BANGKONG PONTIANAK Reny Puspita Maharani1, Ressi Susanti2, Robiyanto3 Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura renymaharani4@gmail.com ABSTRAK Pasien psikogeriatri yang menderita skizofrenia mendapatkan terapi farmakologi berupa agen antipsikotik dan golongan obat antikolinergik lainnya. Efek antikolinergik yang ditimbulkan dari setiap obat masing-masing memiliki skor antikolinergik yang apabila diakumulasikan akan menghasilkan beban antikolinergik atau anticholinergic burden bagi masing-masing pasien. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil anticholinergic burden dan mengetahui dampak peningkatan skor anticholinergic burden pada penurunan fungsi kognitif pasien psikogeriatri penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Sungai Bangkong Pontianak. Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang (cross sectional). Data yang dikumpulkan berdasarkan data sekunder yaitu data rekam medis pasien. Data yang diperoleh akan diolah menggunakan aplikasi anticholinergic burden calculator. Hasil penelitian menunjukkan level antikolinergik yang paling sering digunakan adalah level 3 sebanyak 5 obat (45,46%) dengan obat yang paling sering diresepkan adalah trihexyphenidyl. Beban antikolinergik atau anticholinergic burden tertinggi adalah sebesar 14 dengan jumlah pasien sebanyak 1 pasien (1,92) dan beban antikolinergik terbanyak yang diterima pasien adalah sebesar 7 dengan jumlah pasien sebanyak 15 pasien (28,85%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah peningkatan skor anticholinergic burden memiliki dampak terhadap penurunan fungsi kognitif terutama pada demensia yang diperkirakan memiliki potensi sebesar 9,61%.
Kata kunci: Antikolinergik, Anticholinergic burden, Fungsi kognitif, Psikogeriatri
PENDAHULUAN sebesar 6,7 per seribu penduduk dan di
Kalimantan Barat adalah 7,9 per seribu Skizofrenia adalah gangguan penduduk.(3) psikotik dengan distorsi khas proses pikir, Terapi farmakologis yang waham, gangguan persepsi, afek abnormal, diberikan pada pasien skizofrenia adalah dan autisme.(1) Menurut penelitian yang agen antipsikotik yang menargetkan telah dilakukan oleh Chang et al. perubahan neurotransmitter di otak seperti prevalensi skizofrenia sebesar 1,25% dari dopamin, serotonin, norepinefrin, dan total populasi penderita gangguan (2) glutamat.(4) Antipsikotik adalah salah satu psikotik. obat yang memiliki efek antikolinergik.(5) Data RISKESDAS tahun 2018 Pasien psikogeriatri yang menyebutkan bahwa prevalensi gangguan menggunakan obat antipsikotik dengan jiwa berat atau skizofrenia di Indonesia efek antikolinergik membutuhkan perhatian khusus. Hal ini dikarenakan Hasil adanya penurunan neuron kolinergik atau Penelitian yang telah dilakukan, reseptor kolinergik yang mengakibatkan didapatkan informasi mengenai jumlah terjadinya penurunan pembentukan pasien psikogeriatri yang menderita asetilkolin secara alami pada geriatri.(6) skizofrenia berjumlah 52 pasien yang Penggunaan antipsikotik memiliki memenuhi kriteria inklusi selama periode efek berupa efek antikolinergik seperti Januari-Desember 2018. mulut kering, konstipasi, gangguan Tabel 1. Karakteristik Responden penglihatan, delirium, dan penurunan Penelitian kognitif.(7) Efek kumulatif dari antipsikotik Karakteristik N = 52
dengan efek antikolinergik disebut sebagai Jumlah Persentase
beban antikolinergik atau anticholinergic Pasien (%) burden yang berdampak buruk pada fungsi 1. Jenis Kelamin kognitif, fungsi fisik, hingga a. Laki-laki 26 50 (8) b. Perempuan 26 50 meningkatkan risiko kematian. 2. Usia Potensi setiap jenis obat ditentukan a. 60–74 tahun 49 94,23 dalam kategori level 1 (potensi rendah) b. 75-90 tahun 3 5,77 hingga level 3 (potensi tinggi). c. >90 tahun 0 0 3. Jenjang Pengukuran skala anthicholinergic burden Pendidikan dapat dianalisis dengan mengacu pada a. Tidak 15 28,84 aplikasi Anticholinergic Burden Sekolah b. SD 22 42,31 Calculator. Tujuan penelitian ini untuk c. SMP 6 11,54 mengetahui profil anticholinergic burden d. SMA 7 13,46 pada pasien psikogeriatri penderita e. Perguruan 2 3,85 Tinggi skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Sungai 4. Pekerjaan Bangkong Pontianak. a. Tidak 43 82,69 Bekerja b. Swasta/Wira 2 3,85 Metode swasta Penelitian ini adalah penelitian c. Lain-lain 7 13,46 observasional dengan pendekatan potong 5. Diagnosis Pasien a. F20.0 36 69,23 lintang (cross sectional) yang bersifat b. F20.1 1 1,92 deskriptif. c. F20.3 4 7,7 d. F20.5 10 19,23 e. F20.9 1 1,92 Sampel Penelitian Berdasarkan pada tabel 1 jenis Sampel penelitian ini adalah pasien kelamin, menunjukkan bahwa penderita geriatri rawat inap dan rawat jalan yang skizofrenia antara laki-laki dan perempuan terdiagnosa skizofrenia periode Januari- seimbang yaitu 26 pasien (50%). Desember 2018. Distribusi pasien berdasarkan usia, menunjukkan bahwa penderita terbanyak Jenis Data adalah kategori elderly yaitu usia 60-74 Data rekam medis pasien geriatri tahun sebanyak 49 pasien (94,23%). yang menderita skizofrenia dan Selanjutnya kategori old yaitu usia 75-90 mendapatkan terapi antipsikotik di Rumah tahun sebanyak 3 pasien (5,77%). Sakit Jiwa Sungai Bangkong Pontianak. Berdasarkan jenjang pendidikan terakhir 1 pasien (1,92%), skizofrenia tak terinci yang terbanyak adalah tingkat sekolah sebanyak 4 pasien (7,7%), skizofrenia dasar (SD) yaitu sebanyak 22 pasien residual sebanyak 10 pasien (19,23%) dan (42,31%) dan tidak sekolah sebanyak 15 skizofrenia tak tergolongkan sebanyak 1 pasien (28,84%). Pasien skizofrenia yang pasien (1,92%). tidak bekerja sebanyak 43 pasien Pola pengobatan untuk pasien (82,69%). Berdasarkan tipe skizofrenia, geriatri skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa skizofrenia paranoid adalah yang Sungai Bangkong Pontianak periode terbanyak dengan jumlah 36 pasien Januari-Desember 2018 dapat dilihat pada (69,23%), skizofrenia hebefrenik sebanyak tabel 2.
Tabel 2. Pola Pengobatan Skizofrenia pada Pasien Geriatri
CPZ + Donepezil + RSP + TFP + THP 1 1,92 Keterangan: AGP = Antipsikotik Generasi Pertama; AGK = Antipsikotik Generasi Kedua CPZ = Chlorpromazin HLP = Haloperidol RSP = Risperidon TFP = Trifluopherazin THP = Triheksifenidil Kombinasi terbanyak yang (53,85%) dengan kombinasi obat diresepkan oleh dokter adalah kombinasi terbanyak adalah clozapine + risperidone + antara antipsikotik golongan pertama + trifluoperazine + trihexifenidil sebanyak antipsikotik golongan kedua + 10 resep (19,23%). antimuskarinik sebanyak 28 resep Tabel 4. Persentase Total Beban Tabel 3. Persentase Penggunaan Obat Antikolinergik Berdasarkan Level Beban N = 52 N = 11 antikolinergik Jumlah Pasien Persentase (%) Level Jumlah Obat Persentase 4 2 3.85 Antikolinergik (Jenis Obat) (%) 5 5 9.61 0 3 27.27 6 2 3.85 1 3 27.27 7 15 28.85 2 0 0 3 5 45.46 8 6 11.54 9 2 3.85 10 12 23.07 11 4 7.69 12 1 1.92 13 2 3.85 14 1 1.92
Pada tabel 3 dan 4 menunjukkan orang (50%), dan pasien perempuan
banyaknya level antikolinergik yang sebanyak 26 orang (50%). Hasil ini tidak digunakan dan beban antikolinergik yang sejalan dengan beberapa penelitian salah diterima setiap pasien. Berdasarkan tabel 4 satunya penelitian yang dilakukan oleh level 3 adalah level tertinggi dari Yulianty dkk di Rumah Sakit Jiwa antikolinergik yang paling banyak Sambang Lihum, Kalimantan Selatan yang digunakan yaitu sebanyak 5 obat membuktikan bahwa dari 59 pasien terdapat penderita laki-laki sebanyak 44 (45,46%). Pada tabel 5 menunjukkan pasien (74,6%) dan penderita perempuan beban antikolinergik terbanyak yang sebanyak 15 pasien (25,4%).(9) Hal ini diterima pasien adalah sebesar 7 dengan dikarenakan adanya pengaruh jumlah pasien sebanyak 15 pasien antidopaminergik estrogen yang dimiliki (28,85%). Berdasarkan pada tabel 5 dapat oleh wanita. Estrogen memiliki efek pada dilihat bahwa efek antikolinergik yang aktivitas dopamin di nukleus akumben paling sering dialami pasien adalah susah dengan cara menghambat pelepasan tidur sebanyak 18 pasien (34,62%). dopamin. Peningkatan jumlah reseptor Kebingungan sebanyak 7 pasien (13,46%), dopamin di nukleus kaudatus, akumben, ekstrapiramidal sebanyak 6 pasien dan putamen merupakan etiologi penyebab (11,54%) dan demensia dengan tipe terjadinya skizofrenia.(10) alzeimer sebanyak 5 pasien (9,61%). Distribusi pasien geriatri berdasarkan usia menurut World Health Pembahasan Organization (WHO) dibagi menjadi tiga Berdasarkan pada tabel 1, kategori yaitu elderly sekitar 60–74 tahun, didapatlah pasien laki-laki sebanyak 26 lansia tua (old) antara 75–90 tahun, dan lansia sangat tua (very old) yang berumur serta pedagang masing-masing sebanyak 1 diatas 90 tahun. Merujuk pada tabel 1 pasien (1,92%). Sejalan dengan penelitian pasien terbanyak adalah pada kategori yang dilakukan Wahyudi dan Fibriana elderly sebanyak 49 pasien (94,23%) dan bahwa sampel dengan status tidak bekerja kategori lansia tua (old) sebanyak 3 pasien memiliki faktor risiko 3,385 kali untuk (5,77%). Hasil ini sesuai dengan penelitian terkena skizofrenia dibandingkan dengan Prasetyo dkk di RSJ DR. Radjiman yang memiliki status bekerja, hal ini Wediodiningrat, dimana kategori usia disebabkan karena pasien yang tidak terbanyak pada psikogeriatri adalah pada bekerja dapat menimbulkan stress, depresi rentang usia 60-69 tahun sebanyak 45 dan melemahnya kondisi kejiwaan orang (86,5%) dan rentang usia > 70 tahun seseorang sebab orang yang tidak bekerja sebanyak 7 orang (13,5%).(11) mengakibatkan rasa ketidakberdayaan dan Berdasarkan data jenjang optimis terhadap masa depan.(12,13) pendidikan terakhir dari pasien yang tidak Terdapat beberapa tipe skizofrenia mengenyam pendidikan sejumlah 15 diantaranya adalah skizofrenia tipe pasien (28,84%). Jenjang pendidikan paranoid, skizofrenia tipe hebefrenik, terakhir pasien skizofrenia yang skizofrenia tipe katatonik, skizofrenia tak berpendidikan SD sebanyak 22 pasien terinci, depresi pasca skizofrenia, (42,31%). Pendidikan SMP sebanyak 6 skizofrenia residual, skizofrenia simpleks, pasien (11,54%), SMA sebanyak 7 pasien skizofrenia lainnya, dan skizofrenia yang (13,46%) dan jenjang pendidikan tak tergolongkan. Berdasarkan data yang perguruan tinggi sebanyak 2 pasien diperoleh dari data rekam medis di Rumah (3,85%). Hal ini sesuai dengan data yang Sakit Jiwa Sungai Bangkong Pontianak dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik hanya ada 5 dari 9 tipe yang paling sering tahun 2018 mengenai tingkat pendidikan dijumpai pada pasien geriatri. Skizofrenia lansia di Indonesia yang menyebutkan paranoid adalah yang paling sering terjadi bahwa 29,08% penduduk lansia memiliki dengan jumlah terbesar yaitu sebanyak 36 ijazah SD dan 34,68% tidak tamat SD. pasien (69,23%). Skizofrenia paranoid Sejalan dengan penelitian Wahyudi dan adalah skizofrenia yang paling banyak Fibriana yang menyatakan bahwa tidak ditemui di Rumah Sakit Jiwa Sungai adanya hubungan antara tingkat Bangkong Pontianak, hal ini sesuai dengan pendidikan dengan angka kejadian pernyataan dari International skizofrenia. Namun, perhitungan risk Classification of Diseases (ICD) 10 edisi estimate didapatkan bahwa sampel yang revisi tahun 2007 berdasarkan memiliki tingkat pendidikan rendah epidemiologi tipe skizofrenia, tipe memiliki risiko 1,886 kali untuk terjadinya paranoid adalah yang paling banyak penyakit skizofrenia dibandingkan dengan dijumpai di dunia. Hingga saat ini yang memiliki tingkat pendidikan penyebab munculnya skizofrenia paranoid (12) tinggi. masih belum dapat diketahui secara pasti. Pada tabel 1 persentase pasien yang Namun, diduga kelainan pada otak dan tidak bekerja sangat besar hingga sistem transmisi saraf, serta kelainan mencapai 82,69% atau sebanyak 43 sistem kekebalan tubuh juga berperan pasien. Penghasilan tertinggi dari pasien dalam menimbulkan skizofrenia.(14) adalah sebagai pensiunan yaitu sebanyak 3 Penggunaan terapi kombinasi pasien (5,77%). Pekerja swasta sebanyak 2 antara antipsikotik golongan pertama dan pasien (3,85%) dan buruh, PNS, petani, antipsikotik golongan kedua adalah terapi yang paling banyak diresepkan di Rumah adalah sebesar 7 dengan total pasien Sakit Jiwa Sungai Bangkong Pontianak sebanyak 15 pasien (28,85%) dan angka seperti pada tabel 2. Berdasarkan data 10 adalah beban antikolinergik terbesar yang diperoleh dari data rekam medis, kedua dengan pasien sebanyak 12 pasien kombinasi yang paling sering diresepkan (23,07%). Suatu penelitian yang pada pasien geriatri skizofrenia adalah membahas mengenai dampak kognitif kombinasi antara AGP + AGK + antikolinergik, mengemukakan bahwa efek Antimuskarinik yaitu Clozapin + RSP + samping mungkin tidak muncul dari satu TFP + THP sebanyak 10 pasien (19,23%), agen dengan efek antikolinergik yang kuat, dimana Clozapin dan RSP (Risperidon) namun akibat dari akumulasi beberapa adalah antipsikotik generasi pertama dan obat dengan berbagai tingkat efek TFP (Trifluopherazin) adalah antipsikotik antikolinergik(8) dan demikian pula, efek generasi kedua, serta THP antikolinergik tampaknya tidak terkait (Triheksifenidil) yang merupakan dengan dosis masing-masing obat.(16) golongan obat antimuskarinik diresepkan Salah satu gangguan kognitif yang untuk mengurangi efek samping yang sering terjadi pada pasien lanjut usia biasa ditimbulkan oleh obat antipsikotik. adalah demensia. Demensia dapat Penggunaan terapi kombinasi ini diartikan sebagai suatu penurunan digunakan karena pada dasarnya kemampuan intelektual yang dapat antipsikotik generasi pertama hanya menyebabkan perubahan perilaku, memperbaiki gejala positif dari gangguan pada kehidupan sosial, serta skizofrenia, namun umumnya tidak gangguan pada aktivitas sehari-hari.(17) memperbaiki gejala negatif. Sedangkan Selain faktor usia, demensia juga dapat antipsikotik generasi kedua dapat diakibatkan oleh penggunaan obat memperbaiki gejala positif dan negatif dari antikolinergik dalam jangka waktu yang skizofrenia.(15) panjang. Antikolinergik bekerja dengan Obat-obat yang memiliki efek memblokir neurotransmitter yang disebut antikolinergik dapat diklasifikasikan asetilkolin yang membawa sinyal otak berdasarkan skala level efek antikolinergik untuk mengendalikan otot. Antikolinergik dengan skala 0 sampai 3. Berdasarkan data untuk depresi seperti amitriptyline, yang telah didapat, terdapat 11 obat yang dosulepin, dan paroxetine memiliki resiko sering diresepkan dan memiliki efek lebih tinggi terhadap demensia, bahkan antikolinergik seperti pada tabel 3. Tabel 3 ketika digunakan hingga 20 tahun menunjukkan bahwa terdapat masing- sebelumnya.(18) masing 3 (27,27%) dari 11 obat yang Tabel 5. Efek dan Gejala Lainnya Setelah paling sering diresepkan memiliki level 0 Pengobatan dan 1. Level 3 terdapat 5 obat (45,46%) N = 52 Efek Samping dan Gejala dari total obat yang paling sering Jumlah Persentase Lainnya diresepkan sehingga obat dengan level 3 Pasien (%) memiliki kontribusi paling besar dalam Sulit Tidur 18 34,62 meningkatkan nilai anticholinergic Ekstrapiramidal 6 11,54 burden. Sakit pinggang, kaki, 2 3,85 Berdasarkan tabel 4 beban tulang, seluruh badan antikolinergik tertinggi adalah sebesar 14 Demensia/Alzeimer 5 9,61 dengan jumlah pasien sebanyak 1 pasien Bingung 7 13,46 (1,92%). Beban antikolinergik terbanyak Gangguan Persepsi 3 5,77 Sensori/Halusinasi antikolinergik dapat meningkatkan skor Hipertensi 2 3,85 anticholinergic burden. Persentase pasien psikogeriatri dengan skor anticholinergic Psikotik 2 3,85 burden di atas 3 sebesar 100% dan di Depresi 1 1,92 bawah 3 sebesar 0% dengan skor akumulasi terendah adalah 4 sebesar Pada tabel 5 efek yang paling dominan 3,85% serta persentase terendah sebesar terjadi adalah sulit tidur sebanyak 18 1,92% dengan skor akumulasi sebesar 12 pasien (34,62%). Kejadian ekstrapiramidal dan 14. Peningkatan skor anticholinergic sebanyak 6 pasien (11,54%) dan burden diperkirakan memiliki potensi kebingungan sebanyak 7 pasien (13,46%), dalam meningkatkan gangguan fungsi demensia dengan tipe alzeimer sebanyak 5 kognitif pada pasien psikogeriatri berupa pasien (9,61%), serta halusinasi sebanyak demensia sebesar 9,61%. 3 pasien (5,77%), kejadian hipertensi dan psikotik masing-masing sebanyak 2 pasien Referensi (3,85%), serta depresi sebanyak 1 pasien (1,92%). 1. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Penelitian Ikawati dan Rahmawati ajar psikiatri. Jakarta: Badan menyatakan bahwa pasien yang Penerbit Fakultas Kedokteran menggunakan obat antikolinergik memiliki Universitas Indonesia; 2013. resiko 19,63 kali lebih besar untuk 2. Chang WC, Wong CSM, Chen mengalami penurunan fungsi kognitif EYH, Lam LCW, Chan WC, Kin dibandingkan dengan pasien yang tidak RN, Hung SF, et al. Lifetime menggunakan obat antikolinergik.(19) Prevalence and Correlates of Penelitian Lupitaningrum dan Rahmawati Schizophrenia-Spectrum, juga menyatakan bahwa pasien geriatri Affective, and Other Non- yang menggunakan obat antikolinergik Affective Psychotic Disorders in memiliki resiko terjadinya penurunan fungsi kognitif sebesar 1,1 dibandingkan the Chinese Adult Population. dengan pasien geriatri yang tidak Schizophrenia Bulletin, Oxford menggunakan obat antikolinergik.(20) University Press. 2017. Berdasarkan penelitian ini diperkirakan 3. Kementerian Kesehatan RI. sebesar 9,61% pasien skizofrenia yang RISKESDAS. Jakarta: Badan memiliki beban antikolinergik yang tinggi Penelitian dan Pengembangan berpotensi akan mengalami penurunan Kesehatan Kemenkes RI; 2018. fungsi kognitif seperti demensia. Namun 4. Patel KR, Cherian J, Gohil K, and untuk lebih memastikan apakah benar Atkinson D. Schizophrenia : beban antikolinergik dapat mempengaruhi Overview and Treatment Options. fungsi kognitif maka harus dilakukan Journal Pharmaceutical and penelitian yang lebih mendalam oleh para Theapeutics. 2014 Sept;39 (9):638- tenaga medis yang bersangkutan. 645 5. Stroup TS, Gray N. Management Kesimpulan of common adverse effects of antipsychotic medications. World Penggunaan antipsikotik dengan Psychiatry. 2018;17:341–356. kombinasi lebih dari 2 obat dengan efek 6. Kersten H, Wyller TB. yang-bisa-meningkatkan-risiko- Anticholinergic Drug Burden in demensia. Older People’s Brain - How well is 16. Carnahan, Lund, Perry, Pollock, & Culp. (2006). The anticholinergic it Measured? Basic Clin drug scale as a measure of drug- Pharmacol Toxicol. 2014; 114(2): related anticholinergic burden: 151-159. doi: 10.1111/bcpt. 12140. Associations with Serum 7. Mintzer J, Burns A. anticholinergic activity. J Anticholinergic side-effects of ClinPharmacol, 46(12). drugs in elderly people. J R Soc https://doi.org/10.1177/009127000 Med. 2000; 93 (9):457±62. PMID: 6292126. 17. Levine R. Defying Dementia : 11089480. Understanding and Preventing 8. Campbell N, Boustani M, Limbil Alzheimer’s. Praeger Publishers; T, Ott C, Fox C, Maidment I, et al. 2006. 235 p. The cognitive impact of 18. Gakken Indonesia. https://gakken- anticholinergics: a clinical review. idn.id/articles/antikolinergik-obat- ClinInterv Aging. 2009; 4:225±33. yang-bisa-meningkatkan-risiko- PMID: 19554093. demensia. diakses pada 28 januari 9. Departemen Kesehatan. Pedoman 2020. penggolongan dan diagnosis 19. Ikawati Nurlena, Rahmawati Fita. gangguan jiwa di Indonesia iii. Pengaruh Penggunaan Obat Jakarta: Departemen Kesehatan; 2004. Antikolinergik Terhadap 10. Agung Wahyudi Arulita Ika Penurunan Kognitif pada Pasien Fibriana. Faktor Resiko Terjadinya Geriatri di Rumah Sakit Kota Skizofrenia (Studi Kasus di Surakarta. Jurnal Manajemen dan Wilayah Kerja Puskesmas Pati II). Pelayanan Farmasi: 2017;7(3). Public Health Perspective Journal: 20. Lupitaningrum Dita Marina, (2016); 1 (1). 11. Kaplan et al. Sinopsis Psikiatri. Rahmawati Fita. Pengaruh Jilid 1. Jakarta. Binarupa Aksara Penggunaan Antikolinergik Publisher. 2010; 701-43. Terhadap Gangguan Fungsi 12. Thorup, Anne et al. Young Males Kognitif pada Pasien Geriatri di habe a Higher Risk of Developing Lombok Tengah, Indonesia. Schizophrenia, Phsychological Surakarta: Universitas Medicine Journal: 2007; Vol. 37. Muhammadiyah. Hlm. 479-484. 13. Yuliani Nurani dan Sujiono, Metode Pengembangan Kognitif, Jakarta; Universitas Terbuka 2004, h. 23. 14. Winda Gunarti, Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Usia Dini, Jakarta; Universitas Terbuka 2008, h. 10. 15. Gakken Indonesia. Diakses tanggal 28 januari 2020. https://gakken- idn.id/articles/antikolinergik-obat-