Anda di halaman 1dari 5

PENDIDIKAN DI TRINIDAD DAN TOBAGO

Pendidikan di Trinidad dan Tobago gratis dan sebagian besar didasarkan pada sistem
pendidikan Inggris, wajib antara usia 5 dan 16 tahun. Trinidad dan Tobago dianggap sebagai
salah satu negara paling berpendidikan di Dunia dengan tingkat melek huruf melebihi 98%. [2]
Angka melek huruf yang sangat tinggi ini sebagian disebabkan oleh gratisnya biaya kuliah dari
Taman Kanak-Kanak ( Pra-Sekolah ) hingga Universitas .

PENDIDIKAN DI REPUBLIK TRINIDAD DAN TOBAGO


Kementerian Pendidikan Menteri Pendidikan Dr Yang Terhormat Nyan Gadsby-Dolly
Total
98,55%
Pria
99,1%
Perempuan

98%
Utama
% (%tingkat kehadiran)

Sistem pendidikan umumnya dimulai pada Pra-Sekolah pada usia awal dua setengah
tahun. Tingkat uang sekolah ini tidak wajib tetapi sebagian besar penduduk Trinbagon memulai
sekolah anak-anak mereka pada tahap ini karena anak-anak diharapkan memiliki keterampilan
membaca dan menulis dasar ketika mereka memulai sekolah dasar. Siswa melanjutkan ke
sekolah dasar pada usia lima tahun. Tujuh tahun dihabiskan di sekolah dasar (dimulai dari bayi
1). Selama tahun terakhir sekolah dasar (standar 5), siswa mempersiapkan diri dan mengikuti
Penilaian Masuk Sekolah Menengah (SEA), yang menentukan sekolah menengah yang akan
dihadiri anak tersebut. Bagi kebanyakan anak dan orang tua, ini adalah masa yang sangat
menegangkan.
Siswa menghadiri sekolah menengah selama minimal lima tahun dan ujian utama
pertama mereka adalah ujian NCSE ( Sertifikat Nasional Pendidikan Menengah ) lokal, yang
dilakukan pada tahun ketiga sistem ini dan dikelola oleh Kementerian Pendidikan. Ujian besar
berikutnya dari sistem yang dilakukan pada tahun kelima sekolah adalah CSEC ( Carribean
Secondary Education Certificate ). Anak-anak dengan nilai yang memuaskan dapat memilih
untuk melanjutkan sekolah menengah untuk periode dua tahun berikutnya (formulir ke-6), yang
mengarah ke Ujian Kecakapan Lanjutan Karibia (CAPE). Ujian CSEC dan CAPE
diselenggarakan oleh Dewan Ujian Karibia (CXC).
Pendidikan dasar dan menengah negeri gratis untuk semua, meskipun sekolah swasta dan
agama tersedia dengan biaya.
Trinidad dan Tobago menawarkan pendidikan tersier gratis untuk warga negara hingga
tingkat sarjana di lembaga publik dan swasta terpilih yang terakreditasi.
Baik Pemerintah maupun swasta juga memberikan bantuan keuangan dalam bentuk
beasiswa akademik kepada siswa yang berbakat atau membutuhkan untuk belajar di universitas
lokal, regional atau internasional.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Trinidad dan Tobago adalah negara di Karibia selatan yang
memiliki masyarakat multikultural dan dinamis. Di sana toleransi dan asimilasi agama dan
budaya meru pakan bagian yang tak ter pisah kan dari kehidupan. Muslim mewakili sekitar enam
persen dari populasi Trinidad.

Dua agama terbesar adalah Kristen dan Hindu. Awalnya negara ini dikuasai pasukan Spanyol,
Inggris, dan Prancis. Pengaruh Eropa begitu kuat. Sejarah perbudak an telah berkontribusi besar
terhadap multikul turalisme negara tersebut. Orang-orang Muslim tiba di Trinidad pada
perjalanan pertama para pekerja paksa dari India sekitar awal 1900. Mereka beraktivitas di
ladang tebu dan kakao.

Tapi kehadiran muslim di Trinidad tidak dimulai oleh mereka sini. Warga Afrika yang
diperbudak adalah orang pertama yang membawa Islam ke Karibia se cara umum, walaupun,
pada masa perbudak an dihapus, keberadaan Muslim Afrika tak sebanding yang dari India.
Dr Nasser Mustapha, dosen sosiologi di Departemen Ilmu Perilaku The University of West
Indies menjelaskan, bahwa kehadiran agama ini dimulai dari kedatangan orang India Timur.
Berdasarkan data sensus yang diambil sekitar tahun 1901, persentase Muslim di Trinidad sama
dengan yang ada di bebe rapa bagian India Utara, seperti Uttar Pradesh dan Bihar, asal sebagian
besar orang India datang. Jadi, populasi India di Trinidad adalah cerminan budaya India Utara.

Muslim yang datang mayoritas bermazhab Hanafi. Pada mulanya mereka bertahan hidup,
kemudian membaur dengan lainnya membangun negeri tersebut agar berkembang. Mereka
masuk ke lingkungan asing sehingga kerap merasa ter ancam. Umat Islam mempertahankan
hubungan mereka dengan tanah air. Ini karena banyak dari mereka datang dan berusaha untuk
kembali ke negara asalnya," jelas dia, sebagaimana diberitakan Carribeanmuslim.com.

Mustapha juga mencatat di kalangan imigran awal umumnya ada perasaan curiga terha dap
budaya masyarakat luas. Masalah lain yang mereka hadapi adalah ketidakseimbangan pria dan
wanita di kalangan komunitas Muslim awal. Hal ini mengakibatkan tidak adanya keakraban
dalam membina rumah tangga.

"Salah satu cara untuk melestarikan identitas adalah dengan berpegang pada ajaran agama
mereka," kata Mustapha. Di kalangan imigran paling awal ada beberapa pikiran progresif. Salah
satunya adalah Syed Abdul Aziz, seorang sarjana agama dan pelopor yang kemudian menulis
surat kepada penguasa kolonial untuk memperjuangkan tujuan kaum Muslimin.

Namun, Aziz tidak membatasi karyanya kepada umat Islam, tapi juga kepada siapa pun, terutama
pemimpin orang India. "Dia, antara lain, mulai memobilisasi orang untuk memiliki sekolah. Saya
percaya masjid pertama dibangun di Iere Village, Princes Town, kata Mustapha.

Komunitas Muslim di Trinidad pada mulan ya memiliki kekuatan. Mereka akan mendirikan
masjid. Tidak ada bentuk penolakan dari pemerintah kolonial. Namun saat ada pertemuan publik,
kerusuhan terjadi yang dikenal sebagai kerusuhan Hosay.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Trinidad dan Tobago adalah sebuah negara
kepulauan yang terletak di Laut Karibia. Kepulauan Karibia terdiri atas
belasan negara kecil, seperti Guyana, Trinidad dan Tobago, Suriname, dan
lainnya. Kawasan ini cukup terkenal di seantero dunia karena keindahan
alamnya. Tak heran, Karibia menjadi salah satu tujuan wisata terpopuler di
dunia.

Di tengah aktivitas turisme yang kerap kali melupakan nilai-nilai agama,


banyak masyarakat Karibia yang tetap mementingkan nilai-nilai ketuhanan.
Komunitas Muslim pun, meski bukan mayoritas, telah hidup di kawasan ini
sejak lama. Jumlah mereka cukup besar sehingga turut memainkan peran
penting dalam kehidupan sehari-hari. Mereka memeluk Islam karena agama
ini dinilai mengajarkan keseimbangan hidup di dunia dan akhirat.

Ahmad Khan, yang juga ketua Islamic Missionaries Guild International,


sebuah lembaga keagamaan yang berkedudukan di Guyana, menjelaskan,
jumlah umat Islam di kepulauan Karibia mencapai sekitar 400 ribu jiwa.
Mereka tersebar di sejumlah negara di kawasan ini, yakni Barbados,
Grenada, Dominika, Puerto Rico, Kepulauan Virgin, dan Jamaika.

Seperti dilaporkan fiqhislam.com, konsentrasi terbesar umat Islam Karibia


berada di Guyana dengan populasi mencapai 120 ribu jiwa. Sedangkan, di
Trinidad dan Tobago terdapat sekitar 100 ribu jiwa. Meski begitu, di
Trinidadlah pusat keislaman kawasan ini. Di republik seluas 1.980 meter
persegi dengan penduduk 1,3 juta jiwa ini kerap diselenggarakan kegiatan
keislaman berskala internasional. Pangeran Arab Saudi, Muhammad Ibnu
Faisal, misalnya, pernah datang ke Trinidad untuk menghadiri sebuah
konferensi dakwah Islam.

Secara geografis, Trinidad dan Tobago terletak di bagian selatan Karibia.


Negeri ini memiliki aneka ragam budaya. Sikap tenggang rasa dan toleransi
agama telah menjadi bagian dari masyarakat Trinidad sejak lama. Selain
Islam, dua agama terbesar lainnya adalah Kristen dan Hindu. Negeri
kepulauan yang pernah diduduki oleh bangsa Spanyol, Inggris, dan Prancis
ini memiliki sejarah panjang dalam hal perbudakan dan kuli kontrak. Hal ini
memberi sumbangan besar bagi keragaman budaya negeri ini.
Dalam hal dakwah dan penyebaran Islam di Trinidad, saat ini tercatat dua
tokoh agama yang paling berperan, yakni Nizam Mohammed dan Noor
Mohammed Hassanali. Mereka giat berdakwah di masjid-masjid dan kegiatan
itu berhasil membangkitkan ghirah(semangat) keislaman di kalangan
komunitas Muslim.

Tahun lalu, salah satu dari mereka memberikan khotbah Idul Fitri di sebuah
lapangan besar di Jean Pierre Cultural Complex di Port of Spain. Saat itu,
sekitar 4.000 jamaah memenuhi lapangan tersebut. “Muslim di Trinidad meski
tidak terlampau besar, sangat terorganisasi,” ungkap Imtiaz Ali (32 tahun),
seorang Muslim Trinidad.

Dikatakan, umat Islam di negara ini terbagi menjadi dua generasi. Pertama,
generasi yang masih memegang teguh tradisi. “Mereka sulit menerima Islam
yang dinamis,” lanjut Ali. Sedangkan, kelompok kedua adalah generasi muda
Muslim. “Tahun lalu, ada sekitar 100 orang dari Trinidad yang menunaikan
ibadah haji ke Tanah Suci dan sebagian besar berasal dari kalangan generasi
muda.”

Anda mungkin juga menyukai