Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyelenggaraan pelayanan dan upaya Puskesmas harus
didukung oleh suatu mekanisme kerja agar tercapai kebutuhan
dan harapan pengguna pelayanan, dilaksanakan secara efisien.
Administrasi umum merupakan salah satu komponen
penting dalam penyelenggaraan pelayanan dan upaya Puskesmas.
Ruang lingkup administrasi umum meliputi tata naskah dan
kearsipan. Tata naskah sebagai salah satu unsur administrasi
umum meliputi, antara lain, pengaturan tentang jenis dan
penyusunan naskah, penggunaan logo dan cap, penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar, pengurusan naskah
korespondensi, kewenangan, perubahan, pencabutan, pembatalan
produk hukum, dan ralat.
Sehubungan dengan hal tersebut perlu disusun dan
ditetapkan Pedoman Tata Naskah di lingkungan UPT Puskesmas
Cempaka.

B. Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Pedoman Tata Naskah dimaksudkan sebagai acuan
penyelenggaraan tata naskah pada UPT Puskesmas Cempaka.
2. Tujuan
Pedoman Tata Naskah bertujuan menciptakan kelancaran
komunikasi tulis yang efektif dan efisien dalam penyelenggaraan
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi di Lingkungan UPT Puskesmas
Cempaka.

1
C. Sasaran
Sasaran penetapan Pedoman Tata Naskah Dinas Instansi
Pemerintah adalah:

1. Tercapainya kesamaan pengertian, bahasa, dan penafsiran dalam


penyelenggaraan tata naskah di Lingkungan UPT Puskesmas;
2. Terwujudnya keterpaduan pengelolaan tata naskah dengan unsur
lainnya dalam lingkup administrasi umum;
3. Tercapainya kemudahan dalam pengendalian komunikasi tulis;
4. Tercapainya penyelenggaraan tata naskah di Lingkungan UPT
Puskesmas yang efisien dan efektif;
5. Berkurangnya tumpang-tindih dan pemborosan penyelenggaraan
tata naskah.

D. Ruang lingkup
Ruang lingkup Pedoman Tata Naskah meliputi berbagai
kegiatan yang mencakup pengaturan tentang jenis dan format naskah dinas,
penyusunan naskah dinas, penandatanganan naskah dinas, penggunaan logo dalam
naskah dinas, tata persuratan dan penggunaan media surat-menyurat.

2
BAB II
JENIS DAN FORMAT

Jenis naskah dinas terdiri atas dua macam, yaitu naskah

dinas arahan dan naskah dinas korespondensi.

A. Naskah Dinas Arahan


1. Surat Keputusan
a. Pengertian
Surat Keputusan adalah Peraturan/surat

keputusan yang ditetapkan oleh Kepala Puskesmas yang

wajib dilaksanakan oleh penanggungjawab maupun

pelaksana.

Penyusunanan Peraturan/Surat keputusan

tersebut harus didasarkan pada peraturan perundangan,

baik Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan

Daerah, Peraturan Menteri dan pedoman-pedoman teknis

yang berlaku seperti yang ditetapkan oleh Kementerian

Kesehatan, Kemeterian Dalam Negeri, Dinas Kesehatan

Provinsi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Keputusan dapat dituangkan dalam pasal-pasal

atau merupakan lampiran.

Format Peraturan/Surat Keputusan disesuaikan

dengan Peraturan Daerah yang berlaku atau dapat

disusun sebagai berikut :

1) Pembukuan ditulis dengan huruf kapital :

a) Kebijakan: Peraturan/ Keputusan Kepala

(sebutkan nama Puskesmas),

3
b) Nomor: ditulis sesuai sistem penomoran di

Puskesmas

c) Judul: ditulis judul Peraturan/Keputusan tentang

d) Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

e) Jabatan pembuatan keputusan ditulis simetris,

diletakkan ditengah margin diakhiri dengan tanda

koma (,)

2) Konsideran, meliputi :

a) Menimbang :

(1) Memuat uraian singkat tentang pokok-pokok

pikiran yang menjadi latar belakang dan alasan

pembuat keputusan,

(2) Huruf awal kata “menimbang” ditulis dengan

dengan huruf kapital diakhiri dengan tanda

baca titik dua (:), dan diletakkan dibgian kiri,

(3) Konsideran menimbang diawali dengan

penomoran menggunakan huruf kecil dan

dimulai dengan kata “bahwa” dengan “b” huruf

kecil, dan diakhiri dengan tanda baca (;).

b) Mengingat :

(1) Memuat dasar kewenangan dan peraturan

perundangan yang memerintahkan pembuatan

Peraturan/Surat Keputusan tersebut,

(2) Peraturan perundangan yang menjadi dasar

hukum adalah peraturan yang tingkatnya

sederajat atau lebih tinggi

4
(3) Kata “mengingat” diletakkan dibagian kiri

sejajar kata menimbang,

(4) Konsideran yang berupa peraturan

perundangan diurutkan sesuai dengan hirarki

kata perundangan dengan taun yang lebih awal

disebut lebih dulu, diawal dengan monor 1, 2,

dst, dan diakhiri dengan tanda baca (;).

3) Diktum:

a) Diktum “MEMUTUSKAN” ditulis simetris ditengah,

seluruhnya dengan huruf kapital;

b) Diktum Menetapkan dicantumkan setelah kata

memutuskan sejajar dengan kata menimbang dan

meningat, huruf awal kata menetapkan ditulis

dengan huruf kapital, dan diahiri dengan tanda

baca titik dua (:);

c) Nama keputusan sesuai dengan judul keputusan

(kepla), seluruhnya ditulis dengan huruf kapital

dan diakhiri dengan tanda baca titik (.).

4) Batang Tubuh.

a) Batang Tubuh memuat semua substansi

Peraturan/Surat Keputusan yang dirumuskan

dalam diktum-diktum, misalnya:

Kesatu :

Kedua :

dst

5
b) Dicantumkan saat berlakunya Peraturan/Surat

Keputusan, perubahan, pembatalan, pencabutan

ketentuan, dan peraturan lainya, dan

c) Materi kebijakan dapat dibuat sebagai lampiran

Peraturan/Surat Keputusan, dan pada halaman

terakhir ditandatangi oleh pejabat yang

menetapkan Peraturan/Surat Keputusan.

5) Kaki:

Kaki Peraturan/Surat Keputusan merupakan bagian

akhir substansi yang memuat penandatangan

penerapan Peraturan/Surat Keputusan,

pengundangan peraturan/ keputusan yang terdiri

dari:

a) Tempat dan tanggal penetapan,

b) Nama jabatan dan gelar diakhiri dengan tanda

koma (,),

c) Tandatangan pejabat, dan

d) Nama lengkap pejabat yang menandatangani.

6) Penandatanganan:

Peraturan/Surat Keputusan Kepala Puskesmas

ditandatangani oleh Kepala Puskesmas, dituliskan

nama tanpa gelar.

7) Lampiran Peraturan/Surat Keputusan:

a) Halaman pertama harus dicantumkan nomor dan

Judul Peraturan/Surat Keputusan,

6
b) Halaman terakhir harus ditandatangani oleh

Kepala Puskesmas.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dokumen

Peraturan/Surat Keputusan yaitu:

1) Kebijakan yang telah ditetapkan Kepala Puskesmas

meskipun terjadi pengantian Kepala Puskesmas hingga

adanya kebutuhan revisi atau pembatalan.

2) Untuk Kebijakan berupa Peraturan, pada Batang

Tubuh tidak ditulis sebagai diktum tapi dalam bentuk

Bab-bab dan Pasal-pasal.

b. Wewenang Penetapan dan Penandatanganan

Surat Keputusan didasarkan pada peraturan

perundangan dan ditandatangani oleh Kepala

Puskesmas.

2. Standar Operasional Prosedur/ SOP


a. Pengertian
a. SOP adalah serangkaian intruksi kerja tertulis yang
dibakuan (terdokumentasi) mengenai proses
penyelengaraan aktivitas puskesmas, bagaimana dan
kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa harus
dilakukan (Permenpan No. 035 tahun 2012).
b. Instuksi kerja adalah petunjuk kerja terdokumentasi
yang dibuat secara rinci, spesifik dan bersifat
instruktif, yang dipergunakan oleh karyawan
puskesmas sebagai acuan dalam melaksakan suatu
pekerjan spesifik agar dapat mencapi hasil kerja

7
sesuai persyaratan yang telat ditetapkan (Susilo,
2003).
c. Prinsip dalam penyusunan prosedur dan intruksi
kerja adalah kerjakan yang ditulis, tulis yang
dikerjakan, buktikan dan tindak-lanjut, serta dapat
ditelusur hasilnya.
d. Wewenang Penetapan dan Penandatangan SOP
disyahkan oleh Kepala Puskesmas
e. Tujuan penyusunan SOP
Agar berbagai proses kerja rutin terlaksana dengan
efisien, efektif, konsisten/ seragam dan aman, dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui
pemenuhan standar yang berlaku.
f. Manfaat SOP
a) Memenuhi persyaratan standar pelayanan
puskesmas
b) Mendokumentasi langkah-langkah kegiatan
c) Memastiakn staf puskesmas memahami
bagaimana melaksanakan pekerjaannya.
Contoh:
SOP memberikan informasi, SOP pemasangan
infus, SOP pendaftaran.
g. Petunjuk pengisian SOP
a) Kotak Kop/ Heading, terdiri dari :
 Logo dan Nama Pemda
 Kotak Kop diberi logo pemerintah daerah, dan
nama puskesmas.
 Kotak judul di beri judul/nama SOP sesuai
proses kerjanya.

8
 Nomor Dokumen: diisi sesuai dengan
ketentuan penomoran yang berlaki di
puskesmas, dibuat sistematisa agar ada
keseragaman.
 No. Revisi: diisi dengat setatus revisi, dapat
menggunakan huruf. Contoh: Dokumen baru
diberi huruf A, dokumen revisi pertama diberi
huruf B dan seterusnya.
 Tanggal terbit: diberi tanggal sesuai tanggal
terbitnya atau tanggal diberlakukanya SOP
tersebut.
 Halaman: diisi nomor halaman dengan
mencantumkan juga total halaman SOP
tersebut (misal 1/5). Namun, ditiap halaman
selanjutnya dibuat footer misalnya pada
halaman kedua: 2/5, halaman terakhir: 5/5.
 Ditetapkan Kepala puskesmas: diberi
tandatangan Kepala puskesmas dan nama
jelas.
 Heading dicetak pada setiap halaman.
b) Isi SOP: terdiri sebagai berikut :
 Pengertian: diisi definisi judul SOP dan berisi
penjelasan dan atau definisi tentang istilah
yang mungkin sulit dipahami atau
menyebabkan salah pengertian/ menimbulkan
multi persepsi
 Tujuan: berisi tujuan pelaksanaan SOP secara
spesfifik. Kata kunci: “Sebagai acuan
penerapan langkah-langkah untuk...”

9
 Kebijakan: berisi kebijakan kepala puskesmas
yang menjadi dasar dibuatnya SOP tersebut.
 Referensi: berisi dokumen eksternal sebagai
acuan penyusunan SOP.
 Langkah-langkah: bagian ini merupakan bagian
utama yang menguraikan langkah-langkah
kegiatan untuk menyelesaikan proses kerja
tertentu.
 Unit terkait: berisi unit-unit terkait dan atau
prosedur terkait dalam proses kerja tersebut.
 Diagram Alir/ bagan alir: Simbol yang
digunakan dalam SOP terdiri dari :
(1) Diagram alir makro, menunjukan kegiatan
kegiatan secra garis besar dari proses yang
ingin kita tingkatkan, hanya mengenal satu
simbol, yaitu simbol balok:

(2) Diagram alir mikro, menunjukan rincian


kegiatan-kegiatan dari tiap tahapan
diagram makro, bentuk simbol:
o Awal kegiatan:

o Akhir kegiatan:

YA
o Simbol Keputusan: ?

Tidak

10
o Penghubung :

o Dokumen :

o Arsip :

c) Syarat penyusunan SOP :


(1) Perlu ditekankan bahwa SOP harus ditulis
oleh mereka yang melakukan pekerjaan
tersebut.
(2) SOP harus merupakan flow charting dari
suatu kegiatan. Pelaksana atau unit kerja
agar mencatat proses kegiatan dan membuat
alurnya kemudian Tim Mutu diminta
memberikan tanggapan
(3) Didalam SOP harus dapat dikenali dengan
jelas siapa melakukan apa, dimana, kapan,
dan mengapa.
(4) SOP jangan mengunakan kalimat majemuk.
Subjek, predikan dan objek SOP harus jelas.
(5) SOP harus menggunakan kalimat
perintah/intruksi bagi pelaksana dengan
bahasa yang dikenal pemakai.
(6) SOP harus jelas, ringkas, dan mudah
dilaksanakan. Untuk SOP pelayanan pasien
maka harus memperhatiakn aspek
keselamatan, keamanan dan kenyamanan
pasien. Untuk SOP profesi harus mengacu

11
kepada standar profesi, standar pelayanan,
mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan
Teknologi Kesehatan, dan memperhatiakn
aspek keselamatan pasien.
3. Notulen
a. Pengertian
Notulen adalah naskah dinas yang memuat catatan
jalannya kegiatan sidang, rapat, mulai dari acara
pembukaan, pembahasan masalah sampai dengan
pengambilan peraturan serta penutupan.

b. Susunan
1) Kepala Notulen; terdiri atas tulisan “NOTULEN”.
Keterangan terdiri atas :
 Nama rapat
 Hari, tanggal
 Waktu rapat
 Tempat
 Acara
 Pimpinan Rapat
 Pencatat
 Kata Pembukaan
 Pembahasan
 Pembacaan kesimpulan
 Waktu penutupan
2) Bagian akhir; terdiri atas :
 Nama Jabatan
 Tanda tangan pejabat
 Nama pejabat, pangkat dan NIP

12
4. Penyusunan Kerangka Acuan Program/Kegiatan
Kerangka acuan disusun untuk program atau kegiatan
yang akan dilakukan oleh Puskesmas. Program/kegiatan
yang dibuat kerangka acuan adalah sesuai dengan Standar
Akreditasi.
Dalam menyusun kerangka acuan harus jelas tujuan
dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam mencapai
tujuan. Tujuan dibedakan atas tujuan umum dan tujuan
khusus.
Kerangka acuan dapat mengunakan format yang
diterapkan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota masing
masing. Contoh Kerangka acuan :
a. Pendahuluan
Yang ditulis dalam pendahuluan adalah hal-hal yang
bersifat umum terkait dengan kegiatan.
b. Latar Belakang
Merupakan justifikasi mengapa program tersebut
disusun. Sebaiknya dilengkapi dengan data-data sehingga
alasan diperlukan program tersebut lebih akurat.
c. Tujuan Umum dan Khusus
Merupakan tujuan program atau kegiatan
d. Kegiatan pokok dan rincian kegiatan
Yaitu langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan
sehingga tercapainya tujuan program/kegiatan.
e. Cara melaksanakan kegiatan
Yaitu metode untuk melaksanakan kegiatan pokok dan
rincian kegiatan. Metode tersebut antra lain melakukan
rapat, membentuk tim, melakukan audit, dan lain-lain.

13
f. Sasaran
Yaitu target pertahun yang spesifik dan terukur untuk
mencapai tujuan-tujuan kegiatan. Penyusunan sasaran
program perlu memperhatikan hal- hal sebagai berikut :
Sasaran yang baik harus memenuhi “SMART” yaitu :
1) Specific: sasaran harus menggambarkan hasil spesifik
yang diinginkan, bukan cara pencapaiannya. Sasaran
harus memberikan arah dan tolok ukur yang jelas
sehingga dapat dijadikan landasan untuk
penyusunan strategi dan kegiatan yang spesifik.
2) Measurable: sasaran harus terukur dan dapat
dipergunakan untuk memastikan apa dan kapan
pencapaiannya. Akuntabilitas harus ditanamkan
kedalam proses perencanaan. Oleh karenanya
meetodologi untuk mengukur pencapaian sasaran
(keberhasilan upaya/ kegiatan) harus ditetapkan
sebelum kegiatan yang terkait dengan sasaran
tersebut dilaksanakan.
3) Aggressive but Attainable: apabila sasaran harus
dijadikan standar keberhasilan, maka sasaran harus
menantang, namun tidak boleh mengandung target
yang tidak layak.
4) Result oriented: sedapat mungkin sasaran harus
menspesifikkan hasil yang ingin dicapai. Misalnya :
mengurangi komplain masyarakat terhadap pelayanan
sebesar 50%
5) Time bound: sasaran sebaiknya dapat dicapai dalam
waktu yang relatif pendek, mulai dari beberapa
minggu sampai beberapa bulan (sebaiknya kurang
dari 1 tahun). Kalau ada Program/kegiatan 5 (lima)

14
tahun dibuat sasaran antara. Sasaran akan lebih
mudah dikelola dan dapat lebih serasi dengan proses
anggaran apabila dibuat sesuai dengan batas-batas
tahun anggaran di Puskesmas.
g. Jadwal Pelaksanaan kegiatan
Yaitu perencanaan waktu untuk tiap-tiap rincian kegiatan
yang akan dilaksanakan, yang digambarkan dalam bentuk
bagan.
h. Evaluasi pelaksanaan kegiatan
Yaitu evaluasi pelaksanaan kegiatan terhadap jadwal yang
direncanakan. Jadwal tersebut di evaluasi setiap beberapa
bulan sekali. Jadi yang harus ditulis dalam kerangka
acuan adalah cara bagaimana membuat laporan evaluasi
dan kapan laporan tersebut harus dibuat dan ditujukan
kepada siapa.
i. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan
Yaitu bagaimana melakukan pencatatan kegitan atau
membuat dokumentasi kegiatan.

5. Prosedur Pengendalian Dokumen Di Puskesmas


Prosedur pengendalian Dokumen di Puskesmas harus
ditetapkan oleh Kepala Puskesmas yang dijadiakn acuan
oleh seluruh unit di Puskesmas.
Tujuan Pengendalian Dokumen adalah terkendalinya
kerahasiaan dokumen, proses perubahan, penerbitan,
distribusi dan sirkulasi dokumen.
a. Identifikasi Penyusunan/Perubahan dokumen
Identifikasi kebutuhan, dilakukan pada self-assesment
dalam Pendaping Akreditas. Hasil self-assesment
digunakan sebagai acuan untuk mengidentifikasi
dokumen sesuai Standar Akreditas yang sudah ada di

15
Puskesmas. Bila dokumen sudah ada, dapat diidentifikasi
dokumen tersebut masih efektif atau tidak.
b. Penyusunan Dokumen
Kepala Subag Tata Usaha Puskesmas, Penanggung jawab
admen di Puskesmas, dan penangung jawab UKM dan
UKP bertanggung jawab terhadap pelaksana identifikasi/
perubahan serta penyusunan dokumen.
Penyusunan dokumen secara keseluruhan dikoordinir
oleh tim mutu/tim akreditas Puskesmas dengan
mekanisme sebagai berikut :
1) SOP yang telah disusun oleh pelaksana atau unit kerja
disampaikan ke tim mutu/tim akreditas,
2) Fungsi tim mutu/ tim akreditas puskesmas di dalam
penyusunan dokumen adalah:
a) Memberikan tanggapan, mengkoreksi dan
memperbaikan dokumen yang telah disusun oleh
pelaksana atau unit kerja baik dari segi bahasa
maupun penulisan,
b) Mengkoordinir proses pembuatan dokumen
sehingga tidak terjadi duplikasi/tumpang tindih
dokumen antar unit,
c) Melakukan cek ulang terhadap dokumen yang akan
ditandatangi oleh Kepala Puskesmas.
c. Pengesahan Dokumen
Dokumen disahkan oleh Kepala Puskesmas
d. Sosialisasi Dokumen
Agar dokumen dapat dikenali oleh seluruh pelaksana
maka perlu dilakukan sosialisasi dokumen tersebut,
Khusus bagi SOP, bila rumit maka untuk melaksanakan
SOP tersebut perlu dilakukan pelatihan.

16
e. Pencatatan Dokumen, Distribusi dan Penarikan Dokumen
Kepala Puskesmas menunjuk salah satu anggota Tim
mutu/Tim Akreditas sebagai tugas Pengendali Dokumen.

Petugas tersebut bertangung jawab atas:


1) Penomoran Dokumen
a) Tata cara penomoran Dokumen
Penomoran diatur pada kebijakan pengendalian
dokumen, dengan ketentuan:
(1) Semua dokumen harus diberi nomor,
(2) Puskesmas agar dapat membuat kebijakan
pembuatan nomor sesuai tatanaskah
(3) Pemberian nomor mengikuti tata naskah
Puskesmas, atau ketentuan penomoran (bisa
menggunakan garis miring atau dengan sistem
digit).
2) Pencatatan dalam Daftar Dokumen Eksternal atau
internal
3) Mendristibusikan dokumen yang sudah diberi stempel
terkendali.
a) Tata Cara Pendistribusian Dokumen.
Distribusi adalah kegiatan atau usha
menyampaikan dokumen kepada unit upaya atau
pelaksana.
f. Tata Cara Penyimpanan dokumen
1) Dokumen asli (master dokumen yang sudah dinomori
dan sudah ditandatangi) agar dapat disimpan, sesuai
dengan ketentuan yang berlaku tentang tata cara
pengarsipan dokumen yang di atur dalam
pedoaman/tata naskah, sesuai metode pengarsipan
sehingga mudah dicari kembali bila diperlukan.

17
2) Dokumen fotocopy disimpan di masing-masing unit
upaya Puskeskesmas, namun utuk dokumen yang asli
agar tetap dismpan, penyimpanan sesuai ketentuan
dalam ketentuan retensi dokumen yang berlaku di
puskesmas.
3) Dokumen diunti upaya Puskesmas harus diletakan
ditempat yang mudah dilihat, mudah diambil, dan
mudah dibaca oleh pelaksana.
g. Penataan Dokumen
Untuk memudahkan didalam pencarian dokumen
akreditas puskesmas/dikelompok masing-masing bab/
Kelompok pelayanana/UKM dengan diurutkan setiap
diurutkan kriteria dan elemen penilaian, dan diberi daftar
secra berurutan
h. Revisi atau perubahan dokumen
1) Dilakukan setelah proses pengkajian serta mendapat
pengesahan sesuai pejabat yang berwenang
2) Setiap kali revisi seluruh halaan akan mengalami
perubahan
3) Isi revisi atau perubahan harus tercatat pada riwayat
Perubahan Dokumen
4) Tanggal terbit pada sudut kanan atas cover merupakan
tanggal terbit dokumen terkini (untuk dokumen selain
kebijakan dan SOP)

6. Rencana Lima Tahun Puskesmas


a. Pendahuluan
Sejalan dengan rencana strategis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Puskesmas perlu menyusun rencana
kinerja lima tahunan dalam memberikan pelayanan

18
kepada masyarakat sesuai dengan target kinerja yang
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Rencana lima tahunan tersebut harus sesuai
dengan visi, misi, tugas pokok dan fungsi Puskesmas
bedasarkan pada analisis kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan sebagai upaya untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat secara optimal.
Dalam menyusun rencana lima tahunan, Kepala
Puskesmas bersama seluruh jajaran karyawan yang
bertugas di Puskesmas melakukan analisis situasi yang
meliputi analisis pencapaian kinerja, mencari factor-
faktor yang menjadi pendorong maupun penghambat
kinerja, sehingga dapat menyusun program kerja lima
tahunan yang dijabatkan dalam kegiatan dan rencana
anggaran.
b. Sistematika Rencana Kinerja Lima Tahunan Puskesmas.
Sistematika Rencana kinerja lima tahunan Puskesmas
dapat disusun dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan
A. Keadaan Umum Puskesmas
B. Tujuan penyusunan rencana lima tahunan
C. Indikator dan standar kinerja untuk tiap
jenis pelayanan dan upaya Puskesmas
Bab II. Analisis Kinerja
A. Pencapaian Kinerja untuk tiap jenis pelayanan
dan upaya Puskesmas
B. Analisis Kinerja: menganalisis faktor
pendukung dan penghambat pencapaian
kinerja
Bab III. Rencana Pencapaian Kinerja Lima Tahun

19
A. Program Kerja dan kegiatan: berisi
program-program kerja yang akan
dilakukan yang meliputi antara lain:
1. Program Kerja Pengembangan SDM, yang
dijabarkan dalam kegiatan - kegiatan,
misalnya: pelatihan, pengusulan
penambahan SDM, seminar, workshop, dsb
2. Program Kerja Pengembangan sarana, yang
dijabarkan dalam kegiatan- kegiatan,
misalnya: pemeliharaan sarana, pengadaan
alat-alat kesehatan, dsb
3. Program Kerja Pengembangan Manajemen,
dan seterusnya.
B. Rencana anggaran: yang merupakan rencana
biaya untuk tiap-tiap program kerja dan
kegiatan-kegiatan yang direncanakan secara
garis besar
Bab IV. Penutup
Lampiran: matriks rencana kinerja lima tahunan
Puskesmas/ Klinik,
c. Langkah-langkah Penyusunan Rencana Kinerja Lima
Tahunan Puskesmas/ Klinik: Adapun tahapan
penyusunan rencana lima tahunan Puskesmas/ Klinik
adalah sebagai berikut:
a. Membentuk tim penyusunan rencana kinerja lima
tahun yang terdiri dari Kepala Puskesmas bersama
dengan penanggung jawab upaya Puskesmas dan
Pelayanan Klinis.

20
b. Tim mempelajari rencana strategis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, target kinerja lima tahunan yang
harus dicapai oleh Puskesmas
c. Tim mengumpulkan data pencapaian kinerja
d. Tim melakukan analisis kinerja
e. Tim menyusun pentahapan pencapaian indikator
kinerja untuk tiap upaya Puskesmas dengan
penjabaran pencapaian untuk tiap tahun
f. Tim menyusun program kerja dan kegiatan yang akan
dilakukan untuk mencapai target pada tiap-tiap
indikator kinerja
g. Tim menyusun dokumen rencana kinerja lima
tahunan untuk disahkan oleh Kepala Puskesmas
h. Sosialisasi rencana pada seluruh jajaran puskesmas
d. Matriks Rencana Kinerja Lima Tahunan (lihat form excel)
Panduan dalam mengisi matriks rencana kinerja lima
tahunan:
1) Nomor: diisi dengan nomor urut
2) Pelayanan/Upaya Puskesmas: diisi dengan Pelayanan
Klinis (Upaya Kesehatan Perseorangan), dan Upaya
Kesehatan Masyarakat yang dilaksanakan di
Puskesmas tersebut, misalnya Upaya KIA, Upaya KB,
Upaya PKM, dan seterusnya
3) Indikator: diisi dengan indikator-indikator yang
menjadi tolok ukur kinerja Upaya/Pelayanan
4) Standar: diisi dengan standar kinerja untuk tiap
indikator
5) Pencapaian : diisi dengan pencapaian kinerja tahun
terakhir

21
6) Target pencapaian: diisi dengan target-target yang
akan dicapai pada tiap tahap tahunan
7) Program Kerja : diisi dengan Program Kerja yang
akan dilakukan untuk mencapai target pada tiap
tahun berdasarkan hasil analisis kinerja, misalnya
program kerja pengembangan SDM, program kerja
peningkatan mutu, program kerja pengembangan
SDM, program kerja pengembangan sarana, dsb
8) Kegiatan: merupakan rincian kegiatan untuk tiap
program yang direncanakan, misalnya untuk
program pengembangan SDM, kegiatan Pelatihan
Perawat, Pelatihan Tenaga PKM, dan sebagainya.
9) Volume: diisi dengan volume kegiatan yang
direncanakan untuk tiap tahapan tahunan
10) Harga Satuan: harga satuan untuk tiap kegiatan,
11) Perkiraan Biaya : diisi dengan perkalian antara
volume dengan harga satuan.
e. Penutup
Panduan ini disusun dengan harapan akan
membantu Kepala Puskesmas dalam menyusun
rencana kinerja lima tahunan, yang kemudian
diuraikan dalam rencana tahunan dalam bentuk
Rencana Usulan Kegiatan dan Rencana Pencapaian
Kegiatan.
Lampiran:
Lampiran 1. Matriks Rencana Kinerja Lima Tahunan
Puskesmas

7. Penyusunan RUK
Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku, baik

22
secara global, nasional maupun daerah sesuai dengan hasil
kajian data dan informasi yang tersedia di Puskesmas.
Puskesmas perlu mempertimbangkan masukan dari
masyarakat melalui kajian maupun asupan dari lintas
sektoral Puskesmas. Rencana Usulan Kegiatan harus
dilengkapi usulan pembiayaan untuk kebutuhan rutin,
sarana, prasarana dan operasional Puskesmas. RUK yang
disusun merupakan RUK tahun mendatang (H+1). RUK
dibahas di Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota selanjutnya
terangkum dalam usulan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
akan diajukan ke DPRD untuk memperoleh persetujuan
pembiayaan dan dukungan politis. Secara rinci RUK
dijabarkan kedalam rencana pelaksanaan kegiatan (RPK).
Setelah mendapatkan persetujuan, selanjutnya
diserahkan ke Puskesmas melalui Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota maka disusun secara rinci rencana
pelaksanaan kegiatan dengan menyesesuaikan anggaran
yang telah turun.
a. Tahap penyusunan RUK
1) Tahap persiapan
Tahap ini mempersiapkan staf Puskesmas yang
terlibat dalam proses penyusunan RUK agar
memperoleh kesamaan pandangan dan pengetahuan
untuk melaksanakan tahap- tahap perencanaan.
2) Tahap analisis situasi
Tahap ini dimkasudkan untuk memperoleh informasi
mengenai keadaan dan permasalahan yang dihadapi
Puskesmas melalui proses analisis terhadap data yang
dikumpulkan tim yang telah ditunjuk oleh Kepala
Puskesmas. Data- data tersebut mencakup data

23
umum, data khusun (hasil penilaian kinerja
Puskesmas.
b. Tahap penyusunan RUK
Penyusunan RUK memperhatikan hal-hal untuk
mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai pada
periode sebelumnya dan memperhatikan program/
upaya yang masih bermasalah, menyusun rencana
kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi
kesehatan diwilayah tersebut dan kemampuan
Puskesmas.
Penyusunan RUK terdiri dua tahap, yaitu:
1) Analisis Masalah dan Kebutuhan Masyarakat
Analisis masalah dan kebutuhan masyarakat
dilakukan melalui kesepakatan tim penyusun dan
lintas sektoral Puskesmas melalui:
a) Identifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat
akan pelayanan kesehatan, melalui analisis
kesehatan masyarakat (community health analysis)
b) Menetapkan urutan prioritas masalah,
c) Merumuskan masalah,
d) Mencari akar penyebab, dapat mepergunakan
diagram sebab akibat, pohon masalah, curah
pendapat, dan alat lain yang dapat digunakan.
2) Penyusunan RUK
Penyusunan RUK meliputi upaya kesehatan upaya
wajib, pengembangan dan upaya khusus setempat
yang meliputi:
a) Kegiatan tahun yang akan datang,
b) Kebutuhan sumber daya,
c) Rekapitulasi rencana usulan kegiatan.

24
c. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Rencana Pelaksanaan Kegiatan baik upaya kesehatan
wajib, pengembangan maupun khusus setempat dan
rencana inovasi secara bersama-sama, terpadu dan
terintegrasi, dengan langkah-langkah:
1) Mempelajarai alokasi kegiatan,
2) Membandingkan alokasi kegiatan yang disutujui
dengan RUK,
3) Menyusun rancangan awal secara rinci,
4) Mengadakan lokakarya mini,
5) Membuat Rencana Pelaksanaan Kegiatan.
Proses penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas
dengan menggunakan format-format sesuai dengan
Pedomanan Perencanaan Tingkat Puskesmas yang
dikeluarkan Kementrian Kesehatan Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat, tahun 2006. Adapun
format-format untuk dilihat didalam lampiran buku
panduan penyusunan dokumen ini.

8. Pedoman atau Panduan


Pedoman/panduan adalah: kumpulan ketentuan
dasar yang memberi arah langkah- langkah yang harus
dilakukan. Pedoman merupakan dasar untuk menentukan
dan melaksanakan kegiatan.
Panduan adalah petunjuk dalam melakukan kegiatan,
sehingga dapat diartikan pedoman mengatur beberapa hal,
sedangkan panduan hanya mengatur 1 (satu) kegiatan.
Pedoman/ panduan dapat diterapkan dengan baik dan
benar melalui penerapan SPO.
Mengingat sangat bervariasinya bentuk dan isi
pedoman/panduan maka Puskesmas menyusun/membuat

25
sistematika buku pedoman/ panduan sesuai kebutuhan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dokumen
pedoman atau panduan yaitu :
1. Setiap pedoman atau panduan harus dilengkapi
dengan peraturan atau keputusan Kepala Puskesmas
untuk pemberlakuan pedoman/ panduan tersebut.
2. Peraturan Kepala Puskesmas tetap berlaku meskipun
terjadi penggantian Kepala Puskesmas.
3. Setiap pedoman/panduan sebaiknya dilakukan evaluasi
minimal setiap 2-3 tahun sekali.
4. Bila Kementerian Kesehatan telah menerbitkan
Pedoman/Panduan untuk suatu kegiatan/pelayanan
tertentu, maka Puskesmasdalam membuat pedoman/
panduan wajib mengacu pada pedoman/panduan yang
diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan.
5. Format baku sistematika pedoman panduan yang lazim
digunakan sebagai berikut:
1) Format Pedoman Pengorganisasian Unit Kerja
BAB I Pendahuluan
BAB II Gambaran Umum Puskesmas
BAB III Visi, Misi, Falsafah, Nilai dan Tujuan
Puskesmas
BAB IV Struktur Organisasi Puskesmas
BAB V Struktur Organisasi Unit Kerja
BAB VI Uraian Jabatan
BAB VII Tata Hubungan Kerja
BAB VIII Pola Ketenagaan dan Kualifikasi Personil
BAB IX Kegiatan Orientasi
BAB X Pertemuan/ Rapat
BAB XI Pelaporan

26
a. Laporan Harian
b. Laporan Bulanan
c. Laporan Tahunan
2) Format Pedoman Pelayanan Unit Kerja
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
C. Ruang Lingkup Pelayanan
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
B. Distribusi Ketenagaan
C. Jadwal Kegiatan
BAB III STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN
BAB V LOGISTIK
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
BAB VII KESELAMATAN KERJA
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
BAB IX PENUTUP
3) Format Panduan Pelayanan Puskesmas
BAB I DEFINISI
BAB II RUANG LINGKUP
BAB III TATALAKSANA
BAB IV DOKUMENTASI
Sistematika panduan pelayanan Puskesmas dapat
dibuat sesuai dengan materi/isi panduan. Pedoman/

27
panduan yang harus dibuat adalah pedoman/panduan
minimal yang harus ada di Puskesmas yang dipersyaratkan
sebagai regulasi yang diminta dalam elemen penilaian.
Bagi Puskesmas yang telah menggunakan e-file tetap
harus mempunyai hardcopy pedoman/panduan yang
dikelola oleh tim akreditasi Puskesmas atau bagian Tata
Usaha Puskesmas.

9. Berita Acara
Berita Acara adalah Naskah yang berisi pernyataan
yang bersifat pengesahan atas sesuatu kejadian, peristiwa,
perubahan status dan lain-lain bagi suatu permasalahan
baik berupa perencanaan, pelaksanaan maupun
pengendalian kebijaksanaan pimpinan.

B. Naskah Dinas Korespondensi


1. Surat Biasa
a. Pengertian
Surat biasa adalah alat penyampaian berita secara
tertulis yang berisi pemberitahuan, pertanyaan,
permintaan jawaban atau saran dan sebagainya.
b. Susunan
1) Kepala Surat, terdiri atas :
 Nama tempat ditetapkan
 Tanggal, Bulan dan Tahun
 Pejabat/Alamat yang dituju
 Nomor surat
 Sifat surat
 Lampiran surat
 Hal surat

28
2) Isi Surat, dirumuskan dalam bentuk uraian
3) Bagian akhir surat, terdiri atas:
 Nama Jabatan
 Tanda tangan pejabat
 Nama pejabat, pangkat dan NIP
 Stempel instansi
 Tembusan

2. Surat Tugas
a. Pengertian
Surat Tugas adalah naskah dinas yang berisi
pemberitahuan penugasan dari pihak atasan kepada
bawahan untuk melakukan tugas atasan tersebut.
b. Susunan
1) Kepala Surat, terdiri atas :
 Tulisan “SURAT TUGAS”
 Nomor dan Tahun
2) Isi Surat, memuat dasar dan pertimbangan
penugasan, nama, pangkat/golongan, NIP, jabatan
yang diberi tugas dan jenis tugas yang harus
dilaksanakan dan waktu tugas.
3) Bagian akhir surat, terdiri atas :
 Nama tempat
 Tanggal, Bulan dan Tahun
 Nama pejabat, pangkat dan NIP
 Stempel instansi
 Tembusan

3. Surat Undangan
a. Pengertian

29
Surat Undangan adalah naskah dinas yang merupakan
pemberitahuan yang meminta kepada yang
bersangkutan untuk datang pada waktu, tempat dan
acara yang ditentukan.
b. Susunan
1) Kepala Surat, terdiri atas :
 Nama tempat, Tanggal, Bulan dan Tahun
ditempatkan di kanan atas;
 Alamat undangan yang ditujukan ditempatkan di
bawah nama, tempat, tanggal, bulan dan tahun;
 Nomor, sifat, lampiran diketik secara vertikal,
ditempatkan di sebelah kiri atas;
2) Isi Surat;
 Maksud dan tujuan
 Hari penyelenggaraan
 Tanggal, waktu dan tempat penyelenggaraan
 Acara yang diselenggarakan
3) Bagian akhir surat ; terdiri atas :
 Nama pejabat pengundang
 Tanda tangan pejabat pengundang
 Nama jelas pejabat, pangkat dan NIP pengundang
 Stempel instansi
 Catatan yang dianggap perlu

4. Surat Keterangan
a. Pengertian
Surat Keterangan adalah naskah dinas yang berisi
pernyataan tertulis dari pejabat sebagai tanda bukti
untuk menerangkan atau menjelaskan kebenaran sesuatu
hal. Surat keterangan termasuk:

30
1) Surat Keterangan Sehat
2) Surat Keterangan Sakit
3) Surat Keterangan buta Warna
4) Surat Keterangan kelahiran
5) Surat Keterangan Cuti

5. Surat Perintah
Surat perintah adalah naskah yang dibuat oleh atasan
kepada bawahan dan memuat perintah yang harus
dilakukan.

6. Surat Izin
Surat izin adalah surat yang berisi informasi tentang
pemberian izin kepada seseorang untuk melakukan sesuatu
atau tidak melakukan sesuatu.

7. Surat Kuasa
Surat kuasa adalah surat pernyataan pelimpahan
wewenang dari pimpinan kepada pejabat/pegawai
bawahannya atau orang lain guna bertindak dan atas
namanya melakukan suatu perbuatan hukum mengenai hak
dan wewenang yang tersebut di dalamnya.

8. Surat Panggilan
Surat Panggilan adalah Naskah yang dipergunakan
untuk memanggil pejabat instansi Pemerintah/Badan
Hukum/Swasta/Perorangan, guna diminta keterangan
mengenai sesuatu permasalahan/persoalan.

9. Pengumuman
Pengumuman adalah naskah yang memuat
pemberitahuan yang ditujukan pada pegawai di puskesmas
cempaka diserahi tugas.

31
10. Surat Pengantar
Surat pengantar adalah naskah yang berisikan
penjelasan singkat atau informasi mengenai suatu
pengiriman yang digunakan untuk mengantar/
menyampaikan barang atau naskah.

11. Lembar Disposisi


Lembar Disposisi adalah alat komunikasi tertulis yang
ditujukan kepada bawahan yang berisi informasi atau
perintah. Lembar disposisi dibuat diatas kertas ukuran ¼
folio.

12. Rekomendasi
Rekomendasi adalah Naskah yang berisikan
keterangan/penjelasan atau catatan dari pejabat yang
berwenang tentang sesuatu hal urusan yang dapat dijadikan
bahan pertimbangan oleh atasan.

13. Daftar Hadir


Daftar Hadir adalah Naskah yang dipergunakan untuk
mencatat dan mengetahui kehadiran seseorang.

C. Naskah Dinas
1. Nota Dinas
a. Pengertian
Nota Dinas adalah alat komunikasi tertulis intern antar
pejabat di Puskesmas yang memuat/berisi
pemberitahuan, permintaan, penjelasan, laporan dan
sebagainya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
proses penggarisan atau pematangan sesuatu kebijakan
atau proses penyesuaian persoalan/ masalah.

32
b. Susunan

1) Kepala Nota, terdiri atas :


 Tulisan “ NOTA DINAS” ditempatkan di tengah tengah
isi naskah;
 Pejabat/ Alamat yang dituju
 Pejabat yang mengirim
 Tanggal, bulan dan tahun
 Nomor, sifat, lampiran dan hal
2) Isi Nota, dirumuskan dalam bentuk uraian
3) Bagian akhir Nota Dinas, terdiri atas :
 Nama Jabatan
 Tanda tangan pejabat
 Nama pejabat, pangkat dan NIP
 Tembusan

2. Telaahan Staf
a. Pengertian
Telaahan Staf adalah naskah dinas yang dibuat oleh staf
atau bawahan yang memuat analisis pertimbangan-
pertimbangan, pendapat dan saran-saran tentang suatu
masalah.
b. Susunan
1) Kepala Telaahan Staf, terdiri atas :
 Tulisan “TELAAHAN STAF” diletakan di tengah
lembar naskah;
 Pejabat/ Alamat
 Pejabat yang mengirim
 Tanggal, nomor, sifat lampiran, hal.

33
2) Isi Telaahan Staf :
 Pokok persoalan
 Pra anggapan
 Fakta dan data yang berpengaruh terhadap persoalan
 Pembahasan/ analisis
 Kesimpulan
 Saran Tindak
3) Bagian akhir, terdiri atas :
 Nama Jabatan
 Tanda tangan pejabat
 Nama pejabat, pangkat dan NIP
 Tembusan

3. Notulen
a. Pengertian
Notulen adalah naskah dinas yang memuat catatan
jalannya kegiatan sidang, rapat, mulai dari acara
pembukaan, pembahasan masalah sampai dengan
pengambilan peraturan serta penutupan.
b. Susunan
1) Kepala Notulen, terdiri atas tulisan “NOTULEN”.
Keterangan terdiri atas:
 Nama rapat
 Hari, tanggal
 Waktu rapat
 Tempat
 Acara
 Pimpinan Rapat
 Pencatat
 Kata Pembukaan

34
 Pembahasan
 Pembacaan kesimpulan
 Waktu penutupan
2) Bagian akhir, terdiri atas :
 Nama Jabatan
 Tanda tangan pejabat
 Nama pejabat, pangkat dan NIP

4. Daftar Hadir
a. Pengertian
Daftar Hadir adalah naskah dinas yang dipergunakan
untuk mencatat dan mengetahui kehadiran seseorang.
b. Susunan
1) Kepala Daftar Hadir; terdiri atas :
 Tulisan “DAFTAR HADIR”. Ditempatkan di tengah
lembar naskah
 Tempat, hari, tanggal, waktu dan acara ditulis di
bawah tulisan
 Daftar Hadir sebelah kanan.
2) Isi Daftar Hadir; :
 Kolom nomor urut
 Kolom nama
 Kolom jabatan/ instansi
 Kolom tandatangan/ paraf
 Kolom keterangan
3) Bagian akhir; terdiri atas :
 Nama Tempat
 Tanggal, bulan dan Tahun
 Nama Jabatan penanggung jawab atas kegiatan
 Tanda tangan pejabat penanggung jawab

35
 Nama, pangkat dan NIP pejabat penanggung jawab

D. Penomoran Naskah Dinas


1. Penomoran SOP
Contoh :
A/ II/SPO/.../.../2018

 Kode Pelayanan:
A = Administrasi
B = UKM
C = UKP
 Kode Bab (menggunakan
angka romawi)
 Tulisan “SPO”
 Kode Kegiatan
 Nomor Kode Bagian
 Tahun

2. Penomoran Surat-Surat Dinas


Susunan penomoran surat adalah sebagai berikut:
a. Nomor Kode Surat
b. Nomor Urut Surat (nomor urut dalam satu tahun berjalan)
c. Tulisan “PKM”
d. Bulan Terbit
e. Tahun terbit
Kode jenis surat adalah sebagai berikut (ditulis kode surat...)

E. Ketentuan Jarak Spasi


1. Jarak antara bab dan judul adalah dua spasi.
2. Jika judul lebih dari satu baris, jarak antara baris pertama
dan kedua adalah satu spasi.

36
3. Jarak antara judul dan subjudul adalah empat spasi.
4. Jarak antara subjudul dan uraian adalah dua spasi.
5. Jarak masing-masing baris disesuaikan dengan keperluan.
Dalam penentuan jarak spasi, hendaknya diperhatikan
aspek keserasian dan estetika, dengan mempertimbangkan
isi naskah dinas.

F. Penggunaan Huruf
Naskah dinas menggunakan jenis huruf Bookman Old
Style dengan ukuran 12.

G. Jenis Kertas
Jenis Kertas yang digunakan dalam tata naskah adalah
A4.

H. Penentuan Batas/Ruang Tepi


Demi keserasian dan kerapian (estetika) dalam
penyusunan naskah dinas, diatur supaya tidak seluruh
permukaan kertas digunakan secara penuh. Oleh karena itu,
perlu ditetapkan batas antara tepi kertas dan naskah, baik
pada tepi atas, kanan, bawah, maupun pada tepi kiri sehingga
terdapat ruang yang dibiarkan kosong. Penentuan ruang tepi
dilakukan berdasarkan ukuran yang terdapat pada peralatan
yang digunakan untuk membuat naskah dinas, yaitu:
1. Ruang tepi atas: apabila menggunakan kop naskah dinas,
2,5 spasi di bawah kop, dan apabila tanpa kop naskah
dinas, sekurang-kurangnya 1,5 cm dari tepi atas kertas;
2. Ruang tepi bawah: sekurang-kurangnya 2,5 cm dari tepi
bawah kertas;
3. Ruang tepi kiri: sekurang-kurangnya 3 cm dari tepi kiri
kertas; batas ruang tepi kiri tersebut diatur cukup lebar
agar pada waktu dilubangi untuk kepentingan penyimpanan

37
dalam ordner/snelhechter tidak berakibat hilangnya salah
satu huruf/kata/angka pada naskah dinas;
4. Ruang tepi kanan: sekurang-kurangnya 2 cm dari tepi
kanan kertas.
Catatan:
Dalam pelaksanaannya, penentuan ruang tepi seperti
tersebut di atas bersifat fleksibel, disesuaikan dengan
banyak atau tidaknya isi suatu naskah dinas. Penentuan
ruang tepi (termasuk juga jarak spasi dalam paragraf)
hendaknya memperhatikan aspek keserasian dan estetika.

38
BAB IV
PENUTUP

Pada prinsipnya dokumen akreditasi adalah “TULIS YANG


DIKERJAKAN DAN KERJAKAN YANG DITULIS, BISA DIBUKTIKAN
SERTA DAPAT DITELUSURI DENGAN BUKTINYA”. Namun pada
penerapannya tidaklah semudah itu. Penyusunan kebijakan,
pedoman/panduan, standar prosedur operasional dan program
selain diperlukan komitmen kepala UPT Puskesmas Cempaka,
juga diperlukan staf yang mampu dan mau menyusun dokumen
akreditasi tersebut. Dengan tersusunnya pedoman Penyusunan
Dokumen Akreditasi diharapkan dapat membantu Staf UPT
Puskesmas Cempaka dalam menyusun dokumen-dokumen yang
dipersyaratkan oleh standar akreditasi. Dengan pedoman ini
diharapkan semua penulisan dokumen di Puskesmas dan seluruh
jaringannya dapat dilaksanakan sesuai dengan standar. 

39

Anda mungkin juga menyukai