Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nur Zihan Ariqa

NIM : 1001381924142

Kelas : IKM B 2019

Dosen : DR. RICO JANUAR SITORUS, S.KM, M.KES(EPID)

Matkul : Epidemiologi

1. Catat semua pertanyaaan dari temannya yang ada di WA ini berseta pembahasan kita.

Jawaban :

a. Pertanyaan Pertama : Definisi studi crossectional maksud masalah kesehatan tanpa arah
dimensi penyelidikan tertentu? (Penanya : Reni Zahara)

Jawaban : studi yang dimana tanpa arah karena dalam studi ini pengukuran variabel
independen dan dependen ditanya sekaligus. Misalnya kita mau mengetahui hubungan antara
merokok dengan tb paru. Saat melakukan studi dengan desain ini kita sama respinden
sekaligus bertanya apakah dia meroko atau tidak : melami tb paru atau tidak. kita tidak tau
apakah di merokok dulu baru tb paru atau tb paru dulu dia baru merokok.

b. Pertanyaan Kedua : Dari kedua study kasus yaitu study deskriptif dan study cross sectional
manakah study yang paling efektif / tepat untuk di terapkan di masyarakat? Lalu kenapa
study tersebut dipilih untuk digunakan di masyarakat? (Penanya : Rozi

Jawaban : semua studi bagus, hanya bedanya kedalam hasilnya, kalau deskriptif hanya
menggambarkan, kalau analitik kita menggali masalah yang ada.

c. Pertanyaan Ketiga : Apa maksudnya "analisis analitik : untuk melihat hubungan E dan D
hitung OR atau PR" ini bagaimana ya pak penjelasannya? (Penanya : Nur Zihan Ariqa)

Jawaban : OR atau PR merupakan ukuran assosiasi antara independen (merokok) dan


dependen (tb paru). Misalnya OR/PR : 3 artinya orang yang merokok berisiko 3 kali lebih
besar untuk mengalami tb paru dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Contohnya
(200; responden yang mengalami ekspousre misalnya merokok dan mengalami
(positif/outcome)

d. Pertanyaan Keempat : Pada bagian penjelasan mengenai ecological fallacy dan ada
pernyataan bahwa tidak dapat mengestablish hubungan antara exposure dan outcome (hanya
menyarankan). Lalu "hanya menyarankan" itu maksudnya berupa solusi dari penelitian yg
dilakukan atau bagaimana ? (Penanya : Muthmainnah)

Jawaban : Studi yang dimana tanpa arah karena dalam studi ini pengukuran variabel
independen dan dependen ditanya sekaligus. Misalnya kita mau mengetahui hubungan antara
merokok dengan tb paru. Saat melakukan studi dengan desain ini kita dan respinden sekaligus
bertanya apakah dia merokok atau tidak mengalami tb paru atau tidak. Kita tidak tau apakah
dia merokok dulu baru tb paru atau tb paru dulu dia baru merokok.
e. Pertanyaan Kelima : Pada analisis analitik untuk melihat hubungan D dan E dengan
menghitung OR dan PR, pada. contoh perhitungan, Untuk “distribusi variabel disease pada
variabel exposure”OR-nya 5, sama dengan “distribusi variabel exposure pada variabel
disease”, tetapi pada PR nilai pada keduanya berbeda, yaitu (3 dan 2 setengah), jadi jika PR-
nya menunjukkan angka yang berbeda itu maksudnya bagaimana? Apakah berarti tidak ada
hubungan antara D dan E? (Penanya : Aprilia)

Jawaban : jika nilai OR/PR = 1, maka hubungannya tidak ada, nilai OR/PR >1 maka ada
hubungan sebagai faktor risiko, nilai OR/PR <1 ada hubungan sebagai faktor protektif atau
mencegah.

2. Buat resume dari materi berdasarkan pemaham anda Pemahaman?

Jawaban : Definisi studi crossectional adalah studi yang dimana tanpa arah karena dalam
studi ini pengukuran variabel independen dan dependen ditanya sekaligus. Misalnya kita mau
mengetahui hubungan antara merokok dengan tb paru. Saat melakukan studi dengan desain
ini kita sama respinden sekaligus bertanya apakah dia meroko atau tidak : melami tb paru
atau tidak. kita tidak tau apakah di merokok dulu baru tb paru atau tb paru dulu dia baru
merokok. Studi yang meneliti sekaligus suatu faktor pajanan (exposure) dan sebuah
penyakit / masalah kesehatan tanpa arah dimensi penyelidikan tertentu (non-directional
dimention).

Tujuan dari study crossectional merupakan mempelajari angka kejadian suatu


penyakit/masalah kesehatan mempelajari hubungan antara suatu faktor risiko dengan angka
kejadian suatu penyakit. Unit analisa yang digunakan dalam study crossectional adalah
individu, lalu exposure dan outcome diukur pada saat yang sama saat melakukan study
crossectional.

Terdapat dua study kasus yaitu study deskriptif dan study cross sectional. Study yang
sering digunakan merupakan semua study, semua studi bagus, hanya bedanya kedalam
hasilnya, kalau deskriptif hanya menggambarkan, kalau analitik kita menggali masalah yang
ada. analisis analitik : untuk melihat hubungan E dan D hitung OR atau PR. OR atau PR
merupakan ukuran assosiasi antara independen dan dependen analisis deskriptif :
menghitung distribusi frekwensi D dan E. Analisis analitik : untuk melihat hubungan E dan D
hitung OR atau PRMisalnya OR/PR : 3 artinya orang yang merokok berisiko 3 kali lebih
besar untuk mengalami tb paru dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Contohnya
(200; responden yang mengalami ekspousre misalnya merokok dan mengalami
(positif/outcome). mengenai ecological fallacy dan ada pernyataan bahwa tidak dapat
mengestablish hubungan antara exposure dan outcome (hanya menyarankan). Saat
melakukan studi dengan desain ini kita dan respinden sekaligus bertanya apakah dia merokok
atau tidak mengalami tb paru atau tidak.

Contoh study crossectional ada 4 yaitu SKRT, SDKI, Survei kepuasan


pelanggan,Survei cepat (rapid health need assessment). Nama lain study crossectional adalah
studi prevalensi atau survey. Study crossectional bersifat deskriptif dan observasional,
populasi studi merupakan populasi umum. Kelebihan study ini dapat menggambarkan status/
masalah kesehatan, memperkirakan kebutuhan pelayanan kesehatan (sehingga bermanfaat
untuk perencanaan kesehatan) ,formulasi hipotesis (skrining hipotesis) baru. Lebih
"feasible", nyaman dan hemat waktu, dibandingkan kohort Dapat cukup valid untuk melihat
pengaruh suatu faktor risiko dengan penyakit tertentu apabila faktor risiko yang diteliti
tersebut jelas terjadinya mendahului penyakit. Karena studi kros-seksional biasa diambil dari
suatu “study population” yang lebih besar, maka dimungkinkan untuk melakukan generalisasi
hasil studi. Kelemahan study crossectional adalah Tidak dapat mengukur risiko (risk) atau
rate penyakit yang sesunguhnya. Kemenduaan temporal (temporal ambiguity), khususnya
pada data "exposure" yang paling terkini. Dapat rentan tehadap kesalahan pengukuran karena
informasi yang digali retrospektif berdasarkan ingatan atau catatan. Status penyakit bisa
mempengaruhi seleksi subyek (bisa seleksi). Sering tidak bisa membedakan faktor risiko
(prediktor terjadinya penyakit) dan faktor prognostik (mempengaruhi perjalanan penyakit).
Tidak efisien untuk meneliti penyakit yang prevalensinya rendah (penyakit yang jarang,
sangat fatal, atau singkat durasinya). Proporsi pajanan pada kasus prevalence tidak sama
dengan proporsi pajanan pada kasus incidence.

Anda mungkin juga menyukai