Anda di halaman 1dari 1

2.

1 FACTORIAL DESIGN
Pada eksperimen faktorial, peneliti dapat menentukan pengaruh dua atau lebih variabel bebas secara
tunggal dan interaksi dengan yang lainnya terhadap variabel terikat. Pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat disebut main effect. Interaksi dari pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap
variabel terikat disebut interaction effect.
Sebagai contoh, peneliti melakukan pengamatan pada perokok dan ingin menguji pengaruh jenis
instruksi terhadap frekuensi merokok. Jenis instruksinya adalah instruksi melalui penyuluhan tentang bahaya
merokok bagi kesehatan dan instruksi biasa. Asumsikan jika peneliti ingin menguji pengaruh gabungan dari
dua jenis instruksi tersebut dengan tingkat depresi (tinggi, sedang atau rendah) terhadap frekuensi merokok.
Selanjutnya, asumsikan bahwa peneliti yakin dan mempunyai alasan bahwa depresi merupakan faktor utama
penyebab tingginya tingkat merokok, tetapi peneliti tidak mengetahui apakah ada interaksi antara depresi
dengan jenis instruksi yang diberikan. Masalah penelitian ini membutuhkan desain faktorial. Peneliti
membuat random assignment untuk setiap tingkat depresi (tinggi, sedang, rendah) pada setiap perlakuan
instruksi. Kelebihan desain ini untuk tingkat kontrol yang tinggi dalam eksperimen. Hal ini memungkinkan
peneliti menguji interaksi dari variabel bebas sehingga didapatkan pemahaman yang lebih baik tentang hasil
eksperimen. Jika hanya menggunakan posttets, maka tidak akan ada ancaman validitas internal dan
instrumentasi. Jika penempatan individu ke dalam kelompok dilakukan secara acak, maka ancaman yang
berhubungan dengan partisipan dan pengalamannya
Namun, beberapa variabel bebas mengakibatkan prosedur statistik menjadi lebih kompleks dan
hasilnya menjadi lebih susah dipahami. Oleh karena peneliti memanipulasi penambahan variabel bebas,
maka dibutuhkan lebih banyak partisipan dalam kelompok untuk uji statistik dan interpretasi hasil menjadi
lebih kompleks. Oleh karena kompleksitasnya, desain faktorial maksimal menggunakan tiga variabel bebas
yang dimanipulasi.
Peneliti mengidentifikasi rumusan masalah penelitian yang terdiri dari dua variabel bebas dan satu
variabel terikat. Peneliti harus mengidentifikasi masing-masing level untuk setiap faktor atau variabel bebas.
Contohnya:
 Faktor 1 : Jenis Instruksi
Level 1 : penyuluhan tentang bahaya rokok bagi kesehatan
Level 2 : penyuluhan biasa
 Faktor 2 : Tingkat Depresi
Level 1 : tinggi
Level 2 : medium
Level 3 : rendah
Oleh karena yang diukur adalah dua level instruksi dan tiga level depresi, desain tersebut disebut
dengan desain faktorial 2×3. Dalam desain 2×3, peneliti membagi partisipan ke dalam enam kelompok
sehingga semua kelompok menerima setiap level pada variabel bebas pertama (jenis intruksi) dan setiap
level pada variabel bebas kedua (tingkat depresi).
Pada proses ini, peneliti membuat enam kelompok dan di setiap kelompok terdapat siswa perokok.
Pada awalnya semua siswa diukur tingkat depresinya dengan instrumen pengukuran yang telah disiapkan.
Setelah skor didapatkan, peneliti dapat menggolongkan siswa ke dalam kelompok rendah, medium atau
tinggi sesuai hasil pengukuran. Setelah pengelompokkan berdasarkan tingkat depresi, tiga kelompok
tersebut dibagi dua secara identik. Tiga kelompok pertama akan menerima penyuluhan kesehatan dan tiga
kelompok kedua akan menerima penyuluhan biasa. Di akhir eksperimen, peneliti meminta semua partisipan
untuk mengerjakan post tes yang bertujuan untuk mengukur nilai perokok. Rata-rata skor posttest disusun
dalam enam sel untuk menggambarkan perbedaan masing-masing kelompok
Peneliti dapat menggunakan statistik parametrik ANOVA untuk menguji pengaruh masing-masing
variabel bebas secara terpisah dan secara kombinasi dengan variabel terikat. Program analisis varian dalam
software statistik dapat menunjukkan hasil yang berupa pengaruh utama (main effect) dan pengaruh interaksi
(interaction effect).

Anda mungkin juga menyukai