyarakat berjalan ke lokasi BAB sembarangan dan berdiskusi di
tempat tersebut, diharapkan masyarakat akan merasa jijik. Lebih jauh, diharapkan orang yang biasa
BABdi tempat tersebut akan terpicu rasa malunya,
 Alur Kontaminasi (Oral Fecal) ; mengajak masyarakat untuk melihat bagaimana kotoran
manusia dapat dimakan oleh manusia yang lainnya.
Alur penularan penyakit (diagram F):

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM


11
PenjelasanTanda:
 Alur Penularan Penyakit
--- (garis merah): penghambat

Gambar 6:Alur PenularanPenyakit (Diagram F)

Laporan WHO tahun 2009 menyebutkan bahwa sekitar 1,1 juta anak usia dibawah lima tahun
meninggal karena diare. Sementara UNICEF memperkirakan bahwase tiap 30 detik ada satu anak
yang meninggal karena diare. Kematian diare pada balita di Negara – Negara berkembang mencapai
1,5 juta jiwa. Data di Indonesia menunjukkan diare adalah pembunuh balita kedua setelah ISPA
(Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Di Indonesia setiap tahun 100.000 balita meninggal karena diare.

Penyebab utama diare adalah bakteri Eschericiacoli selanjutnya disingkat menjadi E.coli. E. coli
adalah tipe bakteri fecal coliform yang biasanya terdapat pada alat pencernaan binatang dan
manusia. Adanya E.coli di dalam air adalah indikasi kuat adanya kontaminasi adanya kotoran manusia
dan hewan.

Diagram penyebaran kuman diare biasa disebut DiagramF. Diagram ini pertama ditemukan oleh
E.G. Wagner dan J.N. Lanoix pada tahun 1958. Diagram F menggambarkan bagaimana bakteri E.coli
yang ada di dalam kotoran manusia dan hewan bisa masuk ke perut melalui beberapacara, antara
lain melalui tangan (fingers), air (fluid), dan lalat (flies).

Lalat sering hinggap dikotoran manusiadan hewan. Pada saathinggapdimakanan, lalat menempelkan
kotoran manusia dan hewan ke makanan dan minuman yang tidak ditutup dengan baik, yang bisa
menyebabkan diare. Makanan dan minuman yang tidak ditutup rapat, juga bisa terkena udara yang
mengandung kuman penyakin dan bisa menyebabkan diare.

Kotoran manusia yang berserakan ataupun tidak dibuang ke saluran yang benar, dapat mencemari

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM


11
air. Jika langsung diminum, air tersebut bisa berbahaya. Sehabis buang air besar / buang air kecil,
tangan kita juga bisa mengandung kuman penyakit diare, yang bisa masuk ke tubuh kita jika kita tidak
membersihkan tangan. Perilaku buang air besar sembarangan merupakan perilaku yang dapat
membantu penyebaran bakteri E. Coli. Saat turun hujan, E. Coli dapat terbawa ke sumber – sumber
air misalnya ke sungai, danau, dan air bawah tanah. Jika sumber – sumber air ini tidak diolah
denganbaik, maka E. Coli akan masuk ke dalam makanan dan minuman kita. Kuman penyakit yang
terdapat dalam tinja, tidaksengaja masuk ke dalam mulut.

Bagaimana kita bisa mencegah penyakit diare tersebut?

1. Pembuatan jamban sehat, sehingga lalat tidak dapat menyentuh kotoran manusia.
2. Pengelolaan air minum mulai dari sumber sampai siap untuk diminum.
3. Mengolah makanan dengan benar serta menutup makanan.
4. Mencuci tangan menggunakan sabun pada waktu-waktu penting.

 Simulasi air yang telah terkontaminasi; mengajak masyarakat untuk melihat bagaimana
kotoran manusia dapat dimakan oleh manusia yang lainnya.
 DiskusiKelompok (FGD) ; bersama – sama dengan masyarakat melihat kondisi yang ada
dan menganalisanya sehingga diharapkan dengan sendirinya masyarakat dapat merumuskan apa
yang sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan. Pembahasannya meliputi:
1. FGD untuk menghitung jumlah tinja dari masyarakat yang BAB di sembarang tempat
selama 1 hari, 1 bulan, dan dalam 1 tahunnya.
2. FGD tentang privacy, agama, kemiskinan, dan lain-lain Adapun alat yang digunakan
dalam proses monitoring, diantaranya:
 Pemetaandanskoringpemetaan, untuk melihat akses masyarakat terhadap tempat - tempat
BAB (dengan cara membandingkan antara akses sebelum pemicuan dan akses yang terlihat paska
pemicuan dan tindak lanjut masyarakat).
 Rating Scale atau Convinient, yang bertujuan untuk:

 melihat dan mengetahui apa yang dirasakan masyarakat (bandingkan antara yang
dirasakan duluk etika BAB disembarang tempat dengan yang dirasakan sekarang ketika sudah BABdi
tempat yang tetap dan tertutup).
 mengetahui apa yang masyarakat rasakan dengan sarana sanitasi yang dipunyai sekarang,
dan hal lain yang ingin mereka lakukan Hal ini berkaitan dengan tangga sanitasi di masyarakat.

Langkah kerja dari masing – masing alat tersebut dapat dilihat (untuk dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan lapangan) dalam lampiran “PANDUAN FASILITASI DI TINGKAT KOMUNITAS”
b. Elemen Pemicuan dan Faktor Penghambat Pemicuan.

Dalam pemicuan di masyarakat terdapat beberapa factor yang harus dipicu sehingga target utama
yang diharapkan dari pendekatan STBM, salah satunya, yaitu : merubah perilaku sanitasi dari
masyarakat yang masih melakukan kebiasaan BAB di sembarang tempat dapat tercapai.

Secara umum factor – factor yang harus dipicu untuk menumbuhkan perubahan perilaku sanitasi
dalam suatu komunitas, diantaranya:

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM


11
o Perasaan jijik,
o Perasaan malu dan kaitannya dengan privacy seseorang,
o Perasaan takut sakit,
o Perasaan takutberdosa,
o Perasaan tidak mampu dan kaitannya dengan kemiskinan.
Berikut ini adalah elemen – elemen yang harus dipicu, dan alat – alat PRA yang digunakan untuk
pemicuan factor - faktor tersebut.

Hal – hal yang harus dipicu Alat yang digunakan


Rasa jijik • Transect walk
• Demo air yang mengandung tinja, untuk
digunakan cuci muka, kumur-kumur, sikat gigi, cuci
piring, cuci pakaian, cuci makanan / beras, wudlu, dll
Rasa malu • Transect walk (mengelaborasi pelaku BAB
sembarangan)
• FGD(terutama untuk perempuan)
Takut sakit FGD:
• Perhitungan jumlah tinja
• Pemetaan rumah warga yang terkena diare
dengan didukung data puskesmas
• Alur kontaminasi
Aspek agama Mengutip hadits atau pendapat - pendapat para ahli
agama yang relevan dengan perilaku manusia yang
dilarang karena merugikan manusia itu sendiri.
Privacy FGD(terutama dengan perempuan)
Kemiskinan Membandingkan kondisi di desa/dusun yang
bersangkutan dengan masyarakat “termiskin” seperti
di Bangladesh atau India.

Tabel5: Elemen Pemicuan

Dalam memicu elemen – elemen di atas, dalam suatu komunitas biasanya ada juga factor - faktor
penghambat pemicuan. Salah satunya adalah bahwa masyarakat sudah terbiasa dengan subsidi,
sementara dalam pendekatan STBM tidak ada unsur subsidi sama sekali. Berikut adalah beberapa hal
yang biasanya menjadi penghambat pemicuan di masyarakat, dengan alternatif solusi untuk
mengurangi atau mengatasi factor penghambat tersebut.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM


12
Hal-hal yang Menjadi Penghambat Pemicuan di
Kebiasaan
Masyarakatdengan subsidi / bantuan Jelaskan dari awalSolusi
bahwa kita tidak
punya apa- apa, kita tidak membawa
bantuan
Faktorgengsi; malu untuk membangun jamban Gali model-model jamban menurut
yang sangat sederhana (ingin jamban masyarakat dan jangan memberikan 1
permanen) pilihan model jamban
Tidak ada tokoh panutan Munculkan natural leader, jangan
mengajari dan biarkan masyarakat
mengerjakannya sendiri.

Tabel 6: Faktor Penghambat Pemicuan

c. Langkah-langkah pemicuan

1. Perkenalan dan penyampaian tujuan


Perkenalkan terlebih dahulu anggota tim fasilitator dan sampaikan tujuan bahwa tim ingin “melihat”
kondisi sanitasi dari kampung tersebut. Jelaskan dari awal bahwa kedatangan tim bukan untuk
memberikan penyuluhan apalagi memberikan bantuan. Tim hanya ingin melihat dan mempelajari
bagaimana kehidupan masyarakat, bagaimana masyarakat mendapat air bersih, bagaimana
masyarakat melakukan kebiasaan buang air besar, dan lain-lain. Tanyakan kepada masyarakat
apakah mereka mau menerima tim dengan maksud dan tujuan yang telah disampaikan

2. Bina suasana
Untuk menghilangkan “jarak” antara fasilitator dan masyarakat sehingga proses fasilitasi berjalan
lancar, sebaiknya lakukan pencairan suasana. Pada saat itu temukan istilah setempat untuk “tinja”
(misalnya tai,dll) dan BAB(ngising, naeng, dll)

3. Analisa partisipatif dan pemicuan


Memulai proses pemicuan di masyarakat, yang diawali dengan analisa partisipatif misalnya melalui
pembuatan peta desa/dusun/kampung yang akan menggambarkan wilayah BAB masyarakatnya.

Pemetaan
Tujuan:
 Mengetahui/ melihat peta wilayah BABmasyarakat,
 Sebagai alat monitoring (pasca pemicuan, setelah ada mobilisasi masyarakat).

Alat yang diperlukan:


 Tanah lapang atau halaman,
 Bubuk putih untuk membuat batas desa,
 Potongan - potongan kertas untuk menggambarkan rumah penduduk,
 Bubuk kuning untuk menggambarkan kotoran,
 Spidol,

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM


12
 Kapur tulis berwarna untuk garis akses penduduk terhadap sarana sanitasi,
 Bahan tersebut bisa digantikan dengan bahan lokal seperti daun, batu, ranting, kayu.

Proses:
 Ajak masyarakat untuk membuat outline desa/ dusun/ kampong, seperti batas desa/
dusun/kampong, jalan, sungai, dll.
 Siapkan potongan - potongan kertas dan minta masyarakat untuk mengambilnya,
menuliskan nama kepala keluarga masing - masing dan menempatkannya sebagai rumah, kemudian
peserta berdiri di atas rumah masing-masing.
 Minta mereka untuk menyebutkan tempat BAB di luar rumahnya, baik itu di tempat
terbuka maupun “numpang di tetangga”, tunjukkan tempatnya dan tandai dengan bubuk kuning.
Beri tanda (garis akses) dari masing - masing KK ke tempat BAB nya.
 Tanyakan pula dimana tempat melakukan BAB dalam kondisi darurat seperti malam hari,
saat hujan atau saat terserang penyakit perut.

Pendalaman/Analisa Partisipatif dari Kegiatan Pemetaan


 Tanyakan berapa kira – kira jumlah “tinja” yang dihasilkan oleh setiap orang setiap
harinya. Sepakati jumlah rata-ratanya.
 Minta masyarakat untuk menulis jumlah anggota keluarga di atas kertas yang berisi nama
KK dan berapa jumlah total “tinja” yang dihasilkan oleh 1 keluarga/rumahsetiap harinya.
 Ajak masyarakat untuk melihat rumah mana (yang masih BAB di sembarang tempat) yang
paling banyak menghasilkan tinja. (Beri tepuk tangan).
 Pada penduduk yang BAB di sungai, tanyakan ke mana arah aliran airnya.
 Pada penduduk yang berada di daerah hilir, tanyakan dimana mereka mandi. Picu
masyarakat bahwa bapak/ibu telah mandi dengan air yang ada tinjanya.
 Ajak masyarakat menghitung jumlah “tinja” dari masyarakat yang masih BAB di
sembarang tempat per hari, dan kemudian per bulan. Berapa banyak “tinja” yang ada di desa/dusun
tersebut dalam 1 tahun? Berapa lama kebiasaan BAB sembarangan tempat berlangsung?
 Tanyakan kemana kira-kira “perginya” tinja-tinja tersebut.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM


12
 Diakhir kegiatan, tanyakan : kira-kira kemana besok mereka akan BAB? Apakah mereka
akan melakukan hal yang sama?

Catatan:
 Untuk kepentingan masyarakat dalam memonitor kondisi wilayahnya sendiri, peta di atas
lahan “harus” disalin ke dalam kertas flipchart,
 Jika tempat tidak memungkinkan, pemetaan bisa dilakukan dengan menggunakan kertas
yang cukup besar.

TransectWalk

Tujuan
Melihat dan mengetahui tempat yang paling sering dijadikan tempat BAB, dengan mengajak
masyarakat berjalan ke sana dan berdiskusi di tempat tersebut, diharapkan masyarakat akan merasa
jijik dan bagi orang yang biasa BAB ditempattersebut,diharapkanakan terpicu rasa malunya.

Proses :
 Ajak masyarakat untuk mengunjungi wilayah-wilayah yang sering dijadikan tempat BAB
(didasarkan pada hasil pemetaan),
 Lakukan analisa partisipatf di tempat tersebut,
 Tanya siapa saja yang sering BAB di tempat tersebut atau siapa yang hari ini telah BAB di
tempat tersebut.
 Jikadiantara masyarakat ada yang ikut transect walk ada yang biasa melakukan BAB di
tempat tersebut, tanyakan:
o Bagaimana perasaannya,
o Berapa lama kebiasaan itu berlangsung,
o Apakah besok akan melakukan hal yang sama?
 Jika diatara masyarakat yang ikut transect tidak ada satupun yang biasa melakukan BAB di
tempat tersebut, tanyakan pula bagaimana perasaannya melihat wilayah tersebut. Tanyakan hal
yang sama pada warga yang rumahnya berdekatan dengan tempat yang sering dipakai BAB tersebut.
 Jika ada anak kecil yang ikut dalam transect atau berada tidak jauh dengan tempat BAB
itu, tanyakan apakah mereka senang dengan keadaan itu? Jika anak – anak kecil menyatakan tidak
suka, ajak anak – anak itu untuk menghentikan kebiasaan itu, yang bisa dituangkan dalam nyanyian,
slogan, puisi, dan bentuk-bentuk kesenian (lokal) lainnya.

Catatan:
Jika masyarakat sudah terpicu tetapi belum total (yang mau berubah baru sebagian), natural leader
dan anggota masyarakat lainnya dapat melakukan kembali transect walk dengan membawa “peta”.
Transect walk ini dilakukan dengan mengunjungi rumah - rumah dan menanyakan kepada mereka
kapan mereka mau berubah seperti masyarakat lainnya yang sudah mulai berubah? Minta waktu
yang detil, misalnya tanggal berapa.Tandai rumah masing - masing dengan tanggal sesuai kesiapan
mereka.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 12


Alur Kontaminasi (OralFecal)

Tujuan
Mengajak masyarakat untuk melihat bagaimana kotoran manusia dapat dimakan oleh manusia yang
lainnya.

Alat yang digunakan:


 Gambar tinja dan gambar mulut,
 Potongan - potongan kertas,
 Spidol.

Proses
 Tanyakan kepada masyarakat apakah mereka yakin bahwa tinja bisa masuk ke dalam
mulut?
 Tanyakan bagaimana tinja bisa “dimakan oleh kita”? melalui apa saja? Mintamasyarakat
untuk menggambarkan atau menuliskan hal-hal yang menjadi perantara tinja sampai ke mulut.
 Analisa hasilnya bersama-sama dengan masyarakat dan kembangkan diskusi (misalnya
FGD untuk memicu rasa takut sakit).

Simulasi Air yang Telah Terkontaminasi

Simulasi dengan menggunakan air ini dapat dilakukan pada saat transect, saat pemetaan atau pada
saat diskusi kelompok lainnya/

Tujuan
Mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat terhadap air yang biasa mereka gunakan sehari-hari.

Alat yang digunakan


 Ember yang diisi air (air mentah/sungai atau air masak/minum),
 Polutan air (tinja).

Proses
 Dengan disaksikan oleh seluruh peserta, ambil 1 ember air sungai dan minta salah seorang
untuk menggunakan air tersebut untuk cuci muka, kumur - kumur, cuci pakaian dan lain-lain yang
biasa dilakukan warga di sungai,
 Bubuhkan sedikit tinja ke dalam ember yang sama, dan minta salah seorang peserta untuk
melakukan hal yang dilakukan sebelumnya.
 Tunggu reaksinya. Jika ia menolak melakukannya, tanyakan apa alasannya? Apa bedanya
dengan kebiasaan masyarakat yang sudah terjadi dalam kurun waktu tertentu? Apa yang akan
dilakukan masyarakat di kemudian hari?
Peragaam ini bisa ditambhakan dengan hal - hal lain seperti mencampur sedikit kotoran ke dalam
gelas dan minta mereka untuk meminumnya, meminta masyarakat untuk mencuci beras, sikat gigi
atau berwudlu dengan air sungai yang telah dicampur dengan kotoran,dll.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 12


Bila peragaan ini dilakukan pada saat transect ke wilayah sungai, untuk menunjukkan bahwa air telah
terkontaminasi tidak perlu memasukkan kotoran ke dalam air dalam ember, melainkan bisa langsung
mengambil air yang di sekitar air tersebut terdapat tinja.
Kegiatan - kegiatan pemicuan tersebut dilakukan dengan cara simulasi dan dilanjutkan dengan:

Diskusi Kelompok(FGD)

Tujuan
Bersama – sama dengan masyarakat melihat kondisi yang ada dan menganalisanya sehingga
diharapkan dengan sendirinya masyarakat dapat merumuskan apa yang sebaiknya dilakukan atau
tidak dilakukan.
Banyak hal yang harus dipicu yang dapat dilakukan melalui diskusi dengan masyarakat, diantaranya:

FGD untuk memicu rasa “malu” dan hal-hal yang bersifat “pibadi”

 Tanyakan seberapa banyak perempuan yang biasa melakukan BAB di tempat terbuka dan
alasan mengapa mereka melakukannya
 Bagaimana perasaan kaum perempuan ketika BAB di tempat terbuka yang tidak
terlindung dan kegiatan yang dilakukan dapat dilihat oleh setiap orang?
 Bagaimana perasaan laki – laki ketika istrinya, anaknya atau ibunya melakukan BAB di
tempat terbuka dan dapat dilihat oleh siapapun juga yang kebetulan melihatnya secara sengaja atau
tidak sengaja?
 Apa yang dilakukan perempuan ketika harus BAB (ditempat terbuka) padahal ia sedang
mendapatkan rutinitas bulanan. Apa yang dirasakan?
 Apa yang akandilakukan besok hari? Apakah tetap akan melakukan kebiasaan yang sama?

Catatan:
Dalam kebiasaan BAB di sembarang tempat, perempuan adalah pihak yang paling terbebani
(kehilangan privacy), jadi perempuan termasuk kelompok yang paling kompeten untuk dipicu.

FGD untuk memicu rasa “jijik” dan “takut sakit”


 Ajak masyarakat untuk menghitung kembali jumlah “tinja di kampungnya”, dan kemana
perginya sejumlah tinja tersebut,
 Jika dalam diagram alur terdapat pendapat masyarakat bahwa lalat adalah salah satu
media penghantar kotoran ke mulut, lakukan probing tentang lalat. Misalnya: jumlah dan anatomi
kaki lalat, bagaimana lalat hinggap di kotoran dan terbang kemana saja dengan membawa kotoran di
kaki-kakinya, bagaimana memastikan bahwa rumah- rumah dan makanan-makan di dalam kampong
itu dijamin bebas dari lalat, dsb.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 12


 Ajak untuk melihat kembali peta, dan kemudian tanyakan rumah mana saja yang pernah
terkena diare (2 - 3 tahun yang lalu), berapa biaya yang dikeluarkan untuk berobat, adakah anggota
keluarga (terutama anak kecil) yang meninggal karena diare, bagaimana perasaan bapak/ibu atau
anggota keluarga lainnya.
 Apa yang dilakukan kemudian?

FGD untuk memicu hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan

(Contohnya dalam komunitas yang beragama Islam)

 Bisadenganmengutiphadist ataupendapatpara alim ulama yang relevandengan


laranganataudampakburukdarimelakukanBAB sembarangan,sepertiyang
dilakukanolehsalahseorangfasilitatordiSumbawa,yangintinyakuranglebih:“bahwa
ada3kelompokyangkarenaperbuatannyatermasukorang-orangyangterkutuk,yaitu orang yang biasa
membuang air (besar) di air yang mengalir (sungai/kolam), di jalan dan di bawah pohon (tempat
berteduh)”,
 Bisa dengan mengajak untuk mengingat hokum berwudlu, yaitu untuk menghilangkan
“najis”.Tanyakanairapayangselamainidigunakanmasyarakatuntukwudlu?Apakah benar-benar bebas
dari najis?
 Apa yang akan dilakukan kemudian?

FGD Menyangkut Kemiskinan

FGD ini biasanya berlangsung ketika masyarakt sudah terpicu dan ingin berubah,namun terhambat
dengan tidak adanya uang untuk membangun jamban.
 Apabila masyarakat mengatakan bahwa membangun jamban itu perlu dana besar,
fasilitator bisa menanyakan apakah benar jamban itu mahal? Bagaimana dengan bentuk ini (berikan
alternatif yang paling sederhana).
 Apabila masyarakat tetap beralasan mereka cukup miskin untuk bisa membangun jamban
(meskipun dengan bentuk yang paling sederhana), fasilitator bisa mengambil perbandingan dengan
masyarakat yang “jauh lebih miskin” daripada masyarakat Indonesia, misalnya Bangladesh.
Bagaimana masyarakat miskin di Bangladesh berupaya untuk merubah kebiasaan BABdi sembarang
tempat.
 Apabila masyarakat masih mengharapkan bantuan, tanyakan kepada mereka: tanggung
jawab siapa masalahBAB ini? Apakah untuk BAB saja kita harusmenunggu diurus oleh pemerintah
dan pihak luar lainnya?

CATATAN PENTING SAAT PEMICUAN

Di setiap akhir fasilitasi (FGD) tanyakan kepada mereka

 “Bagaimana perasaan Ibu/Bapak terhadap kondisi ini?”

 “Apakah Bapak/Ibu ingin terus berapa dalam kondisi seperti ini?”

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 12


Fasilitator menyampaikan kesimpulan atas analisa yang telah dilakukan oleh masyarakat.
Jikamasyarakatmasihsenangdengankondisisanitasimereka,artinyatidakmauberubah dengan berbagai
macam alasan, fasilitator bisa menyampaikan:
Terima kasih telah memberikan kesempatan melakukan analisa tentang sanitasi di desa bapak/ibu,
silahkan bapak/ibu meneruskan kebiasaan ini, dan ibu/bapak adalah satu- satunya kelompok
masyarakat yang masih senang untuk membiarkan masyarakatnya saling mengkonsumsi kotoran.
Dengan senang hati kami akan menyampaikan hasil analisa Bapak/Ibu ini kepada bapak
Camat/Bupati,dst. Bahwa di wilayah kerja mereka masih terdapat masyarakat yang mau bertahan
dengan kondisi seperti ini.

4. Tindak lanjut oleh masyarakat


Jika masyarakat sudah terpicu dan kelihatan ingin berubah, maka saat itu juga susun rencana tindak
lanjut oleh masyarakat. Semangati masyarakat bahwa mereka dapat100% terbebas dari kebiasaan
BAB di sembarang tempat.

5. Monitoring
Lebih kepada “memberikan energi” bagi masyarakat yang sedang dalam masa perubahan di bidang
sanitasinya.

127
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM
ALAT/ELEMEN STOP BABS CTPS PAM - RT SAMPAH LIMBAH

Proses pemicuan akan dijelaskan pada tabel di bawah ini.


Pemicuan bisa dilakukan untuk semua pilar STBM.
d. Proses Pemicuan LimaPilarSTBM
Pemetaan ++ ++ ++
KEMUDIAN
FECAL ORAL YANG DIGUNAKAN SATU U NTUK SEMUA PADA TAHAP AWAL
128

Transect Walk ++ ++ ++
Oral fecal ( diagram F) ++ ++ ++ ++ ++

Hitung volumeTinja ++ -- -- -- --
Hitung volume sampah -- -- -- ++ --
Hitung Volume Limbah -- -- -- -- ++
Focus Group Discution ++ ++ ++ ++ ++
Simulasi/demo air + tinja ++ -- -- -- --

Simulasi /cuci tangan ++


ELEMEN PEMICUAN Rasa Jijik, Rasa Takut Sakit, Jijik, Takut sakit, Jijik, Gengsi, Takut sakit, Jijik, Takut sakit, Jijik, Kotor,
Malu,Takut Dosa/ rasa Agama, Gaya hidup, Ekonomis, Hemat, Dosa Najis,Bau, Banjir, Najis, Bau, Agama,
bersalah/takut masuk Rasa malu. terhadap keluarga,Air Kecelakaan, Dosa,Tokoh
neraka,Takut sakit, Hidup Pencemaran, Perda masyarakat/
Harga diri, Privasi, Rasa keteladanan
aman, Rasa gengsi, Nilai ekonomi Pecemaran lingkungan,
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM

Faktor ekonomi, Rasa Keindahan kumuh,


takut/ mistis, nyaman,Perselisihan.
Perumpamaan spt
hewan (kucing, anjing,
babi dll)
Hasil yang diharapkan ODF = 100 % 100 % masyarakat 100 % masyarakat 100 % masyarakat 100 % KK mengelola
masyarakat akses ke CTPS, dengan benar mengelola air (...) dan mengelola sampah limbah secara aman.
wc dan pada saat yang melakukan 5 kunci ditingkat keluarga/ Ada resapan atau
tepat keamanan pangan lingkungan Kawasan dialirkan.
Bebas Sampah.
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM LEMBAR PROSESUNTUK FASILITATORSTBM KOMPONEN 1 (STOPBABS)

NO KEGIATAN TUJUAN PROSES WAKTU

1. Perkenalan  Agar masyarakat dengan fasilitator 1. Fasilitator menyampaikan maksud 15 menit -


dan saling mengenal, dan tujuan.
penyampaian  Agar masyarakat mengetahui 2. Fasilator melakukan bina suasana/ice
tujuan. maksud kedatangan fasilitator. breaking yang sesuai dengan situasi
2. Pencairan  Agar masyarakat merasa senang 1. Ajak masyarakat melakukan perma- 15 menit Sesuai
suasana mengikuti acara pertemuan inan/game yang menimbulkan rasa lucu kebutuha
 Agar masyarakat tidak merasa dan membuat gembira. n
rendah diri terhadap fasilitator 2. Atau ajak masyarakat bernyanyi atau
3. Kesepakatan  Agar ada kesepakatn istilah tinja, 1. Tanyakankebiasaan masyarakat setiap 10 menit -
istilah tinja, BAB&Jamban antara masyarakat dengan bangun pagi.
BAB & fasilitator. 2. Gali intilah tinja, BAB&jamban
Jamban  Agar istilah tinja, BAB&Jamban yang yangdipakai sehari- hari masyarakat
setempat.
4. Pemetaan  Digunakan untuk alat P.R.A.
3. Sepakati istilah istilah tersebut yang
 Digunakan untuk mengetahui
akan dipakai selama pertemuan 25 menit Bahan
tempat-tempat masyarakat biasa BABS.
berlangsung. setempat
 Digunakan sebagai alat bantu
pemicuan
1. Minta beberapa sukarelawan untuk
5. Pemicuan
denganFGD:
a. Elemen Rasa  Menimbulkan rasa malu melakukan  Buat posisi masyarakat melingkar satu 15 menit -
Malu BABS. lapis.
 Menimbulkan keinginan kuat untuk  Tanyakepada peserta pertemuan :
129

merubah kebiasaan BABS-nya dengan siapa yang pagi ini tadi BABdi
NO KEGIATAN TUJUAN PROSES WAKTU
130

 Yangtunjuk tangan pisahkan/minta


maju satu langkah dari lingkaran
(dipisahkan dari lingkaran diharapkan
sudah muncul rasa malu)
 Gali Rasa Malu mereka dengan per-
tanyaan- pertanyaan yang ada kaitannya
dengan rasa malu.

b. Elemen Rasa  Menimbulkanrasajijikterhadaptinjay  Kalau belum ada yang terpicu dengan 15 menit Visualisas
Jijik angdibuang sembarangan. elemen rasa malu, lanjutkan dengan i tinja
 Menimbulkan keinginan kuat untuk elemen rasa jijik.
merubah kebiasaan BABS-nya dengan  Tanyakanberapa anggota keluarga
melaksanakan Stop BABS. dan berapa kali setiap hari BAB.
 Menimbulkan keinginan kuat untuk  Mintamerekamembuattumpukanbah
membangun & menggunakan jamban anmenyerupai tinja (yang sudah disiapkan)
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM

sebagai tempat BAB. sejumlah anggota keluarganya.


 Minta mereka untuk melihat
visualisasi tumpukan tinja dan tanyakan
perasaan mereka
c. Elemen Rasa  Menimbulkan rasa takutsakit  Kalau belum ada yang terpicu dengan 15 menit Diagram
Takut Sakit karena tahu bahwa tinja yang dibuang elemen rasa malu dan jijik lanjutkan F, Meta
sembarangan bisa termakan dan dengan elemen rasa takut sakit. plan
mengakibatkan sakit.  Simulasikan air minum yang tercemar &alat
 Menimbulkan keinginan kuat untuk tinja atau gali pengetahuan masyarakat tulis,
merubah kebiasaan BABS-nya dengan bagaimana tinja seseorang bisa masuk Flip Chart
melaksanakan Stop BABS. kemulut.
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM

NO KEGIATAN TUJUAN PROSES WAKTU

 Bila mereka menyatakan mau ber-


ubah, berikan
reward/pujian.
 Yangmenyatakan mau berubah itulah
d. Elemen Rasa  Menimbulkan rasa takutdosa  Kalau belum ada yang terpicu dengan 15 menit -
Takut Dosa karena tahu bahwa tinja yang dibuang elemen rasa malu, jijik danrasa takutsakit
sem-barangan bisa membuat najis alat lanjutkan dengan elemen rasa takutdosa.
ibadah atau orang lain yang mau  Tanyakanperasaan mereka kalau tau
beribadah. bahwa tinja merekabisa masuk mulut
 Menimbulkan rasa takutdosa orang lain dan menimbulkan sakit atau
karena tahu bahwa tinja yang dibuang  Tanyakanperasaan mereka kalau tau
sem-barangan bisa membuat orang lain bahwa tinja mereka bisa membuat ibadah
jatuh sakit. orang lain tidak diterimaTuhankarena alat
 Menimbulkan keinginan kuat untuk ibadah atau badannya tidak suci karena
merubah kebiasaan BABS-nya dengan terkenan najisnya ? atau
melaksanakan Stop BABS.  Tanyakanperasaan mereka kalau tau
 Menimbulkan keinginan kuat untuk bahwa tinja merekabisa masuk mulut

e. Elemen Rasa  Menimbulkan rasa jatuh harga diri  Kalau belum ada yang terpicu dengan 15 menit -
HargaDiri karena masih berperilaku BABS. elemen- elemen diatas lanjut-kan dengan
 Menumbuhkan kebanggaan karena elemen rasa harga diri.
telah mempunyai jamban dan telah  Tanyakanperasaan mereka kalau ada
melaksanakan Stop BABS. tamu yang sangat dihormatinya mau
 Menimbulkan keinginan kuat untuk numpang BABdan ternyata nggak punya
merubah kebiasaan BABS-nya dengan jamban atau
131
NO KEGIATAN TUJUAN PROSES WAKTU
132

 Bila ada yang menyatakan jatuh harga


diri/gengsi
tanyakan :Apakah mau seperti ini terus ?
 Bila mereka menyatakan mau ber-
ubah, berikan

f. Elemen lain.  Menimbulkan keinginan kuat untuk  Tanyakanperasaan mereka dengan


merubah kebiasaan BABS-nya dengan menggunakan elemen-elemen pemicu lain
melaksanakan Stop BABS. yang sesuai dengan situasi dan kondisi

5. Transect  Menimbulkan rasa malu/jijik/takut  TransectWalkadalah kegiatan 30 menit -


Walk sakit/takutdosa/ jatuh harga diri mengajak peserta pertemuan untuk
 Menimbulkan keinginan kuat untuk menelusuri desa/dusun/kampung untuk
merubah kebiasaan BABS-nya dengan melihat dimana masyarakat biasa
melaksanakan Stop BABS. melakukan BAB.
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM

 Menimbulkan keinginan kuat untuk  Transectbisa dilakukan sebelum


membangun & menggunakan jamban pemetaan, atau sesudah pemetaan dan
sebagai tempat BAB. tidak ada yang terpicu (setelah ada

6. Kesepakatan  Membangun komitmen dari  Minta kepada masyarakat yang 30 menit Flip Chart
masyara-kat yang mau berubah: kapan terpicu untuk menuliskan komitmen/ &alat
akan merealisasikan keinginannya kesanggupan mereka untuk mulai tulis
untuk berubah. membangun jamban
 Membuat kesepakatan keberadaan  Minta kepada masyarakat yang
7. RTL  Memfasilitasi masyarakat yang  Minta kepada Komite untuk membu- 30 menit Flip Chart
terpicu untuk membuat at Rencana TindakLanjut dalam rangka &alat
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM LEMBAR PROSESUNTUK FASILITATORSTBM(CTPS)

NO KEGIATAN TUJUAN PROSES WAKTU

1. Perkenalan Salingmengenal (antar masyarakat 1. Fasilitator menyampaikan maksud 15 menit


dengan fasilitator), Masyarakat/ Peserta dan tujuan.
pertemuan merasa senang, tanpa beban 2. Fasilator melakukan bina
mengikuti orientasi.Maksud dan tujuan suasana/ice breaking
2 Alur Penyakit Untuk mengetahui penyebab penyakit, 1. Fasilitator menanyakan beberapa oKertas
cara penularan, pencegahan. penyakit yang sering muncul. meta plan
2. Masyarakat diminta menuliskan Spidol
di kertas meta plan. Stikycloth
3. Pilih salah satu penyakit yang
berkaitan dengan sanitasi (contoh diare)
4. Buat alur penyakit tersebut
3 Demo cuci Memberi penjelasan pentingnya cuci 1. Minta kesediaan dua Aqua
tangan pakai tangan pakai sabun orang(siAdan B) dari masyarakat botol Lem
sabun 2. SiApraktik ctpsyang benar dari
3. Si Bpraktik ctpsyang tidak benar tepung
4. Fsilitator meminta masyarakat kanji
133
LEMBAR PROSESUNTUK FASILITATORSTBM(PAM RT/AIR)
134

NO KEGIATAN TUJUAN PROSES


WAKTU BAHAN (DURASI) ALAT
1. Perkenalan Salingmengenal 1. Fasilitator menyampaikan maksud dan tujuan 15 menit
(antar masyarakat Note: Sampaikan akan belajar mengenai upaya warga disini dalam
dengan menyediakan air minum di rumah tangga Karena mau belajar maka
fasilitator), kami sekelompok tidak membawa bantuan
Masyarakat/ 2. Perkenalan dimulai dari lead fasilitator dilanjutkan anggota
Peserta kelompok. Cukup sebutkan nama dan kota asal (jangan sebutkan
pertemuan asalinstansi karena akan membangun gap anatar fasilitator dengan
Pemetaan Fokus disamping wc/sumber air: 15 menit
Pemetaan rumah, tempat buang air besar, metode mendapatkan air
minum di RT(gali mulai dari pengolahan, wadah penyimpanannya

Transect Diagram 5 Fdimainkan oleh masyarakat 15 menit


Masyarakat diajak untuk menyusuri lokasi tempat BAB(upayakan
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM

cari yang masih ditempat terbuka/sembarangan)

Alur Peserta menyusun alur kontaminasi Peserta membuat blocking 20 menit


kontaminasi kontaminasi Peserta menyajikan dan menyimpulkan

FGD Gali informasi mengenai upaya penyediaaan air minum di rumah


masing-masing peserta (pengolahan, penyimpanan dan perilaku
penanganannya) --- grand tour
Tandai/ingatbeberapa peserta yang belum melakukan upaya
pengelolaan air minum dan gali menuju 3 komponen PAMRT-- mini
Kesepakatan Dilakukan penyediaan air minum di rumah tangga masing-masing
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM

NO KEGIATAN TUJUAN PROSES


WAKTU BAHAN (DURASI) ALAT
RTL Memperbaiki cara pengelolaan air minum di rumah tangga masing-
masing
HASIL Perubahan sikap pengetahuan perilaku dalam pengelolaan air
minum RT.
Totalsafe drinking water.
135
LEMBAR PROSESUNTUK FASILITATORSTBM(PAMRT/PENGELOLAANMAKANAN DI RUMAHTANGGA)
136

NO KEGIATAN TUJUAN PROSES WAKTU

1. Perkenalan Salingmengenal (antar 1. Fasilitator menyampaikan maksud dan tujuan. 15 menit


masyarakat dengan 2. Fasilator melakukan bina suasana/ice breaking yang
fasilitator), Masyarakat/ sesuai dengan situasi kondisi.
Peserta pertemuan merasa
Pemetaan.  Dimana Sumber airnya 30 menit
 Dimana keluargaBAB
 Dimana keluarga membuang sampah
 Dimana keluarga membuang limbahnya?
Pemutaran Fasilitator Memutar film tentang ”makanan yang 5 menit Media
Film dihinggapi lalat” audiovisu
Diagarma F Peserta diminta untuk membuat alur kontaminasi 5 menit Gambar
makanan dengan gambar- gambar diagaram lima F. Alur
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM

FGD TakutSakit,Rosa Jijik 20 menit Poster


• Fasilitator melakukan simulasi dengan menawarkan
makanan yang diwadahi pada tempat yang kotor
• Fasilitator melakukan simulasi mencuci buah yang
langsung dimakan menggunakan air yang kotor
• Fasilitator menanyakan Bagaimana keluarga
melakukan Cara Pengelolaan MakananYangBaik di
Rumahnyaal :
 Menjaga Kebersihan
- CTPSsebelummengolah pangan dan sesering
mungkin
- CTPSdari toilet
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM

NO KEGIATAN TUJUAN PROSES WAKTU

 Masaklah dengan benar


- Masaka pangan (daging, telur, ikan, unggas, dan
pangan hasil laut)
- Rebus pangan seperti sup sampai mendidih, kalau
daging usahakan airnya bening tidak merah muda)
- Memasakan kembali pangan ( sisa) dengan benar.
 Jagalah Pangan Pada SuhuYangAman
- Jangan membiarkan pangan matang pada suhu
kamar lebih dari dua jam
- Simpan semua pangan yang cepat rusak dalam
lemari es
- Sajikan makanan dengan suhu yang hangat
Kesepakata - Fasilitator memfasilitasi peserta untuk membuat 10 menit Kertas
n kesepakatan bahwa seluruh komunitas di desa tsbakan flano
menerapkanCPMB (Cara Pengelolaan MakananYangBaik ) spidol

RTL - Buat RTLdengan masyarakat sbb : 10 menit Kertas


- kapan komunitas akan meimulai mengelola makanan flano
makanan dengan CPMB yaitumenerapkan 5 kuncikemanan spidol

Merubah perilaku masyarakat untuk menjaga kebersihan


makanan &minuman(Total Food Safety)
137
LEMBAR PROSESUNTUK FASILITATORSTBM( LIMBAH)
138

NO KEGIATAN TUJUAN PROSES WAKTU

1. Perkenalan • Salingmengenal 1. Fasilitator memperkenalkan diri dan mencoba mengenal 5 menit


( antar masyarakat beberapa anggota masyarakat yang hadir
dengan fasilitator), 2. Fasilitator menyampaikan maksud dan tujuan.

2 Bina Masyarakat/peserta Fasilitator melakukan bina suasana/ice breaking yang sesuai 10 menit
suasana merasa senang, tanpa dengan situasi kondisi

3 Identifikasi Mengajak masyarakat • Fasilitator menyampaikan pertanyaan apa saja yang 25 menit • Kertas
limbah mengenali menjadi air limbah di rumah? flipchart
cair rumah permasalahan • Ketikamasyarakattelahmenyampaikanwujudlimbahcairyan • Spidol
tangga, pengelolaan limbah gdihasilkan,fasilitator menuliskan pada kertas metaplan dan • Kertas
Pemetaaan cairnya sendiri menempelkan pada kain tempel. metaplan
Hitung • Fasilitator meminta peserta membagi kelompok sesuai
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM

Volume dengan wujud limbah yang disampaikan, kemudian diminta

3 Pemicuan:
A Alur Mengajak masyarakat • Tanyakan 10 menit • Gamba
kontaminas untuk melihat kepadamasyarakatapakahmerekayakinbahwatinjabisamasukk r tinja dan
i bagaimana kotoran e dalam mulut? gambar
manusia dapat dimakan • Tanyakan bagaimanalimbahcairmasukketubuhkita? mulut
oleh manusia yang melaluiapasaja?Minta masyarakat untuk menggambarkan hal • Potong
lainnya – hal yang menjadi perantara limbah cair sampai ke mulut. an kertas
• Analisis hasilnya bersama–sama dengan masyarakat dan • Spidol
kembangkan diskusi (misalnya FGD)
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM

NO KEGIATAN TUJUAN PROSES WAKTU

C FGD Bersama dengan • Ajaksemuapesertauntukberjalan- 20 menit


masyarakat, jalanmengelilingikampungmereka. Tujuan perjalanan adalah
mendiskusikan kondisi lokasi-lokasi dimana masyarakat membuang limbah cair tidak
yang ada dan pada tempatnya
menganalisisnya, • Jika menemukan lokasi pembuangan limbah cair, ajukan
Penelusura • Untuk melihat dan • Fasilitator bertanya:Apakah bapak/ibu mau terus dalam 5 menit
n Wilayah mengetahui tempat kondisi seperti ini?
yang paling • Apa yang akan dilakukan?
seringdijadikan tempat • Apakah kita sepakat untuk melakukan tindakan tersebut?
buang limbah cair.
• Dengan mengajak
masyarakat berjalan
ke sana dan berdiskusi di

Kesepakata • Fasilitator mengajak masyarakat untuk menuliskan 5 menit • kertas


n rencananya dalam rangka mewujudkan kesepakatan flipchart

RTL • Fasilitator mengajak masyarakat untuk menuliskan 5 menit • kertas


rencananya dalam rangka mewujudkan kesepakatan flipchart
• spidol
139
LEMBAR PROSESUNTUK FASILITATOR
STBM KOMPONEN 4 ( PENGELOLAANSAMPAH RUMAH TANGGA)
140

NO KEGIATAN TUJUAN PROSES WAKTU

1. Perkenalan  Agar masyarakat dengan 1. Fasilitator menyampaikan maksud dan tujuan. 15 menit -
dan fasilitator saling mengenal, 2. Fasilator melakukan bina suasana/ice breaking
penyampaia  Agarmasyarakatmengetahu yang sesuai dengan situasi kondisi.
n tujuan. imaksud kedatangan fasilitator.
 Agar masyarakat
2. Pencairan  Agar masyarakat merasa 1. Ajak masyarakat melakukan perma-inan/game 15 menit Sesuai
suasana senang mengikuti acara yang menimbulkan rasa lucu dan membuat gembira. kebutuha
pertemuan 2. Atau ajak masyarakat bernyanyi atau membuat n
 Agar masyarakat tidak joke/lelucon.
3. Pemetaan  Digunakan untuk alat P.R.A. 1. Minta bbrp sukarelawan untuk meng- 25 menit Bahan
 Digunakan untuk gambarkan batas desa/ dusun/RW. setempat
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM

mengetahui tempat- tempat 2. Minta sukarelawan menggambarkan tempat-


masy. biasa Buang Sampah. tempat yang mungkin dipakai sebagai tempat buang
 Digunakan sbg alat bantu sampah.
4. Pemicuan
denganFGD:
a. Elemen  Menimbulkan rasa malu  Buat posisi masyarakat melingkar satu lapis. 15 menit -
Rasa Malu melakukan buang sampah  Tanyakepada peserta pertemuan : siapa yang
sembarangan pagi ini tadi buang sampah di sungai/sawah/kebun
 Menimbulkan keinginan dll ? Minta untuk tunjuk tangan.
kuat untuk merubah kebiasaan  Yangtunjuk tangan pisahkan/minta maju satu
buang sampah sembarangan. langkah dari lingkaran (dipisahkan dari lingkaran
 Menimbulkan keinginan diharap-kan sudah muncul rasa malu)
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM

NO KEGIATAN TUJUAN PROSES WAKTU

 Bila mereka menyatakan mau ber-ubah,


berikan reward/pujian.
b. Elemen  Menimbulkan rasa jijik  Kalau belum ada yang terpicu dengan elemen 15 menit Visualisasi
Rasa Jijik terhadap sam- pah yang dibuang rasa malu, lanjutkan dengan elemen rasa jijik. sampah
sembarangan.  Tanyakanberapa anggota keluarga dan berapa
 Menimbulkan keinginan kali setiap hari membuang sampah
kuat untuk merubah kebiasaan  Minta mereka membuat tumpukan bahan
buang sampah sembarangan. menyerupai sampah (yang sudah disiapkan)
 Menimbulkan keinginan sejumlah berapa kali keluarga mereka buang
kuat untuk mengelola sampah sampah.
yang memenuhi syarat  Minta mereka untuk melihat visuali-sasi
kesehatan. sampah berserakan dan tanyakan perasaan mereka
c. Elemen  Menimbulkan rasa  Kalau belum ada yang terpicu dengan elemen 15 menit Diagram
Rasa takutsakit karena tahu bahwa rasa malu dan jijik lanjutkan dengan elemen rasa F, Meta
TakutSakit sampah yang dibuang takutsakit. plan
sembarangan bisa termakan dan  Simulasikan air minum yang terce-mar kotoran &alat
mengakibatkan sakit. dari sampah atau gali pengetahuan masyarakat tulis, Flip
 Menimbulkan keinginan bagaima-na kotoran disampah seseorang bisa masuk Chart
kuat untuk merubah kebiasaan kemulut.
buang sampah sembarangan.  Tanyakanperasaan mereka setelah melihat
 Menimbulkan keinginan peragaan kotoran disampah bisa masuk mulut.
kuat untuk mengelola sampah  Bila ada yang menyatakan jijik atau
yang memenuhi syarat takutsakittanyakan :Apakah mau seperti ini terus ?
kesehatan.  Bila mereka menyatakan mau berubah,
berikan reward/pujian.
141

 Yangmenyatakan mau berubah itulah


WAKTU
142

NO KEGIATAN TUJUAN PROSES

d. Elemen  Menimbulkan rasa  Kalau belum ada yang terpicu dengan elemen 15 menit Visualisasi
Rasa takutdosa karena tahu bahwa rasa malu,jijik dan rasa takutsakit lanjutkan dengan sampah
TakutDosa sampah yang dibuang elemen rasa takutdosa.
sembarangan bisa membuat najis  Tanyakanperasaan mereka kalau tau bahwa
alat ibadah atau orang lain yang sampah yang mereka buang bibit penyakit yang
mau beribadah. dibawanya bisa masuk mulut orang lain dan
 Menimbulkan rasa menimbulkan sakit atau
takutdosa karena tahu bahwa  Tanyakanperasaan mereka kalau tau bahwa
sampah yang dibuang sampah yang mereka buang (misalnya ke sungai)bisa
sembarangan bisa membuat membuat ibadah orang lain tidak
orang lain jatuh sakit. diterimaTuhankarena alat ibadah atau badannya
 Menimbulkan keinginan tidak suci karena terkenan najis dari sampah ? atau
e. Elemen  Menimbulkan rasa jatuh  Kalau belum ada yang terpicu dengan elemen- 15 menit -
Rasa Harga harga diri karena masih elemen diatas lanjut-kan dengan elemen rasa harga
Diri berperilaku buang sampah diri.
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM

sembarangan.  Tanyakanperasaan mereka kalau ada tamu


 Menumbuhkan kebanggaan yang sangat dihormatinya tau disekitar rumahnya
karena telah mengelola sampah banyak sampah berserakan. atau
dengan baik sehingga tidak  Tanyakanperasaan mereka kalau tau bahwa
menimbulkan efek negatif banyak orang yang lebih miskin darinya sudah mau
bahkan mendapatkan berubah atau sudah mengelola sampahnya dengan
f. Elemen  Menimbulkan keinginan  Tanyakanapakah masyarakat tau bahwa ada 15 menit Barang
Nilai kuat untuk merubah kebiasaan kegiatan hasil
Tambah buang sampah sembarangan. pengelolaan sampah yang bisa mendatangkan Reuse &
dari  Menimbulkan keinginan keuntungan secara ekonomi ? Recycle
sampah kuat untuk mengelola sampah  Tanyakanapakah ada yang sudah kenal dengan
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM

NO KEGIATAN TUJUAN PROSES WAKTU

g. Elemen lain.  Menimbulkan keinginan  Tanyakanperasaan mereka dengan -


kuat untuk merubah kebiasaan menggunakan elemen-elemen pemicu lain yang
buang sampah sembarangan. sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
 Menimbulkan keinginan
kuat untuk mengelola sampah
5. Transect  Menimbulkan rasa  TransectWalkadalah kegiatan mengajak peserta 30 menit -
Walk malu/jijik/takut sakit/ pertemuan untuk menelusuri desa/dusun/kampung
takutdosa/jatuh harga diri untuk melihat dimana masyarakat biasa melakukan
 Menimbulkan keinginan buang sampah sembarangan.
kuat untuk merubah kebiasaan  Transectbisa dilakukan sebelum pemetaan,
buang sampah sembarangan. atau sesudah pemetaan dan tidak ada yang terpicu
 Menimbulkan keinginan (setelah ada pemicuan) atau tidak usah dila-kukan
6. Kesepakata  Membangun komitmen dari  Minta kepada masyarakat yang terpicu untuk 30 menit Flip Chart
n masyara- katyang mau berubah : menuliskan komitmen/ kesanggupan mereka untuk &alat tulis
kapan akan merealisasikan mulai melaksanakan 3 R dan membentuk PSRT-BM
keinginannyauntuk berubah.  Minta kepada masyarakat yang terpicu : kapan
 Membuat kesepakatan hasil karya mereka bisa dilihat oleh ..........?
keberadaan Komite Masyarakat  Fasilitasi masyarakat yang terpicu dalam
yang akan mempelopori menyusun Struktur Organisasi PSRT-BM
7. RTL  Memfasilitasi masyarakat  Minta kepada Komite PSRT-BMuntuk membuat 30 menit Flip Chart
yang terpicu untuk membuat RencanaTindak Lanjut dalam rangka untuk &alat tulis
RencanaTindak merealisasikan komitmen mereka untuk
Lanjut untuk merealisasikan mewujudkan Kawasan Bebas Sampah (KBS).
Komitmen mereka membentuk
PSRT-BM.
143
LEMBAR PROSESUNTUK FASILITATOR STBM,(KOMPONEN 5 LIMBAH)
144

NO KEGIATAN TUJUAN PROSES WAKTU

1. Perkenalan • Salingmengenal ( antar 3. Fasilitator memperkenalkan diri dan mencoba 5 menit


masyarakat dengan fasilitator), mengenal beberapa anggota masyarakat yang hadir
• Maksud dan tujuan diketahui 4. Fasilitator menyampaikan maksud dan tujuan.
2 Bina Masyarakat/peserta merasa Fasilitator melakukan bina suasana/ice breaking 10 menit
suasana senang, tanpa beban dalam yang sesuai dengan situasi kondisi
2 Identifikasi Mengajak masyarakat mengenali • Fasilitator menyampaikan pertanyaan apa saja 25 menit • Kertas
limbah cair permasalahan pengelolaan yang menjadi air limbah di rumah? flipchart
rumah limbah cairnya sendiri • Ketika masyarakat telah menyampaikan wujud • Spidol
tangga, limbah cair yang dihasilkan, fasilitator menuliskan • Kertas
Pemetaaan pada kertas metaplan dan menempelkan pada metaplan
Hitung sticky cloth
Volume • Fasilitator meminta peserta membagi
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM

limbah cair kelompok sesuai dengan wujud limbah yang


disampaikan, kemudian diminta untuk
menggambarkan bagaimana air limbah itu
3 Pemicuan:
a Alur Mengajak masyarakat untuk • Tanyakan kepadamasyarakat apakahmereka 10 menit • Gambar
kontaminasi melihat bagaimana kotoran yakin bahwatinja bisa masuk ke dalam mulut? tinja dan
manusia dapat dimakan oleh • Tanyakanbagaimanalimbahcairmasukketubuhki gambar
manusia yang lainnya ta?melalui apa saja? Minta masyarakat untuk mulut
menggambarkan hal – halProses
Tabel9:Lembar yang menjadi perantara
Pemicuan STBM • Potonga
e. Komposisitim pemicu

KomposisitimpemicuyangbiasanyadigunakandalammemfasilitasiSTBMdikomunitas,sebag
ai berikut:

Leadfacilitator: fasilitator utama, yang menjadi motor utama proses fasilitasi, biasanya 1
orang

Co–facilitator :membantufasilitatorutamadalammemfasilitasiprosessesuaidengan
kesepakatan awal atau tergantung pada perkembangan situasi

Content recorder:perekamproses,bertugasmencatatprosesdanhasiluntukkepentingan
dokumentasi/pelaporan program

Processfacilitator :penjagaalurprosesfasilitasi,bertugasmengontrolagarprosessesuaialur
dan waktu, dengan cara mengingatkan fasilitator (dengan kode-kode yang disepakati)
bilamana ada hal-hal yang perlu dikoreksi.

Environment Setter:penatasuasana,menjagasuasana‘serius’prosesfasilitasi,misalnya
dengan: mengajak anak-anak bermain agar tidak mengganggu proses (sekaligus juga bisa
mengajakmerekaterlibatdalamkampanyeSTBM, misalnyadengan:menyanyibersama,
meneriakkanslogan,dsb.), mengajakberdiskusiterpisahpartisipanyangmendominasiatau
mengganggu proses, dsb.

C. POKOKBAHASAN 3:PASKAPEMICUAN

a. MembangunUlangKomitmen

Membangun ulang komitmen masyarakat ini dimaksudkan untuk meningkatnya motivasi


masyarakat untuk melaksanakan rencana kegiatan yang mereka susun pada saat
memberikan
komitmenmerekadikegiatanpemicuansebelumnya.Hasilakhirdaritahapiniadalahdisepakati
nya komitmen semua pihak untuk keberhasilan pencapaian rencana kegiatan
masyarakat.

Membangun komitmen ini diawali dengan mempersilahkan kepada wakil masyarakat


untuk
mempresentasikankondisisanitasidikomunitasnyadanrencanamerekakedepan.Selanjutny
akita melakukanpenegasan-
penegasanuntukmeningkatkanmotivasimasyarakat,misalnya:mengajak
pesertamemberitepuktangan,menegaskantentangtanggalbebasdariBABterbukauntukseti
ap komunitas, menunjukkan para natural leader yang akan memotori gerakan

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 14


masyarakat, dll.

Pada akhir kegiatan berikanlah penegasan-penegasan untuk membangun komitmen


bersama semua pihak dalam upaya pencapaian bebas dari BABterbuka di tingkat yang
lebih luas.

Hasil komitmen yang telah disepakati bersama dengan masyarakat, diserahkan oleh
perwakilan kelompok masyarkat kepada pejabat yang berwenang di daerah untuk
dilakukan tindak lanjut
sesuaidenganrencana.Diharapkanpemerintahdaerahdapatmenindaklanjutisesuaiprosesya
ng telah terjadi dan dapat menghasilkan keluaran yang diharapkan oleh masyarakat.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 14


b. Pilihan Teknologi Sanitasi Untuk 5 Pilar STBM

PencapaianDesa/KelurahanSTBM dengankondisisanitasitotalyangmencakup5pilarSTBM
akan diikuti dengan pencapaian akses sarana dan prasarana sanitasi di masyarakat.
Pencapaian
saranasanitasiiniakanadadimasyarakatmulaiteknologiyangpalingsederhanahinggateknolo
gi
yangcanggihdanterkeloladenganbaik.Pilihanteknologisanitasiuntuk5pilarSTBMiniberprinsi
p harus sesuai dengan standar kesehatan, mudah dan terjangkau oleh masyarakat.

Dalampemilihanopsiteknologiyangada,masyarakatharusmemahamitanggasanitasi.
Tangga sanitasi ini akan membantu masyarakat untuk mempraktikkan kebiasan pola
hidup bersih dan sehat, dengan bantuan alat yang sederhana hingga alat yang lebih
canggih dan permanen.
Sebagaicontoh,untukpilar1,masyarakatnaikdarikebiasaanawalyangmasihBABsembaranga
n hinggamencapaikondisiberperilakuhigienisdansaniterdenganBAB
dijambanyangsehatdan permanen.Untukpilar2,
masyarakatberubahperilakunyadaritidakmencucitanganhingga
mencucitanganpakaiairdansabun,dannaiklagimisalnyadenganmelakukannya diwastafel
yang permanen. Begitupun dengan pilar-pilar lainnya, yang menunjukkan adanya
perubahan dan peningkatan perilaku menjadi lebih baik.

c. TanggaSanitasiUntuk 5 PilarSTBM

Sanitation Ladder atau tangga sanitasi merupakan tahap perkembangan sarana sanitasi
yang digunakan masyarakat, dari sarana yang sangat sederhana sampai sarana sanitasi
yang sangat layak dilihat dari aspek kesehatan, keamanan dan kenyamanan bagi
penggunanya.

DalamSTBM,masyarakattidakdimintaataudisuruhuntukmembuatsaranasanitasitetapihany
a
mengubahperilakusanitasimereka.Namunpadatahapselanjutnyaketikamasyarakatsudahm
au merubah kebiasaan BABnya, sarana sanitasi menjadi suatu hal yang tidak terpisahkan.

Seringkali pemikiran masyarakat akan sarana sanitasi adalah sebuah bangunan yang
kokoh, permanen, dan membutuhkan biaya yang besar untuk membuatnya. Pemikiran ini
sedikit banyak menghambat animo masyarakat untuk membangun sarana sanitasi,
seperti jamban, karena alasan ekonomi dan lainnya sehingga kebiasaan masyarakat
untuk buang air besar pada tempat yang tidak seharusnya tetap berlanjut.

Padaprinsipnyasebuahjambanyangsaniterdanlayakterbagimenjaditigakelompokberdasark
an letak konstruksi dan kegunaannya. Pertama adalah bangunan bawah tanah yang

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 14


berfungsi sebagai tempat pembuangan tinja. Fungsi bangunan bawah tanah adalah untuk
melokalisir tinja
danmengubahnyamenjadilumpurstabil.Keduaadalahbangunandipermukaantanah(landas
an). Bangunan di permukaan ini erat kaitannya dengan keamanan saat orang tersebut
membuang
hajat.Terminologiamandisinidapatdiartikanamandariterperosokkepadalubangkotoran,am
an saat membuang hajat (malam hari/saat hujan/ aman digunakan oleh orang jompo).
Ketiga adalah
bangunandinding.Bangunanataudindingpenghalangeratkaitannyadenganfaktorkenyaman
an, psikologis dan estetika.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 14


Definisi jamban sehat (improved latrine) mengacu kepada definisi dalam Joint Monitoring
Program (JMP), dengan batasan sebagai berikut:

Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang memenuhi syarat :

 Tidakmengkontaminasi badan air.


 Menjaga agar tidak kontak antara manusia dan tinja.
 Membuang tinja manusia yang aman sehingga tidak dihinggapi lalat atau
serangga vektor lainnya termasuk binatang.
 Menjaga buangan tidak menimbulkan bau.
 Konstruksi dudukan jamban dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna.

d. Tangga Perubahan Perilaku Pilar-Pilar STBM

KondisiperilakumasyarakatyangmenjadisasaranintervesipelaksanaanSTBMtentunyaberbe
da satu dengan yang lainnya. Sasaran perubahan perilaku dalam STBMada 5 pilar perilaku
yaitu :
• Menghentikan kebiasaan BAB sembarangan,
• Membiasakan cucitangan pakai sabun dengan air yang mengalir,
• Mengelola air minum dan makanan secara aman,
• Mengelola sampah rumah tangga secara aman,
• Mengelola air limbah cair denga aman.

Pencapaianmasyarakatpadastatus sanitasitotaladalah“padakondisimasyarakatyangtelah
mencapai5pillarSTBM. Status sanitasitotaltentunyatidakdicapaisekaligus,tapimemerlukan
tahapanproses.TanggaperubahanperilakuSTBM berikutdapatmenggambarkanproses
pencapaiantahapanstatus
untukmencapaisuatukomunitasmasyarakatyangtelahbersanitasi total.

e. Desa/Kelurahan mencapai status ODF/Stop BABS

Parameter desa/kelurahan dikatakan telah mencapai statusODF/SBSadalah

• SemuamasyarakatBAB
hanyadijambanyangsehatdanbuangtinja/kotoranbayihanyake jamban yang sehat
( termasuk di sekolah),
• Tidakterlihat tinja/kotoran manusia di lingkungan sekitar,
• Adapenerapansangsi,peraturanupayalainolehmasyarakatuntukmencegahkejadiaan
BABdi sembarang tempat,
• Adamekanismepemantauanumumyangdibuatolehmasyarakatuntukmencapai100%K

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 14


K mempunyai jamban sehat,
• Ada upaya strategi yang jelas untuk mencapai SanitasiTotal.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 15


f. Desa/kelurahan Mencapai Status Sanitasi Total
Indikator untuk mencapai SanitasiTotalsebagai berikut :

No. Pilar STBM Indikator KeberhasilanIndikator Keberhasilan terkait


Indikator terkait dengan perilaku dengan akses
1 Stop Buang Air Jumlah dan • Jumlah dan persentase 100%
Besar persentase rumah tangga menggunakan
Sembarangan penduduk tidak jamban sehat
buang air besar • Jumlah desa/kelurahan di
sembarangan kabupaten /kotayang
mencapai Stop BABS/ODF,
2 CuciTangan Setiap anggota • Jumlah dan persentase 100%
Pakai Sabun keluarga cuci tangan rumah tangga memiliki dan
pakai sabun pada menggunakan saran untuk
waktu kritis melakukan CTPS
• Setiap institusi pendidikan

3 PengelolaanAir Jumlah dan


• • Jumlah dan persentase 100%
Minum/ persentase rumah rumah tangga yang
Makanan yang tangga yang mempunyai sarana untuk
aman ( melakukan melakukan pengeloaan air
PAMMRT) pengelolaan aitr minum dengan aman,
dengan aman • Jumlah dan persentase
• Jumlah dan rumah tangga yang memiliki
persentase rumah sarana untuk melakukan
tangga yang pengeloaan makanan dengan
melakukan aman
4 Pengelolaan Setiap rumah Setiap rumah tangga dapat 100%
Sampah Rumah tangga melakukan melakukan akses terhadap
Tangga pengelolaan sarana pengelolaan sampah
5 Pengelolaan Jumlah dan Jumlah dan prosentase 100%
limba cair rimah prosentase rumah rumah tangga yang
tangga tangga yang mempunyai saran pengelolaa
mengelola limbah
Tabel7: IndikatorSanitasiTotal limbah cair yang aman

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 15


OpsiTeknologiuntuk5 PilarSTBM

a. Jamban Sehat
UntukpilarISTBM:StopBuangAirBesarSembarangan,jenisprodukSTBMyangbisaditawarkan
ke masyarakat adalah jamban sehat.
Jamban sehat memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Tidakmencemari air (badan air, air tanah),
2. Tidakmencemari tanah permukaan (air resapan),
3. Bebas dari serangga,
4. Tidakmenimbulkan bau dan nyaman digunakan,
5. Aman digunakan oleh pemakainya,
6. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi pemakainya,
7. Tidakmenimbulkan pandangan yang kurang sopan.

Berikut deskripsi singkat terkait dengan kriteria diatas:

1. Jamban individual yang tidak mencemari badan air dan air tanah memiliki lobang
septiktank yang dipadatkan dengan plester atau di cor semen dan pasir.

Gambar 6: Jamban Individual

2. Jamban komunal atau jamban individu di daerah padat permukiman, agar tidak
mencemari badan air dan air tanah haruslah memiliki dinding septiktank komunal yang
kedap air atau memiliki Instalasi PengolahanAir Limbah (IPAL)Komunal.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 15


Gambar 7: Jamban Komunal

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 15


3. Jambanyangbebasdariseranggamemilikilobangjambanyangtertutupatauberupajamb
an leherangsa.Lobangjambanyangterbukaakanmemudahkanlalatmasukkelobangtersebut,
sebagai contoh “jamban cubluk” haruslah dibuatkan tutup dari kayu atau benda lain agar
serangga atau lalat tidak dapat menembusnya.

Gambar 8: Jenis Jamban


4. Agarjambantidakmenimbulkanbaudannyamandigunakan,untukjambancemplunghar
us dibuatkantutupdarikayuataubendalainsehinggabautidakkemana-
mana.Septiktankharus
dibuatkanlobangbuanganatauventilasiudarakeatasminimal2meteruntukmembuangbau.
Namun,akanlebihbaikjikamenggunakanklosetleherangsakarenapadapermukaanselalu
tertutuprapatolehair.Ruangjambanharusbersihdarigenanganairdantidaklicin.Untukitu
perlu dibersihkan secara rutin.

Gambar 9: SeptikTankdenganVentilasi
5. Jambanyangamandigunakansebaiknyamemilikiseptiktankpadatanahyangtidakmudah

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 15


longsor, jambannya aman dari hujan dan panas.

Gambar 10: Jamban Permanen Gambar 11: Desain LantaiKamar Mandi

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 15


Jamban hendaknya mudah dibersihkan, dimana lantai kamar mandi berada pada posisi
miring 1 derajat mengarah ke saluran pembuangan air supaya kamar mandi selalu bersih
dan kering. Disana juga dilarang membuang sampah, seperti plastik, puntung rokok atau
benda lainnya karena bisa menghambat saluran pembuangan.
6. Tidakmenimbulkanpandanganyangkurangsopansehinggajambansebaiknyamemiliki
dinding yang lebih tinggi dari manusia dan memiliki pintu. Sebaiknya jamban
7. juga memiliki atap agar penggunanya aman dari hujan dan panas.

11.
12.
13.

Gambar 12: Jamban yangAman

b. Sarana CuciTanganPakai Sabun

Kriteria sarana cuci yangan yang memenuhi syarat kesehatan adalah:

1. Adanya air bersih yang dapat dialirkan,


2. Adanya sabun, dan
3. Adanya penampungan atau saluran air limbah yang aman.

Saranacucitangantidakperluterdiridari kerandanwastafel yangmewahataumahal.Sarana


CTPSyangsederhanadanyangtepatgunayaitudibuatdaribahan/materialyangdapatdiperole
h denganmudah,misalnya:dapatdibuatdariruasbambu,tempat-
tempatbekassepertibotolplastik besar, jerigen, gentong, kaleng besar dan lain
sebagainya, yang dibolongi sehingga air dapat mengalir dan ditutup kembali.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 15


Contoh-contoh sarana CTPSyang memenuhi persyaratan minimum adalah antara lain:

Kiri dan bawah: penyimpanan air menggunakan


potongan paralon sisa dilengkapi dengan penutup
dibagian bawah. Paralon dilubangi dan dilengkapi
penutup lubang.

Sarana CTPSsederhana dari ruas Sarana CTPSini digantung dekat sarana air bersih dan
bambu yang dilubangi dan dilengkapi dengan penampung limbah air.Sabun
dilengkapi penyumbat dan dimasukkan ke dalam jala plastik dan digantung.
ember. Sabun dapat dimasukan Foto:WSP
jala plastik dan
digantung.FotoWSP.

Sarana CTPSini ditemukan di restaurant di Yogyakarta,dibuat dari tempat air tradisionil


dari keramik .
Sumber fotoESP-USAID Sarana CTPSdi sekolah.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 15


Sumber foto:ESP-USAID

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 15


Sarana CTPS(CARE) dibuat dari jerigen
Sarana CTPSdibuat untuk acara gerakan dileng-kapi stand dan penampungan
CTPSserempak pada hari-hari perayaan air limbah untuk acara gerakan CTPS
khusus. Suplai air adalah melalui selang serempak pada hari-hari perayaan khusus.
yang disambung ke trukair. Sumber: Hari Sumber: PP&PL,
CTPS Sedunia 15 Oktober 2008/ Unilever Departemen Kesehatan

Sarana CTPSyang dibuat khusus dengan Sarana CTPSdari gentong plastik ditemukan
ukuran tinggi untuk anak-anak sekolah. di Posyandu Subang Cijambe. Foto:ESP-
Sumber foto:WSLIC-2 USAID

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 15


Tippy-tap– contoh dari Kenya.

Tippy-tapatau “keran miring”


dikembang- kan di tempat-tempat yang Sarana CTPSdisekolah di Sambak, Magelang
sulit air seperti Amerika Selatan dibuat dari bambu, diisi ulang dengan air
danAfrika dengan menggunaan bahan bersih pakai ember.
bekas (botol atau jerigen platik). Lihat
sketsaTippy-tap Sumber: ESP-USAID
untuk rincian cara membuatnya.
Sumber: www.kwaho.org/t-
tipitap.html

Sarana CTPSsederhana menggunakan dilengkapi sumbat dan ember penampungan


botol “gallon” dan ember yang air limbah. Sumber: Muhammdiyah, Jakarta.
dilubangi untuk mengalirkan air,

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 16


stand kerangka besi ditemukan di sekolah di
Sarana CTPSmenggunakan bak Jawa Panggung Rejo.
sampah platik dilengkapi keran dan

Gambar 13: Contoh Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun yang Layak

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 16


c. Sarana PengelolaanAir Minum dan Makanan di Rumah Tangga
Hal penting untuk dilakukan :
- Cucilah tangan sebelum menangani air minum dan mengolah makanan siap santap.
- Mengolah air minum secukupnya sesuai dengan kebutuhan rumah tangga.
- Gunakanairyangsudahdiolahuntukmencucisayurdanbuahsiapsantapdanmengolah
makan siap santap.
- Tidakmencelupkan tangan ke dalam air yang sudah diolah menjadi air minum.
- Secara periodik meminta petugas untuk melakukan pemeriksaan air guna pengujian
laboratorium.

(1) PengelolaanAir Minum Rumah Tangga


• Pengolahan air Baku
Apabila air baku keruh perlu dilakukan pengolahan awal :

1. Pengendapan dengan gravitasi alami.


2. Penyaringan dengan kain.
3. Pengendapan dengan bahan kimia/tawas.

Gambar 14: PengelolaanAir Baku

• PengolahanAir Minum RumahTangga


Pengolahan air minum di rumah tangga merupakan kegiatan mengolah air untuk
kebutuhan sehari-hari keluarga.
Masyarakat dapat melakukan dengan cara :
1. Mengolah air minum
2. Menyimpan air minum yang aman.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 16


1. Bagaimana MengolahAir Minum yang Saniter?
Air untuk minum harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan kuman dan
penyakit,selainituwadahairharusbersihdantertutup,airyangtidakdikeloladengan
standarPengelolaan AirMinumRumahTangga(PAMRT)dapatmenimbulkan penyakit.

Gambar 15: PengolahanAir Minum di Rumah Tangga

(a). Filtrasi/ Penyaringan


- Biosan Filter
- Keramik Filter (b). Khlorinasi
- Khlorine Cair
- Khlorine tablet
(c).Penggumpalan dan Disinfeksi
- SODIS(Solar WaterDisinfektion)

- Merebus
Gambar 16: PengolahanAir Minum di Rumah Tangga

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 16


2. WadahPenyimpananAir Minum :
- Wadahyangamanadalahbertutup,berlehersempitdanlebihbaikjugadileng
kapi dengan keran.
- Air minum sebaiknya di simpan di wadah pengolahannya
- Airyangsudahdiolahsebaiknyadisimpandalamtempatyangbersihdanselal
u tertutup.
- Janganminumairlangsungdarimulut/
wadahkeran,gunakangelasyangbersih dan kering.
- Letakkan wadah penyimpanan air minum di tempat yang bersih dan sulit
terjangkau oleh binatang.
- Wadah
airminumsebaiknyadicucisetiahtigahariatausaatairhabis.Gunakan air yang sudah diolah
sebagai air bilasan terakhir.

(2) Pengelolaan Makanan Rumah Tangga


Makanan harus dikelola dengan baik dan benar agar tidak menyebabkan gangguan
kesehatandanbermanfaatbagitubuh.Carapengelolaanmakananyangbaikyaitudengan
menerapkanprinsiphigienedansanitasimakanan.Pengelolaanmakanandirumahtangga,
walaupun dalam jumlah kecil atau skala rumah tangga juga harus menerapkan prinsip
higiene sanitasi makanan.
Berbicaratentanghigienesanitasimakananada4(empat)aspekyangsalingberpengaruh
satusamalainyaitutempat/bangunan, peralatan,orang/penjamahmakanandanbahan
makanan, sedangkan prinsip higiene sanitasi makanan adalah :

1. Pemilihan bahan makanan


Pemilihan bahan makanan harus memperhatikan mutu dan kualitas serta memenuhi
persyaratan yaitu untuk bahan makanan tidak dikemas harus dalam keadaan segar, tidak
busuk,tidak rusak/berjamur, tidak mengandung bahan kimia berbahaya dan
beracunsertaberasaldarisumberyangresmiataujelas.Untukbahan makanan
dalamkemasanatau hasilpabrikan, mempunyailabeldan merk,komposisijelas, terdaftar
dan tidak kadaluarsa.

2. Penyimpanan bahan makanan


Menyimpan bahan makanan baik bahan makanan tidak dikemas maupun dalam kemasan
harus memperhatikan tempat penyimpanan, cara penyimpanan, waktu/lama
penyimpanan dan suhu penyimpanan. Selama berada dalam penyimpanan harus
terhindar dari kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh bakteri, serangga, tikus dan
hewan lainnya serta bahan kimia berbahaya dan beracun. Bahan makanan yang
disimpanlebihduluataumasakadaluarsanyalebihawaldimanfaatkanterlebihdahulu.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 16


3. Pengolahan makanan
Empataspekhigienesanitasimakanan sangat mempengaruhiprosespengolahan makanan,
oleh karena itu harus memenuhi persyaratan, yaitu :
• Tempat pengolahanmakanan ataudapurharusmemenuhipersyaratan teknis
higienesanitasiuntukmencegahrisikopencemaranterhadapmakanansertadapat mencegah
masuknya serangga, binatang pengerat, vektor dan hewan lainnya.
• Peralatan yang digunakan harus tara pangan (food grade) yaitu aman dan
tidak berbahayabagikesehatan(lapisanpermukaanperalatantidaklarutdalamsuasana
asam/basadantidakmengeluarkanbahanberbahayadanberacun)sertaperalatan harus
utuh, tidak cacad, tidak retak,tidak gompel dan mudah dibersihkan.
• Bahan makanan memenuhi persyaratan dan diolah sesuai urutan prioritas
Perlakukanmakananhasilolahansesuaipersyaratanhigienedansanitasimakanan, bebas
cemaran fisik, kimia dan bakteriologis.
• Penjamah makanan/pengolah makanan berbadan sehat, tidak menderita
penyakit menular dan berperilaku hidup bersih dan sehat

4. Penyimpananmakanan matang
Penyimpanan makanan yang telah matang harus memperhatikan suhu, pewadahan,
tempatpenyimpanandanlamapenyimpanan.Penyimpananpadasuhuyangtepat baik suhu
dingin, sangat dingin, beku maupun suhu hangat serta lama penyimpanan sangat
mempengaruhi kondisi dan cita rasa makanan matang.

5. Pengangkutanmakanan
Dalam pengangkutan baik bahan makanan maupun makanan matangharus
memperhatikanbeberapahal yaitu alat angkut yang digunakan, teknik/cara
pengangkutan,lamapengangkutandanpetugaspengangkut.Haliniuntukmenghindari risiko
terjadinya pencemaran baik fisik, kimia maupun bakteriologis.

6. Penyajianmakanan
Makanandinyatakanlaiksantapapabilatelahdilakukanujiorganoleptikatauujibiologis
atauujilaboratorium,halinidilakukanbilaadakecurigaanterhadapmakanantersebut.
Adapun yang dimaksud dengan :
• Ujiorganoleptikyaitumemeriksamakanandengancaramenelitidanmengguna
kan
5 (lima) indera manusia yaitu dengan melihat (penampilan), meraba (tekstur,
keempukan), mencium (aroma), mendengar (bunyi misal telur) menjilat (rasa). Apabila
secara organoleptik baik maka makanan dinyatakan laik santap.
• Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara sempurna dan
apabila dalam waktu 2 (dua) jam tidak terjadi tanda – tanda kesakitan, makanan tersebut
dinyatakan aman.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 16


• Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui tingkat cemaran makanan
baik kimia maupun mikroba. Untuk pemeriksaan ini diperlukan sampel makanan yang
diambil mengikutistandar/proseduryangbenardanhasilnyadibandingkandenganstandar
yang telah baku.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada penyajian makanan yaitu tempat penyajian,
waktu penyajian, cara penyajian dan prinsip penyajian. Lamanya waktu tunggu makanan
mulaidariselesaiprosespengolahandanmenjadimakananmatangsampaidengandisajikan
dandikonsumsitidakbolehlebihdari4(empat)jamdanharussegeradihangatkankembali
terutamamakananyangmengandungproteintinggi,kecualimakananyangdisajikantetap
dalam keadaan suhu hangat. Hal ini untukmenghindari tumbuh dan berkembang biaknya
bakteri pada makanan yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan.

(3) Sarana Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga


Pengelolaansampahdapatdilakukandiskalarumahtanggadanskalakomunitas.Prinsip
pengelolaan sampah adalah Pilah-Pilih-Kumpul-Jual. Prinsip ini memandang sampah
sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya,
untuk energy, kompos, pupuk, ataupun untuk bahan baku industri, dsb.

Pengomposan Takakura (Skala Rumah Tangga)

Gambar 17: PengomposanTakakura,Sumber ICWMRIP

Pengomposan ini diperkenalkan oleh Mr. KojiTakakuradari Jepang. Langkah-langkah


membuat komposTatakura:
a) Sampah sisa sayur/nasi, sebelum dimasukkan ke dalam
keranjang/komposter perlu dicacah terlebih dahulu,
b) Masukkan sisa makanan yang akan dikompos ke dalam keranjang, dan
usahakan sampah yang dimasukkan adalah sampah baru,
c) Tekan-tekanatau masukkan sampah ke dalam materi kompos dalam
keranjang atau aduk-aduk sehingga materi sampah tertutup oleh komps dalam

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 16


keranjang. Tutupdengan bantal sekam hingga rapat untuk mencegah lalat atau binatang
lain masuk.
d) Tutupdengan kain hitam.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 16


Selain kompos, kita juga bisa mendaur ulang kertas.Berikut alat-alat dan langkah- langkah
daur ulang kertas yang bisa dilakukan di skala rumah tangga:

Alat-Alat:

1. Blender,
2. Sceen (Cetak saring),
3. Rekel (dapat dibeli di toko kertas),
4. Papan kayu yang dilapisi kain tipis (disebut sebagai kain hero),
5. Bak besar.

Bahan-Bahan:

1. Kertas bekas (sewarna dan sejenis lebih baik),


2. Lem kertas,
3. Air.

Langkah Pembuatan:

1. Kertasbekasdipotongkecil-kecildenganukuransekitar3x3cm.Potongankertas direndam
di dalam bak air selama sekitar tiga jam (tergantung jenis kertasnya). Kertas dilunakkan
dengan blender hingga halus hasilnya dan menyerupai bubur kertas (pulp). Masukkan
bubur kertas (pulp) ke dalam bakbesar lagi. Bubur kertas dan lem kemudian dimasukkan
ke dalam bak besar berisi air. Perbandingan antara air, bubur kertas dan lem adalah: 15
liter air : liter bubur kertas :
2 sendokmakanlem.Masukkankarakteristikyangdipilihkedalambak,laluaduk
hingga merata dengan campuran pulp dan lem.
3. Masukkan screen ke dalam bak.Angkat screen hingga pulp tinggal di atas
screen.

4. Basahipapanyangtelahdilapisidengankainhero.Tempelkanscreenkepapanlalu
dirakel sehingga airnya turun.Angkat screen hingga kertas menempel di papan.
5. Ulangi langkah berkali-kali hingga papan dipenuhi oleh kertas secara merata,
jemur papan di tempat panas hingga kertas menjadi kering.
6. Setelah kering, cabut kertas dengan perlahan-lahan.

Pengolahan Sampah Mandiri Berbasis Komunitas

1. Mengurangi sampah mulai dari sumbernya


- Mengurangi sampah liar,
- Mengurangi sampah yang masuk keTempatPembuanganAkhir (TPA).
2. Pemilahan sampah; antara sampah basah dan sampah kering

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 16


3. Mengolah sampah;
- Sampah basah diolah menjadi kompos,
- Sampah kering dijual kepada pemulung atau dijadikan bahan daur
ulang.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 16


Berikut adalah beberapa kegiatan pengelolaan sampah berbasis komunitas:
· Pengomposan Skala Kawasan

· Pemanfaatan Plastik Kemasan

· Pemilahan &Pengomposan dengan Komposter

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 17


Gambar 18: Contoh Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 17


(4) Sarana Pengelolaan Limbah Cair
Limbah cair rumah tangga dapat dibedakan menjadiblack water dan grey water.

BlackwaterdihasilkandariWCsebagaibuangansepertiurin,tinja,airguyuran,danmateri
pembersih lainnya yang dibuang ke toilet, seperti kain lap, pembalut, dll.

Greywaterdihasilkandariairbekasmandi,mencucipakaian,danbuangancairdaridapur.
Air seperti ini bisa mencapai 60% dari air yang dihasilkan rumah tangga.

Contoh sarana pengelolaan limbah cair adalah bak perangkap lemak. Lemak dan minyak
bisa merusak sistem pengolahan, sehingga lemak dan minyak tidak boleh dimasukkan ke
dalamtempatcuci(sink). Perangkaplemakadalahmetodesederhanayangdipakaidalam
sistem pengolahan grey water skala kecil.

Gambar 19: Bak PenangkapLemak

Contoh lain adalah filter anaerobik, yaitu bak kedap air yang terbuat dari beton, fiberglas,
PVC atau plastik, untuk penampungan dan pengolahanblack water dan grey water. Ini
adalah tangkipengendapan, dan proses anaerobicmembantu mengurangi padatanserta
material organik.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 17


Gambar 20: BioFilter,Sumber: Buku OpsiTeknologiSanitasi

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 17


Catatan:

Contoh-contoh yang disampaikan diatas hanya sebagian dari jenis pilihan produk dan jasa
sanitasi yang ada. Masih banyak sarana lain yang tersedia. Wirausaha STBMdapat
menyesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat di wilayah kerjanya.

c. MembangunJejaringlayanan penyediaansanitasi
Setelah masyarakat terpicu dan mau berubah, secara otomatis masyarakat akan
membutuhkan sarana sanitasi yang higiene dan layak. Perlu dicatat bahwa tidak semua
masyarakat memiliki akses dan kemampuan keuangan untuk menyediakan sarana
sanitasi yang dibutuhkannya. Oleh karena itu,setelah dilakukan pemicuan, wirausaha
STBMdiundang untuk menyediakan opsi- opsi pilihan sarana sanitasi yang dibutuhkan
masyarakat dengan proses pembiayaan yang juga sesuai dengan kemampuan
masyarakat.
Disamping itu perlunya membangun jejaring layanan penyediaan sanitasi untuk
mensinergikan potensi-potensi yang ada di masyarakat dalam percepatan pencapaian
rencana yang sudah
disusunolehmasyarakat,halinibisajugadilakukandandibantuolehwirausahaSTBMyang ada
dan muncul di masyarakat, jika belum muncul para wirausahawan di bidang sanitasi hal
ini bisa diawali dan difasilitasi oleh dinas kesehatan setempat yang sudah mendapatkan
ketrampilan terkait wirausaha STBM.
KeberadaanwirausahaSTBM akanmendekatkansuplaisanitasikepadamasyarakatdan
mempermudah perwujudan niat mereka untuk merubah perilaku.

d. PendampingandanMonitoring
Pendampingan dilaksanakan untuk memperkuat keyakinan masyarakat tentang
komitmen yang telah dibangun melalui perubahan perilaku secara kolektif yang
diaplikasikan dengan upaya individudalamupayamewujudkannya.Disampingitu,
dalamkeadaantertentumasyarakat
membutuhkanmitrauntukmelakukandialogdalamupayamencarisolusiataspermasalahanya
ng dihadapinya. Pada saat itu diperlukan pendampingan untuk melakukan dialog dan
mewujudkan
komitmenmasyarakat.Olehkarenaitu,fasilitatordatangkembaliuntukmendampingimasyar
akat melakukan monitoring terhadap progress dari rencana tindak lanjut yang mereka
buat.
Pendampingan dilakukan berdasarkan komitmen dengan masyarakat dan disesuaikan
dengan
prosesalurpemberdayaan.AlurdanProsespendampinganmasyarakatsebagaicontohuntuk

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 17


perubahan perilaku menghilangkan BuangAir Besar Sembarangan (BABS):

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 17


Tabel8:Alur danProses PendampinganMasyarakat

Prosespemicuanjugaperludiitegrasikandenganperilakucucitanganpakaisabun.Terutama
ditujukan pada ibu-ibu dan anak-anak sekolah sebagai kelompok sasaran sehingga kedua
kelompok tersebut dapat berinteraksi melalui kegiatan di sekolah dan di lingkungan
rumah. Pentahapan pendampingan dapat dilaksanakan sebagai berikut :

Tabel 9: Tahapan Pendampingan Pilar 1 dan Pilar 2

Keberhasilan suatu kegiatan yang dilakukan apakah mempengaruhi perubahan yang


diinginkan atau tidak, tidak akan terjadi apabila kita tidak melakukan monitoring.
Informasi yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses dan pendekatan
kegiatan, dan bahan perencanaan ke depan.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 17


Monitoring dan evaluasi program STBMmelalui Sistem Informasi Monitoring dilaksanakan
secara
umummelaluitahapan,yaitupengumpulandatadaninformasi,pengolahandananalisisdata
daninformasi,danpelaporandanpemberianumpan-balik. Tahapaniniterjadidimasing-
masing tingkatan.

MonitoringprogramSTBMsedapatmungkindapatdilakukansecaramandiridanpartisipatoriol
eh masyarakatsendiri,dandiharapkanperanaktif
darinaturalleaderyangmunculdanorganisasi masyarakatsepertiPKK,
kelompokdasawisma,danlainnya.Namundemikiantetapdiharapkan
peranaktifdaripetugasPUSKESMAS/sanitariansebagaifasilitatordankatalisatorditingkat
kecamatan/desadalammengeloladata daninformasihasilmonitoringkegiatankesehatan
lingkunganini.BiladitingkatkabupatenterdapatproyekterkaitSTBMsedangberjalan,fungsi
monitoring ini akan diperkuat dengan memanfaatkan sumber daya tenaga
konsultan/fasilitator di
tingkatkabupatenuntukmelakukanalihpengetahuandanpembinaan,baikterhadapparapetu
gas PUSKESMAS/sanitarian maupun langsung kepada masyarakat (natural leader/
organisasi masyarakatyangberperanaktif).
Adapungambaransederhanadaripelaksanaanmonitoring program STBMseperti pada tabel
13 berikut.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 17


Tahap 1 2 3 4 5 6

Tingkatan Desa/Kelurahan Kecamatan Provinsi Pusat


Kabupaten/ Kota

DinasKesehata DInas
Pelaku Fasilitator StafPuskesmas n Kesehatan Kementerian
pemantauan Kabupaten/Kot Provinsi Kesehatan
a
Naturalleader/ Komite

kabupaten/kot Feedbacktemu
a an Konsolidasidata
Mengkompilasi Mengirimlapor melaluiSMS
Melaluipemicuan updateprogress an gateway
masyarakatataupu Memantau pemicuan pemantauanvia Analisisdata:
Aksiyang n secarakhususada perkembanga Memverifikasikl SMS perbaikankegiat
dilakukan upayauntuk n pemicuandi aim STBMdan an
melakukan masyarakat melaporkanhas danperencanaa
pengumpulandata Permintaanver il verifikasi n kedepan
dasarSTBMoleh ifikasi STBM
Feedbackkep Workshopreview
ada pembelajaran
stafpuskesm tahunandananalisi
as s komparatif RakornasSTBM:
Disseminasik pencapaianhasil reviewtahunan
epada antarkabupaten/ dan
lintasprogra kota analisiskompar
m Disseminasikepada atif
terkaitdan lintasprogram pencapaianhasi
sektor terkaitdan sektor l antarpropinsi.
AMPL AMPL Disseminasikep
Evaluasitahunan ada
kompetitifmelalui lintasprogram
mediamassa terkaitdan
(contohJPIP) sektor
AMPL
166

Mencatat Konsolidasiuntuk
Datadasar kemajuandan Pelaporan Penilaian pencapaianMDG.
STBM(misal memperbaharu Pelaporan bulanan. kinerjapertahun Penilaiankinerja
Pelaporan melaluipeta i bulanan. Pelaporan (Benchmarking) pertahun
sosial),berisi dalampetasosia VerifikasiSTBM tahunan programsanitasi (Benchmarking)
aksessanitasidi l terhadap . Bahanuntuk kabupaten/kota programsanitasi
dan pelaporan dari masyarakat hingga tingkat pusat

masyarakat perubahanyang publikasi propinsi.


Tabel10 :Alur pikirtata laksana monitoring

terjadi
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM
Peran dan fungsi pelaku dalam pelaksanaan STBM,terlihat sebagai berikut:

Pelaku Penanggung
Peran

Pusat  Melakukan pemantauan rutin terhadap StafKemenkes


pencapaian kinerja kabupaten/provinsi terhadap yang
program sanitasi yang berjalan, membidangi
 Memberikan umpan balik terhadap hasil analisis Program STBM
data dan informasi monitoring tersebut,
 Melakukan sharing informasi antar kabupaten/
provinsi,
 Melakukan verifikasi dan sertifikasi terhadap
Provinsi  Melakukan pemantauan rutin terhadap StafDinkes yang
pencapaian kinerja kabupaten terhadap program membidangi
sanitasi yang berjalan, Program STBM
 Menganalisisdatadaninformasihasilmonitoring,d
an memberikan umpan balik terhadap hasil analisis
data dan informasi monitoring tersebut,
 Melakukan sharing informasi antar kabupaten,
 Melakukan verifikasi dan sertifikasi terhadap
kabupatenyangtelahmencapaiODF,hinggaSanitasi
Kabupaten  Merekam/ entry data dan informasi hasilStafDinkes yang
monitoring kedalam database, membidangi
 Melakukanpemantauan rutinterhadapindikator- Program STBM
indikator tertentu yang harus dilakukan oleh tim
kabupaten1,
 Menganalisis data dan informasi hasil
monitoring,
 Memberikan umpan balik terhadap hasil analisis
data dan informasi monitoring,
Resource  Melakukan
Melakukan verifikasi
bimbingandan kepada
sertifikasipelaku
terhadap
diFasilitator
Agency (RA) kabupaten, kecamatan dan masyarakat dalam Kabupaten
pelaksanaan monitoring keluaran program STBM,
 Membantukecamatandalammelakukanpengump
ulan data dan informasi monitoring di tingkat
masyarakat,
 Membantu kabupaten dalam menganalisis data
dan informasi hasil monitoring,

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 16


Kecamatan  Melakukan pengumpulan data dan informasi Petugas
monitoring di tingkat masyarakat, PUSKESMAS/
 Melakukan verifikasi dan sertifikasi hasil Sanitarian
monitoring yang dilakukan oleh masyarakat, sebelum
dikirimkan kekabupatenuntukdirekam/di-
entridalamdatabase,.
 Melakukan verifikasi dan sertifikasi terhadap
Masyarakat komunitas yang
Melakukan telah mencapai
monitoring mandiriODF,hingga
terhadapSanitasi
hasil Natural leader/
perkembangan kegiatan Program STBM. Organisasi
Masyarakat

Tabel11: Peran danFungsiPelaku dalam pelaksanaan MonitoringProgram STBM

1) Pelaksanaan monitoringditingkatmasyarakat/ desa

Pelaksanaanmonitoringditingkatmasyarakatakanlebihbertumpukepadaindikatormonitori
ng
yangmudahdilihatdandirasakansecaralangsungolehmasyarakatitusendiri,antaralainterkait
:

1. Pengumpulandatadasarterkaitindikator5pilarperubahanperilakuhidupbersihdanse
hat, yaitu: a) data akses awal jumlah masyarakat yang memiliki dan menggunakan
jamban sehat, memiliki dan menggunakan jamban tidak sehat, jumlah masyarakat yang
masih numpang ke jamban tetangga atau umum dibedakan menurut jenis jamban sehat
dan tidak sehat,danterakhirmasihBAB disembarangtempat; b)
dataaksesawaljumlahkeluarga
(termasukanggotakeluargadidalamnya)yangtelahterbiasacucitanganpakaisabunpada
waktu-waktukritis;c)dataaksesawaljumlahkeluargayangtelahmengelolaairminumnya
dengan aman; d) data akses awal jumlah keluarga yang telah mengelola sampahnya
denganaman;e)dataaksesawaljumlahkeluargayangtelahmengelolalimbahcairrumah
tangganya dengan aman.
2. Proses pemicuan perubahan perilaku BuangAir Besar masyarakat.

Indikator yang direkam antara lain: a) peningkatan akses masyarakat kepada penggunaan
sarana jamban sehat; b) kebersihan lingkungan sekitar rumah keluarga; c) peningkatan
perubahan perilaku pilar lainnya.
3. Pendataan tukang yang terkait dengan jasa dan layanan sanitasi.

Pendataan ini bertujuan untuk menjaring informasi jumlah tukang yang beredar di desa

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 16


bersangkutan yang memiliki pengalaman dan/ atau ketrampilan membangun/
memperbaiki sarana jamban.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 16


Berikutdibawahinidisajikanbeberapamodelpelaksanaanmonitoringyangdapatdilakukandi
tingkat masyarakat.

Pelaku Waktu
Cara Pelaksanaan
Monitoringperkembangan perubahanperilakuBAB danpembuangankotorananak
batita
Masyarakat Persiapan: Setiap saat
ada perubahan
• Pihak kabupaten/ kecamatan/ desa menyediakan perilaku yang
kertas spot berwarna (merah, kuning, hijau), dengan terjadi pada
yang mudah terlihat dari jarak pandang cukup jauh, komunitas
misal: bentuk bulat dengan diameter 15 cm;bentuk tersebut.
bujursangkar dengan ukuran 15 cm X15 cm.
• Menginformasikan penggunaan kertas berwarna
kepada masyarakat setelah proses pemicuan awal atau
saat monitoring lanjutan. Kertas merah (jamban
numpang),
• Untuk kuning (jamban
aspek PHBS lain,blm sehat),
seperti cucihijau (jamban
tangan,
pengelolaan dan penyimpanan air minum dan
makanan, pengelolaan limbah RTdapat mengikuti
pola monitoring mandiri untuk perilaku BABdi jamban.
Untuk efektivitas monitoring dapat menggunakan
“kartu sehat”

Pelaksanaan Monitoring:
• Masyarakat yang telah berupaya berubah perilaku
untuk tidak BABdi sembarang tempat (termasuk
membuang kotoran anak batita tidak sembarangan),
menempelkan tanda kertas spot di depan rumah
mereka pada tempat yang tampak dari pandangan
orang yang berdiri di depan atau melalui rumah
tersebut. Warnayang ditempel sesuai kondisi
perkembangan upaya perubahan perilaku mereka.
• Pada kertas tersebut dapat dituliskan tanggal
mereka melakukan perubahan tersebut.
• Apabila pada keluarga tertentu ada peningkatan
perubahan perilaku dengan ditandai perubahan warna
kertas spot yang ditempel.Tempelwarna baru diatas

Tabel12: ModelPelaksanaan MonitoringdiMasyarakat

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 17


Telahdijelaskansebelumnyabahwamonitoringditingkatmasyarakatinimenggunakanpende
katan partisipatoridanmengangkatperanaktif
masyarakatuntukmelakukanmonitoringmandiri.Oleh
karenaitu,pentingsekalibahwaselamaproseskegiatanSTBM,
fasilitatorkabupatenmembantu meningkatkan kapasitas masyarakat untuk melakukan
monitoring mandiri melaluion the job training.

2) Pelaksanaan monitoringditingkatpuskesmas/ kecamatan

Pelaksanaan monitoring di tingkat puskesmas/ kecamatan akan lebih bertumpu kepada


mengumpulkan perkembangan informasi di tingkat desa dan menjaring indikator
monitoring yang terjadi di tingkat puskemas/ kecamatan, antara lain sebagai berikut:

Pelaku Cara Pelaksanaan


Waktu
1. Perekaman monitoringperkembangan perubahanperilakuBAB danpembuangan
Pelaksanaan
kotorananak batita(kemajuan pemicuan),perilakucucitanganpakai sabun,serta
pilarlainnya
Fasilitator Persiapan: Perekaman data
pemicu dasar (baseline) di
(Kecamatan/ • Pihak kecamatan/ puskesmas menyiapkan awal dan kemajuan
Puskesmas) dan memahami pengisian formatmonitoring hasil pemicuan
perkembangan perubahan perilaku pilar-pilar dilakukan bulanan
STBM(pilar 1 hingga pilar 5). (misal:minggu
ke-empat setiap
Contoh Pelaksanaan monitoring: bulannya)

• Mengacu kepada peta sosial masyarakat,


informasi perkembangan hasil pemicuan (akses
masyarakat kepada jamban) dipindahkan
kedalam formatLB-1.
• Melakukan kunjungan ke rumah tangga
yang telah melakukan perubahan (berdasarkan
perkembangan data pada peta sosial) untuk
mengamati kondisi dan pemeliharaan jamban
dan lingkungan sekitarnya (lihat panduan
transect walk).
Penting:Monitoring perkembangan perubahan
perilaku masyarakat terkait kebiasaan BAB,
sekaligus sebagai kegiatan verifikasi ODF per
rumah tangga, yang digunakan sebagai dasar
verifikasi status ODF suatu komunitas.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 17


2. Monitoring status ODF yang dicapai suatu komunitas (Verifikasi ODF)

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 17


Pelaku Cara Pelaksanaan
Waktu
Timkecamatan Persiapan: Sebaiknya dilakukan
bersama begitu menerima
masyarakat. – Masyarakat melalui natural leader atau informasi dari
komite menginformasikan pihak Puskesmas masyarakat
untuk dilakukan verifikasi status ke-ODF-an bersangkutan
mereka (akan lebih baik bila penginformasian
dilakukan melalui surat pernyataan yang
diketahui oleh kepala desa).
– Timkabupaten menyiapkan stiker atau
papan ODF.

Pelaksanaan monitoring:

– Timkecamatan melakukan pengecekan


informasi total masyarakat yang sudah berubah
perilakunya. Dengan alat bantu peta sosial
dan ceklist jamban, tim mengunjungi rumah
masyarakat dan mencocokkan warna kertas spot
(kaitkan dengan proses monitoring no.1).
Rekaman hasil verifikasi dicantumkan dalam
formatLB-2.

– Timmelakukan penilaian terhadap total


3. Monitoring status Desa STBM yang dicapai suatu komunitas (Verifikasi Desa
STBM)

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 17


Pelaku Cara Pelaksanaan
Waktu
Pelaksanaan
Timkecamatan Persiapan: Begitu menerima
bersama informasi dari
masyarakat. – Masyarakat melalui natural leader atau masyarakat
komite menginformasikan pihak Puskesmas bersangkutan
untuk dilakukan verifikasi status ke-STBM-an
mereka (akan lebih baik bila penginformasian
dilakukan melalui surat pernyataan yang
diketahui oleh kepala desa).
– Timkabupaten menyiapkan stiker atau
papan pencapaian Desa STBM.

Pelaksanaan monitoring:

– Timkecamatan melakukan pengecekan


informasi total masyarakat yang sudah berubah
perilakunya. Dengan alat bantu peta sosial dan
ceklist capaian 5 pilar STBM,tim mengunjungi
rumah masyarakat dan mencocokkan warna
kertas spot (kaitkan dengan proses monitoring
no.1).
Rekaman hasil verifikasi dicantumkan dalam
formatrekam pilar-1 sampai pilar-5 STBM.

– Timmelakukan penilaian terhadap total


akses masyarakat. Hasilnya diinformasikan
kepada masyarakat. Bila telah mencapai 100%
akses kelima pilar STBM,tim dapat menempelkan
stiker atau menempatkan papan Desa STBM
4. Investasi jambanolehmasyarakat
Fasilitator Persiapan:
pemicu
(Kecamatan/ Menyiapkan dan memahami cara pengisian
Puskesmas) format LB-3.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 17


Pelaku Cara Pelaksanaan
Waktu
Pelaksanaan:

• Kegiatan ini dapat dilaksanakan saat


fasilitator pemicu memperbaharui (updating)
informasi kemajuan pemicuan.
• Pada saat kunjungan ke rumah tangga,
dapat menanyakan kepada keluarga
bersangkutan perkiraan biaya untuk membangun
5. Pendataan jamban. (untukjasa
tukangterkait membantu dapatsanitasi
danlayanan melakukan

Fasilitator Persiapan:
pemicu bekerja
sama dengan Menyiapkan dan memahami cara pengisian
natural leader format LT-3.
(NL)/ komite
Pelaksanaan:

Pendataan awal tentang tukang yang ada di



komunitas/ desa tersebut sebagai data dasar,
dilakukan selang 1 – 2 minggu setelah pemicuan
awal,
• Pembaharuan pendataan tukang dilakukan
6. setiap 3 bulan, baikdampak
Monitoringmandiriterhadap ada pengurangan (karena
yangdirasakan
Masyarakat Persiapan: Minimal 6 bulan
bekerja sama setelah ODF
dengan pihak • Masyarakat membuat tulisan gambaran
puskesmas/ kondisi masyarakat sebelum intervensi
kecamatan/ (pemicuan
kabupaten awal) dilakukan
Pelaksanaan monitoring:

• Masyarakat membuat tulisan perubahan


kondisi masyarakat yang dirasakan setelah
intervensi (pemicuan awal) dilakukan.
• Hasil tulisan masyarakat ini dapat
didokumentasi secara elektornik dan dipublikasi
dalam media daerah lokal hingga situsAMPL.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 17


Pelaku Cara Pelaksanaan
Waktu
Pelaksanaan
Timkecamatan Persiapan: Berkala per triwulan

• Membuat pemberitahuan kepada setiap (pada pertemuan


desa agar mempersiapkan hasil capaian kegiatan regular yang ada di
program sanitasi di masing-masing wilayah kecamatan)

Pelaksanaan monitoring:

Kegiatan review dan sharing hasil capaian



program sanitasi dapat dilakukan melalui forum
komunikasi tingkat kecamatan
• Kegiatan review dan sharing ini dapat
7. Pendataan tokodanprodusenproduksanitasi
Tim puskesmas/ Persiapan: Pendataan
kecamatan dilakukan secara
• Menyiapkan dan memahami cara pengisian berkala per triwulan
formatpendataan toko dan produsen produk
sanitasi
Pelaksanaan:

Tim mengidentifikasi dan memetakan toko



bangunan dan produsen produk sanitasi yang
ada di wilayah kerja Puskesmas/ kecamatan
bersangkutan
• Timmembagi tugas kunjungan ke toko
bangunan dan/atau produsen produk sanitasi
• Petugas mewawancarai pemiliki toko
dan/atau produsen produk sanitasi dan mengisi
8. Pendataan informasi
kegiatan yang dijaring sesuai dengan
peningkatankapasitas formatLT-
(capacity building)
Tim Puskesmas/ Persiapan:
kecamatan
• Menyiapkan dan memahami cara pengisian
formatpendataan kegiatan peningkatan
kapasitas (formatLT-5)

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 17


Pelaku Cara Pelaksanaan
Waktu
9. Monitoringinstitusionalisasisistem monitoring
Tim Puskesmas/ • Pihak Puskesmas/ kecamatan mencatat dan
kecamatan mengkompilasi data komunitas yang
menggunakan peta sosial atau instrumen lainnya
dalam memonitor pencapaian ODFdan perilaku
cuci tangan pakai sabun oleh seluruh masyarakat

Tabel13: ModelPelaksanaan MonitoringdiTingkatPuskesmas

e. Menggali media promosi untuk perubahan perilaku yang berkelanjutan


Perubahan perilaku perlu terus dipromosikan agar masyarakat tetap mempraktikkan
budaya
perilakuhidupbersihdansehat.Biasanyasetelahmasyarakatterbiasa,masyarakatakanotoma
tis berubah ke perilaku yang lebih baik tersebut, namun dalam jangka panjang jika
perubahan
perilakutidakterusdipromosikan,makasangatmungkinsekalimasyarakatakanlupadankemb
ali ke praktik budaya hidup yang tidak sehat.
Promosibisadilakukanmelaluiberbagaicarasepertimelaluiiklan,penyebaranmediakomunik
asi, ataupun melalui kegiatan-kegiatan formal dan informal di masyarakat.

D. POKOKBAHASAN 4:SIMULASIPEMICUAN STBMDI KOMUNITAS

a. Pembentukan Kelompokdan TimPemicu

Sebelum melakukan simulasi pemicuan perlu disusun kelompok-kelompok praktik lapang


yang komposisinya mencakup seluruh komponen tim.Komposisi tim pemicu terdiri dari:
o Lead facilitator :
fasilitatorutama,yangmenjadimotorutamaprosesfasilitasi,biasanya1 orang.
o Co – facilitator :
membantufasilitatorutamadalammemfasilitasiprosessesuaidengan kesepakatan awal
atau tergantung pada perkembangan situasi.
o Content recorder :
perekamproses,bertugasmencatatprosesdanhasiluntukkepentingan dokumentasi
/pelaporan program.
o Process facilitator : penjagaalurprosesfasilitasi,bertugasmengontrolagarprosessesuai
alur dan waktu, dengan cara mengingatkan fasilitator (dengan kode- kode yang
disepakati) bilamana ada hal-hal yang perlu dikoreksi.
o Environment Setter :penatasuasana,menjagasuasana‘serius’prosesfasilitasi,misalnya
dengan:mengajakanak-anakbermainagar tidakmenggangguproses (sekaligus juga bisa
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 17
mengajak mereka terlibat dalam kampanye STBM,
misalnyadengan:menyanyibersama,meneriakkanslogan, dsb.),
mengajakberdiskusiterpisahpartisipanyangmendominasiatau mengganggu proses, dsb.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 17


Peserta akan dibagi menjadi kelompok kecil (catatan: untuk kepentingan praktik kerja
lapang idealnya anggota kelompok tidak lebih dari 6 orang). Setiap kelompok diharapkan
merupakan gabungandariindividu-
individuyangmewakiliberbagaikomponenyangada(berdasarkanbidang
keahlian,unsurinstansiataulokasikerja,danseterusnya),sehinggadiharapkansemuakelompo
k memikili kapasitas yang berimbang.

Prosespembentukan/
pembagiankelompokdilakukandengancaramembentukbarisanmemanjang ke belakang
sesuai jumlah kelompok yang disepakati. Penting untuk membagi peserta berdasar
komposisi (gender) dan unsur peserta. Misalnya, peserta dari bidang kesehatan
mengambil tempat dahulu untuk berbaris di kelompok yang berbeda, selanjutnya dari
unsur teknis, bidang perenanaan, dan selanjutnya. Perhatikanlah pula aspek gender,
sehingga tidak terjadi sebaran tidak merata jenis kelamin tertentu.

Tulislahdi papan tulis/ kertas plano daftar nama anggota setiap kelompok.

b. PenyiapanAlat dan Bahan.


Peralatan dan bahan yang dibutuhkan pada saat pemicuan:
• Bahan-bahan untuk simulasi Pemetaan Sosial,
• Kertas potong (metaplan),
• Kertas plano,
• Spidol besar dan kecil,
• Ember berisi air bersih,
• Air mineral dalam kemasan gelas (2 gelas),
• Bubuk kuning untuk penanda tinja/kotoran manusia,
• Bubuk putih untuk penanda batas desa/wilayah,
• Bubukbiru/warnalainnyauntukpenandasungai,kebunatauwilayah-
wilayahpentinglainnya.

c. PembagianPeran Pada KelompokSimulasiPemicuan Kelompok


Kelompok yang sudah membentuk tim pemicu menyusun strategi dan skenario proses
pemicuan yang akan dilakukan pada saat praktik lapang.

Masing-masingpesertamemerankansesuaidengantugasdanfungsinyadalamtim.Skenario
dibuatberdasarkandatadanfakta
yangadadilapanganberdasarkaninformasiyangdidapatkan dari petugas kesehatan atau
dari tokoh pemerintah setempat yang sebelumnya sudah dilakukan kordinasi.

Setelah skenario dan strategi tersusun, masing-masing kelompok melakukan simulasi


praktik
pemicuandenganduakelompokyangberpasangan.Satukelompokberperansebagaitimpemi
cu

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 17


kelompokyanglainberperansebagaimasyarakatjikasudahselesaibisabergantianuntukbertu
kar peran dengan kelompok lainnya.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 17


E. POKOKBAHASAN 5:PRAKTIKPEMICUAN DI LAPANGAN

Praktik pemicuandilapangan

Praktik pemicuan di lapangan ini bertujuan untuk memperkuat pengetahuan dan


keterampilan
pesertadalammenerapkanpendekatanSTBM,sehinggakegiataninibanyakdilakukandalam
diskusi dan praktik di kelompok. Sesi praktik lapang ini diawali dengan persiapan lapang,
praktik
lapangitusendiri,refleksidanreviewprosesdanhasildarikegiatanpraktiklapangtersebutdala
m bentuk laporan tertulis

IV. REFERENSI
1. WSP,Film Memicu Perubahan Menuju SanitasiTotaldi Maharashta, India, New Delhi:
2004.
2. Depkes RI,Sekretariat STBM,Film Proses Pemicuan di Kenongo, 2005.
3. Depkes RI,Sekretariat STBM,Film Pemicuan di Muara Enim, 2006.
4. Kemenkes RI,PedomanTeknisLapangan STBM,Ditjen PP&PL,Jakarta: 2013.

V. LAMPIRAN
LEMBAR KERJA

a. PanduanPersiapan Lapang

Persiapan lapang menjadi bagian yang terpisahkan dengan pesiapan penyelenggaran


pelatihan. Panitia/pelatih melakukan kunjungan kepada pemerintah daerah yang akan
digunakan sebagai
lokasipraktikkerjalapangandandijelaskansecararincikegiatanyangakandilaksanakanselama
kunjungan lapangan termasuk proses pemberdayaan masyarakat.

Komponen yang perlu diketahui oleh pemerintah daerah antara lain :


• Tanggalkunjungan lapangan dan jumlah peserta,
• Kegiatan di lapangan yang meliputi pemberdayaan masyarakat melalui perubahan
perilaku secara kolektif, keluaran yang diharapkan setelah praktik, dan produk yang akan
diserah kepada pemerintah daerah untuk ditindaklanjuti.
• Peran dan tanggung jawab pemerintah daerah pada waktu kegiatan dan tindak
lanjutnya,
• Logistik yang disediakan.

b. PanduanPembentukan Kelompok

1. Jelaskanlah kepada peserta, bahwa akan dilaksanakan Praktik Kerja Lapang

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 17


Fasilitasi STBM dimasyarakat.Pesertaakandibagimenjadikelompokkecil(catatan:untuk
kepentingan praktik kerja lapang idealnya anggota kelompok tidak lebih dari 6 orang)
Setiap kelompok diharapkan merupakan gabungan dari individu-individu yang mewakili
berbagai komponen yang ada (berdasarkan bidang keahlian, unsur instansi atau lokasi
kerja, dan seterusnya), sehingga diharapkan semua kelompok memiliki kapasitas yang
berimbang.

2. Laksanakanlah proses pembentukan/ pembagian kelompok, dengan cara


membentuk
barisanmemanjangkebelakangsesuaijumlahkelompokyangdisepakati.Pentinguntuk

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 17


membagi peserta berdasarkan komposisi (gender) dan unsur peserta. Misal, peserta dari
bidang kesehatan mengambil tempat dahulu untuk berbaris di kelompok yang berbeda,
selanjutnya dari unsur teknis, bidang perencanaan, dan selanjutnya. Perhatikanlah pula
aspek gender, sehingga tidak terjadi sebaran tidak merata jenis kelamin tertentu.

3. Tulislahdi papan tulis/ kertas plano daftar nama anggota setiap kelompok.
c. PanduanPraktik LapangDan Simulasi KelompokTUJUAN:
1. Tersusunnyapanduan praktik lapang,
2. Peserta siap memfasilitasi proses STBMdi masyarakat.

WAKTU:
Maksimum 90 menit

METODE:
Simulasi
Penugasan dan pendampingan.

MATERI:
Komposisi tim dalam memfasilitasi STBMdi komunitas Panduan Fasilitasi STBMdi
Komunitas

ALATBANTU:
Bahan-bahan untuk simulasi Pemetaan Sosial:
Kertas potong (metaplan), Kertas plano, Spidol besar dan kecil, Flagband, Ember berisi air
bersih,Air mineral dalam kemasan gelas (2 gelas),
Videocamera.

PROSES:
1. Jelaskanlah bahwa peserta akan melaksanakan praktik kerja lapang. Oleh karena itu
setiap kelompok harus mempersiapkan diri (menyusun panduan dan berlatih bila perlu).
Berikanlah gambaran tentang komposisi tim fasilitasi yang biasanya digunakan dalam
memfasilitasi STBMdi komunitas, sebagai berikut:
o Lead facilitator :fasilitator utama, yang menjadi motor utama proses
fasilitasi, biasanya 1 orang,
o Co – facilitator :membantu fasilitator utama dalam memfasilitasi proses
sesuai dengan kesepakatan awal atau tergantung pada perkembangan situasi,
o Content recorder :perekam proses, bertugas mencatat proses dan hasil untuk
kepentingan dokumentasi/pelaporan program,
o Process facilitator :penjagaalurprosesfasilitasi,bertugasmengontrolagarproses

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 17


sesuai alur dan waktu, dengan cara mengingatkan fasilitator (dengan kode-kode yang
disepakati) bilamana ada hal-hal yang perlu dikoreksi,
o Environment Setter:penata suasana, menjaga suasana ‘serius’ proses fasilitasi,
misalnyadengan:mengajakanak-anakbermainagar tidak
menggangguproses(sekaligusjugabisamengajakmerekaterlibat dalamkampanyeSTBM,
misalnyadengan:menyanyibersama,
meneriakkanslogan,dsb.),mengajakberdiskusiterpisahpartisipan yang mendominasi atau
mengganggu proses, dsb.
2. Panitia menjelaskan lokasi praktik lapang dan gambaran awal jika tersedia, rencana
keberangkatan (waktu, perlengkapan yang harus dibawa, kendaraan, alur perjalanan,
dll.),
3. Berikanlah penugasan kepada setiap kelompok untuk mempersiapkan diri dan
dampingilah sesuai dengan keperluan. Berpakaian yang bersahaja guna menghidari kesan
upper-lower, bia perlu berpakaian seperti yang dikenakan oleh masyarakat yang akan
dikunjungi.
4. Bilamasihadacukupwaktu,lakukanbermainperanfasilitasiSTBM dimasyarakat.Minta
salahsatukelompokuntukmenjaditimfasilitatordanpesertalainnyasebagaimasyarakat
(10 – 15 orang).

CATATANPENTING
» Dalamfasilitasisebenarnya,urutantidaklahdibakukan,namunpemetaansosialsemestinya
dilakukan pertama,
» Lokasipemetaansosialsebaiknyadilahanterbuka(halaman),namunhasilnyaharus segera
dipindahkan ke kertas plano,
» Lokasi pemicuan dengan alat-alat seperti alur kontaminasi, menghitung tinja, dll.
tidaklahharusdiruangpertemuantertutup,tetapisebaiknyadilokasi-lokasiyangbisa
mengoptimalkan rasa jijik, takutpenyakit, berdosa, dll.

d. PanduanPemicuan Di Masyarakat

TUJUAN:
1. Masyarakat memahamipermasalahan sanitasi di komunitasnya dan
berkomitmen untuk memecahkannya secara swadaya,
2. Tersusunnyarencanakegiatanmasyarakatdalamrangkapemecahanmasalahsanitasidi
komunitasnya,
3. Terpilihnyapanitia lokal komunitas yang mengkoordinir kegiatan masyarakat.

WAKTU:
4 jam di masyarakat

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 18


METODE:
Praktik Lapang:
1. Pemetaan
2. Transectwalk
3. Fokus group discussion untuk melakukan pemicuan dan rencana tindak lanjut
untuk mendukung individu yang telah terpicu.
4. Alur kontaminasi

Pemantauan:
Observasi dan asistensi terhadap praktik fasilitasi yang dilakukan peserta.

MATERI:
- Buku catatan - Spidol
- Alat dokumentasi seperti kamera - Kertas flipchart

ALATBANTU:
- Tali rafia/plastik
- Bubuk/tepung berwarna : 3-4 warna

PROSES:
Karena kegiatan praktik kerja lapang yang dilakukan peserta ini merupakan kegiatan riil
(bukan simulasi), maka kesalahan proses dan hasil sedapat mungkin diminimalisi r. Fungsi
pelatih yang
melakukanobservasidanasistensiadalahmenjaminagarprosesdanhasilfasilitasiyangdilakuk
an peserta benar dan optimal. Langkah-langkah yang bisa ditempuh perlu disepakati
dengan para peserta yang memfasilitasidi tingkat komunitas, agar proses dan
hasilsesuaiyang diharapkan namun eksistensi peserta sebagai fasilitator haruslah dijaga
(apalagi akan terus memfasilitasi
komunitastersebut).Bilamemungkinkan,setiapkelompoksebaiknyadidampingioleh1-
2fasilitator yang hanya berkonsentrasi untuk kelompok tersebut.

CATATANPENTING
» Ingatkanlah, bahwa perwakilan masyarakat (6 orang per dusun atau total 12 orang per
desa, dengan perimbangan laki-laki dan perempuan) diundang dan akan dijemput (jam
09.00 pagi) untuk menyampaikan pengalamannya(kondisi sanitasi hingga saat ini) dan
rencanakedepankepadaseluruhpesertapelatihanditempatpenyelenggaraanpelatihan,
sekaligusmakansiangbersama.Wakil masyarakatakandiantarkembalikedusun/desa sekitar
jam 14.00 dari tempat pelatihan.
» Untukitu,petalapangandanrencanakegiatansebaiknyadisalinkekertas(plano)sebagai
bahan presentasi masyarakat.
» Hal ini bisa disesuaikan dengan rencana pelatihan yang akan dilaksanakan.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 18


e. PanduanKompilasiTemuanDan Pelaporan

TUJUAN:
1. Tersusunnyaitem-item pembelajaran dari praktik lapang setiap kelompok,
2. Tersusunnyalaporan proses dan hasil praktik lapang setiap kelompok.

WAKTU:
Maksimum 60 menit

METODE:
Diskusi kelompok

MATERI:
Hasil praktik lapang.

ALATBANTU:
Kertas plano dan peralatan lain sesuai kreatifitas peserta

PROSES:
1. Jelaskanlah, bahwa esok hari sebelum bertemu dengan masyarakat akan dilakukan
refleksi temuan praktik lapang. Untuk itu setiap kelompok perlu menyusun laporan yang
menggambarkan proses dan hasil serta pembelajaran yang diperoleh dari praktik lapang
tersebut. Berikan penegasan, bahwa peserta boleh berkreasi dalam menyajikan
laporannya. Untuk membantu dalam memetik pembelajaran, berikanlah penjelasan
tentang analisis yang
bisamembantumenemukanpembelajarandimaksud,misalnya:analisaSWOT(kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman).
2. Persilahkanlah masing-masing kelompok melaksanakan tugasnya.
Fasilitaorpendampingdilapangsetiapkelompok,tetaplahmendampingiagartugasbenar-
benar terselesaikan dengan baik.

CATATANPENTING
» Fasilitator pendamping dalam penyusunan laporan sebaiknya adalah fasilitator yang
mendampingi dalam praktik lapang.

f. Panduan Refleksi Temuan Praktik Kerja Lapang

TUJUAN:
1. Ditemukannyaitem-
itempembelajaranyangperludiperhatikandalamprosesmemfasilitasi STBMselanjutnya,

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 18


2. Ditemukannyaitem-
itempembelajaranyangspesifiklokalyangperludikembangkandalam
rangka optimalisasi STBM.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 18


WAKTU:
Maksimum 60 menit

METODE:
Presentasi kelompok Diskusi pleno

MATERI:
Laporan praktik lapang masing-masing kelompok

ALATBANTU:
Sesuai keperluan presentasi

PROSES:
1. Jelaskanlah tujuan dari session ini dan tegaskanlah bahwa waktu yang tersedia
untuk setiap kelompok hanya sekitar 15 menit (5 menit presentasi dan 10 menit untuk
diskusi penajaman)
2. Berikanlah kesempatan kepada kelompok yang ingin memulai presentasi dan tanya
jawab pendalaman khususnya tentang pembelajaran yang diperoleh (total 25 menit),
lanjutkan sampai seluruh kelompok mempresentasikan laporannya.
3. Diskusikanlah secara pleno tentang pembelajaran bersama yang diperoleh,
khususnya tentang‘apayangseharusnyadilakukan’,‘apayangseharusnyadihindari’
serta‘apayang spesifik bisa dikembangkan di daerah setempat’.

g. PlenoDengan Masyarakat

PENGANTAR
Dalamrangkamemastikanrencanaindividu/rumahtanggaterkonsolidasiditingkatRT dan
Kelurahan/Desa,sertaKelurahan/DesamemilikirencanayangjelastentangtargetSTBM
dalam perubahan perilaku yang lebih luas, maka dipandang perlu melakukan pleno
masyarakat.
PlenomenjadiajangkompetisidanpemicuanulangantarRT,sehinggaakanmelahirkankomitm
en kongkrit dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan di tingkat kelurahan/desa
secara
bersama-sama (collective action).

TUJUAN : • Memicu kembali antar RT untuk memastikan target perubahan


perilaku yang lebih luas dan kongkrit.
• MengkonsolidasikanRTLantarRTsehinggamenghasilkanRTLdi
tingkat Kelurahan.
• MeningkatnyamotivasimasyarakatdanRTuntukmelaksanakan
rencana kegiatan yang mereka susun.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 18


WAKTU : Maksimum 120 menit

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 18


METODE : • Presentasi masyarakat

• Sharing pengalaman

• Diskusi pleno

• Feedbackprogresif.

ALAT/TOOLS/ : 3. Semua visual hasil pemicuan ditempel di dinding.

MEDIA 4. Matriks kompetisi antar kelompok (benchmark).

INDIKATOR : Rencanakongkrit darimasing-masingkomunitasdalammewujudkan


PENCAPAIAN ODF
TUJUAN

PERSIAPAN
PENTING : 5. Ruangansudahdisettingsedemikianrupauntukdinamisnyaprose
pleno

FASILITATOR 6. Matriks kompetisi antar komunitas sudah disiapkan


7. Audio (sound system)dipastikan sudah berfungsi
PESERTA
Peserta pleno dari setiap RTyang dipicu sebanyak 4 orang yang terdiri dari unsure:

1. Natural Leader (Kampium) 3 orang


2. Ketua RTatau tokoh formal 1 orang

Pesertaadalahmereka-merekayangkitasebuttamuistimewa,karenamerekaadalahpilihan
danleaderalamiyangdiharapkanakanmenjadipemiculanjutan.Peserta dariNaturalLeader
atau kampium umumnya mereka yang terpicu lebih awal atau memiliki semangat belajar
dan kerelawananyangkuat. Nama-
nyasangattergantungsiapayangterpiculebihawaldanmuncul tanda-tanda sebagai relawan
untuk menjadi leader alami.

SedangkanpesertadariunsureRTatautokohformal,secaraotomatisharusdiinformasikanoleh
Peserta Latih. Peserta dari setiap RTdiundang secara lisan olehTimPemicu.

PesertalainnyaadalahperwakilanDinasKesehatanKotaDepokdanUnsurPuskemasyang
diundang oleh Panitia.

PEMANDU/FASILITATOR

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 18


Plenodipanduataudifasilitasiolehpesertalatihyangdipilihpadasaatpelatihandikelas(sebelu
m ke lapangan) dan disebutTimPemandu. Fasilitator adalah dalam bentuk tim yang
terdiri dari:

1. PembawaAcara/MC (menghantar acara menyambut tamu istimewa dari RT).


2. Pemandu Utama, yang akan memandu/memfasilitasi proses pleno dan pemicuan
ulang
3. Pemandu Pendamping, mendampingi pemandu Utama dalam menjalankan
perannya
4. Pencatat

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 18


Proses:

No Langkah Output

PERSIAPAN
1. TimPemandumenataruangantempatpertemuan.Ruangan Ruangan siap
harus dipastikan menarik dan dinamis untuk proses pleno. digunakan
2. TimPemanduberbagitugasdanmemastikanbahwarencana Tugasdihapami
pleno benar-benar siap. dengan baik.

3. PerwakilanTimPemandumemastikanbahwaplenoakandimu Peserta perwakilan


lai jikasemuaperwakilanRT sudahtiba.SementaramenungguRTberkumpul.
lengkap, perwakilan RTyang sudahhadir belum
diperkenankan masuk ke dalam ruangan, tetapi diajak
ngobrol di luar ruangan.
4. Tim pemicu (kelompok lapangan) memastikan Hasil visual lengkap
kelengkapan bahan presentasi setiap wakil komunitas. dan siap
dipresentasikan.
PELAKSANAAN PLENO
1. RombonganpesertadariperwakilanRTdimintamasukkedala
m ruangan secara beriringan oleh MC.
2. MCmemintamasing- Penghargaan untuk
masingtimpemicu(5kelompoklapangan) untuk menyambut wakil komunitas.
wakil komunitas dan mengajak masuk ke ruang
kelasdiiringi dengan musik yang bersemangatdan tepuk
tangandarisemuayanghadir.MCmempersilahkanmereka
foto bersamafasilitatorpemicuyangdatangkewilayahnya
secarabergantian(pastikansemuawakilmasyarakatdapatfot
o bersama).
3. MC mengucapkan selamat datang dan menjelaskan tujuan Pemahaman tujuan
mereka diundang dan membangun komitmen bahwa pertemuan oleh
semua akan menghargai siapapun yang melakukan komunitas.
presentasi.
4. MCmenyerahkankegiatanplenokepadaPemanduUtamadan Pemandu Utama
Pemandu Pendamping untuk memandu proses pleno. mulai berperan.

Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM 18


No Langkah Output

5. Pemandu utama memfasilitasi/memoderasi masing- Komitmen dan


masing komunitasRTrencana pasca
untukmempresentasikanhasildiskusidanRTL pascapemicuan.
pemicuan sementara Pemandu lainnya memasang
6. Pencatat/Pemandu Pendamping mengisi matriks Matriks terisi
selama presentasi setiap RT. (sementara).

7. Pemandu Utama memicu kembali komunitas yang belum Pemantapan


berkomitmenODF komitmen baru
danmendorongpercepatanbagikomunitas yang sudah untuk ODF
mempunyai komitmen. secepatnya dan
tidak berharap
subsidi.
PemanduPendamping/Pencatatbisamerubahnilai/bagan/ Kemungkinan setiap
grafik matriks
jika warga RTmenyatakan perubahannya dalam pemicuan. akan berubah nilai/
grafiknya.

8. Pemandu Utama meminta komunitas yang mau berubah Reward untuk


lebih cepat, maju kedepan kelas untukdiberi applaus dan kampiun
selamat sertafotobersamasebagaireward.
Tanyakan“siapalagiyang mau menyusul?”.

RTLdanPENUTUPAN
9. PemanduUtamamemintakomunitasdidampingitimpemicu Strategi dan RTL
memperbaiki strategi dan menyusun rencana tindak pasca pemicuan
lanjut-nya. (pleno).
10. MCmemberikansalam,ucapanterimakasih,danmemberikan Semangat
applaus diiringi musik yang bersemangat. mendorong
perubahan.

185
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM
Lampiran: MatriksAspek Benchmark antar RT (Harus Divisualisasikan ketika pleno)

RW– 2 RW– 6
(Kelurahan Pasir Putih) (Kel. Pasir Putih)
Aspek Kategori

1.Mengharap Bantuan dari


pihak Luar (Subsidi)
Jika masih ada yang mengharap
nilai-nya 0 dan sebaliknya.
2.Jumah warga yang terpicu

Semakin banyak yang terpicu


semakin tinggi nilainya (%).
3.Adanya TimKomite

Semakin lengkap nama dan


strukturtim-nya semakin besar
nilainya.
4.Rencana tindaklanjutdan
strategi
Semakin lengkap/ detail RTL-nya
semakin tinggi nilainya.

5.TargetODF

Semakin jelas, lebih dekat dari


sisi waktu dan semakin terukur,
maka semakin tinggi nilainya.

185
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM

Anda mungkin juga menyukai