4
Pemicuan STBM di Komunitas
MODULMI.4- PEMICUAN STBM DI KOMUNITAS................................................................111
I. DESKRIPSI SINGKAT.......................................................................................................113
II. TUJUAN PEMBELAJARAN..............................................................................................113
A. Tujuan Pembelajaran Umum...................................................................................113
B. Tujuan Pembelajaran Khusus..................................................................................113
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN.............................................................113
A. Pokok Bahasan 1:Pra Pemicuan..............................................................................113
B. Pokok Bahasan 2:Pemicuan.....................................................................................113
C. Pokok Bahasan 3:Paska Pemicuan..........................................................................113
D. Pokok Bahasan 4:Simulasi Pemicuan STBMdi Komunitas.......................................114
E. Pokok Bahasan 5:Praktik Pemicuan di Lapangan....................................................114
IV. BAHAN BELAJAR............................................................................................................114
V. METODE PEMBELAJARAN.............................................................................................114
VI. LANGKAH - LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN.......................................................114
A. Langkah 1 : Pengkondisian (15 menit).....................................................................114
B. Langkah 2 : Pengkajian Pokok Bahasan (1050 menit).............................................114
C. Langkah 3 : Rangkuman (15 menit).........................................................................115
VII. URAIAN MATERI............................................................................................................115
A. POKOKBAHASAN 1 : PRA PEMICUAN......................................................................115
B. POKOKBAHASAN 2 : PEMICUAN..............................................................................117
C. POKOKBAHASAN 3 : PASKA PEMICUAN..................................................................145
D. POKOKBAHASAN 4 : SIMULASI PEMICUAN STBM DI KOMUNITAS.........................175
E. POKOKBAHASAN 5 : PRAKTIK PEMICUAN DI LAPANGAN........................................177
IV. REFERENSI.....................................................................................................................177
V. LAMPIRAN.....................................................................................................................177
I. DESKRIPSI SINGKAT
Modul ini bertujuan untuk memperkuat pengetahuan dan keterampilan peserta dalam menerapkan
pendekatan STBM ketika memfasilitasi proses pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam
melakukan pemicuan STBM di komunitas. Dalam materi ini dibahas bagaimana melakukan
prapemicuan, pemicuan, fasilitasi paska pemicuan, simulasi pemicuan STBM di komunitas dan
mempraktikkan pemicuan di lapangan untuk pilar 1 (Stop BuangAir Besar Sembarangan/SBS).
Metode ini dapat digunakan untuk melakukan pemicuan pada pilar-pilar lainnya.
V. METODE PEMBELAJARAN
Ceramah tanya jawab, diskusi kelompok, simulasi, bermain peran, putar film, pemilihan kelompok
secara partisipatif, penugasan, dan praktik kerja lapang.
Pemicuan adalah kegiatan bersama masyarakat untuk memfasilitasi masyarakat melakukan analisa
terkait perilaku mereka dalam melakukan buang air besar.
Maksud pemicuan adalah masyarakat secara bersama - sama bisa menyadari bahaya kebiasaan
buang air besar sembarangan dan merasa jijik melakukan kebiasaan BABS, meskipunmereka hanya
melakukan BABSsatu hari saja, dan sudah tiap hari.
Tujuannya adalah agar masyarakat mau berubah perilakunya dari buang air besar sembarangan
menjadi buang air besar di jamban yang higiene dan layak.
Sering kali dalam pemicuan, masyarakat berkomentar mengenai sulitnya mengubah kebiasaan BABS,
karenab eberapa alasan klise seperti : kita ini orang miskin dan tidak mampu untuk membangun
jamban. Apakah Anda bisa membantu untuk membangun jamban? kami akan berhenti melakukan
BABS secepatnya dan kami akan segera membangun lubang dll. Oleh karena itu pemicuan dilakukan
bersama-sama sekelompok masyarakat agar masyarakat yang sudah terpicu dapat dengan cepat
mengambil keputusan secara kolektif untuk menghentikan kebiasaan BABS.
Kegiatan pemicuan dilakukan secara bertahap, yang terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu kegiatan
pra-pemicuan, saat pemicuan dan pasca pemicuan. Penjelasan lebih detail akan dijabarkan pada
pokok bahasan berikut.
A. POKOKBAHASAN 1 : PRAPEMICUAN
Sebelum melakukan pemicuan di masyarakat, peserta hendaklah sudah memiliki informasi dan data-
data dasar terkait perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat.
Persiapan pemicuan dan menciptakan suasana yang kondusif sebelum pemicuan menjadi bagian
yang tak terpisahkan dalam proses pemicuan. Persiapan ini dilakukan dengan kunjungan kepada
pemerintah setempat yang akan digunakan sebagai lokasi pemicuan dan dijelaskan secara rinci
kegiatan yang akan dilaksanakan selama proses pemicuan STBM termasuk proses pemberdayaan
masyarakat yang akan dilaksanakan di lapangan.
Sebelum kita melakukan kegiatan pemicuan STBM dikomunitas / masyarakat kita memerlukan
beberapa peralatan dan logistik yang akan digunakan untuk mendukung proses partisipatif
masyarakat. Persiapan teknis dan logistik ini menjadi bagian penting yang akan mendukung proses
analisa partisipatif yang membantu masyarakat untuk mengenal kondisi wilayahnya beserta dengan
permasalahan dan potensi yang ada sehingga diharapkan bisa membantu masyarakat untuk
menemukan solusi secara kolektif dari mereka sendiri. Persiapan teknis dan logistik ini rinciannya
Pemicuan bisa dilakukan di ruang terbuka maupun tertutup, asal bisa mengoptimalkan rasa jijik,
takut penyakit, berdosa, dll, yang bisa memicu masyarakat untuk berubah. Beberapa kegiatan bisa
dilakukan pada proses pemicuan. Untuk pemicuan pila r1 STBM, Stop Buang Air Besar Sembarangan,
tim pemicu bisa mengajak masyarakat melakukan kegiatan mencari tinja, menghitung tinja, dan
demonstrasi air yang terkena tinja. Untuk pilar 2 STBM, Cuci Tangan Pakai Sabun, tim pemicu bisa
mengajak masyarakat bermain alur penularan penyakit (diagramF) dan simulasi cuci tangan pakai
sabun. Tim pemicu bisa menyesuaikan kegiatan sesuai dengan tujuan pemicuan yang akan dilakukan,
baik untuk pilar 1, 2, 3, 4, ataupun 5.
Sebelum melakukan pemicuan, tim pemicu perlu mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan, seperti
tepung, dedak, botol air mineral, puzzle simulasi diagram F, sabun, ember, kertas metaplan, spidol,
kertas potong, lem, dll.
Peserta perlu mendiskusikan lebih detail dengan anggota kelompok mengenai alat yang diperlukan
sesuai dengan kondisi dan rencana proses melakukan pemicuan di masyarakat.
Laporan WHO tahun 2009 menyebutkan bahwa sekitar 1,1 juta anak usia dibawah lima tahun
meninggal karena diare. Sementara UNICEF memperkirakan bahwase tiap 30 detik ada satu anak
yang meninggal karena diare. Kematian diare pada balita di Negara – Negara berkembang mencapai
1,5 juta jiwa. Data di Indonesia menunjukkan diare adalah pembunuh balita kedua setelah ISPA
(Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Di Indonesia setiap tahun 100.000 balita meninggal karena diare.
Penyebab utama diare adalah bakteri Eschericiacoli selanjutnya disingkat menjadi E.coli. E. coli
adalah tipe bakteri fecal coliform yang biasanya terdapat pada alat pencernaan binatang dan
manusia. Adanya E.coli di dalam air adalah indikasi kuat adanya kontaminasi adanya kotoran manusia
dan hewan.
Diagram penyebaran kuman diare biasa disebut DiagramF. Diagram ini pertama ditemukan oleh
E.G. Wagner dan J.N. Lanoix pada tahun 1958. Diagram F menggambarkan bagaimana bakteri E.coli
yang ada di dalam kotoran manusia dan hewan bisa masuk ke perut melalui beberapacara, antara
lain melalui tangan (fingers), air (fluid), dan lalat (flies).
Lalat sering hinggap dikotoran manusiadan hewan. Pada saathinggapdimakanan, lalat menempelkan
kotoran manusia dan hewan ke makanan dan minuman yang tidak ditutup dengan baik, yang bisa
menyebabkan diare. Makanan dan minuman yang tidak ditutup rapat, juga bisa terkena udara yang
mengandung kuman penyakin dan bisa menyebabkan diare.
Kotoran manusia yang berserakan ataupun tidak dibuang ke saluran yang benar, dapat mencemari
1. Pembuatan jamban sehat, sehingga lalat tidak dapat menyentuh kotoran manusia.
2. Pengelolaan air minum mulai dari sumber sampai siap untuk diminum.
3. Mengolah makanan dengan benar serta menutup makanan.
4. Mencuci tangan menggunakan sabun pada waktu-waktu penting.
Simulasi air yang telah terkontaminasi; mengajak masyarakat untuk melihat bagaimana
kotoran manusia dapat dimakan oleh manusia yang lainnya.
DiskusiKelompok (FGD) ; bersama – sama dengan masyarakat melihat kondisi yang ada
dan menganalisanya sehingga diharapkan dengan sendirinya masyarakat dapat merumuskan apa
yang sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan. Pembahasannya meliputi:
1. FGD untuk menghitung jumlah tinja dari masyarakat yang BAB di sembarang tempat
selama 1 hari, 1 bulan, dan dalam 1 tahunnya.
2. FGD tentang privacy, agama, kemiskinan, dan lain-lain Adapun alat yang digunakan
dalam proses monitoring, diantaranya:
Pemetaandanskoringpemetaan, untuk melihat akses masyarakat terhadap tempat - tempat
BAB (dengan cara membandingkan antara akses sebelum pemicuan dan akses yang terlihat paska
pemicuan dan tindak lanjut masyarakat).
Rating Scale atau Convinient, yang bertujuan untuk:
melihat dan mengetahui apa yang dirasakan masyarakat (bandingkan antara yang
dirasakan duluk etika BAB disembarang tempat dengan yang dirasakan sekarang ketika sudah BABdi
tempat yang tetap dan tertutup).
mengetahui apa yang masyarakat rasakan dengan sarana sanitasi yang dipunyai sekarang,
dan hal lain yang ingin mereka lakukan Hal ini berkaitan dengan tangga sanitasi di masyarakat.
Langkah kerja dari masing – masing alat tersebut dapat dilihat (untuk dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan lapangan) dalam lampiran “PANDUAN FASILITASI DI TINGKAT KOMUNITAS”
b. Elemen Pemicuan dan Faktor Penghambat Pemicuan.
Dalam pemicuan di masyarakat terdapat beberapa factor yang harus dipicu sehingga target utama
yang diharapkan dari pendekatan STBM, salah satunya, yaitu : merubah perilaku sanitasi dari
masyarakat yang masih melakukan kebiasaan BAB di sembarang tempat dapat tercapai.
Secara umum factor – factor yang harus dipicu untuk menumbuhkan perubahan perilaku sanitasi
dalam suatu komunitas, diantaranya:
Dalam memicu elemen – elemen di atas, dalam suatu komunitas biasanya ada juga factor - faktor
penghambat pemicuan. Salah satunya adalah bahwa masyarakat sudah terbiasa dengan subsidi,
sementara dalam pendekatan STBM tidak ada unsur subsidi sama sekali. Berikut adalah beberapa hal
yang biasanya menjadi penghambat pemicuan di masyarakat, dengan alternatif solusi untuk
mengurangi atau mengatasi factor penghambat tersebut.
c. Langkah-langkah pemicuan
2. Bina suasana
Untuk menghilangkan “jarak” antara fasilitator dan masyarakat sehingga proses fasilitasi berjalan
lancar, sebaiknya lakukan pencairan suasana. Pada saat itu temukan istilah setempat untuk “tinja”
(misalnya tai,dll) dan BAB(ngising, naeng, dll)
Pemetaan
Tujuan:
Mengetahui/ melihat peta wilayah BABmasyarakat,
Sebagai alat monitoring (pasca pemicuan, setelah ada mobilisasi masyarakat).
Proses:
Ajak masyarakat untuk membuat outline desa/ dusun/ kampong, seperti batas desa/
dusun/kampong, jalan, sungai, dll.
Siapkan potongan - potongan kertas dan minta masyarakat untuk mengambilnya,
menuliskan nama kepala keluarga masing - masing dan menempatkannya sebagai rumah, kemudian
peserta berdiri di atas rumah masing-masing.
Minta mereka untuk menyebutkan tempat BAB di luar rumahnya, baik itu di tempat
terbuka maupun “numpang di tetangga”, tunjukkan tempatnya dan tandai dengan bubuk kuning.
Beri tanda (garis akses) dari masing - masing KK ke tempat BAB nya.
Tanyakan pula dimana tempat melakukan BAB dalam kondisi darurat seperti malam hari,
saat hujan atau saat terserang penyakit perut.
Catatan:
Untuk kepentingan masyarakat dalam memonitor kondisi wilayahnya sendiri, peta di atas
lahan “harus” disalin ke dalam kertas flipchart,
Jika tempat tidak memungkinkan, pemetaan bisa dilakukan dengan menggunakan kertas
yang cukup besar.
TransectWalk
Tujuan
Melihat dan mengetahui tempat yang paling sering dijadikan tempat BAB, dengan mengajak
masyarakat berjalan ke sana dan berdiskusi di tempat tersebut, diharapkan masyarakat akan merasa
jijik dan bagi orang yang biasa BAB ditempattersebut,diharapkanakan terpicu rasa malunya.
Proses :
Ajak masyarakat untuk mengunjungi wilayah-wilayah yang sering dijadikan tempat BAB
(didasarkan pada hasil pemetaan),
Lakukan analisa partisipatf di tempat tersebut,
Tanya siapa saja yang sering BAB di tempat tersebut atau siapa yang hari ini telah BAB di
tempat tersebut.
Jikadiantara masyarakat ada yang ikut transect walk ada yang biasa melakukan BAB di
tempat tersebut, tanyakan:
o Bagaimana perasaannya,
o Berapa lama kebiasaan itu berlangsung,
o Apakah besok akan melakukan hal yang sama?
Jika diatara masyarakat yang ikut transect tidak ada satupun yang biasa melakukan BAB di
tempat tersebut, tanyakan pula bagaimana perasaannya melihat wilayah tersebut. Tanyakan hal
yang sama pada warga yang rumahnya berdekatan dengan tempat yang sering dipakai BAB tersebut.
Jika ada anak kecil yang ikut dalam transect atau berada tidak jauh dengan tempat BAB
itu, tanyakan apakah mereka senang dengan keadaan itu? Jika anak – anak kecil menyatakan tidak
suka, ajak anak – anak itu untuk menghentikan kebiasaan itu, yang bisa dituangkan dalam nyanyian,
slogan, puisi, dan bentuk-bentuk kesenian (lokal) lainnya.
Catatan:
Jika masyarakat sudah terpicu tetapi belum total (yang mau berubah baru sebagian), natural leader
dan anggota masyarakat lainnya dapat melakukan kembali transect walk dengan membawa “peta”.
Transect walk ini dilakukan dengan mengunjungi rumah - rumah dan menanyakan kepada mereka
kapan mereka mau berubah seperti masyarakat lainnya yang sudah mulai berubah? Minta waktu
yang detil, misalnya tanggal berapa.Tandai rumah masing - masing dengan tanggal sesuai kesiapan
mereka.
Tujuan
Mengajak masyarakat untuk melihat bagaimana kotoran manusia dapat dimakan oleh manusia yang
lainnya.
Proses
Tanyakan kepada masyarakat apakah mereka yakin bahwa tinja bisa masuk ke dalam
mulut?
Tanyakan bagaimana tinja bisa “dimakan oleh kita”? melalui apa saja? Mintamasyarakat
untuk menggambarkan atau menuliskan hal-hal yang menjadi perantara tinja sampai ke mulut.
Analisa hasilnya bersama-sama dengan masyarakat dan kembangkan diskusi (misalnya
FGD untuk memicu rasa takut sakit).
Simulasi dengan menggunakan air ini dapat dilakukan pada saat transect, saat pemetaan atau pada
saat diskusi kelompok lainnya/
Tujuan
Mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat terhadap air yang biasa mereka gunakan sehari-hari.
Proses
Dengan disaksikan oleh seluruh peserta, ambil 1 ember air sungai dan minta salah seorang
untuk menggunakan air tersebut untuk cuci muka, kumur - kumur, cuci pakaian dan lain-lain yang
biasa dilakukan warga di sungai,
Bubuhkan sedikit tinja ke dalam ember yang sama, dan minta salah seorang peserta untuk
melakukan hal yang dilakukan sebelumnya.
Tunggu reaksinya. Jika ia menolak melakukannya, tanyakan apa alasannya? Apa bedanya
dengan kebiasaan masyarakat yang sudah terjadi dalam kurun waktu tertentu? Apa yang akan
dilakukan masyarakat di kemudian hari?
Peragaam ini bisa ditambhakan dengan hal - hal lain seperti mencampur sedikit kotoran ke dalam
gelas dan minta mereka untuk meminumnya, meminta masyarakat untuk mencuci beras, sikat gigi
atau berwudlu dengan air sungai yang telah dicampur dengan kotoran,dll.
Diskusi Kelompok(FGD)
Tujuan
Bersama – sama dengan masyarakat melihat kondisi yang ada dan menganalisanya sehingga
diharapkan dengan sendirinya masyarakat dapat merumuskan apa yang sebaiknya dilakukan atau
tidak dilakukan.
Banyak hal yang harus dipicu yang dapat dilakukan melalui diskusi dengan masyarakat, diantaranya:
FGD untuk memicu rasa “malu” dan hal-hal yang bersifat “pibadi”
Tanyakan seberapa banyak perempuan yang biasa melakukan BAB di tempat terbuka dan
alasan mengapa mereka melakukannya
Bagaimana perasaan kaum perempuan ketika BAB di tempat terbuka yang tidak
terlindung dan kegiatan yang dilakukan dapat dilihat oleh setiap orang?
Bagaimana perasaan laki – laki ketika istrinya, anaknya atau ibunya melakukan BAB di
tempat terbuka dan dapat dilihat oleh siapapun juga yang kebetulan melihatnya secara sengaja atau
tidak sengaja?
Apa yang dilakukan perempuan ketika harus BAB (ditempat terbuka) padahal ia sedang
mendapatkan rutinitas bulanan. Apa yang dirasakan?
Apa yang akandilakukan besok hari? Apakah tetap akan melakukan kebiasaan yang sama?
Catatan:
Dalam kebiasaan BAB di sembarang tempat, perempuan adalah pihak yang paling terbebani
(kehilangan privacy), jadi perempuan termasuk kelompok yang paling kompeten untuk dipicu.
FGD ini biasanya berlangsung ketika masyarakt sudah terpicu dan ingin berubah,namun terhambat
dengan tidak adanya uang untuk membangun jamban.
Apabila masyarakat mengatakan bahwa membangun jamban itu perlu dana besar,
fasilitator bisa menanyakan apakah benar jamban itu mahal? Bagaimana dengan bentuk ini (berikan
alternatif yang paling sederhana).
Apabila masyarakat tetap beralasan mereka cukup miskin untuk bisa membangun jamban
(meskipun dengan bentuk yang paling sederhana), fasilitator bisa mengambil perbandingan dengan
masyarakat yang “jauh lebih miskin” daripada masyarakat Indonesia, misalnya Bangladesh.
Bagaimana masyarakat miskin di Bangladesh berupaya untuk merubah kebiasaan BABdi sembarang
tempat.
Apabila masyarakat masih mengharapkan bantuan, tanyakan kepada mereka: tanggung
jawab siapa masalahBAB ini? Apakah untuk BAB saja kita harusmenunggu diurus oleh pemerintah
dan pihak luar lainnya?
5. Monitoring
Lebih kepada “memberikan energi” bagi masyarakat yang sedang dalam masa perubahan di bidang
sanitasinya.
127
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM
ALAT/ELEMEN STOP BABS CTPS PAM - RT SAMPAH LIMBAH
Transect Walk ++ ++ ++
Oral fecal ( diagram F) ++ ++ ++ ++ ++
Hitung volumeTinja ++ -- -- -- --
Hitung volume sampah -- -- -- ++ --
Hitung Volume Limbah -- -- -- -- ++
Focus Group Discution ++ ++ ++ ++ ++
Simulasi/demo air + tinja ++ -- -- -- --
merubah kebiasaan BABS-nya dengan siapa yang pagi ini tadi BABdi
NO KEGIATAN TUJUAN PROSES WAKTU
130
b. Elemen Rasa Menimbulkanrasajijikterhadaptinjay Kalau belum ada yang terpicu dengan 15 menit Visualisas
Jijik angdibuang sembarangan. elemen rasa malu, lanjutkan dengan i tinja
Menimbulkan keinginan kuat untuk elemen rasa jijik.
merubah kebiasaan BABS-nya dengan Tanyakanberapa anggota keluarga
melaksanakan Stop BABS. dan berapa kali setiap hari BAB.
Menimbulkan keinginan kuat untuk Mintamerekamembuattumpukanbah
membangun & menggunakan jamban anmenyerupai tinja (yang sudah disiapkan)
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM
e. Elemen Rasa Menimbulkan rasa jatuh harga diri Kalau belum ada yang terpicu dengan 15 menit -
HargaDiri karena masih berperilaku BABS. elemen- elemen diatas lanjut-kan dengan
Menumbuhkan kebanggaan karena elemen rasa harga diri.
telah mempunyai jamban dan telah Tanyakanperasaan mereka kalau ada
melaksanakan Stop BABS. tamu yang sangat dihormatinya mau
Menimbulkan keinginan kuat untuk numpang BABdan ternyata nggak punya
merubah kebiasaan BABS-nya dengan jamban atau
131
NO KEGIATAN TUJUAN PROSES WAKTU
132
6. Kesepakatan Membangun komitmen dari Minta kepada masyarakat yang 30 menit Flip Chart
masyara-kat yang mau berubah: kapan terpicu untuk menuliskan komitmen/ &alat
akan merealisasikan keinginannya kesanggupan mereka untuk mulai tulis
untuk berubah. membangun jamban
Membuat kesepakatan keberadaan Minta kepada masyarakat yang
7. RTL Memfasilitasi masyarakat yang Minta kepada Komite untuk membu- 30 menit Flip Chart
terpicu untuk membuat at Rencana TindakLanjut dalam rangka &alat
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM LEMBAR PROSESUNTUK FASILITATORSTBM(CTPS)
2 Bina Masyarakat/peserta Fasilitator melakukan bina suasana/ice breaking yang sesuai 10 menit
suasana merasa senang, tanpa dengan situasi kondisi
3 Identifikasi Mengajak masyarakat • Fasilitator menyampaikan pertanyaan apa saja yang 25 menit • Kertas
limbah mengenali menjadi air limbah di rumah? flipchart
cair rumah permasalahan • Ketikamasyarakattelahmenyampaikanwujudlimbahcairyan • Spidol
tangga, pengelolaan limbah gdihasilkan,fasilitator menuliskan pada kertas metaplan dan • Kertas
Pemetaaan cairnya sendiri menempelkan pada kain tempel. metaplan
Hitung • Fasilitator meminta peserta membagi kelompok sesuai
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM
3 Pemicuan:
A Alur Mengajak masyarakat • Tanyakan 10 menit • Gamba
kontaminas untuk melihat kepadamasyarakatapakahmerekayakinbahwatinjabisamasukk r tinja dan
i bagaimana kotoran e dalam mulut? gambar
manusia dapat dimakan • Tanyakan bagaimanalimbahcairmasukketubuhkita? mulut
oleh manusia yang melaluiapasaja?Minta masyarakat untuk menggambarkan hal • Potong
lainnya – hal yang menjadi perantara limbah cair sampai ke mulut. an kertas
• Analisis hasilnya bersama–sama dengan masyarakat dan • Spidol
kembangkan diskusi (misalnya FGD)
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM
1. Perkenalan Agar masyarakat dengan 1. Fasilitator menyampaikan maksud dan tujuan. 15 menit -
dan fasilitator saling mengenal, 2. Fasilator melakukan bina suasana/ice breaking
penyampaia Agarmasyarakatmengetahu yang sesuai dengan situasi kondisi.
n tujuan. imaksud kedatangan fasilitator.
Agar masyarakat
2. Pencairan Agar masyarakat merasa 1. Ajak masyarakat melakukan perma-inan/game 15 menit Sesuai
suasana senang mengikuti acara yang menimbulkan rasa lucu dan membuat gembira. kebutuha
pertemuan 2. Atau ajak masyarakat bernyanyi atau membuat n
Agar masyarakat tidak joke/lelucon.
3. Pemetaan Digunakan untuk alat P.R.A. 1. Minta bbrp sukarelawan untuk meng- 25 menit Bahan
Digunakan untuk gambarkan batas desa/ dusun/RW. setempat
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM
d. Elemen Menimbulkan rasa Kalau belum ada yang terpicu dengan elemen 15 menit Visualisasi
Rasa takutdosa karena tahu bahwa rasa malu,jijik dan rasa takutsakit lanjutkan dengan sampah
TakutDosa sampah yang dibuang elemen rasa takutdosa.
sembarangan bisa membuat najis Tanyakanperasaan mereka kalau tau bahwa
alat ibadah atau orang lain yang sampah yang mereka buang bibit penyakit yang
mau beribadah. dibawanya bisa masuk mulut orang lain dan
Menimbulkan rasa menimbulkan sakit atau
takutdosa karena tahu bahwa Tanyakanperasaan mereka kalau tau bahwa
sampah yang dibuang sampah yang mereka buang (misalnya ke sungai)bisa
sembarangan bisa membuat membuat ibadah orang lain tidak
orang lain jatuh sakit. diterimaTuhankarena alat ibadah atau badannya
Menimbulkan keinginan tidak suci karena terkenan najis dari sampah ? atau
e. Elemen Menimbulkan rasa jatuh Kalau belum ada yang terpicu dengan elemen- 15 menit -
Rasa Harga harga diri karena masih elemen diatas lanjut-kan dengan elemen rasa harga
Diri berperilaku buang sampah diri.
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM
KomposisitimpemicuyangbiasanyadigunakandalammemfasilitasiSTBMdikomunitas,sebag
ai berikut:
Leadfacilitator: fasilitator utama, yang menjadi motor utama proses fasilitasi, biasanya 1
orang
Co–facilitator :membantufasilitatorutamadalammemfasilitasiprosessesuaidengan
kesepakatan awal atau tergantung pada perkembangan situasi
Content recorder:perekamproses,bertugasmencatatprosesdanhasiluntukkepentingan
dokumentasi/pelaporan program
Processfacilitator :penjagaalurprosesfasilitasi,bertugasmengontrolagarprosessesuaialur
dan waktu, dengan cara mengingatkan fasilitator (dengan kode-kode yang disepakati)
bilamana ada hal-hal yang perlu dikoreksi.
Environment Setter:penatasuasana,menjagasuasana‘serius’prosesfasilitasi,misalnya
dengan: mengajak anak-anak bermain agar tidak mengganggu proses (sekaligus juga bisa
mengajakmerekaterlibatdalamkampanyeSTBM, misalnyadengan:menyanyibersama,
meneriakkanslogan,dsb.), mengajakberdiskusiterpisahpartisipanyangmendominasiatau
mengganggu proses, dsb.
C. POKOKBAHASAN 3:PASKAPEMICUAN
a. MembangunUlangKomitmen
Hasil komitmen yang telah disepakati bersama dengan masyarakat, diserahkan oleh
perwakilan kelompok masyarkat kepada pejabat yang berwenang di daerah untuk
dilakukan tindak lanjut
sesuaidenganrencana.Diharapkanpemerintahdaerahdapatmenindaklanjutisesuaiprosesya
ng telah terjadi dan dapat menghasilkan keluaran yang diharapkan oleh masyarakat.
PencapaianDesa/KelurahanSTBM dengankondisisanitasitotalyangmencakup5pilarSTBM
akan diikuti dengan pencapaian akses sarana dan prasarana sanitasi di masyarakat.
Pencapaian
saranasanitasiiniakanadadimasyarakatmulaiteknologiyangpalingsederhanahinggateknolo
gi
yangcanggihdanterkeloladenganbaik.Pilihanteknologisanitasiuntuk5pilarSTBMiniberprinsi
p harus sesuai dengan standar kesehatan, mudah dan terjangkau oleh masyarakat.
Dalampemilihanopsiteknologiyangada,masyarakatharusmemahamitanggasanitasi.
Tangga sanitasi ini akan membantu masyarakat untuk mempraktikkan kebiasan pola
hidup bersih dan sehat, dengan bantuan alat yang sederhana hingga alat yang lebih
canggih dan permanen.
Sebagaicontoh,untukpilar1,masyarakatnaikdarikebiasaanawalyangmasihBABsembaranga
n hinggamencapaikondisiberperilakuhigienisdansaniterdenganBAB
dijambanyangsehatdan permanen.Untukpilar2,
masyarakatberubahperilakunyadaritidakmencucitanganhingga
mencucitanganpakaiairdansabun,dannaiklagimisalnyadenganmelakukannya diwastafel
yang permanen. Begitupun dengan pilar-pilar lainnya, yang menunjukkan adanya
perubahan dan peningkatan perilaku menjadi lebih baik.
c. TanggaSanitasiUntuk 5 PilarSTBM
Sanitation Ladder atau tangga sanitasi merupakan tahap perkembangan sarana sanitasi
yang digunakan masyarakat, dari sarana yang sangat sederhana sampai sarana sanitasi
yang sangat layak dilihat dari aspek kesehatan, keamanan dan kenyamanan bagi
penggunanya.
DalamSTBM,masyarakattidakdimintaataudisuruhuntukmembuatsaranasanitasitetapihany
a
mengubahperilakusanitasimereka.Namunpadatahapselanjutnyaketikamasyarakatsudahm
au merubah kebiasaan BABnya, sarana sanitasi menjadi suatu hal yang tidak terpisahkan.
Seringkali pemikiran masyarakat akan sarana sanitasi adalah sebuah bangunan yang
kokoh, permanen, dan membutuhkan biaya yang besar untuk membuatnya. Pemikiran ini
sedikit banyak menghambat animo masyarakat untuk membangun sarana sanitasi,
seperti jamban, karena alasan ekonomi dan lainnya sehingga kebiasaan masyarakat
untuk buang air besar pada tempat yang tidak seharusnya tetap berlanjut.
Padaprinsipnyasebuahjambanyangsaniterdanlayakterbagimenjaditigakelompokberdasark
an letak konstruksi dan kegunaannya. Pertama adalah bangunan bawah tanah yang
KondisiperilakumasyarakatyangmenjadisasaranintervesipelaksanaanSTBMtentunyaberbe
da satu dengan yang lainnya. Sasaran perubahan perilaku dalam STBMada 5 pilar perilaku
yaitu :
• Menghentikan kebiasaan BAB sembarangan,
• Membiasakan cucitangan pakai sabun dengan air yang mengalir,
• Mengelola air minum dan makanan secara aman,
• Mengelola sampah rumah tangga secara aman,
• Mengelola air limbah cair denga aman.
Pencapaianmasyarakatpadastatus sanitasitotaladalah“padakondisimasyarakatyangtelah
mencapai5pillarSTBM. Status sanitasitotaltentunyatidakdicapaisekaligus,tapimemerlukan
tahapanproses.TanggaperubahanperilakuSTBM berikutdapatmenggambarkanproses
pencapaiantahapanstatus
untukmencapaisuatukomunitasmasyarakatyangtelahbersanitasi total.
• SemuamasyarakatBAB
hanyadijambanyangsehatdanbuangtinja/kotoranbayihanyake jamban yang sehat
( termasuk di sekolah),
• Tidakterlihat tinja/kotoran manusia di lingkungan sekitar,
• Adapenerapansangsi,peraturanupayalainolehmasyarakatuntukmencegahkejadiaan
BABdi sembarang tempat,
• Adamekanismepemantauanumumyangdibuatolehmasyarakatuntukmencapai100%K
a. Jamban Sehat
UntukpilarISTBM:StopBuangAirBesarSembarangan,jenisprodukSTBMyangbisaditawarkan
ke masyarakat adalah jamban sehat.
Jamban sehat memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Tidakmencemari air (badan air, air tanah),
2. Tidakmencemari tanah permukaan (air resapan),
3. Bebas dari serangga,
4. Tidakmenimbulkan bau dan nyaman digunakan,
5. Aman digunakan oleh pemakainya,
6. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi pemakainya,
7. Tidakmenimbulkan pandangan yang kurang sopan.
1. Jamban individual yang tidak mencemari badan air dan air tanah memiliki lobang
septiktank yang dipadatkan dengan plester atau di cor semen dan pasir.
2. Jamban komunal atau jamban individu di daerah padat permukiman, agar tidak
mencemari badan air dan air tanah haruslah memiliki dinding septiktank komunal yang
kedap air atau memiliki Instalasi PengolahanAir Limbah (IPAL)Komunal.
Gambar 9: SeptikTankdenganVentilasi
5. Jambanyangamandigunakansebaiknyamemilikiseptiktankpadatanahyangtidakmudah
11.
12.
13.
Sarana CTPSsederhana dari ruas Sarana CTPSini digantung dekat sarana air bersih dan
bambu yang dilubangi dan dilengkapi dengan penampung limbah air.Sabun
dilengkapi penyumbat dan dimasukkan ke dalam jala plastik dan digantung.
ember. Sabun dapat dimasukan Foto:WSP
jala plastik dan
digantung.FotoWSP.
Sarana CTPSyang dibuat khusus dengan Sarana CTPSdari gentong plastik ditemukan
ukuran tinggi untuk anak-anak sekolah. di Posyandu Subang Cijambe. Foto:ESP-
Sumber foto:WSLIC-2 USAID
Gambar 13: Contoh Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun yang Layak
- Merebus
Gambar 16: PengolahanAir Minum di Rumah Tangga
4. Penyimpananmakanan matang
Penyimpanan makanan yang telah matang harus memperhatikan suhu, pewadahan,
tempatpenyimpanandanlamapenyimpanan.Penyimpananpadasuhuyangtepat baik suhu
dingin, sangat dingin, beku maupun suhu hangat serta lama penyimpanan sangat
mempengaruhi kondisi dan cita rasa makanan matang.
5. Pengangkutanmakanan
Dalam pengangkutan baik bahan makanan maupun makanan matangharus
memperhatikanbeberapahal yaitu alat angkut yang digunakan, teknik/cara
pengangkutan,lamapengangkutandanpetugaspengangkut.Haliniuntukmenghindari risiko
terjadinya pencemaran baik fisik, kimia maupun bakteriologis.
6. Penyajianmakanan
Makanandinyatakanlaiksantapapabilatelahdilakukanujiorganoleptikatauujibiologis
atauujilaboratorium,halinidilakukanbilaadakecurigaanterhadapmakanantersebut.
Adapun yang dimaksud dengan :
• Ujiorganoleptikyaitumemeriksamakanandengancaramenelitidanmengguna
kan
5 (lima) indera manusia yaitu dengan melihat (penampilan), meraba (tekstur,
keempukan), mencium (aroma), mendengar (bunyi misal telur) menjilat (rasa). Apabila
secara organoleptik baik maka makanan dinyatakan laik santap.
• Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara sempurna dan
apabila dalam waktu 2 (dua) jam tidak terjadi tanda – tanda kesakitan, makanan tersebut
dinyatakan aman.
Alat-Alat:
1. Blender,
2. Sceen (Cetak saring),
3. Rekel (dapat dibeli di toko kertas),
4. Papan kayu yang dilapisi kain tipis (disebut sebagai kain hero),
5. Bak besar.
Bahan-Bahan:
Langkah Pembuatan:
1. Kertasbekasdipotongkecil-kecildenganukuransekitar3x3cm.Potongankertas direndam
di dalam bak air selama sekitar tiga jam (tergantung jenis kertasnya). Kertas dilunakkan
dengan blender hingga halus hasilnya dan menyerupai bubur kertas (pulp). Masukkan
bubur kertas (pulp) ke dalam bakbesar lagi. Bubur kertas dan lem kemudian dimasukkan
ke dalam bak besar berisi air. Perbandingan antara air, bubur kertas dan lem adalah: 15
liter air : liter bubur kertas :
2 sendokmakanlem.Masukkankarakteristikyangdipilihkedalambak,laluaduk
hingga merata dengan campuran pulp dan lem.
3. Masukkan screen ke dalam bak.Angkat screen hingga pulp tinggal di atas
screen.
4. Basahipapanyangtelahdilapisidengankainhero.Tempelkanscreenkepapanlalu
dirakel sehingga airnya turun.Angkat screen hingga kertas menempel di papan.
5. Ulangi langkah berkali-kali hingga papan dipenuhi oleh kertas secara merata,
jemur papan di tempat panas hingga kertas menjadi kering.
6. Setelah kering, cabut kertas dengan perlahan-lahan.
BlackwaterdihasilkandariWCsebagaibuangansepertiurin,tinja,airguyuran,danmateri
pembersih lainnya yang dibuang ke toilet, seperti kain lap, pembalut, dll.
Greywaterdihasilkandariairbekasmandi,mencucipakaian,danbuangancairdaridapur.
Air seperti ini bisa mencapai 60% dari air yang dihasilkan rumah tangga.
Contoh sarana pengelolaan limbah cair adalah bak perangkap lemak. Lemak dan minyak
bisa merusak sistem pengolahan, sehingga lemak dan minyak tidak boleh dimasukkan ke
dalamtempatcuci(sink). Perangkaplemakadalahmetodesederhanayangdipakaidalam
sistem pengolahan grey water skala kecil.
Contoh lain adalah filter anaerobik, yaitu bak kedap air yang terbuat dari beton, fiberglas,
PVC atau plastik, untuk penampungan dan pengolahanblack water dan grey water. Ini
adalah tangkipengendapan, dan proses anaerobicmembantu mengurangi padatanserta
material organik.
Contoh-contoh yang disampaikan diatas hanya sebagian dari jenis pilihan produk dan jasa
sanitasi yang ada. Masih banyak sarana lain yang tersedia. Wirausaha STBMdapat
menyesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat di wilayah kerjanya.
c. MembangunJejaringlayanan penyediaansanitasi
Setelah masyarakat terpicu dan mau berubah, secara otomatis masyarakat akan
membutuhkan sarana sanitasi yang higiene dan layak. Perlu dicatat bahwa tidak semua
masyarakat memiliki akses dan kemampuan keuangan untuk menyediakan sarana
sanitasi yang dibutuhkannya. Oleh karena itu,setelah dilakukan pemicuan, wirausaha
STBMdiundang untuk menyediakan opsi- opsi pilihan sarana sanitasi yang dibutuhkan
masyarakat dengan proses pembiayaan yang juga sesuai dengan kemampuan
masyarakat.
Disamping itu perlunya membangun jejaring layanan penyediaan sanitasi untuk
mensinergikan potensi-potensi yang ada di masyarakat dalam percepatan pencapaian
rencana yang sudah
disusunolehmasyarakat,halinibisajugadilakukandandibantuolehwirausahaSTBMyang ada
dan muncul di masyarakat, jika belum muncul para wirausahawan di bidang sanitasi hal
ini bisa diawali dan difasilitasi oleh dinas kesehatan setempat yang sudah mendapatkan
ketrampilan terkait wirausaha STBM.
KeberadaanwirausahaSTBM akanmendekatkansuplaisanitasikepadamasyarakatdan
mempermudah perwujudan niat mereka untuk merubah perilaku.
d. PendampingandanMonitoring
Pendampingan dilaksanakan untuk memperkuat keyakinan masyarakat tentang
komitmen yang telah dibangun melalui perubahan perilaku secara kolektif yang
diaplikasikan dengan upaya individudalamupayamewujudkannya.Disampingitu,
dalamkeadaantertentumasyarakat
membutuhkanmitrauntukmelakukandialogdalamupayamencarisolusiataspermasalahanya
ng dihadapinya. Pada saat itu diperlukan pendampingan untuk melakukan dialog dan
mewujudkan
komitmenmasyarakat.Olehkarenaitu,fasilitatordatangkembaliuntukmendampingimasyar
akat melakukan monitoring terhadap progress dari rencana tindak lanjut yang mereka
buat.
Pendampingan dilakukan berdasarkan komitmen dengan masyarakat dan disesuaikan
dengan
prosesalurpemberdayaan.AlurdanProsespendampinganmasyarakatsebagaicontohuntuk
Prosespemicuanjugaperludiitegrasikandenganperilakucucitanganpakaisabun.Terutama
ditujukan pada ibu-ibu dan anak-anak sekolah sebagai kelompok sasaran sehingga kedua
kelompok tersebut dapat berinteraksi melalui kegiatan di sekolah dan di lingkungan
rumah. Pentahapan pendampingan dapat dilaksanakan sebagai berikut :
MonitoringprogramSTBMsedapatmungkindapatdilakukansecaramandiridanpartisipatoriol
eh masyarakatsendiri,dandiharapkanperanaktif
darinaturalleaderyangmunculdanorganisasi masyarakatsepertiPKK,
kelompokdasawisma,danlainnya.Namundemikiantetapdiharapkan
peranaktifdaripetugasPUSKESMAS/sanitariansebagaifasilitatordankatalisatorditingkat
kecamatan/desadalammengeloladata daninformasihasilmonitoringkegiatankesehatan
lingkunganini.BiladitingkatkabupatenterdapatproyekterkaitSTBMsedangberjalan,fungsi
monitoring ini akan diperkuat dengan memanfaatkan sumber daya tenaga
konsultan/fasilitator di
tingkatkabupatenuntukmelakukanalihpengetahuandanpembinaan,baikterhadapparapetu
gas PUSKESMAS/sanitarian maupun langsung kepada masyarakat (natural leader/
organisasi masyarakatyangberperanaktif).
Adapungambaransederhanadaripelaksanaanmonitoring program STBMseperti pada tabel
13 berikut.
DinasKesehata DInas
Pelaku Fasilitator StafPuskesmas n Kesehatan Kementerian
pemantauan Kabupaten/Kot Provinsi Kesehatan
a
Naturalleader/ Komite
kabupaten/kot Feedbacktemu
a an Konsolidasidata
Mengkompilasi Mengirimlapor melaluiSMS
Melaluipemicuan updateprogress an gateway
masyarakatataupu Memantau pemicuan pemantauanvia Analisisdata:
Aksiyang n secarakhususada perkembanga Memverifikasikl SMS perbaikankegiat
dilakukan upayauntuk n pemicuandi aim STBMdan an
melakukan masyarakat melaporkanhas danperencanaa
pengumpulandata Permintaanver il verifikasi n kedepan
dasarSTBMoleh ifikasi STBM
Feedbackkep Workshopreview
ada pembelajaran
stafpuskesm tahunandananalisi
as s komparatif RakornasSTBM:
Disseminasik pencapaianhasil reviewtahunan
epada antarkabupaten/ dan
lintasprogra kota analisiskompar
m Disseminasikepada atif
terkaitdan lintasprogram pencapaianhasi
sektor terkaitdan sektor l antarpropinsi.
AMPL AMPL Disseminasikep
Evaluasitahunan ada
kompetitifmelalui lintasprogram
mediamassa terkaitdan
(contohJPIP) sektor
AMPL
166
Mencatat Konsolidasiuntuk
Datadasar kemajuandan Pelaporan Penilaian pencapaianMDG.
STBM(misal memperbaharu Pelaporan bulanan. kinerjapertahun Penilaiankinerja
Pelaporan melaluipeta i bulanan. Pelaporan (Benchmarking) pertahun
sosial),berisi dalampetasosia VerifikasiSTBM tahunan programsanitasi (Benchmarking)
aksessanitasidi l terhadap . Bahanuntuk kabupaten/kota programsanitasi
dan pelaporan dari masyarakat hingga tingkat pusat
terjadi
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM
Peran dan fungsi pelaku dalam pelaksanaan STBM,terlihat sebagai berikut:
Pelaku Penanggung
Peran
Pelaksanaanmonitoringditingkatmasyarakatakanlebihbertumpukepadaindikatormonitori
ng
yangmudahdilihatdandirasakansecaralangsungolehmasyarakatitusendiri,antaralainterkait
:
1. Pengumpulandatadasarterkaitindikator5pilarperubahanperilakuhidupbersihdanse
hat, yaitu: a) data akses awal jumlah masyarakat yang memiliki dan menggunakan
jamban sehat, memiliki dan menggunakan jamban tidak sehat, jumlah masyarakat yang
masih numpang ke jamban tetangga atau umum dibedakan menurut jenis jamban sehat
dan tidak sehat,danterakhirmasihBAB disembarangtempat; b)
dataaksesawaljumlahkeluarga
(termasukanggotakeluargadidalamnya)yangtelahterbiasacucitanganpakaisabunpada
waktu-waktukritis;c)dataaksesawaljumlahkeluargayangtelahmengelolaairminumnya
dengan aman; d) data akses awal jumlah keluarga yang telah mengelola sampahnya
denganaman;e)dataaksesawaljumlahkeluargayangtelahmengelolalimbahcairrumah
tangganya dengan aman.
2. Proses pemicuan perubahan perilaku BuangAir Besar masyarakat.
Indikator yang direkam antara lain: a) peningkatan akses masyarakat kepada penggunaan
sarana jamban sehat; b) kebersihan lingkungan sekitar rumah keluarga; c) peningkatan
perubahan perilaku pilar lainnya.
3. Pendataan tukang yang terkait dengan jasa dan layanan sanitasi.
Pendataan ini bertujuan untuk menjaring informasi jumlah tukang yang beredar di desa
Pelaku Waktu
Cara Pelaksanaan
Monitoringperkembangan perubahanperilakuBAB danpembuangankotorananak
batita
Masyarakat Persiapan: Setiap saat
ada perubahan
• Pihak kabupaten/ kecamatan/ desa menyediakan perilaku yang
kertas spot berwarna (merah, kuning, hijau), dengan terjadi pada
yang mudah terlihat dari jarak pandang cukup jauh, komunitas
misal: bentuk bulat dengan diameter 15 cm;bentuk tersebut.
bujursangkar dengan ukuran 15 cm X15 cm.
• Menginformasikan penggunaan kertas berwarna
kepada masyarakat setelah proses pemicuan awal atau
saat monitoring lanjutan. Kertas merah (jamban
numpang),
• Untuk kuning (jamban
aspek PHBS lain,blm sehat),
seperti cucihijau (jamban
tangan,
pengelolaan dan penyimpanan air minum dan
makanan, pengelolaan limbah RTdapat mengikuti
pola monitoring mandiri untuk perilaku BABdi jamban.
Untuk efektivitas monitoring dapat menggunakan
“kartu sehat”
Pelaksanaan Monitoring:
• Masyarakat yang telah berupaya berubah perilaku
untuk tidak BABdi sembarang tempat (termasuk
membuang kotoran anak batita tidak sembarangan),
menempelkan tanda kertas spot di depan rumah
mereka pada tempat yang tampak dari pandangan
orang yang berdiri di depan atau melalui rumah
tersebut. Warnayang ditempel sesuai kondisi
perkembangan upaya perubahan perilaku mereka.
• Pada kertas tersebut dapat dituliskan tanggal
mereka melakukan perubahan tersebut.
• Apabila pada keluarga tertentu ada peningkatan
perubahan perilaku dengan ditandai perubahan warna
kertas spot yang ditempel.Tempelwarna baru diatas
Pelaksanaan monitoring:
Pelaksanaan monitoring:
Fasilitator Persiapan:
pemicu bekerja
sama dengan Menyiapkan dan memahami cara pengisian
natural leader format LT-3.
(NL)/ komite
Pelaksanaan:
Pelaksanaan monitoring:
Prosespembentukan/
pembagiankelompokdilakukandengancaramembentukbarisanmemanjang ke belakang
sesuai jumlah kelompok yang disepakati. Penting untuk membagi peserta berdasar
komposisi (gender) dan unsur peserta. Misalnya, peserta dari bidang kesehatan
mengambil tempat dahulu untuk berbaris di kelompok yang berbeda, selanjutnya dari
unsur teknis, bidang perenanaan, dan selanjutnya. Perhatikanlah pula aspek gender,
sehingga tidak terjadi sebaran tidak merata jenis kelamin tertentu.
Tulislahdi papan tulis/ kertas plano daftar nama anggota setiap kelompok.
Masing-masingpesertamemerankansesuaidengantugasdanfungsinyadalamtim.Skenario
dibuatberdasarkandatadanfakta
yangadadilapanganberdasarkaninformasiyangdidapatkan dari petugas kesehatan atau
dari tokoh pemerintah setempat yang sebelumnya sudah dilakukan kordinasi.
Praktik pemicuandilapangan
IV. REFERENSI
1. WSP,Film Memicu Perubahan Menuju SanitasiTotaldi Maharashta, India, New Delhi:
2004.
2. Depkes RI,Sekretariat STBM,Film Proses Pemicuan di Kenongo, 2005.
3. Depkes RI,Sekretariat STBM,Film Pemicuan di Muara Enim, 2006.
4. Kemenkes RI,PedomanTeknisLapangan STBM,Ditjen PP&PL,Jakarta: 2013.
V. LAMPIRAN
LEMBAR KERJA
a. PanduanPersiapan Lapang
b. PanduanPembentukan Kelompok
3. Tulislahdi papan tulis/ kertas plano daftar nama anggota setiap kelompok.
c. PanduanPraktik LapangDan Simulasi KelompokTUJUAN:
1. Tersusunnyapanduan praktik lapang,
2. Peserta siap memfasilitasi proses STBMdi masyarakat.
WAKTU:
Maksimum 90 menit
METODE:
Simulasi
Penugasan dan pendampingan.
MATERI:
Komposisi tim dalam memfasilitasi STBMdi komunitas Panduan Fasilitasi STBMdi
Komunitas
ALATBANTU:
Bahan-bahan untuk simulasi Pemetaan Sosial:
Kertas potong (metaplan), Kertas plano, Spidol besar dan kecil, Flagband, Ember berisi air
bersih,Air mineral dalam kemasan gelas (2 gelas),
Videocamera.
PROSES:
1. Jelaskanlah bahwa peserta akan melaksanakan praktik kerja lapang. Oleh karena itu
setiap kelompok harus mempersiapkan diri (menyusun panduan dan berlatih bila perlu).
Berikanlah gambaran tentang komposisi tim fasilitasi yang biasanya digunakan dalam
memfasilitasi STBMdi komunitas, sebagai berikut:
o Lead facilitator :fasilitator utama, yang menjadi motor utama proses
fasilitasi, biasanya 1 orang,
o Co – facilitator :membantu fasilitator utama dalam memfasilitasi proses
sesuai dengan kesepakatan awal atau tergantung pada perkembangan situasi,
o Content recorder :perekam proses, bertugas mencatat proses dan hasil untuk
kepentingan dokumentasi/pelaporan program,
o Process facilitator :penjagaalurprosesfasilitasi,bertugasmengontrolagarproses
CATATANPENTING
» Dalamfasilitasisebenarnya,urutantidaklahdibakukan,namunpemetaansosialsemestinya
dilakukan pertama,
» Lokasipemetaansosialsebaiknyadilahanterbuka(halaman),namunhasilnyaharus segera
dipindahkan ke kertas plano,
» Lokasi pemicuan dengan alat-alat seperti alur kontaminasi, menghitung tinja, dll.
tidaklahharusdiruangpertemuantertutup,tetapisebaiknyadilokasi-lokasiyangbisa
mengoptimalkan rasa jijik, takutpenyakit, berdosa, dll.
d. PanduanPemicuan Di Masyarakat
TUJUAN:
1. Masyarakat memahamipermasalahan sanitasi di komunitasnya dan
berkomitmen untuk memecahkannya secara swadaya,
2. Tersusunnyarencanakegiatanmasyarakatdalamrangkapemecahanmasalahsanitasidi
komunitasnya,
3. Terpilihnyapanitia lokal komunitas yang mengkoordinir kegiatan masyarakat.
WAKTU:
4 jam di masyarakat
Pemantauan:
Observasi dan asistensi terhadap praktik fasilitasi yang dilakukan peserta.
MATERI:
- Buku catatan - Spidol
- Alat dokumentasi seperti kamera - Kertas flipchart
ALATBANTU:
- Tali rafia/plastik
- Bubuk/tepung berwarna : 3-4 warna
PROSES:
Karena kegiatan praktik kerja lapang yang dilakukan peserta ini merupakan kegiatan riil
(bukan simulasi), maka kesalahan proses dan hasil sedapat mungkin diminimalisi r. Fungsi
pelatih yang
melakukanobservasidanasistensiadalahmenjaminagarprosesdanhasilfasilitasiyangdilakuk
an peserta benar dan optimal. Langkah-langkah yang bisa ditempuh perlu disepakati
dengan para peserta yang memfasilitasidi tingkat komunitas, agar proses dan
hasilsesuaiyang diharapkan namun eksistensi peserta sebagai fasilitator haruslah dijaga
(apalagi akan terus memfasilitasi
komunitastersebut).Bilamemungkinkan,setiapkelompoksebaiknyadidampingioleh1-
2fasilitator yang hanya berkonsentrasi untuk kelompok tersebut.
CATATANPENTING
» Ingatkanlah, bahwa perwakilan masyarakat (6 orang per dusun atau total 12 orang per
desa, dengan perimbangan laki-laki dan perempuan) diundang dan akan dijemput (jam
09.00 pagi) untuk menyampaikan pengalamannya(kondisi sanitasi hingga saat ini) dan
rencanakedepankepadaseluruhpesertapelatihanditempatpenyelenggaraanpelatihan,
sekaligusmakansiangbersama.Wakil masyarakatakandiantarkembalikedusun/desa sekitar
jam 14.00 dari tempat pelatihan.
» Untukitu,petalapangandanrencanakegiatansebaiknyadisalinkekertas(plano)sebagai
bahan presentasi masyarakat.
» Hal ini bisa disesuaikan dengan rencana pelatihan yang akan dilaksanakan.
TUJUAN:
1. Tersusunnyaitem-item pembelajaran dari praktik lapang setiap kelompok,
2. Tersusunnyalaporan proses dan hasil praktik lapang setiap kelompok.
WAKTU:
Maksimum 60 menit
METODE:
Diskusi kelompok
MATERI:
Hasil praktik lapang.
ALATBANTU:
Kertas plano dan peralatan lain sesuai kreatifitas peserta
PROSES:
1. Jelaskanlah, bahwa esok hari sebelum bertemu dengan masyarakat akan dilakukan
refleksi temuan praktik lapang. Untuk itu setiap kelompok perlu menyusun laporan yang
menggambarkan proses dan hasil serta pembelajaran yang diperoleh dari praktik lapang
tersebut. Berikan penegasan, bahwa peserta boleh berkreasi dalam menyajikan
laporannya. Untuk membantu dalam memetik pembelajaran, berikanlah penjelasan
tentang analisis yang
bisamembantumenemukanpembelajarandimaksud,misalnya:analisaSWOT(kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman).
2. Persilahkanlah masing-masing kelompok melaksanakan tugasnya.
Fasilitaorpendampingdilapangsetiapkelompok,tetaplahmendampingiagartugasbenar-
benar terselesaikan dengan baik.
CATATANPENTING
» Fasilitator pendamping dalam penyusunan laporan sebaiknya adalah fasilitator yang
mendampingi dalam praktik lapang.
TUJUAN:
1. Ditemukannyaitem-
itempembelajaranyangperludiperhatikandalamprosesmemfasilitasi STBMselanjutnya,
METODE:
Presentasi kelompok Diskusi pleno
MATERI:
Laporan praktik lapang masing-masing kelompok
ALATBANTU:
Sesuai keperluan presentasi
PROSES:
1. Jelaskanlah tujuan dari session ini dan tegaskanlah bahwa waktu yang tersedia
untuk setiap kelompok hanya sekitar 15 menit (5 menit presentasi dan 10 menit untuk
diskusi penajaman)
2. Berikanlah kesempatan kepada kelompok yang ingin memulai presentasi dan tanya
jawab pendalaman khususnya tentang pembelajaran yang diperoleh (total 25 menit),
lanjutkan sampai seluruh kelompok mempresentasikan laporannya.
3. Diskusikanlah secara pleno tentang pembelajaran bersama yang diperoleh,
khususnya tentang‘apayangseharusnyadilakukan’,‘apayangseharusnyadihindari’
serta‘apayang spesifik bisa dikembangkan di daerah setempat’.
g. PlenoDengan Masyarakat
PENGANTAR
Dalamrangkamemastikanrencanaindividu/rumahtanggaterkonsolidasiditingkatRT dan
Kelurahan/Desa,sertaKelurahan/DesamemilikirencanayangjelastentangtargetSTBM
dalam perubahan perilaku yang lebih luas, maka dipandang perlu melakukan pleno
masyarakat.
PlenomenjadiajangkompetisidanpemicuanulangantarRT,sehinggaakanmelahirkankomitm
en kongkrit dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan di tingkat kelurahan/desa
secara
bersama-sama (collective action).
• Sharing pengalaman
• Diskusi pleno
• Feedbackprogresif.
PERSIAPAN
PENTING : 5. Ruangansudahdisettingsedemikianrupauntukdinamisnyaprose
pleno
Pesertaadalahmereka-merekayangkitasebuttamuistimewa,karenamerekaadalahpilihan
danleaderalamiyangdiharapkanakanmenjadipemiculanjutan.Peserta dariNaturalLeader
atau kampium umumnya mereka yang terpicu lebih awal atau memiliki semangat belajar
dan kerelawananyangkuat. Nama-
nyasangattergantungsiapayangterpiculebihawaldanmuncul tanda-tanda sebagai relawan
untuk menjadi leader alami.
SedangkanpesertadariunsureRTatautokohformal,secaraotomatisharusdiinformasikanoleh
Peserta Latih. Peserta dari setiap RTdiundang secara lisan olehTimPemicu.
PesertalainnyaadalahperwakilanDinasKesehatanKotaDepokdanUnsurPuskemasyang
diundang oleh Panitia.
PEMANDU/FASILITATOR
No Langkah Output
PERSIAPAN
1. TimPemandumenataruangantempatpertemuan.Ruangan Ruangan siap
harus dipastikan menarik dan dinamis untuk proses pleno. digunakan
2. TimPemanduberbagitugasdanmemastikanbahwarencana Tugasdihapami
pleno benar-benar siap. dengan baik.
RTLdanPENUTUPAN
9. PemanduUtamamemintakomunitasdidampingitimpemicu Strategi dan RTL
memperbaiki strategi dan menyusun rencana tindak pasca pemicuan
lanjut-nya. (pleno).
10. MCmemberikansalam,ucapanterimakasih,danmemberikan Semangat
applaus diiringi musik yang bersemangat. mendorong
perubahan.
185
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM
Lampiran: MatriksAspek Benchmark antar RT (Harus Divisualisasikan ketika pleno)
RW– 2 RW– 6
(Kelurahan Pasir Putih) (Kel. Pasir Putih)
Aspek Kategori
5.TargetODF
185
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)Fasilitator STBM