Anda di halaman 1dari 3

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN “ACTIVE

LEARNING-SMALL GROUP DISCUSSION”


SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN
PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI KELAS X DI
SEKOLAH MENENGAH ATAS

Abstrak:

Pendekatan active learning yang dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran


Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti PAI di salah satu Sekolah Menengah di Jakarta,
bertujuan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan strategi pembelajaran yang tidak
monoton. Dengan metode pembelajaran tersebut siswa dapat secara aktif mengeksplorasi diri
dengan menemukan ide-ide pokok dalam memecahkan suatu persoalan, atau siswa dapat
mengaplikasikan apa yang dipelajari dalam kehidupan nyata. Ada beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan keaktifan siswa
selama proses pembelajaran, salah satunya yaitu dengan “Metode Pembelajaran Aktif-Small
Group Discussion”. Penelitian ini menggunakan analisis deskiptif kualitatif dengan pengumpulan
data melalui observasi, interview, menggunakan kuisioner, dokumentasi dan pengujian dengan
tes. Hasil penelitian ini metode active learning dengan diskusi kelompok atau small group
discussion dapat meningkatkan keaktifan belajar yang melibatkan siswa semester kelas X pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAI), yang ditinjau dari teori-teori
yang dikemukakan oleh para ahli.

Kata Kunci: Active Learning; Metode Small Group Discussion (SGD); Hasil Belajar
PENDAHULUAN

Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke


dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa
yang diharapkan. Pembelajaran yang bermakna bagi anak didik merupakan sebuah
keharusan aktifitas pembelajaran yang terintegrasi dengan iman dan takwa perlu
dilaksanakan oleh setiap guru dalam proses belajar mengajar (Azhar Arsyad,2007) Hal ini
menjadi acuan bagi setiap guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan anak didik baik
di dalam maupun di luar kelas.
Pendidikan diwujudkan melalui prses belajar mengajar didalam kelas maupun di luar
kelas (Abdurrahman,2017). Proses ini berlangsung melalui interaksi antara guru dengan
peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar mengajar inilah
peserta didik akan mengalami proses perkembangan ke arah yang lebih baik dan bermakna.
Terkait dengan proses pembelajaran, guru memiliki pera sentral sebab guru dalam posisi ini
perancang atau designer sekaligus pengelola proses pembelajaran hingga hasil dari proses
pembelajaran tersebut tercapai (Sohibun, Febriani, & Maisaroh, 2017). Namun demikian,
peran guru dalam mendesain dan mengelola proses belajar mengajar di kelas seringkali
dihadapkan pada kondisi-kondisi dimana rancangan pembelajaran yang didesainnya tidak
berjalan dengan lancar sesuai harapan. Dalam proses belajar mengajar setidaknya ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti menjaga perhatian siswa, pembelajaran yang
mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari, media yang digunakan, komunikasi dua arah,
situasi belajar kondusif, dan evaluasi (Sudjarwo, 2007). Untuk menciptakan hal-hal penting
tersebut, diperlukan penggunaan metode dan pendekatan pembelajaran yang tepat, agar
tercapai kesamaan pandangan dan tujuan yang diterima secara rasional oleh siswa. Karena
itu, seorang guru harus terampil dalam memilih model yang tepat dan sesuai dengan pokok
bahasan yang dibahas. Guru memiliki peranan yang sangat sentral, baik sebagai perencana,
pelaksana, maupun evaluator pembelajaran (Mulyasa, 2005).
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa ternyata penggunaan metode
pembelajaran konvensional masih sering dilakukan oleh guru. Pembelajaran konvensional
yang dimaksud adalah pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Metode tersebut
kadang kurang atau bahkan tidak cocok lagi dengan isi dan tujuan dari kurikulum. Disadari
atau tidak, hal ini tentu berpengaruh pada proses pembelajaran yang dilaksanakan di dalam
kelas. Bahkan kondisi tersebut akan berpengaruh pula pada hasil hasil belajar peserta didik.
Selain berdampak pada prestasi belajar, penggunakan metode yang masih bersifat
teacher center ternyata berdampak pada kurang antusiasnya peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran. Berdasarkan pengalaman guru, metode konvensional tersebut membuat
peserta didik terlihat enggan untuk aktif berdiskusi, mengajukan pertanyaan, maupun
menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh guru. Oleh kerana itu, melihat kondisi
pembelajaran PAI yang masih belum berjalan dengan maksimal pada peserta didik kelas X
SMA Angkasa 1 Jakarta, maka kondisi ini dijadikan sebagai titik tolak bagi peneliti dalam
melakukan penelitian ini.
Lilik Nur Kholida (2012) dalam penelitiannya tentang “Pengaruh Penerapan Active
Learning Tipe Small Group terhadap Pencapaian Kompetensi Muatan Lokal Membatik di
SMP Negeri 1 Moyudan”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat
efektivitas sebelum dan setelah penerapan Active Learning Tipe Small Group Work pada
pencapaian kompetensi muatan lokal membatik. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan
pencapaian pada kompetensi tersebut. Maka berdasarkan penelitian yang telah diakukan
sebelumya Apakah penerapan model Active Learning Tipe Small Group discussion tersebut
akan berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Di SMA ANGKASA 1 JAKARTA ?

Anda mungkin juga menyukai