Anda di halaman 1dari 16

MODUL METODOLOGI RISET KEPERAWATAN

TOPIK 4 HIPOTESIS PENELITIAN

PENYUSUN TRI HARTITI, SKM,M.Kep.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2010


KATA PENGANTAR

Puji syukur, tak henti-hentinya penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku ajar Metodologi dan Riset keperawatan : Hipotesis Penelitian Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan buku ajar ini masih banyak kekurangan disana-sini, untuk itulah maka penulis merasa bangga dan bahagia terhadap upaya demi kesempurnan buku ajar ini, untuk mencapainya penulis mengharapkan masukan keperawatan di Indonesia. Dalam hal ini, saya menghaturkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua fihak yang telah membantu, baik secara fisik, psikologis, materi dan spiritual. Semoga jasa baik, bimbingan dan dukungan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amien maka dan saran yang membangun dari berbagai

fihak terutama dari Senior dan sejawat keperawatan demi profesionalisme

Penulis

Daftar Isi

Kata pengantar .. Daftar isi . Diskribsi Topik Tujuan pembelajaran umum ....... Tujuan pembelajaran khusus ...... Pokok bahasan . Materi ... Ringkasan Latihan . Jawaban .. Balikan . Pustaka

A. DISKRIPSI TOPIK Topik ini membahas tentang hipotesis penelitian yang terdiri dari pengertian,Sumber penulisan hipotesa, jenis hipotesa dan kriteria penyusunan hipotesa B. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Setelah pembelajaran topik ini mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep hipotesis penelitian . C. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dari Hipotesaa

penelitian
b. Mahasiswa mampu menjelaskan Sumber Penulisan hipotesa c. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis hipotesa

d. Mahasiswa mampu menjelaskan kriteria penyusunan hipotesa

D. POKOK BAHASAN
a. Pengertian dari hipotesa penelitian b. Sumber penulisan hipotesa

c. Jenis Hipotesa d. Kriteria penyusunan hipotesa E. MATERI 1. PENGERTIAN HIPOTESA Hipotesa adalah pernyataan formal tentang hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih pada populasi khusus. Hipotesa menterjemahkan masalah dan maksud penelitian kedalam suatu penjelasan atau prediksi tentang hasil yang diharapkan dari penelitian. Hipotesa mencakup variabel yang akan dimanipulasi atau diukur, mengidentifikasi populasi yang akan diteliti, dan menunjukan jenis disain, serta mengarahkan pelaksanaan penelitian. Selain itu hipotesa juga mempengaruhi disain penelitian, teknik pemilihan sampel, pengumpulan data dan metode analisaserta interpretasi temuan. Hipotesa berbeda dengan tujuan dan pernyataan penelitian, karena dalam hipotesa terdapat prediksi hasil penelitian dalam bentuk menolah atau mendukung hipotesa. Menurut Malo (1985), hipotesa adalah kesimpulan sementara atau proposisi tentatif tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Proposisi dinyatakan dalam bentuk yang dapat diuji dan meramalkan suatu hubungan antara dua variabel atau lebih. Dapat disimpulkan bahwa hipotesa mencerminkan prediksi peneliti mengenai kemungkinan hasil dari penelitian yang direncanakan. Hipotesa merupakan jawaban sementara suatu masalah penelitian, dirumuskan dalam pernyataan yang dapat di uji dan menjelaskan hubungan antara dua variabel atau lebih (Hutape, 1997). 2. SUMBER PERUMUSAN HIPOTESA Hipotesa dirumuskankan berdasarkan tiga hal utama yaitu pengamatan terhadap fenomena atau masalah dalam kehidupan sehari-hari analisa teori dan tinjauan literatur. Hipotesa dapat dirumuskan berdasarkan :

a. Pengamatan fenomena atau masalah Peneliti dan pemberi pelayanan kesehatan mengamati kejadian di dunia nyata dan mengidentifikasi hubungan kejadian yang merupakan landasan dalam perumusan hipotesa. Sebagai contoh seorang tenaga kesehatan mengamati bahwa pasien yang sering mengeluh nyeri, ternyata pasien yang menerima paling banyak obat anti nyeri. Dalam hal ini hipotesa dapat dinyatakan sebagai berikut: Semakin sering pasien mengeluh nyeri, semakin sering tindakan penanggulangan nyeri dilakukan. Penelitian juga dapat dilakukan untuk menegtahui keberhasilan intervensi dalam mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan mobilitas serta pengaruhnya terhadap kemampuan individu. Sebagai contoh: pasien dengan arthritis (radang sendi) yang menggunakan terapi rileksasi, kurang merasakan nyeri sendi dan memerlukan waktu yang yang lebih singkat untuk berpakaian dan mandi daripada pasien yang tidak melalukan terapi relaksasi. Atau dengan singkat dapat dinyatakan: 1. Ada hubungan negatif antara rileksasi dan nyeri sendi pada klien arthritis. 2. Ada hubungan negatif antara rileksasi dan lama waktu mandi dan berpakaian pada klien arthritis. Dengan demikian, semua upaya dalam mengidentifikasi hubungan

merupakan prediksi tentang kejadian dalam kehidupan nyata yang potensial untuk uji empiris. b. Analisa teori Hipotesa juga dapat disusun berdasarkan teori apabila peneliti bermaksud untuk menguji pernyataan dari suatu teori yang mempunyai pengaruh dalam keadaan nyata atau praktik sehari hari. Misalnya prinsip-prinsip dari teori adaptasi menurut Roy yang meyakini bahwa manusia sebagai sistem yang adaptif mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap stimulus fokal,

kontekstual dan residual dengan menggunakan mekanisme koping, sehingga dapat mempertahankan keseimbangan dan terus berkembang/produktif. Dalam penelitian tentang hubungan karakteristik anak tunagrahita dan karakteristik keluarga denga pola koping (penyelesaian masalah), maka konsep anak tunagrahita merupakan stimulus fokal (yang menimbulkan respon langsung), karakteristik anak dan keluarga adalah stimulus kontekstual(faktor yang mempengaruhi perilajku yang dicetuskan oleh stimulus lfokal), nilai keluarga tentang anak tunagrahita merupakan stimulus residual (faktor yang mempengaruhi perilaku tetapi belum divalidasi). Sementara mekanisme koping adalah pola kong keluarga (a.l: mencari bantuan profesional, mencari dukungan spiritual, mencari dukungan keluarga/teman) (Hamid, 1993). Pada penelitian ini, hipotesa dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan yang positif antara karakteristik anak (usia, gender, jenis tunagrahita, IQ dsb) dengan pola koping keluatga. 2. Terdapat hubungan yang positif antara karakteristik keluarga

(pendidikan , usia, lama perkawinan orang tua, dsb). c. Tinjauan literatue Hipotesa juga dapat dirumuskan dari tinjauanliteratur, yaitu dengan membuat hipotesa yang telah diuji pada penelitian sebelumnya oleh peneliti lain yang berfokus pada variabel lain, atau mereplikasi hipotesa dari penelitian sebelumnya. Dalam tinjauan literatur, peneliti menganalisa dan mensintesa temuan dari berbagai penelitian yang sangat bermanfaat untuk merumuskan hipotesa. 3.JENIS HIPOTESA Penentuan jenis hipotesa sangat tergantung pada maksud dilakukannya penelitian yang terdiri dari 4 kategori orang utama, yaitu: (1) hubungan versus

kausal, (2) sederhanan versus kompleks, (3) terarah versus tidak terarah, (4) nihil versus penelitian. a. Hipotesa hubungan versus kausal Hipotesa dengan jenis hubungan asosiatif dirumuskan jika satu variabel berubah maka variabel lainpun turut berubah yang dituliskan sebagai berikut:
1. Variabel X berhubungan dengan variabel Y dalam populasi khusus

(prediksi hubungan). Contoh: kekuatan hubungan perkawinan yang dipersepsikan oleh calon janin. 2. Variabel X meningkat, variabel Y juga meningkat pada populasi khusus (prediksi hubungan posistif). Yang berarti hipotesa asosiatif ini memprediksikan bahwa makin kat hubungan perkawinan (X), makin besar pula keterkaitan emosional ayah dengan janin (Y). ayah selama masa kehamilan istrinya berhubungan positif dengan tibgkat keterkaitan emosional ayah dengan

3. Variabel X menurun maka variabel Y juga menurun pada populasi khusus (prediksi hubungan posistif). Dengan contoh yang sama: makin lemah ikatan perkawinan (X) yang dipresepsikan oleh calon ayah, maka makin lemah iktan emosional ayah dengan janin (Y).

4. Variabel X meningkat , variabel Y juga meningkat. Contoh : besar hubungan perkawinan yang dipersepsikan oleh calon ayah berhubungan secara negatif dengan tingkat keterkaitan emosional ayah dengan janin Hipotesa ini memprediksi bahwa besar konflik perkawinan melemahkan keterkaitan emosional ayah dengan janin. Hubungan bersifat berlawanan.

Hubungan kausal mengidentifikasi interaksi sebab dan akibat antara dua atau lebih variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel teriakt (dependent variable). Variabel bebas (treatment atau experimental variabel) diamnipulasai oleh peneliti untuk menimbulkan akibat pada variabel terikat (outcome atau criterion variabel) diukur untuk meneliti pengaruh dari variabel bebas. Sebagai contoh: pasien kanker dengan nyeri kronis yabng mendengarkan musik diikuti sugesti positif tentang penurunan rasa nyeri mempunyai nilai Kuisioner Nyeri yang lebih rendah dibandingkan pasien yang tidak mendengarkan musik. X Y

Pasien kanker dengan nyeri kronis sebagai subyek; mendengarkan musik adalah variabel ebas (X); nilai Kuisioner Nyeri merupakan variabel terikat (Y). Jadi X menyebabkan terjadinya Y. b. Hipotesa sederhana versus kompleks Hipotesa menyatakan suatu hubungan (asosiatif atau kausal) antara dua variabel. Variabel X berhubungan dengan variabel Y. Hipotesa asosiatif yang kompleks menyatakan hubungan antara variabel X,Y dan Z. Pada hipotesa kausal yang kompleks, hubungan di prediksikan antara 2 atau lebih variabel bebas dengan variabel terikat(Burns & Grove, 1996).

Contoh : pasien kankerdengan nyeri kronis yang mendengarkan musik (X1), menggunakan teknik relaksasi(X2) mempunyai nilai Kuisioner Nyeri yang lebih rendah daripada pasien yang tidak mendengarkan musik dan menggunakan teknik relaksasi.
c. Hipotesa tidak terarah versus terarah

Hipotesa tidak terarah dirumuskan untuk melihat adanya hubungan tanpa memprediksikan sifat hubungan. Contoh: (1) persepsi Lansia terhadap kemampuan untuk merawat diri sendiri berhubungan dengan faktor gender, orientasi sosial budaya, kondisi kesehatahn, dan dukungan kelurga.

(2) persepsi Lansia terhadap kemampuan untuk merawat diri sendiri berhubungan dengan persepsi mereka terhadap dukungan keluarga Hipotesa yang pertama lebih kompleks karna terdiri dari lima variabel, bersifat asosiatif dan tidak terarah. Sedangkan hipotesa kedua lebih sederahn karna hanya terdiri dari dua variabel, asosiatif dan tidak terarah. Kedua hipotesa dinyatakan untuk melihat hubungan yang ada tetapi tidak menunjukkan arah huungan. Hipotesa terarah dirumuskan dengan memperhatikan sifat interaksi antara dua atau lebih variabel. Hipotesa ini disusun dari pernyataan teoritis, temuan penelitian terdahulu, dan pengalaman klinik. Dengan mengetahui landasan penelitian, peneliti selanjutnya dapat meramalkan arah hubungan antara variabel yang diteliti. Hipotea kausal memprediksi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, serta menjelaskan arah hubungan. Contoh: pasien koma yang diganti posisinya setiap dua jam dan dimasase daerah belakang tubuhnya, akan lebih sedikit yang mengalami luka baring dibandingkan pasien yang diganti posisinya setelah lebih dari dua jam dan tidak dimasase daerah belakang tubuhnya. Hipotesa ini memprediksi bahwa variabel bebas yaitu mengganti posisi tubuh dan memasase daerah belakang tubuh mempengaruhi variabel terikat yaitu luka baring. Penggunaan istilah lebih sedikit, lebih jarang, meningkat, menurun sebenarnya menunjukkan arah hubungan dalam hipotesa. d. Hipotesa nol versus hipotesa riset Hipotesa nol (Ho), juga disebut dengan hipotesa statistik yang digunakan untuk uji statistik dan interpretasi hasil uji statistik. Hipotesa nol dapat bersifat sederhana atau kompleks, asosiatif, atau kausal.

Contoh bersifat asosiatif: tidak ada hubungan antara pendidikan orang tua dengan strategi penyelesaian masalha yang digunakan orang tua yang mempunyai anak tuna grahita diukur dengan instrumen F-COPES. Sedangkan hipotesa nol yang bersifat kausal dapat dinyatakan dengan format berikut ini: 1. Tidak ada pengaruh satu variabel dengan variabel lain. 2. Tidak ada perbedaan antara kelompok eksperimen yang terekspos terhadap variabel bebas dengan kelompok kontrol diukur oleh variabel terikat. Contoh: A. Tidak ada perbedaan yang bermakna dalam terjadinya hematoma jaringan pada daerah yang disuntik dengan terapi heparin dosis rendah ketika disuntikkan pada tiga daerah subkutan yang berbeda (perut, paha dan lengan).
B. Tidak ada perbedaan yang bermakna dalam terjadinya kanker paru-

paru dikalangan orang yang merokok dengan orang yang tidak pernah merokok. Hipotesa nol digunakan karen lebih mudah menyesuaikan teknik statistik tertentu dalam pengujiannya, jadi tidak selalu menunjukkan perkiraan atau pengharapan peneliti. Pada umumnya teknik statistik ditujukan untuk mengukur kemungkinan bahwa tidak ada perbedaan yang ditemukan benar-benar lebih besar dari nol. Dengan kata lain, hipotesa nol menyatakan bahwa tidak ada perbedaaan yang terjadi, dan metoda statistik menguji hipotesa ini dengan menentapkan probabilitas bahwa seberapapun perbedaan yang muncul pada subjek penelitian adalah sesunggguhnya merupakan cerminan dari perbedaan yang terdapat dalam populasi darmana sampel studi tersebut diambil (Hutapea, 1997). Merujuk pada contoh hipotesa tersebut, jika tidak terdapat perbedaan

statistik yamg berrmakna (signifikan) dalam terjadinya hematoma 60 hingga 72 jam setelah suntikan dilakukan pada 3 bagian tubuh (perut, paha dan lengan), berati hipotesa nol didukung. Hipotesa penelitian adalah hipotesa alternatif (H1 atau H2) terhadap nol. Hipotesa penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara dua atau lebih variabel dan dapat dalam bentuk sederhana atau kompleks, tidak terarah atau terarah, serta asosiatif atau kausal. Sebagai contoh hipotesa penelitian yang sederhana , terarah, dan asosiatif adalah: Tingkat kecemasan pasien yang baru dirawat akan berkurang dengan adanya SOP (Standar Operating Procedure) program orientasi bagi pasien baru. Hipotesa penelitian ini bermanfaat untuk memprediksi ada tidaknya atau arah suatu hubungan antara variabel. Prediksi dalam hipotesa penelitian memerlukan landasan pernyataan teoritis dari temuan penelitian atau pengalaman klinik terdahulu. Hipotesa juga dapat dinyatakan dalam bentuk pernyataan yang dapt ditulis sebagai berikut: apakah terdapat perbedaaan yang bermakna pada kejadian kanker paru-paru dikalangan orang yang merokok dibandingkan dengan orang-orang yang tidak merokok? Hipotesa dalam bentuk pernyataan ini biasanya disukai oleh peneliti yang belum berpengalaman karena biasanya berisikan pertanyaan spesifik yang ingin dijawab oleh peneliti. Laporan penelitian disusun dengan menjawab pertanyaan penelitian. 4.KRITERIA PENYUSUNAN HIPOTESA Penyusunan hipotesa harus memenuhi kriteria (1) disusun berdasar penelitian induktif dan deduktif; (2) mempunyai rasional berdasar teori dan fakta; (3) harus dapat di uji; (4) singkat dan jelas. a. Disusun berdasarkan pemikiran induktif dan deduktif

Penyusunan hipotesa memerlukan pemikiran induktif dan deduktif. Setiap orang mempunyai pola berpikir yang berbeda yang akan digunakan dalam mengembangkan suatu hipotesa. Pemikir induktif mempunyai kecendrungan untuk memusatkan perhatiannya pada hubungan yang diobservasi dalam praktik klinik dan mensintesi hasil observasi tersebut untuk merumuskan pernyataan umum tentang hubungan yang diobservasinya tersebut (Chinn & Kramer, 1991). Misalnya, pemikir induktif mungkin memperhatikan bahwa pasien lansia yang tidak diberitahu tentang landasan mobilitas dini setelah dioperasi tidak berusaha u tuk meninggalkan tempat tidurnya. Sedangkan pemikir bersifat deduktif apabila dengan contoh diatas tadi pemikir menterjemahkan kedalam suatu pernyataan misalnya: orang yang mendapat petunjuk tentang merawat dirinya sendiri akan lebih bertanggung jawab dalam menolong diri mereka sendiri. b. Mempunyai rasional berdasarkan teori dan fakta Suatu hipotesa sewajarnya tidak bertentangan dengan temuan penelitian atau sesuai dengan fakta terdahulu yang dapat diketahui melalui tinjauan literatur. Selain itu juga, hipotesis harus dirumuskan sesuai dengan teori yang berlaku dibidangnya, sehingga hasil dari penelitian akan memberi kontribusi yang berarti dalam pengujian teori yang selanjutnya dapat memperkaya body of knowledge suatu disiplin ilmu. c. Harus dapat di uji Pada umumnya hipotesa disusun dengan menyatakan suatu hubungan atau perbedaan yang diharapkan antara variabel yang memungkinkan untuk dapat dilakukan pengukuran variabel atau perbandingan statistik untuk menentuan apakah hipotesa tersebut didukung oleh hasil penelitian. Hipotesa harus dapat di evaluasi dan diuji secara obyektif. d. Singkat dan jelas

Dalam menyusun hipotesa perlu dibuat pernyataan yang singkat, padat, dan langsung, sehingga lebih mudah dibaca dan dimengerti serta lebih mudah pula dilakukan pengujiannya.

F. RINGKASAN Hipotesa merupakan langkah terpenting yang harus ditetapkan pada suatu penelitian dan merupakan tujuan utama penelitian tersebut dilakukan, hipotesa juga merupakan prediksi atau sesuatu hal untuk menduga sebuah hasil penelitian. Sebelum suatu penelitian dilakukan hipotesa ini harus dirumuskan terlebih dahulu, namun tetap harus memperhitungkan praduga tak bersalah sebelum ada pembuktian yaitu hasil penelitian. G. LATIHAN Rumuskan hiposa berdasarkan judul penelitian yang anda minati H. JAWABAN I. BALIKAN J. PUSTAKA
1. Burn,N & Grave 1993, The Practice Of Nursing Research, 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Philadelphia,WB.Saunders Hicks,C.M. 1990 : Research, and Statistic New York Prentice Hall Pollit,D.F & Hungler B.P 1996, Nursing Research:Principle and Method Philadelphia : Lippincolt Company Pollit,D.F & Hungler B.P 1996, Statistical Analysis For Nurses, Philadelphia : Lippincolt Company Sugiyono 1997, Statistic untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta Sutrisno Hadi 1992, Metodologi Riset , Jakarta : Andi Ofset Bismar Mukti,2002,Metodologi Riset , Jakarta :EGC Nursalam 2000 Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta : Salemba

Anda mungkin juga menyukai