Anda di halaman 1dari 17

PROSES ADAPTASI MAHASISWA STAI PERSIS BANDUNG

YANG BERBEDA KEBUDAYAAN

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Mengikuti Seminar Ujian Proposal Skripsi
Pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Persis Bandung

Oleh:
Ani Nurhayati

NIM: 19.02.1483

BANDUNG
1443 H/2022 M
A. Latar Belakang Masalah

Secara geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan dengan banyak

penduduk yang heterogen dalam berbagai aspek, antara lain keanekaragaman suku,

bangsa, agama, bahasa, dan adat istiadat. Keanekaragaman ini melahirkan

kebudayaan yang berbeda di setiap daerahnya, yang pada akhirnya menjadi ciri

khas dari daerah tersebut. Sebagai contoh, cara berkomunikasi manusia di daerah

A dan B dengan background budaya yang berbeda akan meminbulkan pola

komunikasi yang beragam.

Pada hakikatnya, manusia ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik.

Oleh karena itu, tak sedikit manusia yang memilih untuk pindah dari daerah tempat

lahir mereka ke daerah lain yang mereka anggap lebih baik. Secara lahiriah,

manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan selalu

bergantung pada bantuan orang lain, terlebih lagi di daerah yang baru mereka

tempati. Oleh karena itu, ketika seseorang memutuskan untuk meninggalkan tanah

kelahiran mereka dan berpindah ke daerah yang lain, maka mereka akan mengalami

proses adaptasi kebudayaan.

Budaya yang seseorang bawa dari daerah kelahirannya telah melekat pada

dirinya sejak ia bayi hingga dewasa. Kebudayaan suatu daerah berpengaruh

terhadap cara berpikir, berperilaku, berinteraksi, dan berkomunikasi dengan orang

lain. Oleh sebab itu, jika seseorang berada di lingkungan yang berbeda kebudayaan

dengan daerah kelahirannya, ia tidak mampu beradaptasi secara langsung dengan

lingkungannya yang baru.

1
Budaya yang ia kenal sejak lahir akan terbawa oleh dirinya ke

lingkungannya yang baru. Sehingga ketika seseorang tersebut berinteraksi dengan

penduduk asli di daerah tersebut, mereka harus saling memahami budaya masing-

masing, agar tercipta proses komunikasi yang baik.

Ketika seseorang berpindah tempat tinggal ke lingkungan yang berbeda

kebudayaan maka akan terjadi proses perubahan sosial yang meliputi difusi,

asimilasi, dan akulturasi.

Difusi adalah suatu proses meluasnya unsur-unsur kebudayaan dari suatu

wilayah ke wilayah lainnya. Jadi, ketika seseorang berpindah tempat tinggal, ia

akan menyebarkan kebudayaannya dengan meniru kebudayaan lokal yang ada.

Sebagai contoh: ketika orang Padang membuka warung nasi di Jawa Barat yang

merupakan suku sunda.

Asimilasi merupakan peralihan budaya yang ditandai dengan meleburnya

dua kebudayaan secara menyeluruh sehingga ciri-ciri kebudayaan yang asli menjadi

menghilang. Dalam proses asimilasi, ketika seseorang berpindah tempat tinggal,

maka ia akan membuat sebuah kebudayaan baru yang mana merupakan

percampuran antara budaya tempat ia lahir dengan budaya tempat tinggal ia

sekarang. Sebagai contoh: musik dangdut adalah musik yang berasal dari musik

India dan musik Melayu.

2
Sementara itu, akulturasi adalah proses memasukkan suatu budaya asing ke

dalam suatu kelompok masyarakat sehingga mereka dapat menerima dan

memasukkan unsur-unsur budaya asing tersebut ke dalam budaya masyarakat lokal.

Jadi, ketika seseorang berpindah tempat tinggal, ia akan membawa kebudayaan

daerahnya untuk diterapkan di daerah tempat tinggalnya yang baru. Proses

akulturasi ini berlangsung relatif lama, karena setiap orang tidak akan mudah

menerima sebuah kebudayaan baru. Contoh dari proses akulturasi adalah ketika

seorang petani membajak sawah dengan menggunakan traktor.

Banyak faktor yang menyebabkan seseorang melalukan perpindahan tempat

tinggal, diantaranya ingin mendapatkan kehidupan yang lebih baik, lingkungan

yang tidak nyaman, status sosial, ekonomi, politik, pertambahan penduduk, dan

senang berpetualangan. Namun, salah satu faktor terbesar dalam proses

perpindahan tempat tinggal atau mugrasi adalah ingin mendapatkan kehidupan

yang lebih baik khususnya dari segi ekonomi dan pendidikan. Tidak sedikit orang

yang berada di desa atau daerah-daerah terpencil melakukan migrasi ke kota untuk

mencari lapangan pekerjaan dan mendapatkan fasilitas pendidikan yang lebih baik.

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Persis Bandung adalah sebuah

lembaga pendidikan yang termasuk Perguruan Tinggi Swasta (PTS) berbasis agama

Islam yang berada di bawah naungan Jam'iyyah Persatuan Islam (Persis). STAI

Persis Bandung didirikan atas dasar dorongan dan harapan orang-orang yang berada

di lingkungan Jam’iyyah Persis agar mempunyai lembaga perguruan tinggi.

3
Meskipun pada awal pendiriannya dilatarbelakangi untuk Jam’iyyah Persis,

tapi kini STAI Persis Bandung hadir untuk masyarakat umum diluar lingkungan

Jam’iyyah Persis. Oleh karena itu, STAI Persis Bandung banyak diminati dan

menjadi tujuan masyarakat yang berasal dari daerah-daerah terpencil untuk

melanjutkan studinya. Disamping itu, STAI Persis Bandung juga sudah

berkolaborasi dengan lembaga-lembaga pendidikan yang berada di daerah terpencil

untuk melakukan pertukaran pelajar untuk memajukan kualitas pendidikan di

daerah tersebut dan juga sebagai ajang dakwah serta penyebarluasan ajaran

Persatuan Islan yang berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah.

Mahasiswa yang mengenyam pendidikan di STAI Persis Bandung banyak

yang bersal dari luar jawa barat seperti Cilacap, Papua, Nusa Tenggara Timur

(NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), dan daerah lainnya. Adapun mahasiswa yang

berasal dari sebrang seperti Papua, NTT, dan NTB merupakan mahasiswa hasil

kolaborasi dengan lembaga pendidikan yang berada di daerah tersebut serta

memperoleh beasiswa pendidikan

Dalam proses pertukaran pelajar dan banyaknya mahasiswa yang berasal

dari luar Jawa Barat yang bersekolah di STAI Persis Bandung, terdapat proses

perubahan sosial yang mana mereka yang berasal dari luar Jawa Barat harus

beradaptasi dengan budaya setempat. Pada situasi ini terjadi proses difusi, yaitu

penyebaran unsur kebudayaan dengan meniru kebudayaan baru di lingkungan

setempat

4
Ada dua bentuk difusi yang terjadi diantara mahasiswa yang berasal dari

luar Jawa Barat dan mahasiswa asli STAI Persis Bandung, yaitu difusi

intramasyarakat dan difusi antarmasyarakat. Difusi intramasyarakat adalah

penyebaran unsur budaya antar individu atau kelompok dalam masyarakat yang

dipengaruhi beberapa faktor seperti adanya pengakuan bahwa unsur budaya baru

lebih baik dari unsur kebudayaan yang ia bawa. Difusi antarmasyarakat adalah

penyebaran unsur budaya dari satu kelompok masyarakat ke kelompok masyarakat

lainnya yang terjadi karena adanya kontak sosial antarmasyarakat hingga mengakui

kegunaan unsur budaya yang baru.

Meskipun terlihat sederhana, namun pada kenyataannya proses penyebaran

unsur kebudayaan ini memiliki banyak hambatan, seperti menutup diri dan takut

akan hal-hal baru, pesimis dalam hidup, rasa takut ketika ingin interaksi dengan

masyarakat sekitar, kurangnya hubungan dengan masyarakat lain, perbedaan

perkembangan IPTEK, dan masih banyak lagi.

Salah satu unsur yang menopang keberhasilan proses difusi adalah proses

pertukaran pesan atau komunikasi yang baik antara mahasiswa STAI Persis

Bandung dan mahasiswa luar. Ketika diantara keduanya terjadi kesepahaman pesan

antara komunikator dengan komunikan, maka antara satu sama lain akan mudah

saling memahami kebudayaan masing-masing.

Dari pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk mempelajari bagaimana

proses adaptasi yang terjadi diantara mahasiswa STAI Persis Bandung yang berasal

dari luar Bandung dengan mahasiswa lokal.

5
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan, pokok

permasalahan yang akan dipaparkan dalam penelitian ini adalah bagaimana proses

adaptasi komunikasi antarbudaya yang terjadi diantara mahasiswa STAI

Persis Bandung yang berasal dari luar Bandung dengan mahasiswa lokal.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapaun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dari penelitian ini antara

lain:

a. Untuk mengetahui proses adaptasi komunikasi antarbudaya yang terjadi

diantara mahasiswa STAI Persis Bandung yang berasal dari luar Bandung

dengan mahasiswa lokal.

b. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dialami oleh mahasiswa STAI

Persis Bandung yang berasal dari luar Bandung dengan mahasiswa lokal

dalam beradaptasi.

c. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan mahasiswa STAI Persis

Bandung yang berasal dari luar Bandung dengan mahasiswa lokal untuk

mengatasi adaptasi budaya tersebut.

2. Manfaat Peneletian

Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah:

a. Secara teoritis. Penelitian ini sebagai wadah untuk menambah dan

memperluas keilmuan penulis maupun mahasiswa Komunikasi dan

6
Penyiaran Islam mengenai Ilmu Komunikasi, khususnya Komunikasi

Antarbudaya yang dibahas dalam penelitian ini.

b. Secara praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai komunikasi antarbudaya kepada masyarakat, khusunya kepada

mahasiswa yang berbeda kebudayaan yang akan atau sedang menempuh

pendidikan, agar memudahkannya dalam proses beradaptasi dengan

lingkungan baru.

D. Kerangka Berfikir

Komunikasi merupakan hal yang sangat mendasar dalam kehidupan

manusia sebagai makhluk sosial. Manusia perlu berkomunikasi untuk berinteraksi

dengan manusia lain dan mempertahankan hidupnya. Dalam buku Ilmu

Komunikasi karya Deddy Mulyana (2017: 6) dikatakan bahwa “orang yang tidak

pernah berkomunikasi dengan manusia dipastikan akan ‘tersesat’, karena ia tidak

sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial”. 1 Jadi, dapat dikatakan

bahwa komunikasi merupakan hal yang tidak bias terpisahkan dari kehidupan

manusia.

Komunikasi berarti proses pertukaran informasi atau pesan dari penyampai

pesan (komunikator) kepada penerima pesan (komunikan). Proses komunikasi akan

berlangsung dengan baik dan efektif apabila komunikasi yang terjadi bersifat dua

arah sehingga diperoleh kesepahaman makna pesan antara komunikator dan

komunikan.

1
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017),
Cet. Ke-21, h 6.

7
Dalam berkomunikasi banyak terdapat hambatan yang menyebabkan

kegagalan komunikasi, salah satunya adalah perbedaan latar kebudayaan.

Kebudayaan membawa pengaruh besar terhadap sifat, sikap, dan cara

berkomunikasi antar setiap orang. Setiap daerah memiliki bahasa dan dialek yang

berbeda-beda. Hal ini menjadi hal yang menyita perhatian sehingga memunculkan

istilah komunikasi antarbudaya.

Istilah antarbudaya pertama kali diperkenalkan oleh Edward T Hall pada

tahun 1959, tetapi Hall tidak menerangkan pengaruh perbedaan budaya terhadap

proses komunikasi antarpribadi. Selanjutnya, David K Berlo melalui bukunya The

Process of Communication (An Introduction to Theory and Practice) pada tahun

1960 menjelaskan perbedaan antarbudaya dalam berkomunikasi. Komunikasi

antarbudaya adalah komunikasi antar orang memiliki budaya yang berbeda. 2

Budaya dan komunikasi memiliki hubungan timbal balik, keduanya dapat

saling mempengaruhi satu sama lain dimana budaya menjadi bagian dari perilaku

komunikasi dan komunikasi turut juga dalam menentukan, memelihara,

mengembangkan atau mewariskan budaya. 3 Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia

Moss (1996) dalam buku komunikasi antarbudaya menyatakan bahwa, “Budaya

yang dimiliki seseorang menentukan cara ia berkomunikasi”.4

2
Aang Ridwan, Komunikasi Antarbudaya, (Bandung: Pustaka Setia, 2016), Cet. Ke-1, h 25-26.
3
Tesayunidia Tebe, “Adaptasi Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Darmasiswa Di Universitas
Negeri Medan”, Skripsi Sarjana Ilmu Komunikasi, (Medan: Universitas Sumatera Utara, 2020),
h.15.
4
Aang Ridwan, Komunikasi Antarbudaya, h 7.

8
Dalam komunikasi dengan seseorang yang berbeda latar kebudayaan

banyak hal yang harus kita perhatikan. Untuk itu peneliti mencoba mencari tahu

dan menguraikan bagaimana cara untuk mengatasi perbedaan komunikasi dengan

seseorang yang berbeda kebudayaan. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil

kasus bagaimana proses adaptasi komunikasi antarbudaya yang terjadi diantara

mahasiswa STAI Persis Bandung yang berasal dari luar Bandung dengan

mahasiswa lokal.

Untuk mencari tahu jawaban penelitian tersebut, muncullah teori-teori lain

yang berkaitan dengan komunikasi antarbudaya seperti culture shock, adaptasi,

akulturasi, asimilasi, difusi, dan juga hambatan-hambatan dalam komunikasi antar

budaya. Untuk mempermudah memahami konsep dari penelitian ini, peneliti

menyajikan kerangka penelitian ini dalam bentuk bagan.

9
10
E. Langkah-langkah Penelitian

Untuk menjawab persoalan penelitian perlu kiranya diambil langkah-

langkah penelitian sebagai berikut:

1. Metode Penelitian

Penelitian pada hakikatnya adalah suatu kegiatan untuk memperoleh

kebenaran mengenai sesuatu masalah dengan menggunakan metode ilmiah.5 Ada

dua jenis metode penelitian, yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mendasar pada kesadaran atau

cara subjek dalam memahami objek dan peristiwa yang didasari oleh pengalaman.

Metode penelitian ini akan menghasilkan data desktiptif berupa data tertulis atau

lisan dari sesuatu keadaaan subyek/obyek penelitian.

2. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang

dilakukan dengan pengambilan informasi secara langsung mengenai proses

adaptasi komunikasi antarbudaya yang terjadi diantara mahasiswa STAI Persis

Bandung yang berasal dari luar Bandung dengan mahasiswa lokal.

5
Ismail Suardi Wekke, Metodelogi Penelitian Sosial, (Yogyakarta: CV Adi Karya Mandiri, 2019),
Cet. Ke-1, h 2.

11
3. Sumber Data

Menurut Suharsimi Arikunto, yang dimaksud dengan sumber data dalam

penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.6 Untuk mendapatkan data

atau informasi yang berkaitan dengan permasalahan maka penulis menggunakan

dua sumber data, yaitu:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu sumber data utama dalam sebuah penelitian.

Adapun sumber data primer diperoleh dari objek penelitian, yaitu mahasiswa STAI

Persis Bandung yang berasal dari luar Bandung.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu sumber data pendukung dalam sebuah

penelitian. Adapun sumber data sekunder diperoleh dari buku-buku, jurnal, artikel,

ataupun tulisan-tulisan ilmiah lainnya.

6
Suharsismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),
h 129.

12
4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh informasi yang sesuai dan akurat, penulis menggunakan

beberapa metode dalam mengumpulkan data antara lain:

a. Wawancara

Wawancara adalah proses pencarian informasi dengan cara berkomunikasi

langsung dan bertatap muka dengan informan atau subjek penelitian. Wawancara

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan lewat interaksi dan

komunikasi untuk mengungkap tentang sikap, kelakuan, pengalaman, cita-cita,

serta harapan responden.7 Wawancara dilakukan dengan cara mengajukan beberapa

pertanyaan yang telah penulis siapkan sebelumnya kepada subjek penelitian.

Adapun subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa STAI Persis

Bandung yang berasal dari luar Bandung.

b. Observasi

Secara harfiah, observasi adalah pengamatan. 8 Obeservasi adalah teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati subjek penelitian.

Penulis berada di tengah mahasiswa yang berbeda kebudayaan, sehingga peneliti

dapat melihat, mendengar, dan merasakan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh

subjek penelitian kemudian mencatatnya. Saat melakukan penelitian, penulis

berudaha seobjektif mungkin agar diperoleh data yang sesuai dan akurat.

7
Atwar Bajari, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), Cet. Ke-2, h
101.
8
Atwar Bajari, Metode Penelitian Komunikasi, h 97.

13
c. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan

sumber data sekunder, yaitu buku-buku, jurnal, artikel, atau tulisan-tulisan ilmiah

lainnya untuk mendukung data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi.

5. Analisis Data

Analisis data adalah proses penguraian data-data yang diperoleh menjadi

sebuah data yang mudah dipahami oleh pembaca. Dalam menganalisis data

penelitian ini, penulis menggunakan metode yang dipopulerkan oleh Miles dan

Huberman. Miles dan Huberman membagi proses analisis data menjadi tiga

tahapan, yaitu:

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data adalah tahap penyederhanaan atau pemilihan data sesuai

dengan kebutuhan penelitian. Pemilihan ini bertujuan agar data yang disajikan

mudah untuk dipahami dan menjadi sumber informasi yang sesuai dan akurat. Data

yang peneliti miliki terlebih dahulu dikelompokkan, kemudian peneliti dapat

menentukan apakah data tersebut sesuai dengan kebutuhan atau tidak. Data yang

sesuai dengan kebutuhan disimpan sementara data yang tidak diperlukan dapat

disisihkan.

14
b. Penyajian Data (Data Display)

Data yang telah sesuai dengan kebutuhan kemudian dapat dirubah atau

disajikan dalam bentuk table, grafik, diagram, atau lain sebagainya. Hal ini

bertujuan agar pembaca dapat dengan mudah menangkap atau memahami informasi

yang disajikan.

c. Penarikan Kesimpulan (Conclution Drawing)

Kesimpulan merupakan inti sari penelitian yang telah peneliti lakukan dari

awal hingga akhir. Kesimpulan ini harus memuat pokok-pokok dari rumusan

masalah yang peneliti paparkan. Kesimpulan ini menjadi penutup dari sebuah

penelitian.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsismi. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Bajari, Atwar. 2017. Metodelogi Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Dianiaya, Vicky. Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Budaya,


Skripsi Komunikasi dan Penyiaran Islam, (Jakarta: 2017).

Erika. 2007. Difusi, Akulturasi, dan Asimilasi: Konsep, contoh, dan Perbedaannya.
Makalah Pengantar Ilmu Antopologi. https://docplayer.info/30428613-
Difusi-akulturasi-dan-asimilasi-konsep-contoh-dan-perbedaannya.html,
diakses pada Juli 2022.

Nurhayati, Ani. Keberagaman Komunikasi Antarbudaya, Makalah Komunikasi


Antarbudaya, (Bandung: 2021).

Ridwan, Aang. 2016. Komunikasi Antarbudaya. Bandung: CV Pustaka Setia.

Suhardi. Komunikasi Antarbudaya: Akulturasi, Asimilasi dan Problematikanya,


Skripsi Komunikasi dan Penyiaran Islam, (Banda Aceh: 2017).

Tebe, Tesayunidia. Adaptasi Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Darmasiswa di


Universitas Negeri Medan, Skripsi Sarjana Ilmu Komunikasi, (Medan:
2020).

Mulyana, Deddy. 2017. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Wekke, Ismail Suardi. 2019. Metodelogi Penelitian Sosial. Yogyakarta: CV Adi


Karya Mandiri.

16

Anda mungkin juga menyukai