LANDASAN PENGEMBANGAN
KEMENTRIAN PENDIDIKAN
DINAS PENDIDIKAN DITJEN MANAJEMEN DIKDASMEN
KABUPATEN CIAMIS DIREKTORAT PEMBINAAN SMK
KATA PENGANTAR
Jakarta, 2007
Ketua BSNP,
i
DAFTAR ISI
B. Tujuan .......................................................................... 3
LAMPIRAN-LAMPIRAN :
Lampiran 1 : KTSP
Lampiran 2 : Silabus
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Panduan yang disusun BSNP terdiri atas dua bagian. Pertama, Panduan
Umum yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum yang dapat
diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SI dan SKL. Termasuk dalam
ketentuan umum adalah penjabaran amanat dalam UU 20/2003 dan ketentuan PP
19/2005 serta prinsip dan langkah yang harus diacu dalam pengembangan KTSP.
Kedua, model KTSP sebagai salah satu contoh hasil akhir pengembangan KTSP
mengacu pada SI dan SKL serta berpedoman pada Panduan Umum yang
dikembangkan BSNP. Model KTSP, tentu tidak dapat mengakomodasi kebutuhan
seluruh daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), jadi
hendaknya hanya digunakan sebagai referensi.
(a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
(b) belajar untuk memahami dan menghayati;
(c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif;
(d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan;
(e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang
mendidik siswa berfikir Kritis, Aktif, Kreatif, Religius dan ramah Lingkungan
B. Tujuan
Model KTSP-SMK ini disusun bertujuan untuk melengkapi panduan
penyusunan KTSP bagi SMK yang belum mampu mengembangkan kurikulum
2
secara mandiri. Model KTSP-SMK menjadi referensi bagi satuan pendidikan
SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan
dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan, sehingga
harapan setiap SMK memiliki KTSP sendiri segera terwujud.
3
BAB II
KOMPONEN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM SMK PASAWAHAN
5
Kelompok Mata Mata Pelajaran/
No Cakupan
Pelajaran Komponen Terkait
kolektif kemasyarakatan seperti
keterbebasan dari perilaku seksual
bebas, kecanduan narkoba,
HIV/AIDS, demam berdarah,
muntaber, dan penyakit lain yang
potensial untuk mewabah.
1. Mata pelajaran
Merujuk pada penjelasan Pasal 15 Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan menengah
kejuruan utamanya adalah mempersiapkan peserta didik untuk mampu
bekerja pada bidang tertentu.
Agar dapat bekerja secara efektif dan efisien serta dapat
mengembangkan keahlian dan keterampilan, peserta didik harus memiliki
stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasar-dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, dan mampu
berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, serta memiliki
kemampuan mengembangkan diri, maka struktur kurikulum pendidikan
kejuruan dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan diarahkan untuk
mencapai tujuan tersebut. Kurikulum SMK PASAWAHAN berisi mata
pelajaran wajib, mata pelajaran Kejuruan, Muatan Lokal, dan
Pengembangan Diri.
Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 37, menyatakan
bahwa kurikulum SMK wajib memuat:
a. Pendidikan Agama;
b. Pendidikan kewarganegaraan;
c. Bahasa;
d. Matematika;
e. Ilmu Pengetahuan Alam;
f. Ilmu Pengetahuan Sosial;
g. Seni dan budaya;
h. Pendidikan jasmasi dan olah raga;
i. Keterampilan/kejuruan, dan
j. Muatan lokal.
Atas dasar itu, maka mata pelajaran wajib pada Kurikulum SMK
PASAWAHAN terdiri atas Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, IPA, IPS, Seni dan Budaya,
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan Keterampilan/Kejuruan
6
(terdiri atas Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi dan
Kewirausahaan). Mata pelajaran ini bertujuan untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya dalam spektrum manusia kerja.
Mata pelajaran Kejuruan terdiri atas beberapa mata pelajaran
(dikelompokkan dalam Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi
Kejuruan) Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura yang
dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI) atau standar lain yang berlaku di dunia kerja, bertujuan
untuk menunjang pembentukan kompetensi kejuruan dan pengembangan
kemampuan menyesuaikan diri dalam bidang keahliannya.
2. Struktur
Struktur kurikulum SMK PASAWAHAN meliputi substansi pembelajaran
yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun atau
dapat diperpanjang hingga empat tahun, mulai kelas X sampai dengan
kelas XII atau kelas XIII. Mata pelajaran beserta alokasi waktu pada
struktur kurikulum SMK PASAWAHAN tercantum pada Tabel 2
berikut.Tabel 2. Mata Pelajaran dan Alokasi Waktu pada Struktur
Kurikulum SMK (Generik)
Durasi
Komponen
Waktu (Jam)
Kelompok Normatif
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 192
2. Pendidikan Kewarganegaraan 192
3. Bahasa Indonesia 192
8. Seni Budaya 128 a)
9. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 192
Kelompok Adaptif
4. Bahasa Inggris 440 a)
5. Matematika 516 a)
6. Ilmu Pengetahuan Alam
6.1 IPA 192 a)
6.2 Fisika 192 a)
6.3 Kimia 192 a)
6.4 Biologi 192 a)
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 128 a)
8. Kewirausaaan 202a)
Kelompok Produktif
Kelompok Produktif
10. Keterampilan Komputer dan pengelolaan Informasi 192
10. Kejuruan
10.3 Dasar Kompetensi Kejuruan b) 140
10.4 Kompetensi Kejuruan b) 1044 b)
Kelompk Produktif
B. Muatan Lokal 192
C. Pengembangan Diri d) (192)
Keterangan notasi:
7
a)
Berdasarkan hasil analisis alokasi jam mata pelajaran kompetensi
kejuruan
b)
Durasi jam yang tertulis pada struktur kurikulum adalah jumlah jam
pembelajaran tatap muka. Dua jam pembelajaran praktIk di sekolah atau empat
jam pembelajaran praktIk di DU/DI setara dengan satu jam tatap muka. Alokasi
waktu untuk Praktik Kerja Industri (Prakerin) diambil dari durasi waktu mata
pelajaran Kompetensi Kejuruan (1044 jam).
Implikasi dari struktur kurikulum di atas dijelaskan sebagai berikut.
a. Di dalam penyusunan kurikulum SMK PASAWAHAN mata pelajaran
dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok normatif, adaptif, dan
produktif. Kelompok normatif adalah mata pelajaran yang dialokasikan
secara tetap yang meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Olahraga
dan Kesehatan, dan Seni Budaya. Kelompok adaptif terdiri atas mata
pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Keterampilan
Komputer dan Pengelolaan Informasi, dan Kewirausahaan. Kelompok
produktif terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang dikelompokkan
dalam Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan.
Kelompok adaptif dan produktif adalah mata pelajaran yang alokasi
waktunya disesuaikan dengan kebutuhan program keahlian, dan
dapat diselenggarakan dalam blok waktu atau alternatif lain.
b. Materi pembelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi
Kejuruan disesuaikan dengan kebutuhan program keahlian untuk
memenuhi standar kompetensi kerja di dunia kerja.
c. Evaluasi pembelajaran dilakukan setiap akhir penyelesaian satu
standar kompetensi atau beberapa penyelesaian kompetensi dasar
dari setiap mata pelajaran.
d. Pendidikan SMK PASAWAHAN diselenggarakan dalam bentuk
pendidikan sistem ganda.
e. Alokasi waktu satu jam pelajaran tatap muka adalah 45 menit.
f. Beban belajar SMK PASAWAHAN meliputi kegiatan pembelajaran
tatap muka, praktik di sekolah dan kegiatan kerja praktik di dunia
usaha/industri ekuivalen dengan 36 jam pelajaran per minggu.
g. Minggu efektif penyelenggaraan pendidikan SMK PASAWAHAN
adalah 38 minggu dalam satu tahun pelajaran.
Berdasarkan acuan struktur kurikulum generik di atas disusun struktur
kurikulum untuk masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan
karakteristiknya.
3. Muatan lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah,
termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai menjadi bagian
dari mata pelajaran yang ada dan atau terlalu banyak sehingga harus
8
menjadi mata pelajaran tersendiri. Pendidikan berbasis keunggulan lokal
dan global dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal.
Muatan lokal merupakan mata pelajaran, karena itu satuan pendidikan
harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk
setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat
menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini
berarti bahwa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat
menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal.
Untuk memilih muatan lokal yang sesuai dengan potensi daerah dapat
dilakukan langkah-langkah berikut ini:
Identifikasi
Potensi dan Kebijakan Daerah
Analisis
Penyusunan Silabus
Muatan Lokal
9
a. Pengembangan kreativitas
1. Seni Teater
2. Olahraga
3. Kepemimpinan
4. Pencak Silat Satria Muda Indonesia
5. Menulis di redaksi bulletin sekolah
b. Pengembangan karir.
Di SMK PASAWAHAN pengembangan karir para siswa-siswa di
arahkan untuk dapat membantu mengembangkan potensi yang ada di
desanya masing-masing, sehingga dapat memotong arus urbanisasi,
karena desa sangat berpotensi untuk masa depan pertanian
6. Ketuntasan belajar
10
Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu
kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk
masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan
kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan urgensi masing-
masing kompetensi, tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, serta
kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria
ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria
ketuntasan ideal.
Ketuntasan belajar kompetensi kejuruan ditetapkan mengacu kepada
standar minimal penguasaan kompetensi yang berlaku di dunia kerja yang
bersangkutan.
8. Penjurusan
Penjurusan pada SMK didasarkan pada spektrum pendidikan kejuruan
yang diatur oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
12
C. Kalender Pendidikan
1). Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan
pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup
permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran
efektif dan hari libur.
2). Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan
pembelajaran pada awal tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
3). Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk
setiap tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
4). Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap
minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran
termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan
pengembangan diri.
5). Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan
pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu
libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antarsemester, libur akhir
tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari
besar nasional, dan hari libur khusus.
Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur dan kegiatan lainnya tertera
pada Tabel 3.
13
No Kegiatan Alokasi Waktu Keterangan
Hari libur Disesuaikan dengan Peraturan
6. Maksimum 2 minggu
umum/nasional Pemerintah
Untuk satuan pendidikan
7. Hari libur khusus Maksimum 1 minggu sesuai dengan ciri kekhususan
masing-masing
Digunakan untuk kegiatan
yang diprogramkan secara
Kegiatan khusus khusus oleh sekolah/madrasah
8. Maksimum 3 minggu
sekolah/madrasah tanpa mengurangi jumlah
minggu efektif belajar dan
waktu pembelajaran efektif
1. Analisis Konteks
a). Analisis potensi serta kekuatan dan kelemahan yang ada di sekolah,
meliputi: peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, sarana
prasarana, biaya, serta program-program yang ada di sekolah.
b). Analisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan
lingkungan sekitar, antara lain: komite sekolah, dewan pendidikan,
dinas pendidikan, asosiasi profesi, dunia usaha/industri, dunia kerja,
sumber daya alam dan sosial budaya.
c). Mengidentifikasi standar isi dan standar kompetensi lulusan sebagai
acuan dan panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
2. Mekanisme Penyusunan
a). Tim penyusun
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK dikembangkan sesuai
dengan relevansinya oleh sekolah dan komite sekolah di bawah
koordinasi dan supervisi dinas pendidikan provinsi.
Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan SMK terdiri atas:
1). guru;
2). konselor;
3). kepala sekolah;
4). komite sekolah (sebagai wadah keterlibatan pihak du/di, asosiasi,
dunia kerja, dan anggota institusi pasangan lainnya), dan
5). nara sumber.
Kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota, Dinas Pendidikan
Provinsi bertindak sebagai koordinator dan supervisor.
Guru, konselor, komite sekolah (khususnya DU/DI, Asosiasi, Dunia
Kerja, dan anggota Institusi Pasangan lainnya) dan nara sumber
bertindak sebagai anggota tim penyusun KTSP.
14
1) Kegiatan
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan merupakan bagian
dari kegiatan perencanaan sekolah. Kegiatan ini dapat berbentuk
rapat kerja dan/atau lokakarya sekolah dan/atau kelompok sekolah
yang diselenggarakan dalam jangka waktu sebelum tahun
pembelajaran baru.
Tahap kegiatan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan
secara garis besar meliputi:
a) Penyiapan dan penyusunan draf;
b) Reviu dan revisi;
c) Finalisasi.
Langkah yang lebih rinci dari masing-masing kegiatan diatur dan
diselenggarakan oleh tim penyusun.
2) Pemberlakuan
Dokumen KTSP SMK dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah setelah
mendapat pertimbangan dari komite sekolah dan diketahui oleh dinas
pendidikan.
15
Alur pelaksanaan penyusunan KTSP SMK adalah sebagai berikut.
ANALISIS KONTEKS
SWOT Analisis
PENYUSUNAN KTSP
ISI KTSP
Tujuan Tingkat Satuan Pendidikan SMK
Visi dan Misi SMK yang Bersangkutan
Tujuan SMK yang Bersangkutan
Tujuan Program Keahlian
Standar Kompetensi
Diagram Pencapaian kompetensi
Struktur dan Muatan KTSP SMK yang Bersangkutan
Kalender Pendidikan SMK yang Bersangkutan
Silabus SMK yang Bersangkutan
16
3. Langkah-langkah Pelaksanaan Penyusunan KTSP
a. Merumuskan tujuan pendidikan menengah kejuruan
Rumusan tujuan pendidikan menengah kejuruan pada dasarnya
merupakan tujuan yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) dalam Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah sebagai
penjabaran dari UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 3 dan penjelasan Pasal 15.
b. Merumuskan visi dan misi SMK
Setiap satuan SMK merumuskan visi dan misinya masing-masing
dengan memperhatikan acuan operasional penyusunan KTSP.
Rumusan visi dan misi secara jelas menggambarkan eksistensi SMK
yang bersangkutan serta gambaran masa depannya.
c. Merumuskan tujuan SMK
Setiap satuan SMK merumuskan tujuan masing-masing mengacu
kepada visi dan misi SMK yang telah ditetapkannya. Rumusan tujuan
SMK menggambarkan tujuan institusional kehadiran satuan
pendidikan yang bersangkutan.
d. Merumuskan tujuan program keahlian
Setiap program keahlian yang dibuka memiliki rumusan tujuan. Tujuan
program keahlian merupakan kristalisasi dari kompetensi-kompetensi
yang harus dikuasai oleh peserta didik untuk dapat bekerja sesuai
dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) atau
standar kompetensi kerja lain yang dijadikan acuan dan berlaku di
dunia kerja, serta untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi sesuai dengan program keahliannya.
e. Menetapkan standar kompetensi
Penetapan standar kompetensi dalam penyusunan KTSP SMK
menggunakan acuan sebagai berikut.
1. Standar kompetensi lulusan, meliputi:
a). Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP),
merupakan profil lulusan SMK yang tercantum dalam
Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan.
17
b). Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran (SKL-MP),
merupakan kompetensi minimum setiap mata pelajaran
sebagaimana yang tercantum dalam Permendiknas Nomor 23
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
c). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD),
merupakan kompetensi minimum setiap substansi mata
pelajaran yang tercantum dalam Permendiknas Nomor 23
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
Keseluruhan standar kompetensi lulusan tersebut adalah
kompetensi minimum yang harus dilaksanakan, setiap satuan
pendidikan dapat menambahkan kompetensi-kompetensi yang
dinilai penting untuk menunjang mutu dan relevansi kompetensi
lulusan.
2. Standar Kompetensi Kerja, digunakan untuk menetapkan:
a).Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan,
diambil dari Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI) atau standar kompetensi kerja lain yang berlaku di
dunia kerja untuk level kualifikasi lulusan SMK.
b).Standar Kompetensi Mata Pelajaran pada Dasar Kejuruan
disusun oleh SMK bersama Komite SMK berdasarkan tuntutan
kebutuhan mata pelajaran kompetensi kejuruan.
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal,
disusun oleh SMK dan komite SMK sesuai dengan ciri khas dan
potensi daerah termasuk keunggulan daerah.
Satuan pendidikan dapat memasukkan kompetensi berbasis lokal
dan global ke dalam semua mata pelajaran.
f. Menyusun diagram pencapaian kompetensi
Diagram pencapaian kompentensi merupakan tahapan atau tata
urutan logis kompetensi yang diajarkan dan dilatihkan kepada peserta
didik dalam kurun waktu yang dibutuhkan, serta kemungkinan
dilaksanakan multi entry-multi exit. Diagram pencapaian kompetensi
cukup dibuat untuk mata pelajaran kompetensi kejuruan.
g. Menyusun struktur kurikulum
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran,
muatan lokal dan pengembangan diri yang harus ditempuh oleh
peserta didik pada satuan pendidikan dalam kegiatan pembelajaran.
Susunan mata pelajaran dibagi ke dalam tiga kelompok program, yaitu
kelompok program normatif, program adaptif, dan program produktif.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah,
termasuk keunggulan daerah, selaras dengan program keahlian yang
18
materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran yang ada
atau terlalu banyak sehingga perlu menjadi mata pelajaran tersendiri.
Pengembangan diri meskipun bukan mata pelajaran dan dapat
diperoleh dari kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan atau
ekstrakurikuler yang ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan
pelayanan bimbingan karir, tetap harus tercantum dalam struktur
kurikulum.
Di dalam struktur kurikulum harus memuat durasi waktu, yaitu estimasi
jumlah jam yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap mata
pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri sesuai dengan
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
Kecakapan hidup, keunggulan lokal dan global, lingkungan hidup
serta materi lain yang tidak termasuk dalam struktur kurikulm dapat
diintegrasikan ke dalam kegiatan pembelajaran pada setiap mata
pelajaran.
h. Menetapkan beban belajar
Beban belajar SMK meliputi kegiatan pembelajaran tatap muka,
praktik di sekolah, dan kegiatan kerja praktik di dunia usaha/industri
dengan jumlah 36-40 jam pelajaran per minggu @ 45 menit.
Penyelenggaraan pendidikan SMK maksimum 38 minggu efektif
dalam satu tahun pelajaran.
Penetapan beban belajar di SMK dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. menetapkan jumlah jam untuk kegiatan pembelajaran tatap muka
(teori), praktik di sekolah dan praktik di industri untuk setiap mata
pelajaran.
b. mengkonversi jumlah jam praktik di sekolah dan praktik di industri
ke dalam jumlah jam tatap muka dengan ketentuan 2 jam
pembelajaran praktik di sekolah atau 4 jam pembelajaran di dunia
kerja/industri setara dengan satu jam pembelajaran tatap muka
(teori).
c. menetapkan jumlah jam mata pelajaran yang terdiri atas jam tatap
muka (teori) dan jumlah jam hasil konversi pada butir 2) yang
dicantumkan pada struktur kurikulum.
d. jumlah jam semua mata pelajaran dan muatan lokal menentukan
lamanya penyelenggaraan pendidikan di SMK. Penyelenggaraan
pendidikan ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama 3
tahun atau dapat diperpanjang hingga 4 tahun.
20
Out Line KTSP
i. Cover
ii. Lembar penetapan
iii. Kata Pengantar
iv. Daftar Isi
I. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan
II. Visi dan Misi SMK
III. Tujuan Sekolah (SMK)
IV. Tujuan Program Keahlian
V. Standar Kompetensi
A. Standar Kompetensi Lulusan SMK
B. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam
2. Pendidikan Agama Kristen
3. Pendidikan Agama Katolik
4. Pendidikan Agama Hindu
5. Pendidikan Agama Buddha
6. PKN
7. Bahasa Inggris
8. Bahasa Indonesia
9. Matematika
10. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
11. Físika
12. Kimia
13. Biologi
14. Ilmu Pengetahuan Social (IPS)
15. Seni Budaya
16. Pendidikan Jasmani dan Olah Raga
17. KKPI
18. Kewirausahaan
19. Dasar Kompetensi Kejuruan
20. Kompetensi Kejuruan (+ diagram Pencapaian Kompetensi Kejuruan)
C. SK dan KD semua mata pelajaran dari No. 1 sd no 20 (sesuai dengan
kubutuhan masing-masing program keahlian)
D. SK dan KD Muatan Lokal
VI. Struktur Kurikulum (Struktur Kurikulum yang dioperasionalkan di sekolah)
VII. Kalender Pendidikan
Silabus
Mencakup seluruh komponen yang yang terdapat pada struktur dan muatan KTSP
program keahlian masing-masing.
21
BAB III
PENGEMBANGAN SILABUS
A. Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian.
Standar Kompetensi
Kelompok Mata Pelajaran
Standar Kompetensi
Lulusan Mata Pelajaran
Penyusunan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Komponen silabus
23
1. Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
sebagaimana tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal
berikut:
a). urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat
kesulitan materi, tidak selalu harus sesuai dengan urutan yang ada di
Standar Isi;
b). keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
mata pelajaran;
c). keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata
pelajaran.
2. Mengidentifikasi materi pembelajaran
Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian
standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:
a). Potensi peserta didik;
b). tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual
peserta didik ;
c). kebermanfaatan bagi peserta didik;
d). struktur keilmuan;
e). aktualitas, kedalaman dan keluasan materi pembelajaran;
f). relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan,
khususnya dunia kerja;
g). alokasi waktu.
3. Mengembangkan kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman
pembelajaran yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi
antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan
pembelajaran yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan
pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta
didik. Kegiatan pembelajaran memuat kecakapan hidup yang perlu
dikuasai peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut.
1) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada
para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses
pembelajaran secara profesional.
24
2) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai
kompetensi dasar.
3) Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki
konsep materi pembelajaran.
4) Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal
mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan
kegiatan pembelajaran siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.
5) Praktik Kerja Industri
Praktek Kerja Industri (Prakerin) merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pengembangan kegiatan pembelajaran mata pelajaran
kelompok program produktif. Kegiatan Prakerin dirancang dan
dilaksanakan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Prakerin bertujuan untuk memberikan pengalaman kerja nyata bagi
peserta diklat dalam pembentukan kompetensi secara utuh yang
lebih bermakna, terutama pembentukan sikap (etos) kerja sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi di lapangan kerja.
Waktu pelaksanaan Prakerin dialokasikan dari waktu yang tersedia
pada mata pelajaran Kompetensi Kejuruan, dengan ketentuan
empat jam praktek di industri setara dengan satu jam tatap muka
yang terstruktur dalam kurikulum.
Kegiatan prakerin sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran, juga
dimanfaatkan sebagai bagian dari penilaian hasil belajar
(kompetensi) peserta didik.
Keterbatasan sarana dan prasarana/sumber daya yang dimiliki
sekolah untuk untuk mendukung proses pencapaian kompetensi
tamatan yang sesuai dengan standar kompetensi yang berlaku.
Prakerin dapat dilaksanakan secara bertahap untuk setiap standar
kompetensi dan atau di blok dalam satuan waktu tertentu
disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik masing-masing
program keahlian.
25
4. Merumuskan indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang
ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata
pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata
kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator
digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
Khusus untuk Kompetensi Keahlian Kejuruan, indikator ini telah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari Standar Kompetensi dan bentuk
kriteria kinerja
5. Penentuan jenis penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan
berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan
non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,
pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau
produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,
sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang
bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran,
dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap
kelompoknya.
c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih,
kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar
yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan
peserta didik.
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak
lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program
remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah
kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang
telah memenuhi kriteria ketuntasan.
27
E. Pengembangan Silabus Berkelanjutan
Dalam implementasinya, silabus dijabarkan menjadi rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh
masing-masing guru.
Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan
memperhatikan masukan hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses
(pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran.
29
FORMAT SILABUS
NAMA SEKOLAH :
MATA PELAJARAN :
KELAS/SEMESTER :
STANDAR KOMPETENSI :
KODE KOMPETENSI :
ALOKASI WAKTU :
Keterangan:
TM : Tatap muka
PS : Praktik di Sekolah (2 jam praktIk di sekolah setara dengan 1 jam tatap muka)
PI : Praktek di Industri (4 jam praktIk di Du/Di setara dengan 1 jam tatap muka)
DAFTAR ISTILAH (GLASARIUM)