Anda di halaman 1dari 2

Jawaban nomor 2

Menurut saya, kasus di atas bukan pelanggaran hak cipta. Di dalam kasus ini PT. A melakukan
perbanyakan atau penggandaan artikel-artikel dalam science dan technology PT. B untuk
mempermudah penggandaan referensi tersebut. Jadi tindakan penggandaan ini tidak melanggar
hak cipta. Kecuali, PT. A memperbanyak artikel-artikel tersebut untuk disebarluaskan kepada
pihak lain. Tetapi, lebih baik ketika PT.A memperbanyak artikel dari PT. B seharusnya dengan
seizin dari PT.B agar tidak terjadi kesalahpahaman diantara kedua belah pihak.

Jawaban nomor 3

a. Sudah tidak bisa, Indonesia hanya bisa memproduksi tanpa bisa bebas menggunakan
kapan saja karena Pemegang Paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan Paten
yang dimilikinya dan melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya:

dalam hal Paten-produk: membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan,


menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk
yang diberi Paten;
 
Sedangkan dalam Pasal 1 angka 6 UU Paten yang dimaksud dengan pemegang paten
adalah inventor sebagai pemilik paten atau pihak yang menerima hak tersebut dari
pemilik paten atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut, yang terdaftar
dalam daftar umum paten.

b. Perbedaan yang paling mendasar antara pengalihan hak atas merek dengan lisensi adalah:
Suatu pengalihan hak atas merek dari si pemilik merek terdaftar kepada pihak lainnya
mengakibatkan berpindahnya seluruh hak atas merek kepada pihak lain tersebut sehingga
si pemilik merek kehilangan hak atas merek tersebut.
Suatu lisensi dari si pemilik merek terdaftar kepada pihak lainnya mengakibatkan
diperbolehkannya menggunakan seluruh atau sebagian hak atas merek kepada pihak lain
tersebut, akan tetapi si pemilik merek masih dapat menggunakan sendiri atau
memberikan lisensi kepada pihak ketiga untuk menggunakan merek tersebut. Artinya hak
atas merek tersebut tidak berpindah kepada pihak lain.
Jawaban nomor 4
penyelesaian sengketa melalui arbitrase dapat dilakukan apabila telah ada suatu kesepakatan
berupa klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para
pihak sebelum timbul sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para
pihak setelah timbul sengketa. Artinya selama ada perjanjian arbitrase sengketa dapat
diselesaikan melalui arbitrase, baik itu berupa klausula suatu perjanjian sebelum timbul
sengketa maupun perjanjian khusus arbitrase yang dibuat setelah ada sengketa.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa.
 

Anda mungkin juga menyukai