Anda di halaman 1dari 5

TOLERANSI BERAGAMA

Disusun oleh :
Akhmad Adi Darmawan/NIM:30402000027

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN


AGUNG SEMARANG
Jl. Kaligawe Raya No.KM, RW.4, Terboyo Kulon, Kec. Genuk,
Kota Semarang, Jawa Tengah 50112
TAHUN AJARAN 2020/2021
Kata pengantar
Assalamu’alaikum warrahmatullulahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam

menyelesaikan makalah tepat waktu, Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan

mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan

kepada Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-nya sehingga

makalah “ TOLERANSI BERAGAMA “ dapat diselesaikan. Makalah ini dapat disusun guna

memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Tahun 2020. Penulis menyadari makalah ini masih

perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap

kritik dan saran pmebaca agar makalah ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak

kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan, maupun konten. Penulis memohon maaf.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat

Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Semarang, 11 Januari 2020


Bab 1
Pendahuluan
1.1Latar Belakang
Toleransi merupakan sikap dan mau mengakui adanya perbedaan, baik dari
suku, ras, Bahasa, adat-istiadat, budaya, bahkan agama. Agama menjadi landasan
pokok manusia yang mengajarkan bagaimana berkehidupan dengan baik dan
teratur serta terarah. Salah satunya ialah islam, agama yang mengajarkan
pemeluknya untuk bersikap toleransi terhadap siapapun. Hal demikian
sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda

“Agama yang sangat dicintai Allah ialah agama al-hanifiyyah dan al-samhah”
(H.R. Bukhari) (al-Bukhariy,2001)

Al-hanifiyyah dimaksudartikan lurus dan benar. Al-samhah dimaksudartikan


sempurna kasih sayang serta toleransi (Mursyid, 2016, p.41). Sehingga agama yang
dicintai Allah SWT ialah agama yang penuh kasih sayang dan selalu bersikap
toleransi/tenggang rasa terhadap sesama manusia, khususnya kepada pemeluk
agama yang berbeda. Sudah menjadi keharusan umat beragama untuk saling
bertoleransi. Serta menumbuhkan sikap toleransi dan penuh kasih sayang agar
tercipta kerukunan dan kenyamanan. Sikap toleransi di sini, tentunya tidak keluar
dari jalur dan garis-garis yang telah ditentukan dalam syariat agama, khususnya
berkaitan dengan kemashlatan umat beragama.
Tidak hanya islam, agama lainpun dalam ajarannya mengajarkan sikap toleransi
terhadap sesama manusia. Seperti kitab suci umat Kristiani disebutkan dalam UI
10;17-19

“(17) Sebab Tuhan, Allahmulah Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan,
Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun
menerima suap: (18) yang membela hak anak yatim dan janda dan menunjukkan
kasih-Nya kepada orang asing dengan memberikan kepadanya makanan dan
pakaian (19) Sebab itu haruslah kamu menunjukkan kasihmu kepada orang asing,
sebab kamu pun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir”. (Soru, 2015; Toleransi
Beragama Dalam Agama Kristen, 2016)

Islam mengakui hak hidup agama-agama lain, dan membenarkan para pemuluk
agama lain tersebut untuk menjalankan ajaran agama masing-masing. Di sini,
terdapat dasar ajaran Islam mengenai toleransi beragama. Toleransi tidak diartikan
sebagai sikap masa bodoh terhadap agamanya, atau bahkan tidak perlu
mendakwahkan ajaran kebenaran yang diyakininya itu. Oleh karena itu, setiap
orang yang beriman senantiasa terpanggil untuk menyampaikan kebenaran yang
diketahui dan diyakininya , tetapi harus berpegang teguh pada etika dan tata krama
sosial, serta tetap menghargai hak-hak individu untuk menentukan pilihan
hidupnya masing-masing secara sukarela. Sebab,pada hakikatnya hanya ditangan
Tuhanlah pengadilan atau penilaian sejati akan dilaksanakan. Pengakuan akan
adanya kebeneran yang dianut memang harus dipertahankan. Tetapi, pengakuan itu
harus memberi tempat pula pada agama lain sebagai sebuah kebenaran yang diakui
secara mutlak oleh para pemeluknya.
Islam merupakan agama termuda dalam tradisi Ibrahimi. Pemahaman diri Islam
sejak kelahirannya pada abad ke-7 sudah melibatkan unsur kritis pluralisme, yaitu
hubungan Islam dengan agama lain. Melacak akar-akar pluralisme dalam islam,
berarti ingin menunjukkan bahwa agama Ibrahimi termuda ini sebenarnya bisa
mengungkap diri dalam suatu dunia agama pluralistis. Islam mengakui dan
menilainya secara kritis, tapi tidak pernah menolaknya atau menganggapnya salah.
Sejak kelahirannya, memang Islam sudah berada di tengah-tengan budaya dan
agama-agama lain. Nabi Muhammad SAW, Ketika menyiarkan agama Islam sudah
mengenal banyak agama semisal Yahudi dan Kristen. Didalam Al-Qur’an pun
banyak ditemukan rekaman kontak Islam serta kaum muslimin dengan komunitas-
komunitas (masyarakat) agama yang ada disana. Perdagangan yang dilakukan
bangsa Arab pada waktu itu ke Syam, Irak, Yaman, dan Ethiopia, dan posisi kota
Mekah sebagai pusat transit perdagangan yang menghubungkan daerah-daerah di
sekeliling jazirah Arab membuat budaya Bizantium, Persia, Mesir, dan Ethiopia,
menjadikan agama-agama yang ada di wilayah Timur Tengan dan sekitarnya, tidak
asing lagi bagi Nabi Muhammad SAW

Anda mungkin juga menyukai