Anda di halaman 1dari 5

PERSALINAN DALAM MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU.

Pelayanan Kesehatan Masa Melahirkan, yang selanjutnya disebut Persalinan adalah setiap
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada ibu sejak dimulainya
persalinan hingga 6 (enam) jam sesudah melahirkan (Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum
Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual).

A. Layanan Persalinan
1. Persalinan harus dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk di
Puskesmas. Persalinan kepada ibu bersalin dalam bentuk 5 (lima) aspek dasar
meliputi meliputi:

a. membuat keputusan klinik;

b. asuhan sayang ibu dan sayang bayi;

c. pencegahan infeksi;

d. pencatatan (rekam medis) asuhan persalinan; dan

e. rujukan pada kasus komplikasi ibu dan bayi baru lahir.

Sehubungan dengan terjadinya Pandemi Covid-19, maka terdapat perubahan dalam


persalinan yang dilaksanakan di fasilitas kesehatan, dengan tujuan utama untuk
menurunkan resiko penularan terhadap tenaga kseshatan dan mencegah morbiditas dan
moratlitas pada ibu besalin, mengingat 13.7% ibu hamil tanpa gejala bisa menunjukkan
hasil pemeriksaan PCR Covid 19 yang positif.

Oleh karena itu pelayanan persalinan di FKTP harus memperhatikan aspek

1. Melindungi petugas di ruang bersalin dan petugas KIA lainnya


2. Menyediakan persalinan yang aman dan efektif .
3. Mememelihara dan menjaga keberlangsungan system kesehatan Ibu dengan
pencegahan infeksi terhadap resiko penularan Virus penyebab COVID-19 yang
dikenal sebagai Sars-CoV-2.

Sehingga terjadi perubahan kebijakan dalam pelaksanaan persalinan dalam Era Adaptasi
Kebiasaan Baru

1) Rapid test WAJIB dilakukan kepada seluruh ibu hamil sebelum proses persalinan
(kecuali rapid test tidak tersedia).
2) Persalinan dilakukan di tempat yang memenuhi persyaratan dan telah dipersiapkan
dengan baik.
3) FKTP hanya memberikan layanan persalinan tanpa penyulit
kehamilan/persalinan ATAU tidak ada tanda bahaya ATAU bukan kasus suspek (ODP,
PDP atau terkonfirmasi COVID-19)
4) Jika didapatkan ibu bersalin dengan rapid test positif, maka rujuk ke RS rujukan
COVID-19 atau RS mampu PONEK.
5) Penolong persalinan di FKTP menggunakan APD level-2.
6) Jika kondisi sangat tidak memungkinan untuk merujuk kasus suspek atau hasil
skrining rapid test positif, maka pertolongan persalinan hanya dilakukan dengan
menggunakan APD level-3 dan Ibu bersalin dilengkapi dengan delivery chamber (lihat
gambar)
7) Bahan habis pakai dikelola sebagai sampah medis yang harus dimusnahkan dengan
insinerator.
8) Alat medis yang telah dipergunakan serta tempat bersalin dilakukan disinfetan
dengan menggunakan larutan chlorine 0,5%.
9) Pastikan ventilasi ruang bersalin yang memungkinkan sirkulasi udara dengan baik
dan terkena sinar matahari.

B. Layanan Paska Bersalin.


1) Pasca Bersalin, ibu diobservasi selama 6 jam diruang nifas, bersama dengan bayi
baru lahirnya (rawat gabung). Jarak tempat tidur diruang nifas yg
menyelenggarakan rawat gabung minimal 1,8 m untuk mengurangi transmisi
pathogen yang ditularkan melaui udara (airborne).
2) Apabila tidak ada perdarahan dan kondisi ibu stabil, untuk mengurangi resiko
infeksi, selanjutnya ibu dipulangkan dan dilakukan kunjungan rumah nifas (KN1)
antara 6 jam -48 jam dst hingga 4 kali kunjungan nifas (KN4)
3) FKTP memberikan pelayanan KB Pasca Salin(diutamakan metode kontrasepsi
jangka panjang) segera setelah persalinan. Jika ibu tidak bersedia, maka dilakukan
konseling KB serta nasihat untuk mendapatkan layanan KB paska bersalin.
4) Bayi yang dilahirkan dari ibu yang bukan ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19
pada 0-6 jam pertama, tetap mendapatkan: perawatan tali pusat, inisiasi
menyusu dini, injeksi vitamin K1, pemberian salep/tetes mata antibiotik dan
pemberian imunisasi hepatitis B dan HbIg (Hepatitis B immunoglobulin).
5) Ibu dan keluarga mendapat nasihat dan edukasi tentang perawatan bayi baru
lahir termasuk ASI ekslusif dan tanda bahaya jika ada penyulit pada bayi baru
lahir dan jika terjadi infeksi masa nifas.
6) Tenaga kesehatan mengambil sampel skrining hipotiroid kongenital (SHK)
pada bayi yang dilakukan setelah 24 jam persalinan, sebelum ibu dan bayi
pulang dari fasilitas kesehatan.
7) FKTP memberikan layanan kunjungan pasca bersalin pada ibu bukan PDP
atau tidak terkonfirmasi COVID-19:
a. Pemeriksaan pada ibu nifas (sesuai SOP)
b. Asuhan neonatal (sesuai Pedoman)
c. Konseling menyusui (sesuai Pedoman)
d. Edukasi hidup bersih dan sehat, termasuk tanda bahaya pneumonia.

C. Pencegahan infeksi di kamar bersalin dan ruang nifas.


Ruang bersalin termasuk dalam Zona Resiko Tinggi, sedangkan ruang nifas (sepanjang
tidak ada pasien dgn penyakit menular) termasuk dalam Zona Sedang. Oleh karena itu
dalam Adaptasi Kebiasaan baru, maka perlu diperhatikan;
1. Pengendalian Kualitas Udara
2. Penyehatan Kualitas Air
3. Pengendalian Permukaan Lingkungan
4. Pengendalian Desain dan Konstruksi Bangunan
5. Penyehatan Makanan-Minuman
1. Pengendalian Kualitas udara, dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penyebaran
droplet yang di udara ruangan dan mengurangi kontaminasi pada permukaan dan
sarana yg digunakan. Sehingga pengaturan ventilasi diruang bersalin maupun
ruang nifas harus memperhatikan pertukaran udara > 12 Air Circulating per Hour
(ACH)*. Penghawaan/ventilasi dalam ruang memenuhi 3 (tiga) elemen dasar,
yaitu: (1). jumlah udara luar berkualitas baik yang masuk dalam ruang pada waktu
tertentu; (2). arah umum aliran udara dalam gedung yang seharusnya dari area
bersih ke area terkontaminasi serta distribusi udara luar ke setiap bagian dari
ruang dengan cara yang efisien dan kontaminan airborne yang ada dalam ruang
dialirkan ke luar dengan cara yang efisien; (3). setiap ruang diupayakan proses
udara di dalam ruang bergerak dan terjadi pertukaran antara udara didalam ruang
dengan udara dari luar
Untuk menghindari kemungkinan aerosol, Ibu bersalin menggunakan masker
medis.
2. Air yang digunakan dalam pertolongan persalinan maupun yang digunakan dalam
perawatan nifas harus memiliki kualitas yang baik yaitu: (1) Air bersih untuk
keperluan Puskesmas dapat diperoleh dari Perusahaan Air Minum, sumber air
tanah atau sumber lain yang telah diolah sehingga memenuhi persyaratan
kesehatan (2) Memenuhi persyaratan kualitas air bersih, memenuhi syarat fisik,
kimia, bakteriologis yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku (3) Distribusi air
ke ruang-ruang menggunakan sarana perpipaan dengan tekanan positif (4) Sumber
air bersih dan sarana distribusinya harus bebas dari pencemaran fisik, kimia dan
bakteriologis (5) Tersedia air dalam jumlah yang cukup.
Diruang bersalin dan nifas harus tersedia tempat cuci tangan dengan air
mengalir, sabun dan tissue pengering
3. Pengendalian permukaan lingkungan, yang dimaksudkan adalah pembersihan
secara berkala menggunakan desifektan: klorin 0,05%, atau H2O2 0,5-4%.
(Apabila permukaan lingkungan terpapar cairan tubuh dibersihkan
menggunakan Klorin 0,5 %). Pembersihan berkala tsb meliputi:
Pembersihan permukaan datar dirunag bersalin maupun nifas harus Bebas debu,
bebas sampah, bebas serangga dan binatang pengganggu lainnya
Tdk dianjurkan ada karpet, bunga segar, tanaman pot dan bunga plastik di R
perawatan nifas
Pembersihan bagian Ruangan : teras/selasar, jendela/jalusi, pintu, ventilasi,
dinding, atap/plafond, lantai
Pembersihan Fasilitas Ruangan: perlengkapan elektrik (saklar, lampu dinding,
lampu atap, AC, kipas angin, dll); perlengkapan rumah tangga (furnitur, tirai,
lemari) dan permukaan yg sering disentuh mis pegangan pintu.
Pembersihan Alat Pasien : meliputi tempat tidur, standar infus, lemari pasien, kursi
pasien, serta Lingkungan sekitar ruangan
4. Pengendalian Desain dan Konstruksi Bangunan ruang bersalin dan nifas, sesuai
dengan persyaratan konstruksi bangunan sebagaimana tercantum dalam PMK no
43 tahun 2019, Tentang Puskesmas.
5. Penyehatan makanan dan minuman diruang barsalin dan nifas, tetap
memperhatikan kebutuhan sesuai kondisi Ibu dan memperhatikan aspek hygiene
dan kalori yg diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai