ABSTRAK
Sampah merupakan masalah yang dihadapi seluruh negara di dunia. Bukan hanya negara-negara berkembang
tetapi juga negara-negara maju, sampah selalu menjadi masalah. Masalah ini bahkan menjadi masalah sosial,
ekonomi, dan budaya. Bertambahnya penduduk dan berkembangnya industri-industri di Indonesia menyebabkan
peningkatan produksi sampah menjadi semakin tidak terkendali. Apalagi industri-industri kecil yang tidak bisa
mengolah sampah atau limbah dengan baik. Limbah atau sampah dapat merusak lingkungan juga ekosistem di
sekitarnya karena pencemarannya. Sampah adalah materi sisa setelah berakhirnya suatu proses. Sampah terdiri
dari sampah organik dan sampah anorganik. Kulit singkong termasuk salah satu sampah organik sehingga
mudah terurai dan membusuk. Sampah kulit singkong dapat dengan mudah diperoleh dari industri-industri
rumahan yang memiliki bisnis singkong goreng atau kripik goreng, pabrik tepung tapioka, dan agen singkong
yang ada di pasar-pasar tradisional. Pengolahan sampah kulit singkong dapat dimanfaatkan sebagai pakan
ternak, kompos maupun bioenergi. Selain itu, kulit singkong dapat dimanfaatkan sebagai olahan kuliner berupa
crispy kulit singkong. Oleh karena itu, pengolahan sampah kulit singkong menjadi crispy kulit singkong adalah
cara terbaik untuk mengolah sampah kulit singkong. Tujuan dilakukan penelitian adalah untuk mengetahui cara
mengolah sampah kulit singkong, mengurangi jumlah sampah kulit singkong, dan meningkatkan pendapatan
masyarakat. Metode penelitian yang digunakan dalam pembuatan crispy kulit singkong ini yaitu cara
eksperimen atau pembuatan crispy kulit singkong. Crispy kulit singkong memiliki nilai jual tinggi dan memiiki
rasa, tekstur, dan aroma crispy kulit singkong yang tidak kalah enak dan sedap dari kripik kulit singkong itu
sendiri.
PENDAHULUAN
Sampah merupakan masalah yang dihadapi seluruh negara di dunia. Bukan hanya
negara-negara berkembang, tetapi juga negara-negara maju, sampah selalu menjadi masalah.
Masalah yang ditimbulkan oleh sampah menjadi masalah yang sangat serius di negara
berkembang seperti di Indonesia. Masalah ini bahkan menjadi masalah sosial, ekonomi, dan
budaya.
Bertambahnya penduduk dan berkembangnya industri-industri di Indonesia
menyebabkan peningkatan produksi sampah menjadi semakin tidak terkendali. Apalagi
industri-industri kecil yang tidak bisa mengolah sampah atau limbah dengan baik. Limbah
atau sampah hanya akan menumpuk di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dan menimbulkan
bau yang tidak sedap sehingga akan mengganggu masyarakat sekitar dan mendatangkan
banyak penyakit. Limbah atau sampah dapat merusak lingkungan juga ekosistem di
sekitarnya karena pencemarannya.
Sampah adalah materi sisa setelah berakhirnya suatu proses. Sampah terdiri dari
sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang bisa diurai oleh
alam sehingga mudah membusuk. Contohnya sisa makanan, bangkai hewan, bangkai
tumbuhan, dan lain-lain. Sampah anorganik adalah sampah yang tidak bisa diurai oleh alam
sehingga tidah mudah membusuk. Contohnya plastik, botol, kaleng, kaca, dan lain-lain.
Kulit singkong termasuk salah satu sampah organik sehingga mudah terurai dan
membusuk. Sampah kulit singkong setelah dipisahkan dari singkong akan cepat membusuk
karena kandungan air dalam kulit singkong sehingga mikroorganisme mudah tumbuh dan
membuat kulit singkong cepat membusuk.
Potensi sampah kulit singkong di Indonesia sangat melimpah, seiring eksistensi
negara Indonesia sebagai salah satu penghasil singkong terbesar di dunia. Produksi singkong
di Indonesia mencapai lebih dari 20,8 juta ton setiap tahunnya. Jika kulit singkong
terkandung di setiap singkong dan keberadaannya mencapai 16% dari berat singkong
tersebut, maka setiap tahun ada sekitar 3,3 juta ton kulit singkong yang tidak digunakan dan
berubah menjadi sampah sehingga kulit singkong mudah untuk didapatkan.
Sampah kulit singkong dapat dengan mudah diperoleh dari industri-industri rumahan
yang memiliki bisnis singkong goreng atau kripik goreng, pabrik tepung tapioka, dan agen
singkong yang ada di pasar-pasar tradisional. Sampah kulit singkong sudah tidak digunakan
lagi dan hanya akan membuat kotor lingkungan sehingga lama-kelamaan akan menimbulkan
bau tidak sedap dan menjadi sarang penyakit. Oleh karena itu, sampah kulit singkong ini
harus dimanfaatkan atau diolah agar tidak merusak dan mengotori lingkungan.
Pengolahan sampah kulit singkong dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak,
kompos maupun bioenergi. Selain itu, kulit singkong dapat dimanfaatkan sebagai olahan
kuliner berupa crispy kulit singkong. Crispy kulit singkong tidak kalah sedap dan enak dari
kripik umbi singkong itu sendiri. Crispy kulit singkong memiliki nilai tersendiri karena
dibuat dari olahan sampah kulit singkong yang dianggap sudah tidak berguna lagi. Selain itu,
proses pengolahan crispy kulit singkong mempunyai nilai jual tinggi dan menguntungkan
sehingga selain mengurangi sampah dari kulit singkong juga menambah pendapatan
masyarakat.
Di dalam kulit singkong terkandung senyawa HCN. Senyawa HCN dalam kulit
singkong tidak konstan tetapi berubah-ubah dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Jika dalam
pertumbuhan tanaman singkong mengalami kemarau yang sangat panjang, maka kadar
senyawa HCN nya akan meningkat. Selain itu, zat N yang terdapat di dalam pupuk dapat
mempertinggi kadar senyawa HCN dalam kulit singkong. Senyawa HCN sendiri adalah
sianida yang memiliki sifat beracun sehingga diperlukan pengolahan untuk menghilangkan
senyawa HCN ini.
Untuk menurunkan kandungan senyawa HCN dalam kulit singkong dilakukan
dengan cara pencucian dengan air mengalir serta perendaman dengan tambahan air dan
garam beriodium sehingga kandungan senyawa HCN dalam kulit singkong bisa hilang.
Senyawa HCN dalam kulit singkong tidak sulit dihilangkan karena di dalam kulit singkong
kandungan senyawa HCN memiliki kadar yang rendah.
Peluang usaha crispy kulit singkong dapat menjadi alternatif makanan ringan yang
digemari masyarakat. Pemanfaatan kulit singkong akan dikombinasikan dengan berbagai rasa
seperti manis, pedas manis, keju, dan lain-lain. Penggunaan berbagai rasa digunakan untuk
memenuhi selera konsumen yang berbeda-beda.
Crispy kulit singkong memiliki kandungan serat kasar yang tinggi sehingga aman
untuk dikonsumsi. Serat kasar pada crispy kulit singkong memiki fungsi untuk membantu
mempercepat ekskresi sisa-sisa makanan melalui saluran pencernaan dalam keadaan tanpa
serat.
Oleh karena itu, pengolahan sampah kulit singkong menjadi crispy kulit singkong
adalah cara terbaik untuk mengolah sampah kulit singkong. Selain bisa mengurangi sampah
kulit singkong, juga menambah penghasilan masyarakat sekitar sehingga bisa meningkatkan
perekonomian masyarakat dan menyehatkan tubuh.
METODE PENELITIAN
Medote penelitian yang digunakan dalam pembuatan crispy kulit singkong ini yaitu
cara eksperimen atau pembuatan crispy kulit singkong.
Dalam proses pembuatan crispy kulit singkong, hal pertama yang dilakukan yaitu
memisahkan kulit singkong bagian dalam dan bagian luarnya. Mencuci kulit singkong
dengan air mengalir hingga bersih. Setelah di cuci bersih, kulit singkong direbus sampai
mendidih hingga warnanya berubah menjadi kecoklatan. Membutuhkan waktu kurang lebih
45 menit hingga kulit singkong matang dan menjadi lunak. Proses perebusan ini digunakan
untuk menghilangkakn kandungan HCN yang terdapat pada kulit singkong dan juga
mempermudah dalam proses pencetakan.
Proses pencetakan dilakukan pada saat kulit singkong telah dingin. Kulit singkong
dicetak dengan cetakakan berbentuk bulat dengan diameter kurang lebih 3 cm. Setelah
dicetak, kulit singkong dicuci kembali dan direndam dengan air, garam beriodium, dan
penyedap rasa. Perendaman dilakukan selama 3 hari dengan air rendaman yang harus diganti
setiap harinya. Jika setiap hari tidak diganti akan berpotensi munculnya bakteri pada kulit
singkong.
Penggantian air rendaman ini, agar kulit singkong yang mengandung senyawa HCN
yang bersifat racun, ikut larut dalam air rendaman sehingga senyawa HCN hilang dari kulit
singkong. Semakin lama perendaman kulit singkong maka hasil atau produk yang dihasilkan
akan semakin awet karena bakteri akan mati dalam proses perendaman dan senyawa HCN
akan larut dalam air rendaman. Selain itu, perendaman kulit singkong dengan air, garam
beriodium, dan penyedap rasa akan memberikan cita rasa pada kulit singkong dan membuat
bumbu meresap dengan sempurna.
Proses selanjutnya yaitu menggoreng kulit singkong. Kulit singkong digoreng
dengan dua kali penggorengan. Penggorengan pertama dilakukan selama kurang lebih 30
detik untuk mematangkan kulit singkong. Setelah itu, kulit singkong ditiriskan untuk
menghilangkan kandungan minyak. Sebelum melakukan penggorengan kedua, kulit singkong
harus didinginkan terlebih dahulu dalam wadah tertutup dan jauh dari sinar matahari.
Proses pendinginan dilakukan selam kurang lebih 6 jam. Setelah didinginkan, kulit
singkong akan digoreng untuk kedua kalinya selama kurang lebih 30 detik agar kulit
singkong memiliki tekstur crispy dan renyah saat dimakan. Setelah itu, crispy kulit singkong
ditiriskan diatas kertas agar minyak pada crispy kulit singkong terserap pada kertas sehingga
crispy kulit singkong bisa lebih tahan lama dan awet kerenyahanya.
Setelah krispy kulit singkong ditiriskan. Bisa ditambahkan beberapa bumbu bubuk
dengan berbagai macam rasa seperti pedas, manis, pedas manis, keju maupun rasa original.
KESIMPULAN
Sampah kulit singkong bisa diolah menjadi cemilan yang memiliki nilai jual tinggi
dan menambah penghasilan masyarakat. Cemilan ini yaitu crispy kulit singkong yang
memiliki rasa yang tidak kalah enak dan sedap dari kripik kulit singkong itu sendiri. Diolah
dengan cara merendam kulit singkong yang sudah dibersihkan selama 3 hari atau 72 jam
dengan air, garam beriodium, dan penyedap rasa. Proses perendaman akan sangat
berpengaruh pada rasa, tekstur dan aroma crispy kulit singkong. Dalam 2 kali proses
penggorengan juga harus memperhatikan kondisi api yang stabil dan merata, waktu dalam
penggorengan yang sama agar crispy kulit singkong memiliki rasa, aroma, dan tekstur yang
enak.
DAFTAR PUSTAKA