Anda di halaman 1dari 2

Nama : Almira Fidella Nurhemina

Kelas : XI Mipa 9
Mata Pelajaran : PPKn

Tugas PPKn (Menganalisis Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia)

Kasus 1 :

Judul Kasus : Kasus Bullying pada Anak (https://youtu.be/KMFFFIjtEPQ)

Stasiun TV : CNN Indonesia (Trans TV)

Hari/Tanggal Penayangan : Rabu, 25 Mei 2016

Pukul Penayangan : 12.30-13.00

→ Analisis

Kasus Bullying termasuk dalam kasus pelanggaran HAM, dan dinyatakan dalam pelanggaran HAM
yang cukup berat. Menurut Pasal 1 angka 16 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (“UU 35/2014”),
kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap Anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum. Berdasarkan pendapat
di atas dihubungkan dengan pengertian kekerasan dalam UU perlindungan Anak, maka dapat
disimpulkan bahwa bullying termasuk dalam bentuk kekerasan terhadap anak.

Kita ketahui bersama bahwa kasus bullying bukanlah kasus pelanggaran HAM yang biasa saja. Maka
dari itu, kita sebagai orang tua atau pun kakak/abang bagi anak/adik kita ialah kita dapat membekali
mereka dengan upaya preventif. Upaya preventif ialah upaya yang bersifat mencegah (supaya jangan
terjadi apa-apa).

Untuk mencegah anak menjadi korban ‘bullying’ maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan
lakukan yakni:

1. Membekali anak dengan kemampuan untuk membela dirinya sendiri, berupa pertahanan
fisik, dengan memberikan asupan gizi yang mencukupi, dan memberikan kesempatan anak
untuk berlatih beladiri, sehingga secara fisik tampak sehat, kuat dan tangguh.
2. Membekali anak dengan pertahanan diri psikis: tumbuhkan rasa percaya diri, berani, berakal
sehat, kemampuan analisa sederhana, kemampuan melihat situasi (sederhana), kemampuan
menyelesaikan masalah.
3. Membekali anak kemana ia dapat melaporkan atau meminta pertolongan apabila terjadi
tindakan bullying, kekerasan yang ia alami, terutama tindakan yang tidak dapat ia tangani
atau tindakan yang terus berlangsung walau sudah diupayakan untuk tidak terulang.

Untuk mencegah agar anak tidak menjadi pelaku bullying:

1. Mendidik anak tidak bersikap agresif, terutama pada mereka yang lebih muda usianya, atau
lebih kecil, lebih lemah atau mereka yang tidak berdaya bahkan pada binatang, tanaman,
mainan.
2. Mendidikan anak tidak menampilkan emosi negatifnya ketika muncul perasaan tidak senang
pada yang lebih muda usianya, atau lebih kecil, lebih lemah atau mereka yang tidak berdaya
3. Mendidik anak jangan sampai melakukan bully pada orang lain. Disamping itu kita sebagai
orang tua secara intensif memonitoring perilaku anak, baik langsung maupun tidak langsung.

Kasus 2 :

Judul Kasus : Rasisme Terhadap Mahasiswa Papua Berbuntut Panjang!


(https://youtu.be/v1Nn3_Ev6Fk)

Stasiun TV : Metro TV News

Hari/Tanggal Penayangan : Jumat, 27 September 2019

Pukul Penayangan : -

→ Analisis

Kekerasan dan pelanggaran HAM berdasarkan rasisme dan sentimen Suku, Agama, Ras, dan Antar
golongan masih banyak terjadi di Indonesia. Praktik kekerasan berdasarkan rasisme bisa dilihat dari
pengepungan dan penyerangan asrama mahasiswa Papua oleh aparat bersama milisi sipil reaksioner
yaitu Pemuda Pancasila (PP) dan royalis Paksi Katon dengan teriakan-teriakan cap monyet kepada
orang-orang Papua.

Kasus pelanggaran HAM yang berbau rasisme ini termasuk dalam kasus pelanggaran HAM berat
dikarenakan kasus ini menjelekkan, mencemooh, dan memandang sebelah mata ras lain yang
sebenarnya mereka juga bagian dari Indonesia. Akibat yang terjadi apabila kita atau pun orang lain
melakukan rasisme ialah kita menjadi terpecah-belah, terjadi pemberontakan atau bahkan perang
saudara, dan yang pasti hubugan kita akan mengalami kerenggangan padahal kita berada di Negara
yang sama dan memiliki hukum serta presiden yang sama.

Upaya preventif agar tidak lagi terjadi diskriminasi/rasisme di Indonesia :

1)   Menyadari bahwa yang membedakan manusia di sisi Tuhan adalah kualitas ketaqwaan  mereka.

2)   Melihat  keragaman ciptaan, bangsa dan suku adalah sesuatu yang wajar dan niscaya.

3)   Tuhan tidak melihat kemuliaan seseorang dari penampilan luar.

4)   Membiasakan diri menghindari sifat-sifat  saling merendahkan, saling mencela, saling memanggil
dengan gelaran yang mengandung ejekan, saling berperasangka jelek (saling  curiga), saling mencari-
cari kejelekan orang lain, saling menggunjing.

Marilah kita sebagai warga Negara Indonesia yang memang memiliki keberagaman untuk lebih
membuka mata agar tidak membedakan satu sama lain. Untuk lebih saling menghargai dan
menghormati sesama umat manusia karena bagaimanapun kita semua sama di mata Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai