Anda di halaman 1dari 13

BAB II

KEADAAN UMUM

2.1. Lokasi dan Luas Wilayah IUP yang Dimohon


2.1.1. Lokasi
Lokasi PT. Anugerah Mangan Anjir secara administratif terletak di Dusun
Anjir, Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Berikut merupakan batas-batas wilayah Dusun Anjir :
1. Sebelah Selatan : Desa TawangSari, Kecamatan Pengasih.
2. Sebelah Utara : Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap.
3. Sebelah Barat : Desa Hargomulyo, Kecamatan Kokap.
4. Sebelah Timur : Desa Karang Sari, Kecamatan Pengasih.
Secara astronomis Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo terletak pada
Koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) Zone 49S dengan koordinat
9226133 - 9226134.258 mS dan 389755.48 – 389762.08 mE dengan luas ± 150 Ha.
Kecamatan Hargorejo terdiri dari 6 Kelurahan yakni Hargorejo, Hargowilis,
Hargomulyo, Kalirejo, dan Hargotirto. Lokasi Penelitian di Kelurahan Hargorejo
terdiri dari 16 dusun yaitu Anjir, Gunung Kukusan, Gunung Rego, Kliripan,
Krengseng, Kriyan, Ngaseman, Ngulakan, Pandu, Penggung, Sambeng, Sangkrek,
Selo Barat, Selo Timur, Sindon, dan Tejogan.
Areal penambangan Mangan di Dusun Anjir, Desa Hargorejo berjarak 5 km
dari alun-alun kota Kabupaten Kulonprogo. Daerah penelitian terletak di daerah
perbukitan, dengan ketinggian ± 100m di atas permukaan laut. Desa Hargorejo terdiri
atas dataran seluas ± 15.432.970 Ha. Luas IUP penambangan komoditas mangan di
Dusun Anjir, Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo adalah
69.7643 Ha (Gambar 2.1). Secara astronomi daerah yang direncanakan dibatasi oleh
koordinat-koordinat GMS.

12
Gambar 2.1

Peta Topografi IUP PT. Anugerah Mangan Anjir

13
2.2. Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat
Untuk mencapai daerah penelitian dapat ditempuh dengan rute Yogyakarta–
Wates–Kulon Progo, dengan jarak ±60 km atau sekitar ± 1,5 jam perjalanan dengan
kendaraan bermotor. Tingkat kesampaian daerah cukup baik karena dapat dijangkau
dengan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan kondisi jalan beraspal dan
memiliki lebar jalan ±3m untuk di sekitar daerah penelitian (lihat Gambar 2.2).

Sumber :http://sikin.kulonprogokab.go.id/
Gambar 2.2
Peta Kesampaian Daerah Kabupaten Kulon Progo

Untuk sarana perhubungan antara desa satu dengan desa yang lain maupun
kecamatan yang satu dengan yang lainnya dipergunakan sarana angkutan kota. Secara
umum kuantitasnya kurang memadai, sehingga sebagian besar warga masyarakat
menggunakan sepeda motor sebagai sarana angkutan pribadi, sedangkan untuk sarana
hubungan komunikasi di Desa Hargorejo cukup memadai.

14
2.3.  Keadaan Lingkungan Daerah
2.3.1 Kependudukan
Berdasarkan data Badan Pemerintah Daerah Kecamatan Kokap pada tahun 2020,
penduduk di Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap mempunyai jumlah penduduk
sebesar 9.420 jiwa dengan kepala keluarga 3.058 orang. Penduduk laki – laki 4.639
jiwa dan penduduk perempuan 4.781 jiwa. Kelompok umur warga Desa Hargorejo
dengan jumlah tertinggi adalah 15-19 tahun keatas, yakni sebesar 792 jiwa (lihat
Tabel 2.1).
Adapun jumlah penduduk untuk Dusun Anjir jumlah penduduknya 796 jiwa dengan
jumlah kepala keluarga 182 orang. Jumlah penduduk laki-laki 395 jiwa dan penduduk
perempuan 401 jiwa. Kelompok umur dengan jumlah tertinggi adalah 31 – 40 tahun,
yakni sebesar 141 jiwa (lihat Tabel 2.2).

Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Desa Hargorejo Menurut Umur
Kelompok
No Jumlah
Umur
1 0-4 602
2 5-9 695
3 10-14 660
4 15-19 792
5 20-24 382
6 25-29 595
7 30-34 602
8 35-39 586
9 40-44 596
10 45-49 694
11 50-54 708
12 55-59 632
13 60-64 510
14 65-69 490
15 70-74 456
16 75+ 420

15
Jumlah 9420
Sumber : Profil Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo 2020
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Dusun Anjir Menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur Jumlah
NO
(Tahun ) (Jiwa)
1 0 – 10 99
2 11 – 20 100
3 21 – 30 109
4 31 – 40 141
5 41 – 50 121
6 51 – 60 76
7 61 – 70 59
8 71 – 80 48
9 81 – 90 12
10 91 – 100 4
           Sumber : Data Survey Kelompok XI

  2.3.2. Mata Pencaharian dan Kondisi Sosial Ekonomi


Berdasarkan data dari Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon
Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011, dominasi sumber mata
pencarian penduduk Hargorejo adalah sebagai Pegawai Negeri Sipil, TNI, POLRI,
wiraswasta, pertukangan, buruh tani, pensiunan dan lain – lain (lihat Tabel 2.3).
Sumber mata pencarian warga Dusun Anjir Sebagian besar sebagai petani, yakni
sebesar 468 jiwa.Adapun wiraswasta, Pegawai Negeri Sipil dan buruh (lihat Tabel
2.4).

Tabel 2.3
Komposisi Pekerjaan Penduduk Desa Hargorejo
NO Jenis Pekerjaan Jumlah ( Jiwa)
1 Pegawai Negri Sipil 60
2 TNI 14
3 POLRI 12
4 Karyawan Swasta 523
5 Wiraswasta / Perdagangan 857
6 Pertukangan 86

16
7 Buruh Tani 573
8 Pensiunan 37
9 Jasa 247
Sumber :Profil Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo 2021

Tabel 2.4
Komposisi Pekerjaan Penduduk Dusun Anjir
 N Jenis Pekerjaan Jumlah ( Jiwa)
O
1 Petani 268
2 Wiraswasta / Perdagangan 156
3 Buruh 78
4 Pegawai Negeri Sipil 78
                    Sumber : Data Kelompok XI

2.3.3.   Kondisi Sosial Budaya


Jumlah penduduk di Desa Hargorejo sebagian besar memeluk agama Islam,
dan sisanya memeluk agama Kristen dan katolik. (lihat Tabel 2.5). Hal ini tidak jauh
berbeda dengan warga di Dusun Anjir, dimana sebagian besar warganya juga
memeluk agama Islam, yakni sebesar 698 (lihat Tabel 2.6). Di Dusun Anjir terdapat
tempat ibadah terdiri dari 3 masjid, dan 2 mushola.

Tabel 2.5
Jumlah Penduduk Dusun Anjir Menurut Agama
NO Agama Jumlah (Jiwa)
1 Islam 698
2 Kristen 46
3 Katholik 52
4 Budha 0
5 Hindu 0
Sumber :Data Kelompok XI

Dalam bidang budaya, masyarakat setempat masih sangat memegang kuat


adat – istiadat dan tradisi turun temurun dari nenek moyang mereka. Selain itu, ikatan
kekeluargaan dan gotong royong masih sangat terasa.

17
2.3.4 Sarana dan Prasarana
Pada lokasi penelitian telah ditunjang beberapa sarana dan prasarana yang
meliputi kesehatan, pendidikan dan peribadatan. Di Desa Hargorejo terdapat sebuah
Puskesmas, SD, SMP dan SMA. Selain itu, terdapat 25 masjid, 4 mushola dan 2
gereja. Adapun di Dusun Anjir terdapat sebuah Puskesmas Pembantu, Posyandu,
PAUD dan SD. Sarana peribadatan yang terdapat di Dusun Anjir adalah 3 buah
masjid dan 3 buah mushola.

2.3.5 Kondisi Sektor Pertambangan dan Perdagangan


Kegiatan penambangan di Kabupaten Kulonprogo telah berlangsung cukup
lama, dan dikenal dengan tambang tradisional yang dilakukan oleh masyarakat
setempat untuk keperluan hidup mereka sendiri seperti penambangan batu dan pasir
di sekitar Sungai Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-32
Progo. Akan tetapi sekarang telah berkembang dengan cepat dan ditemukannya
beragam jenis cadangan bahan mineral di seluruh wilayah Kabupaten Kulonprogo.
Gambaran mengenai cadangan sumberdaya mineral dan batubara yang terdapat di
Kabupaten Kulonprogo, adalah sebagai berikut :
Tabel 2.6
Potensi Mineral di Kabupaten Kulonprogo (m3)

18
Sumber : Dinas PUP ESDM DIY, 2011
Keterangan: yang dicetak tebal adalah bahan galian potensi

Di Kabupaten Kulon progo terdapat 19 jenis bahan galian seperti disajikan


pada tabel diatas. Dari kesembilan belas jenis bahan galian tersebut ada 4 jenis yang
di produksi secara kontinyu sepanjang tahun 2008 hingga tahun 2014 yaitu andesit,
batugamping, bentonit/abu bumi dan pasir. Program Pengawasan dan Penertiban
Kegiatan Rakyat yang Berpotensi Merusak Lingkungan pada tahun 2014,
diimplementasikan melalui kegiatan Pengawasan dan Penertiban Usaha
Pertambangan dan Energi.
Kegiatan ini dapat terealisasi berupa pengawasan pertambangan sejumlah 60
kali dengan sasaran kegiatan pertambangan berijin dan tanpa ijin, pelaksanaan
reklamasi dan koordinasi penyelesaian permasalahan pertambangan di lokasi
pertambangan. Selain itu, juga dapat diterbitkan surat perintah untuk menghentikan
kegiatan penambangan bagi pelaku kegiatan penambangan tanpa ijin (Peti) sejumlah
17 buah dan surat teguran bagi kegiatan pertambangan berijin sejumlah 23 buah serta

19
surat pembinaan dan arahan teknis penambangan dan lingkungan tambang sebanyak
16 buah.
Pertambangan di Kulonprogo sebagian besar merupakan kegiatan
pertambangan rakyat, sebagian kecil lainnya merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh pengusaha. Usaha pertambangan saat ini banyak dilakukan di sektor hulu yaitu
penambangan atau penggalian. Kegiatan di sektor pengolahan melalui industri
pertambangan yang dilakukan oleh dunia usaha masih terbatas pada penggilingan
batu. Dalam rangka mengatur usaha pertambangan pemerintah daerah telah
menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Pertambangan Mineral dan Batubara.
Untuk kegiatan pelayanan dan penyuluhan perijinan pertambangan tahun
2014, telah terlaksananya pelayanan perijinan usaha pertambangan operasi produksi
batuan (andesit dan pasir) sejumlah 53 buah, IUJP sejumlah 4 buah dan surat
keterangan terdaftar 7 buah.

2.3.6. Keadaan Flora dan Fauna


Flora yang tumbuh merata di Dusun Anjir diantaranya pohon jati, pohon
sengon, pohon bambu, pohon aren, pohon pisang, pohon melinjodan pohon ketela.
Pada lokasi perencanaan tambang terdapat akasia, pohon jati, pohon kelapa,
pohonsengon, pohon ketela, pohon arendan pohon pisang. Pohon - pohon tersebut
akan dilakukan ganti untung apabila dilakukan penebangan, terutama pohon jati yang
harganya tergantung umur dan diameter batang pohon tersebut.

20
Sumber : Dokumentasi Penelitian Kelompok XI
Gambar 2.3
Vegetasi di Daerah Penelitian

Di Dusun Anjir ini pohon jati merupakan vegetasi yang sangat dominan
diantara yang lain, hampir di seluruh lahan ditumbuhi pohon jati yang juga
merupakan aset berharga, hal ini dikarenakan pohon jati memiliki nilai jual yang
cukup tinggi sehingga dapat menambah pendapatan.
Fauna yang terdapat di daerah penelitian antara lain kambing, sapi, ayam,
bebek dan burung. Umunya fauna di daerah penelitian merupakan peliharaan warga
sekitar.

21
Sumber : Dokumentasi Penelitian Kelompok XI
Gambar 2.4
Fauna di Daerah Penelitian

2.3.7. Iklim dan Curah Hujan


a. Musim
Dusun Anjir mempunyai iklim yang sama dengan daerah di Indonesia
padaumumnya, dimana daerah ini beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim
kemarau dan musim penghujan.
b. Suhu
Data suhu udara diambil dari 2 stasiun, yaitu Stasiun Pengamatan Cuaca
Wates (50 m dpal) yang berada pada koordinat 7°51’ 23” LS dan 110° 9’ 26” BT,
mempresentasikan kondisi suhu di DAS Serang, dan Stasiun Pengamatan Cuaca
Tegal (180 m dpal) yang terletak pada koordinat 7° 40’ 40” LS dan 110° 14’ 30” BT,
Kecamatan Kalibawang, untuk mempresentasikan kondisi suhu di DAS Progo. Data
yang diambil berasal dari pengumpulan data yang dilakukan oleh Balai Pengelolaan
Sumberdaya Air (Balai PSDA), Dinas PUPESDMDIY.
Variasi suhu pada stasiun yang sama dengan waktu yang berbeda nampak
tidak terlalu berbeda jauh, baik itu pada data suhu maksimum, suhu minumum
ataupun rerata. Akan terdapat perbedaan yang cukup menyolok jika dilihat dari
masing-masing stasiun. Suhu di Stasiun Wates, cenderung lebih tinggi, daripada suhu

22
pada Stasiun Tegal. Hal ini sekaligus mengindikasikan adanya variasi suhu jika
dibandingkan dengan tinggi permukaan tanah. Stasiun Wates berada pada lokasi yang
lebih rendah daripada Stasiun Tegal.
c. Curah Hujan
Di Kabupaten Kulonprogo curah hujan rata-rata per tahunnya mencapai
1.998,66 mm,dengan rata-rata hari hujan (hh) sebanyak 105 hari hujan per tahun.
Pola hujan ini tidakterdistribusi secara merata sepanjang tahun. Curah hujan tinggi
terjadi pada awal-awaltahun, yaitu pada Bulan Januari sampai April. Di pertengahan
tahun, mulai pada Bulan Junisampai Oktober terjadi penurunan curah hujan dan juga
jumlah hari hujan dalam sebulan,bahkan pada Bulan September tidak terjadi hujan
sama sekali.Akan tetapi pola ini berubah menjelang akhir tahun, yaitu bulan
November dan Desember, curah hujan kembali meningkat sampai pergantian tahun,
bahkan curah hujan tertinggi pada tahun 2014 terjadi di Bulan Desember, yaitu
sebesar 4752,3 mm. Data rata-rata curah hujan setiap bulan pada tahun 2013 dan
2014 dapat disajikan dalam tabel dan gambar berikut :
Pola curah hujan di Kabupaten Kulonprogo berdasarkan peta isohyet didapat
bahwa nilai curah hujan wilayah akan meningkat seiring meningkatnya ketinggian
lokasi (hujan orografis). Intensitas curah hujan tertinggi di kecamatan Girimulyo lalu
di ikut Samigaluh dan Kokap. Peta Pola Curah Hujan (isohyet) selengkapnya dapat
dilihat pada Gambar 2.6 berikut :

2.3.8 Tata Guna Lahan


Daerah penelitian memiliki kawasan hutan yang cukup luas. Kawasan tersebut
relatif subur sehingga sangat potensial untuk pengembangan pertanian. Seiring
dengan perkembangan wilayah, kawasan hutan berkembang sangat pesat dalam
beberapa tahun terakhir ini. Untuk mengantisipasi perkembangan kawasan hutan,
maka penataan lahan perlu dilakukan dengan pendekatan evaluasi lahan sehingga
pengembangannya sesuai dengan kemampuan lahan dengan tetap mempertahankan
kelestarian lingkungan.

23
Umumnya, penduduk desa memanfaatkan lahannya untuk perkebunan dan
pertanian. Pada bidang perkebunan, masyarakat menggunakan lahannya untuk
memproduksi tanaman aren atau nira yang merupakan bahan baku gula merah. Selain
itu mereka juga memanfaatkan lahan untuk menanam palawija, sayur dan buah –
buahan. Satwa yang banyak dijumpai antara lain lembu, sapi, kambing, ayam,
burung, dan beberapa hewan lainnya untuk diperdagangkan. Areal yang ditambang
berupa bukit serta terdapat beberapa macam pepohonan dengan variasi vegetasi yang
rimbun.

24

Anda mungkin juga menyukai