Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Ariella Levina Bella

Kelas : XI-IPS1

IDENTITAS NOVEL MILEA SUARA DARI DILAN

1. Judul novel : Cinta Tak Selamanya Indah

2. Nama Penulis : Pidi BaiQ

3. Penerbit : Pastel BOOKS 

4. Cetakan : Cetakan I

5. Tahun Terbit : 2016

6. Tebal halaman : 367 halaman

7. ISBN : 978-602-0851-56-3

A. SINOPSIS NOVEL
     

Pidi Baiq adalah penulis buku dan novel, dosen, ilustrator, komikus, musisi, dan
pencipta lagu yang lahir di Bandung, 8 Agustus 1972. Namanya mulai dikenal melalui grup
band The Panas Dalam yang didirikan 1995.  Dia makin dikenal para pencinta karya sastra
bergenre humor melalui novel Dilan  bagian 1 terbit 1994, Dilan bagian 2 terbit 2015 dan
Dilan bagian 3 terbit tahun 2016.

                Sebelumnya juga dia menerbitkan novel lain, diantaranya adalah Drunken Monster
2008, Drunken Molen 2008, dan Drunken Mama 2009.

Dilan bagian 3 ini merupakan salah satu novel trilogi Dilan. Bagian ini menceritakan sosok
Milea di mata Dilan. Berawal dari harmonisnya hubungan Dilan dengan Milea, Dilan dengan
keluarganya, Milea dengan keluarganya, dan antarkelurga mereka. kemudian terjadi peristiwa
yang memicu konflik yaitu kematian Akew, sahabat Dilan akibat dikeroyok orang tak
dikenal. Milea berpikir bahwa itu imbas dari keikutsertaan  Dilan dkk di geng motor. Milea
ingin Dilan keluar dari geng motor tersebut. Namun Dilan yang sedang dilanda
kemaraharahan dan kesedihan atas kematian sahabatnya diikat dalam rasa solidaritas ingin
balas dendam. Dalam keadaan bingung  dan galau Dilan butuh orang yang mengerti dirinya,
tetapi Milea justru memutuskan sepihak.
                Diantara Dilan dan Milea terjadi kesalahpahaman yang tidak disadari mereka yang
justru membuat mereka semakin jauh. Dilan menyangka bahwa Milea sudah mempunyai
pacar baru dan tak mau menggangu hubungan Milea dengan Gunar. Gunar yang selalu
bersama Milea di  bimbingan belajar. Padahal Gunar hanya teman biasa, malah Milea
dilabrak oleh pacar Gunar. Milea menjauhi Gunar meski Gunar tak mau. Milea menyangka
Dilan sudah punya pacar baru ketika pada pemakaman ayah Dilan ada wanita yang
mendampingi Dilan dan ada yang menginformasikan bahwa itu pacar Dilan. Milea tidak mau
merusak hubungan Dilan dengan wanita tersebut. Padahal wanita tersebut adalah sodara 
Dilan.

                Dilan dan Milea menjalani kehidupan masing-masing. Dilan kuliah di Bandung 
sedangkan Milea kuliah di Jakarta. Mereka bertemu kembali di tempat magang Dilan di
Jakarta tetapi mereka sudah mempunyai pasangan masing-masing. Milea bukan dengan
Gunar tapi dengan Mas Hendi. Dilan tidak dengan wanita di pemakaman tapi dengan Acika,
siswa kelas 2 SMA. Hubungan Dilan dan Milea cair kembali dibahas dalam bab 18 Telepon.

Sistematika novel ini berbeda dengan kebiasaan novel umumnya, biasanya novel  langsung
pada bab judul. Di novel ini secara runtun bagiannya terdiri atas pendahuluan, isi (yang
terdiri atas 18 judul), dan penutup. Hal ini seolah-olah penulis ingin menginformasikan di
awal runtunan cerita yang akan disampaikan. Sebelum kita baca ke  judul pun disuguhkan
gambar tokoh yang mendukung cerita, ada 34 tokoh yang terlibat. Sekali lagi penulis
berusaha menyampaikan informasi di awal agar pembaca mudah mengikuti alur.

                Hal yang menarik lainnya dari novel setebal 357 halaman ini terdapat 12 ilustrasi
gambar yang menarik untuk mendukung cerita yang tersebar pada 14 bab kecuali pada bab 4,
11, 12, 13, 15, dan 20. Ilustrasi gambar tersebut sangat membantu pemahaman pembaca,
seperti pada pada bab 2 yang berjudul Aku terdapat gambar Bunda, Aku dan Disa. Dan pada
bab 6 Ditangkap Polisi digambarkan mobil polisi yang akan menggerebeg rumah Burhan,
yang disana sudah berkumpul teman-teman Dilan yang sedang berduka atas kematian Akew,
sahabatnya akibat diserang oleh kelompok tak dikenal. Dalam perkembangannya Akew
hanya korban salah sasaran dari 2 kelompok kampung yang berseteru. Dia sedang nongkrong
dengan 2 pemuda kampung A ketika pemuda kampun B datang kedua pemuda lari sedang
Akew tak ikut lari karena menang dia tidak tahu permasalahnnya. Jadilah dia dikeroyok oleh
pemuda kelompok B hingga babak belur dan tewas di tempat.

                Di beberapa bab terdapat  puisi yang dapat dikelompokkan menjadi puisi Dilan
untuk Milea sebanyak 11 puisi. kedua, puisi Milea untuk Dilan sebanyak 4 puisi yang berisi
ratapan rindu Milea terhadap Dilan. Ketiga, puisi Dilan menanggapi pergaulannya dengan
judul bajingan. Dan hanya satu  puisi Dilan untuk Acika yang justru membuktikan  bahwa
Dilan sudah memberikan hati dan pikirannya untuk Acika tidak lagi kepada Milea. Dilan
sudah menyadari bahwa diantara Dilan dan Milea sudah mempunyai jalan yang berbeda
sudah mempunyai kebahagaian sendiri dengan pasangannya. Senada dengan tema novel ini
bahwa putus cinta bukan akhir segalanya.

                Penggunaan bahasa yang ringan disertai dengan rasa humor tersa dalam novel ini
meskipun berlatar pergaulan anak motor. Banyak penggunaan bahasa sunda dalam
percakapan mereka. Ada salah satu istilah yang membuat pembaca tersenyum yaitu pada
halaman 251 percakapan Dilan dengan Apud. “Teu boga bujal sigana mah,” ( Kayaknya dia
itu tidak punya pusar).  jawab Apud. “Kenapa?” “Kuda pan teu boga bujal jadi  teu capean, “
jawab Apud. (“Kuda kan gak punya pusar, makanya kuda gak pernah capek). Selain basa
Sunda digunakan juga bahasa Jawa dalam percakapan antara Yani dengan Dilan di Yogya
yang terdapat pada bab ke-13 Jogja. Terdapat pula istilah bahasa Belanda pada halaman 190
“Zorg dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd” yang artinya coba usahakan bila aku
datang kembali , di tempat ini sudah dibangun sebuah kota.

Banyak pelajaran hidup dari novel ini, diantaranya adalah solidaritas dan toleransi kepada
teman dan sahabat harus tetap terjaga. Kedua, kesadaran untuk mengubah diri ke arah yang
lebih baik harus terbangun   dari diri sendiri dulu, bukan dari orang lain. Ketiga, tidak baik
berprasangka, lebih baik cari kejelasan   informasi yang didapat agar tidak menyesal
kemudian. Terakhir, hargai keputusan atau pilihan  yang diambil orang lain, jangan rusak
kebahagian atas pilihannya.

                Penulis menggambarkan latar Kota Bandung tahun 90-an dengan apik dan
romantisme kotanya terasa bagi pembaca yang pernah tinggal di Bandung tahun 90-an.
Membangkitkan kembali kenangan-kenangan keadaan Kota Bandung tahun 90-an yang
kendaraan masih jarang, belum macet seperti sekarang dan masih banyak daerah resapan air
yang membuat sejuk udara bandung. Bandung ngangenin pokoknya.

                Satu ganjalan dari novel ini yaitu  tokoh Aku (Dilan) yang penokohannya sangat
sempurna untuk seorang tokoh utama.

                Jika kalian penasaran dengan kehidupan remaja tahun 90-an, novel ini cocok untuk
kalian jadikan referensi bacaan.

Anda mungkin juga menyukai