Anda di halaman 1dari 9

PROFIL ANTICHOLINERGIC BURDEN PADA PSIKOGERIATRI

PENDERITA SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA SUNGAI


BANGKONG PONTIANAK
Reny Puspita Maharani1, Ressi Susanti2, Robiyanto3
Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura
renymaharani4@gmail.com
ABSTRAK
Pasien psikogeriatri yang menderita skizofrenia mendapatkan terapi farmakologi
berupa agen antipsikotik dan golongan obat antikolinergik lainnya. Efek antikolinergik yang
ditimbulkan dari setiap obat masing-masing memiliki skor antikolinergik yang apabila
diakumulasikan akan menghasilkan beban antikolinergik atau anticholinergic burden bagi
masing-masing pasien. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil anticholinergic
burden dan mengetahui dampak peningkatan skor anticholinergic burden pada penurunan
fungsi kognitif pasien psikogeriatri penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Sungai
Bangkong Pontianak. Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang (cross sectional).
Data yang dikumpulkan berdasarkan data sekunder yaitu data rekam medis pasien. Data yang
diperoleh akan diolah menggunakan aplikasi anticholinergic burden calculator. Hasil
penelitian menunjukkan level antikolinergik yang paling sering digunakan adalah level 3
sebanyak 5 obat (45,46%) dengan obat yang paling sering diresepkan adalah trihexyphenidyl.
Beban antikolinergik atau anticholinergic burden tertinggi adalah sebesar 14 dengan jumlah
pasien sebanyak 1 pasien (1,92) dan beban antikolinergik terbanyak yang diterima pasien
adalah sebesar 7 dengan jumlah pasien sebanyak 15 pasien (28,85%). Kesimpulan dari
penelitian ini adalah peningkatan skor anticholinergic burden memiliki dampak terhadap
penurunan fungsi kognitif terutama pada demensia yang diperkirakan memiliki potensi
sebesar 9,61%.

Kata kunci: Antikolinergik, Anticholinergic burden, Fungsi kognitif, Psikogeriatri

PENDAHULUAN sebesar 6,7 per seribu penduduk dan di


Kalimantan Barat adalah 7,9 per seribu
Skizofrenia adalah gangguan
penduduk.(3)
psikotik dengan distorsi khas proses pikir,
Terapi farmakologis yang
waham, gangguan persepsi, afek abnormal,
diberikan pada pasien skizofrenia adalah
dan autisme.(1) Menurut penelitian yang
agen antipsikotik yang menargetkan
telah dilakukan oleh Chang et al.
perubahan neurotransmitter di otak seperti
prevalensi skizofrenia sebesar 1,25% dari
dopamin, serotonin, norepinefrin, dan
total populasi penderita gangguan
(2) glutamat.(4) Antipsikotik adalah salah satu
psikotik.
obat yang memiliki efek antikolinergik.(5)
Data RISKESDAS tahun 2018
Pasien psikogeriatri yang
menyebutkan bahwa prevalensi gangguan
menggunakan obat antipsikotik dengan
jiwa berat atau skizofrenia di Indonesia
efek antikolinergik membutuhkan
perhatian khusus. Hal ini dikarenakan Hasil
adanya penurunan neuron kolinergik atau Penelitian yang telah dilakukan,
reseptor kolinergik yang mengakibatkan didapatkan informasi mengenai jumlah
terjadinya penurunan pembentukan pasien psikogeriatri yang menderita
asetilkolin secara alami pada geriatri.(6) skizofrenia berjumlah 52 pasien yang
Penggunaan antipsikotik memiliki memenuhi kriteria inklusi selama periode
efek berupa efek antikolinergik seperti Januari-Desember 2018.
mulut kering, konstipasi, gangguan Tabel 1. Karakteristik Responden
penglihatan, delirium, dan penurunan Penelitian
kognitif.(7) Efek kumulatif dari antipsikotik Karakteristik N = 52

dengan efek antikolinergik disebut sebagai Jumlah Persentase


beban antikolinergik atau anticholinergic Pasien (%)
burden yang berdampak buruk pada fungsi 1. Jenis Kelamin
kognitif, fungsi fisik, hingga a. Laki-laki 26 50
(8) b. Perempuan 26 50
meningkatkan risiko kematian.
2. Usia
Potensi setiap jenis obat ditentukan a. 60–74 tahun 49 94,23
dalam kategori level 1 (potensi rendah) b. 75-90 tahun 3 5,77
hingga level 3 (potensi tinggi). c. >90 tahun 0 0
3. Jenjang
Pengukuran skala anthicholinergic burden Pendidikan
dapat dianalisis dengan mengacu pada a. Tidak 15 28,84
aplikasi Anticholinergic Burden Sekolah
b. SD 22 42,31
Calculator. Tujuan penelitian ini untuk c. SMP 6 11,54
mengetahui profil anticholinergic burden d. SMA 7 13,46
pada pasien psikogeriatri penderita e. Perguruan
2 3,85
Tinggi
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Sungai 4. Pekerjaan
Bangkong Pontianak. a. Tidak 43 82,69
Bekerja
b. Swasta/Wira 2 3,85
Metode swasta
Penelitian ini adalah penelitian c. Lain-lain 7 13,46
observasional dengan pendekatan potong 5. Diagnosis Pasien
a. F20.0 36 69,23
lintang (cross sectional) yang bersifat
b. F20.1 1 1,92
deskriptif. c. F20.3 4 7,7
d. F20.5 10 19,23
e. F20.9 1 1,92
Sampel Penelitian
Berdasarkan pada tabel 1 jenis
Sampel penelitian ini adalah pasien
kelamin, menunjukkan bahwa penderita
geriatri rawat inap dan rawat jalan yang
skizofrenia antara laki-laki dan perempuan
terdiagnosa skizofrenia periode Januari-
seimbang yaitu 26 pasien (50%).
Desember 2018.
Distribusi pasien berdasarkan usia,
menunjukkan bahwa penderita terbanyak
Jenis Data
adalah kategori elderly yaitu usia 60-74
Data rekam medis pasien geriatri
tahun sebanyak 49 pasien (94,23%).
yang menderita skizofrenia dan
Selanjutnya kategori old yaitu usia 75-90
mendapatkan terapi antipsikotik di Rumah
tahun sebanyak 3 pasien (5,77%).
Sakit Jiwa Sungai Bangkong Pontianak.
Berdasarkan jenjang pendidikan terakhir 1 pasien (1,92%), skizofrenia tak terinci
yang terbanyak adalah tingkat sekolah sebanyak 4 pasien (7,7%), skizofrenia
dasar (SD) yaitu sebanyak 22 pasien residual sebanyak 10 pasien (19,23%) dan
(42,31%) dan tidak sekolah sebanyak 15 skizofrenia tak tergolongkan sebanyak 1
pasien (28,84%). Pasien skizofrenia yang pasien (1,92%).
tidak bekerja sebanyak 43 pasien Pola pengobatan untuk pasien
(82,69%). Berdasarkan tipe skizofrenia, geriatri skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
skizofrenia paranoid adalah yang Sungai Bangkong Pontianak periode
terbanyak dengan jumlah 36 pasien Januari-Desember 2018 dapat dilihat pada
(69,23%), skizofrenia hebefrenik sebanyak tabel 2.

Tabel 2. Pola Pengobatan Skizofrenia pada Pasien Geriatri


Terapi Frekuensi Pemakaian (N=52) Persentase (%)
Kombinasi AGP + Antimuskarinik
CPZ + THP 1 1,92
CPZ + TFP + THP 1 1,92
CPZ + HLP + THP 1 1,92
HLP + THP 1 1,92
HLP + TFP + THP 1 1,92
TFP +THP 1 1,92
Kombinasi AGK + Antimuskarinik
Clozapin + RSP + THP 6 11,54

Kombinasi AGP + AGK + Antimuskarinik


Clozapin + CPZ + HLP + TFP + THP 1 1,92
Clozapin+ CPZ + HLP + RSP + TFP + THP 1 1,92
Clozapin + CPZ + HLP + RSP + THP 1 1,92
Clozapin + HLP + RSP + THP 5 9,62
Clozapin + HLP + RSP + TFP + THP 2 3,85
Clozapin + RSP + TFP + THP 10 19,23
CPZ + HLP + RSP + TFP + THP 1 1,92
CPZ + RSP + THP 2 3,85
HLP + RSP + THP 4 7,69
RSP + TFP + THP 1 1,92
Kombinasi AGP + Antimuskarinik + Antidepresan
CPZ + Fluoxetin + HLP + THP 1 1,92

Kombinasi AGK + Antimuskarini + Antidepresan


Amitriptilin + Clozapin + RSP + THP 1 1,92
Amitriptilin + Clozapin + THP 1 1,92
Clozapin + Fluoxetin + RSP + THP 3 5,77
Kombinasi AGP + AGK + Antimuskarinik + Antidepresan
Amitriptilin + Clozapin + RSP + TFP + THP 1 1,92
Clozapin + CPZ + Fluoxetin + TFP + THP 1 1,92
HLP + RSP + Sertralin + THP 1 1,92
RSP + Sertralin + TFP + THP 1 1,92
Kombinasi AGP + Antimuskarinik + Antikonvulsan
CPZ + Diazepam + HLP + THP 1 1,92

Kombinasi AGP + AGK + Antimuskarinik + Neurodegeneratif


CPZ + Donepezil + RSP + TFP + THP 1 1,92
Keterangan: AGP = Antipsikotik Generasi Pertama; AGK = Antipsikotik Generasi Kedua
CPZ = Chlorpromazin HLP = Haloperidol
RSP = Risperidon TFP = Trifluopherazin
THP = Triheksifenidil
Kombinasi terbanyak yang (53,85%) dengan kombinasi obat
diresepkan oleh dokter adalah kombinasi terbanyak adalah clozapine + risperidone +
antara antipsikotik golongan pertama + trifluoperazine + trihexifenidil sebanyak
antipsikotik golongan kedua + 10 resep (19,23%).
antimuskarinik sebanyak 28 resep
Tabel 4. Persentase Total Beban
Tabel 3. Persentase Penggunaan Obat Antikolinergik
Berdasarkan Level Beban N = 52
N = 11 antikolinergik Jumlah Pasien Persentase (%)
Level Jumlah Obat Persentase 4 2 3.85
Antikolinergik (Jenis Obat) (%)
5 5 9.61
0 3 27.27
6 2 3.85
1 3 27.27
7 15 28.85
2 0 0
3 5 45.46 8 6 11.54
9 2 3.85
10 12 23.07
11 4 7.69
12 1 1.92
13 2 3.85
14 1 1.92

Pada tabel 3 dan 4 menunjukkan orang (50%), dan pasien perempuan


banyaknya level antikolinergik yang sebanyak 26 orang (50%). Hasil ini tidak
digunakan dan beban antikolinergik yang sejalan dengan beberapa penelitian salah
diterima setiap pasien. Berdasarkan tabel 4 satunya penelitian yang dilakukan oleh
level 3 adalah level tertinggi dari Yulianty dkk di Rumah Sakit Jiwa
antikolinergik yang paling banyak Sambang Lihum, Kalimantan Selatan yang
digunakan yaitu sebanyak 5 obat membuktikan bahwa dari 59 pasien
terdapat penderita laki-laki sebanyak 44
(45,46%). Pada tabel 5 menunjukkan
pasien (74,6%) dan penderita perempuan
beban antikolinergik terbanyak yang
sebanyak 15 pasien (25,4%).(9) Hal ini
diterima pasien adalah sebesar 7 dengan
dikarenakan adanya pengaruh
jumlah pasien sebanyak 15 pasien antidopaminergik estrogen yang dimiliki
(28,85%). Berdasarkan pada tabel 5 dapat oleh wanita. Estrogen memiliki efek pada
dilihat bahwa efek antikolinergik yang aktivitas dopamin di nukleus akumben
paling sering dialami pasien adalah susah dengan cara menghambat pelepasan
tidur sebanyak 18 pasien (34,62%). dopamin. Peningkatan jumlah reseptor
Kebingungan sebanyak 7 pasien (13,46%), dopamin di nukleus kaudatus, akumben,
ekstrapiramidal sebanyak 6 pasien dan putamen merupakan etiologi penyebab
(11,54%) dan demensia dengan tipe terjadinya skizofrenia.(10)
alzeimer sebanyak 5 pasien (9,61%). Distribusi pasien geriatri
berdasarkan usia menurut World Health
Pembahasan Organization (WHO) dibagi menjadi tiga
Berdasarkan pada tabel 1, kategori yaitu elderly sekitar 60–74 tahun,
didapatlah pasien laki-laki sebanyak 26 lansia tua (old) antara 75–90 tahun, dan
lansia sangat tua (very old) yang berumur serta pedagang masing-masing sebanyak 1
diatas 90 tahun. Merujuk pada tabel 1 pasien (1,92%). Sejalan dengan penelitian
pasien terbanyak adalah pada kategori yang dilakukan Wahyudi dan Fibriana
elderly sebanyak 49 pasien (94,23%) dan bahwa sampel dengan status tidak bekerja
kategori lansia tua (old) sebanyak 3 pasien memiliki faktor risiko 3,385 kali untuk
(5,77%). Hasil ini sesuai dengan penelitian terkena skizofrenia dibandingkan dengan
Prasetyo dkk di RSJ DR. Radjiman yang memiliki status bekerja, hal ini
Wediodiningrat, dimana kategori usia disebabkan karena pasien yang tidak
terbanyak pada psikogeriatri adalah pada bekerja dapat menimbulkan stress, depresi
rentang usia 60-69 tahun sebanyak 45 dan melemahnya kondisi kejiwaan
orang (86,5%) dan rentang usia > 70 tahun seseorang sebab orang yang tidak bekerja
sebanyak 7 orang (13,5%).(11) mengakibatkan rasa ketidakberdayaan dan
Berdasarkan data jenjang optimis terhadap masa depan.(12,13)
pendidikan terakhir dari pasien yang tidak Terdapat beberapa tipe skizofrenia
mengenyam pendidikan sejumlah 15 diantaranya adalah skizofrenia tipe
pasien (28,84%). Jenjang pendidikan paranoid, skizofrenia tipe hebefrenik,
terakhir pasien skizofrenia yang skizofrenia tipe katatonik, skizofrenia tak
berpendidikan SD sebanyak 22 pasien terinci, depresi pasca skizofrenia,
(42,31%). Pendidikan SMP sebanyak 6 skizofrenia residual, skizofrenia simpleks,
pasien (11,54%), SMA sebanyak 7 pasien skizofrenia lainnya, dan skizofrenia yang
(13,46%) dan jenjang pendidikan tak tergolongkan. Berdasarkan data yang
perguruan tinggi sebanyak 2 pasien diperoleh dari data rekam medis di Rumah
(3,85%). Hal ini sesuai dengan data yang Sakit Jiwa Sungai Bangkong Pontianak
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik hanya ada 5 dari 9 tipe yang paling sering
tahun 2018 mengenai tingkat pendidikan dijumpai pada pasien geriatri. Skizofrenia
lansia di Indonesia yang menyebutkan paranoid adalah yang paling sering terjadi
bahwa 29,08% penduduk lansia memiliki dengan jumlah terbesar yaitu sebanyak 36
ijazah SD dan 34,68% tidak tamat SD. pasien (69,23%). Skizofrenia paranoid
Sejalan dengan penelitian Wahyudi dan adalah skizofrenia yang paling banyak
Fibriana yang menyatakan bahwa tidak ditemui di Rumah Sakit Jiwa Sungai
adanya hubungan antara tingkat Bangkong Pontianak, hal ini sesuai dengan
pendidikan dengan angka kejadian pernyataan dari International
skizofrenia. Namun, perhitungan risk Classification of Diseases (ICD) 10 edisi
estimate didapatkan bahwa sampel yang revisi tahun 2007 berdasarkan
memiliki tingkat pendidikan rendah epidemiologi tipe skizofrenia, tipe
memiliki risiko 1,886 kali untuk terjadinya paranoid adalah yang paling banyak
penyakit skizofrenia dibandingkan dengan dijumpai di dunia. Hingga saat ini
yang memiliki tingkat pendidikan penyebab munculnya skizofrenia paranoid
(12)
tinggi. masih belum dapat diketahui secara pasti.
Pada tabel 1 persentase pasien yang Namun, diduga kelainan pada otak dan
tidak bekerja sangat besar hingga sistem transmisi saraf, serta kelainan
mencapai 82,69% atau sebanyak 43 sistem kekebalan tubuh juga berperan
pasien. Penghasilan tertinggi dari pasien dalam menimbulkan skizofrenia.(14)
adalah sebagai pensiunan yaitu sebanyak 3 Penggunaan terapi kombinasi
pasien (5,77%). Pekerja swasta sebanyak 2 antara antipsikotik golongan pertama dan
pasien (3,85%) dan buruh, PNS, petani, antipsikotik golongan kedua adalah terapi
yang paling banyak diresepkan di Rumah adalah sebesar 7 dengan total pasien
Sakit Jiwa Sungai Bangkong Pontianak sebanyak 15 pasien (28,85%) dan angka
seperti pada tabel 2. Berdasarkan data 10 adalah beban antikolinergik terbesar
yang diperoleh dari data rekam medis, kedua dengan pasien sebanyak 12 pasien
kombinasi yang paling sering diresepkan (23,07%). Suatu penelitian yang
pada pasien geriatri skizofrenia adalah membahas mengenai dampak kognitif
kombinasi antara AGP + AGK + antikolinergik, mengemukakan bahwa efek
Antimuskarinik yaitu Clozapin + RSP + samping mungkin tidak muncul dari satu
TFP + THP sebanyak 10 pasien (19,23%), agen dengan efek antikolinergik yang kuat,
dimana Clozapin dan RSP (Risperidon) namun akibat dari akumulasi beberapa
adalah antipsikotik generasi pertama dan obat dengan berbagai tingkat efek
TFP (Trifluopherazin) adalah antipsikotik antikolinergik(8) dan demikian pula, efek
generasi kedua, serta THP antikolinergik tampaknya tidak terkait
(Triheksifenidil) yang merupakan dengan dosis masing-masing obat.(16)
golongan obat antimuskarinik diresepkan Salah satu gangguan kognitif yang
untuk mengurangi efek samping yang sering terjadi pada pasien lanjut usia
biasa ditimbulkan oleh obat antipsikotik. adalah demensia. Demensia dapat
Penggunaan terapi kombinasi ini diartikan sebagai suatu penurunan
digunakan karena pada dasarnya kemampuan intelektual yang dapat
antipsikotik generasi pertama hanya menyebabkan perubahan perilaku,
memperbaiki gejala positif dari gangguan pada kehidupan sosial, serta
skizofrenia, namun umumnya tidak gangguan pada aktivitas sehari-hari.(17)
memperbaiki gejala negatif. Sedangkan Selain faktor usia, demensia juga dapat
antipsikotik generasi kedua dapat diakibatkan oleh penggunaan obat
memperbaiki gejala positif dan negatif dari antikolinergik dalam jangka waktu yang
skizofrenia.(15) panjang. Antikolinergik bekerja dengan
Obat-obat yang memiliki efek memblokir neurotransmitter yang disebut
antikolinergik dapat diklasifikasikan asetilkolin yang membawa sinyal otak
berdasarkan skala level efek antikolinergik untuk mengendalikan otot. Antikolinergik
dengan skala 0 sampai 3. Berdasarkan data untuk depresi seperti amitriptyline,
yang telah didapat, terdapat 11 obat yang dosulepin, dan paroxetine memiliki resiko
sering diresepkan dan memiliki efek lebih tinggi terhadap demensia, bahkan
antikolinergik seperti pada tabel 3. Tabel 3 ketika digunakan hingga 20 tahun
menunjukkan bahwa terdapat masing- sebelumnya.(18)
masing 3 (27,27%) dari 11 obat yang Tabel 5. Efek dan Gejala Lainnya Setelah
paling sering diresepkan memiliki level 0 Pengobatan
dan 1. Level 3 terdapat 5 obat (45,46%) N = 52
Efek Samping dan Gejala
dari total obat yang paling sering Jumlah Persentase
Lainnya
diresepkan sehingga obat dengan level 3 Pasien (%)
memiliki kontribusi paling besar dalam Sulit Tidur 18 34,62
meningkatkan nilai anticholinergic Ekstrapiramidal 6 11,54
burden. Sakit pinggang, kaki,
2 3,85
Berdasarkan tabel 4 beban tulang, seluruh badan
antikolinergik tertinggi adalah sebesar 14 Demensia/Alzeimer 5 9,61
dengan jumlah pasien sebanyak 1 pasien Bingung 7 13,46
(1,92%). Beban antikolinergik terbanyak Gangguan Persepsi 3 5,77
Sensori/Halusinasi antikolinergik dapat meningkatkan skor
Hipertensi 2 3,85 anticholinergic burden. Persentase pasien
psikogeriatri dengan skor anticholinergic
Psikotik 2 3,85
burden di atas 3 sebesar 100% dan di
Depresi 1 1,92 bawah 3 sebesar 0% dengan skor
akumulasi terendah adalah 4 sebesar
Pada tabel 5 efek yang paling dominan 3,85% serta persentase terendah sebesar
terjadi adalah sulit tidur sebanyak 18 1,92% dengan skor akumulasi sebesar 12
pasien (34,62%). Kejadian ekstrapiramidal dan 14. Peningkatan skor anticholinergic
sebanyak 6 pasien (11,54%) dan burden diperkirakan memiliki potensi
kebingungan sebanyak 7 pasien (13,46%), dalam meningkatkan gangguan fungsi
demensia dengan tipe alzeimer sebanyak 5 kognitif pada pasien psikogeriatri berupa
pasien (9,61%), serta halusinasi sebanyak demensia sebesar 9,61%.
3 pasien (5,77%), kejadian hipertensi dan
psikotik masing-masing sebanyak 2 pasien Referensi
(3,85%), serta depresi sebanyak 1 pasien
(1,92%). 1. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku
Penelitian Ikawati dan Rahmawati ajar psikiatri. Jakarta: Badan
menyatakan bahwa pasien yang Penerbit Fakultas Kedokteran
menggunakan obat antikolinergik memiliki Universitas Indonesia; 2013.
resiko 19,63 kali lebih besar untuk 2. Chang WC, Wong CSM, Chen
mengalami penurunan fungsi kognitif EYH, Lam LCW, Chan WC, Kin
dibandingkan dengan pasien yang tidak RN, Hung SF, et al. Lifetime
menggunakan obat antikolinergik.(19) Prevalence and Correlates of
Penelitian Lupitaningrum dan Rahmawati
Schizophrenia-Spectrum,
juga menyatakan bahwa pasien geriatri
Affective, and Other Non-
yang menggunakan obat antikolinergik
Affective Psychotic Disorders in
memiliki resiko terjadinya penurunan
fungsi kognitif sebesar 1,1 dibandingkan the Chinese Adult Population.
dengan pasien geriatri yang tidak Schizophrenia Bulletin, Oxford
menggunakan obat antikolinergik.(20) University Press. 2017.
Berdasarkan penelitian ini diperkirakan 3. Kementerian Kesehatan RI.
sebesar 9,61% pasien skizofrenia yang RISKESDAS. Jakarta: Badan
memiliki beban antikolinergik yang tinggi Penelitian dan Pengembangan
berpotensi akan mengalami penurunan Kesehatan Kemenkes RI; 2018.
fungsi kognitif seperti demensia. Namun 4. Patel KR, Cherian J, Gohil K, and
untuk lebih memastikan apakah benar Atkinson D. Schizophrenia :
beban antikolinergik dapat mempengaruhi Overview and Treatment Options.
fungsi kognitif maka harus dilakukan Journal Pharmaceutical and
penelitian yang lebih mendalam oleh para Theapeutics. 2014 Sept;39 (9):638-
tenaga medis yang bersangkutan.
645
5. Stroup TS, Gray N. Management
Kesimpulan of common adverse effects of
antipsychotic medications. World
Penggunaan antipsikotik dengan
Psychiatry. 2018;17:341–356.
kombinasi lebih dari 2 obat dengan efek
6. Kersten H, Wyller TB. yang-bisa-meningkatkan-risiko-
Anticholinergic Drug Burden in demensia.
Older People’s Brain - How well is 16. Carnahan, Lund, Perry, Pollock, &
Culp. (2006). The anticholinergic
it Measured? Basic Clin
drug scale as a measure of drug-
Pharmacol Toxicol. 2014; 114(2): related anticholinergic burden:
151-159. doi: 10.1111/bcpt. 12140. Associations with Serum
7. Mintzer J, Burns A. anticholinergic activity. J
Anticholinergic side-effects of ClinPharmacol, 46(12).
drugs in elderly people. J R Soc https://doi.org/10.1177/009127000
Med. 2000; 93 (9):457±62. PMID: 6292126.
17. Levine R. Defying Dementia :
11089480.
Understanding and Preventing
8. Campbell N, Boustani M, Limbil
Alzheimer’s. Praeger Publishers;
T, Ott C, Fox C, Maidment I, et al.
2006. 235 p.
The cognitive impact of
18. Gakken Indonesia. https://gakken-
anticholinergics: a clinical review.
idn.id/articles/antikolinergik-obat-
ClinInterv Aging. 2009; 4:225±33.
yang-bisa-meningkatkan-risiko-
PMID: 19554093. demensia. diakses pada 28 januari
9. Departemen Kesehatan. Pedoman 2020.
penggolongan dan diagnosis 19. Ikawati Nurlena, Rahmawati Fita.
gangguan jiwa di Indonesia iii.
Pengaruh Penggunaan Obat
Jakarta: Departemen Kesehatan;
2004. Antikolinergik Terhadap
10. Agung Wahyudi Arulita Ika Penurunan Kognitif pada Pasien
Fibriana. Faktor Resiko Terjadinya Geriatri di Rumah Sakit Kota
Skizofrenia (Studi Kasus di Surakarta. Jurnal Manajemen dan
Wilayah Kerja Puskesmas Pati II). Pelayanan Farmasi: 2017;7(3).
Public Health Perspective Journal:
20. Lupitaningrum Dita Marina,
(2016); 1 (1).
11. Kaplan et al. Sinopsis Psikiatri. Rahmawati Fita. Pengaruh
Jilid 1. Jakarta. Binarupa Aksara Penggunaan Antikolinergik
Publisher. 2010; 701-43. Terhadap Gangguan Fungsi
12. Thorup, Anne et al. Young Males Kognitif pada Pasien Geriatri di
habe a Higher Risk of Developing Lombok Tengah, Indonesia.
Schizophrenia, Phsychological Surakarta: Universitas
Medicine Journal: 2007; Vol. 37.
Muhammadiyah.
Hlm. 479-484.
13. Yuliani Nurani dan Sujiono,
Metode Pengembangan Kognitif,
Jakarta; Universitas Terbuka 2004,
h. 23.
14. Winda Gunarti, Metode
Pengembangan Perilaku dan
Kemampuan Dasar Usia Dini,
Jakarta; Universitas Terbuka 2008,
h. 10.
15. Gakken Indonesia. Diakses tanggal
28 januari 2020. https://gakken-
idn.id/articles/antikolinergik-obat-

Anda mungkin juga menyukai