Anda di halaman 1dari 15

Penerapan Model Pembelajaran demonsterasi Dalam Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Inpres 10/73 Tokaseng


Kecamatan Tellu Siattinge Kabupate Bone
Provinsi Sulawesi Selatan

Darmiati
darmiatid1970@gmail.com , mahasiswa FKIP PGSD Universitas Terbuka
Basri
basribas1111111@gmail.com , Dosen PKP FKIP PGSD Universitas Terbuka
Fatchiyah Rahman
fatchiyah.stkipjb@gmail.com , Dosen Karya Ilmiah FKIP PGSD Universitas Terbuka

ABSTRAK
DARMIATI. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran
Demonstrasi pada siswa kelas V SD Inpres 10/73 Tokaseng Kecamatan Tellu Siattinnge Kabupaten
Bone Provinsi Sulawesi Selatan.Penelitian ini, merupakan penelituian tindakan kelas yang dilakukan
2 siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD Inpres 10/73 Tokaseng Kecamatan Tellu
Siattinge Kabupataen Bone Provinsi Sulawesi Selatan yang terdiri dari 21 orang laki-laki dan 14
orang perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tes tertulis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Inpres
10/73 Tokaseng Kecamatan Tellu Siattinge Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini
menunjukkan bahwa hasil penilaian pra siklus dengan pelajaran matematika masih tergolong
rendah. Ini dapat dilihat dari daftar nilai hasil penelitan pra siklus yang mencapai atau melebihi
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hanya 11% atau sekitar 4 orang siswa saja.Setelah dilkukan
tindakan melalui siklus I dengan menerapkan model pembelajaran Demonstrasi maka hasil belajar
siswa meningkat ke kategori sedang dengan presentase nilai yang mencapai atau melebihi KKM
sebesar 46% atau sekitar 16 orang siswa. Setelah dilakukan tindakan melalui siklus II, hasil belajar
siswa menjadi lebih baik persentase nilai yang mencapai atau melebihi KKM sebesar 86% atau
sekitar 30 orang siswa . Hal ini, menunjukkan bahwa pembelajaran telah bejalan secara optimal.
Hasil akhir penelitian ini memperlihatkan bahwa penerapan model pembelajaran Demonstasi dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Inpres 10/73 Tokaseng, Kecamatan Tellu Siattinge
Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan pada pelajaran Matematika.

Kata kunci : Hasil Belajar, Matematika , Demonstrasi.

1
PENDAHULUAN

Salah satu fungsi dan tugas pendidikan adalah merupakan sarana untuk mengembangkan
kepribadian, memanusiakan manusia, mengembangkan berbagai potensi kemanusiaan,
mengembangkan berbagai keterampilan hidup, mempersiapkan anak untuk dapat
melaksanakan tugas hidup dan memenuhi berbagai kehidupannya sendiri, mengantarkan anak
pada kehidupan yang lebih layak dan terarah.

Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dilihat dari keberhasilan siswa mengikuti


kegiatan pemebelajaran. Yakni dapat terlihat dari tingkat pemahaman materi dan prestasi
belajar siswa. semakin tinggi pemahaman materi dari prestasi belajar, maka semakin tinggi
pula tingkat keberhasilan pembelajaran.

Dari hasil observasi siswa kelas V SD Inpres 10/73 Tokaseng Kecamatan Tellu
Siattinge Kabupaten Bone Sulawesi Selatan khususnya mata pelajaran Matematika metode
yang sering diterapkan sejak begitu lama adalah metode ceramah dan pemberian tugas
kemudian diselingi dengan diskusi atau tanya jawab. Melalui proses yang diamati tersebut,
masih banyak siswa yang kurang memperhatikan materi pembelajaran . Hal tersebut sangat
mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika yang masih jauh dari
yang diharapkan yaitu dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70).

Lemahnya proses pembelajaran merupakan salah satu masalah pokok yang kita hadapi
saat ini. Pembelajaran tidak dicapai secara kebetulan, harus dicari dengan semangat dan
diperhatikan dengan ketekunan serta motivasi untuk meningkatkan minat siswa untuk
belajar. Menurut Sri Anita W (2021 : 1.9 ) mengemukakan bahwa: “Motivasi berfungsi
sebagai motor penggerak aktivitas. Bila motornya tidak ada, maka aktifitas tidak akan
terjadi, dan bila motornya lemah, aktivitas yang terjadi pun lemah pula .”

Lingkungan belajar yang baik ialah lingkungan yang memicuh dan menantang siswa
belajar . Belajar dapat melalui pengalaman langsung dan melalui pengalaman tidak
langsung. Belajar melalui pengalaman langsung, siswa belajar dengan melakukan sendiri
atau dengan mengalaminya sendiri. Akan tetapi bila siswa mengetahuinya karena membaca
buku, mendengarkan penjelasan guru , maka belajar seperti itu disebut belajar melalui
pengalaman tidak langsung.

Belajar terjadi pada suatu sistem tertentu, yang berbeda dari situasi lain, yaitu yang
disebut pembelajaran . Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 (dalam Sri Anitah,

2
2021 : 1.15) ”Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar”. Belajar merupakan suatu proses yang dapat merubah siswa dalam
proses mental dan emosi baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mencapai suatu
interaksi suatu lingkungan.

Mengajar bukan hanya menyampaikan bahan pelajaran pada siswa, tetapi merupakan
suatu proses upaya dalam membimbing dan mempasilitasi siswa supaya dapat belajara
secara efektif dan efesien. Oleh karena itu, guru harus memiliki kemampuan dalam memilih,
mengembangkan dan menerapkan berbagai metode mengajar dalam mencapai tujuan
pembelajara. Menurut Joni ( dalam Sri Anitah, 2021 : 1.24) mengemukakan bahwa:
“Metode adalah berbagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk
mencapai tujuan tertentu”.

Dalam menentukan atau memilihan metode mengajar harus mempertimbangkan


beberapa faktor. Lebih lanjut Sri Anitah, (2021 : 5.6) mengemukakan bahwa faktor tersebut
adalah : “Tujuan pembelajaran atau kompetensi siswa, karakteristik bahan pelajaran /materi
pelajaran, waktu yang digunakan, faktor siswa, fasilitas, media, dan sumber belajar”.
Penggunaan metode mengajar bukan hanya kemampuan guru yang diutamakan tetapi yang
lebih penting adalah, harus dapat menciptakan terjadinya interaksi antara siswa dengan
siswa maupun antara siswa dengan guru sehinggah proses pembelajaran dapat dilakukan
secara maksimal. Sehinggah hasil pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan target yang
telah ditetapkan.

Dalam proses belajar matematika, Brune (dalam Gatot Muhsetyo, 2021 : 1.7)

menyatakan :

“Pentingnya tekanan pada kemampuan peserta didik dalam berpikir intuitif dan analitik
akan mencerdaskan peserta didik membuat prediksi dan terampil dalam menemukan
pola (pattern) dan hubungan/keterkaitan (relations). Pembaruan dalam proses belajar
ini, dari proses drill & practice ke proses bermakna, dan dilanjutkan proses berpikir
intuitif dan analitik, merupakan usaha luar biasa untuk selalu meningkatkan mutu
pembelajaran matematika”.

Guru matematika yang baik hendaklah mempunyai pengetahuan dan wawasan luas
yang dapat dipakai dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran matematika.
Wawasan itu berupa dasar-dasar teori belajar yang dapat diterapkan untuk mengembangkan

3
dan perbaikan pembelajaran matematika.

Menurut Thorndike (dalam Gatot Muhsetyo, 2021 : 1.8) belajar dikatakan sebagai berikut
: “Belajar pada dasarnya pembentukan koneksi atau ikatan antara situasi dan tanggapan dan
kebiasaan itu mengatur dalam ranah pemikiran sebagai benar-benar dan sepenuhnya dalam
ranah tindakan”. Oleh karena itu mengajar dipandang sebagai perencanaan dari urutan
bahan pelajaran yang disusun dengan cermat, mengkomunikasikan bahan kepada siswa dan
membawa mereka untuk praktik menggunakan konsep atau prosedur baru.

ANALISIS DATA

Pada penelitian ini analisis dilakukan dengan menggunakan analisis dan refleksi pada
setiap siklusnya berdasarkan observasi dan hasil belajar siswa dilakukan analisis reflektif
peneliti bekerja sama sebagai dasar untuk mencari program aksi di siklus selanjutnya
menemukan bahwa hasil belajar guru dianalisis dalam pembelajaran mencapai tujuannya.

Analisis data dilakukan sesuai dengan pembahasan sebelumnya yaitu dengan cara
membandingkan skor pada setiap siklus dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) telah
ditetapkan dalam SD Inapres 10/73 Tokaseng yakni 70 . Dengan demikian siswa dinyatakan
tuntas pebelajarannya jika skor mereka mencapai atau melebihi KKM. Sebaliknya, siswa
dinyatakan tidak tuntas jika nilai mereka tidak mencapai atau lebih rendah dari nilai KKM.
Ketika secara klasikal, pembelajaran dianggap berhasil jika minimal 85 % siswa mencapai
KKM . Hasil belajar siswa berupa tes tertulis dikumpulkan sebagai bentuk data siswa.

4
TUJUAN DAN MANFAAT

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : Mendeskripsikan penerapan model
pembelajaran Demonstrasi pada siswa kelas V SD Inpres 10/73 Tokaseng Kecamatan Tellu
Siattinge Kabupaten Bone Sulawesi Selatan.

Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran.

1. Bagi penulis : Penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan baru dan dijadikan
pedoman dalam meningkatkan prestasi peserta didik serta meningkatkan kinerja
guru dalam menerapkan metode dan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil pembelajaran.

2. Bagi guru lain : Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan hasil belajar dan
keaktifan peserta didik dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan
model pembelajaran Demonstrasi serta meningkatkan keterampilan guru dalam
menerapkan model pembelajaran Demonstrasi.

3. Bagi Kepala Sekolah : Sebagai pedoman untuk memberikan bimbingan kepada


guru, khususnya guru kelas besar.

4. Bagi peserta didik : Sebagai jalan untuk meningkatkan hasil belajar dan keaktifan
peserta didik dalam proses pembelajaran

5. Bagi sekolah : Dengan menerapkan model pembelajaran Demonstrasi diharapkan


sekolah dapat memotivasi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran
inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

METODE

Metode Demonstrasi

Metode Demonstrasi merupakan metode mengajar yang digunakan tata untuk


memeragakan atau menyajikan bahan pelajaran secara langsung pada suatu obyek atau cara
melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedng disajikan. Menurut
Syiful Bahri Djamara (dalam Eka Prihatin, 2008 : 39) mengemukakan: “Metode
Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara
kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran”. Dengan demikian, seorang guru

5
akan mengupayakan bagaimana mengaktifkan siswa melalui pembelajaran dengan
pendekatan-pendekatan ilmiah.

Oleh karena itu, melalui pendekatan pembelajaran seorang guru harus memikirkan
bagaimana caranya agar siswanya aktif mencari tahu bukan diberitahu.

Dalam pelaksanaan metode demonstrasi, selain guru yang akan menjadi model juga dapat
mendatangkan nara sumber yang akan mendemonstrasikan obyek materi pelajaran dengan
syarat harus menguasai bahan materi yang akan didemonstrasikan. Dalam hal ini,
kemampuan guru yang perlu diperhatikan dalam menunjang keberhasilan demonstrasi,
seperti kemampuan dalam proses pelaksanaan demonstrasi materi atau topik yang
dipraktikan, pengelolaan kelas, penggunaan alat bantu dan pelaksanaan penilaian proses.

Helmiati, (2012 : 72) memaparkan langkah-langkah model pembelajaran demonstrasi


sebagai berikut :

“1) Menentukan prosedur dan perangkat yang terkait materi yang dipelajari. 2)
Meminta siswa menyaksikan guru memperagakan kegiatan. 3) Meminta siswa untuk
berlatih melakukan keterampilan yang diperagakan guru. 4) Melakukan latihan tahap
demi tahap.5)Membuat Kesimpulan”.

Untuk menunjang efektivitas penggunaan model pembelajaran demonstrasi perlu


dipersiapkan kemampuan guru maupun kondisi siswa, Sri Anitah W,( 2021 : 26) membahas
tentang kemampuan guru yang perlu diperhatikan dalam menunjang dalam keberhasilan
demonstrasi, diantaranya adalah :

“a) Mampu secara proses dalam melaksanakan demonstrasi materi atau topik yang
dipraktikkan, b) mampu mengolah kelas, dan menguasai siswa secara menyeluruh, c)
mampu menggunakan alat bantu yang digunakan, d) mampu melasanakan penilaian
proses. Kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk menunjang
demonstrasi, diantaranya adalah : a) siswa memiliki motivasi, perhatian, dan minat
terhadap topik yang akana didemonstrasikan, b) memahami tentang tujuan/maksud yang
akan didemonstrasikan, c) mampu mengamati proses yang didemonstrasikan, d) mampu
mengidentifikasi kondisi dan alat yang digunakan dalam demonstrasi”.

Adapun kelebihan metode demonstrasi adalah :

6
1. Pelajaran menjadi lebih jelas dan konkrik bukan hanya diucapkan tetapi
dilaksanakan
2. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari
3. Pelajaran menjadi lebih menarik, karena siswa tidak hanya mendengarkan tetapi
juga melihat peristiwa yang terjadi
4. Siswa lebih aktif mengamati dan tertarik untuk mencobanya sendiri
5. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri
siswa.
Disamping memilki kelebihan metode demonstrasi juga memiliki kekurangan yaitu:
1. Derajat visibilitas kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati
keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan, kadang-kadang terjadi
perubahan yang tidak terkontrol,
2. Untuk mengadakan demonstrasi diperlukan alat-alat yang khusus. Kadang-
kadang alat tersebut sukar didapat,
3. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas,
4. Memerlukan banyak waktu, sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minimun,
5. Kadang-kadang proses yang didemonstrasiskan didalam kelas akan berbeda jika
proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata.

Dengan demikian tujuan utama dari metode demonstrasi adalah agar siswa dapat
mengalami apa yang disampaikan oleh guru.

7
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Dari hasil pengamatan dan evaluasi yang dilakukan, maka diperoleh bahwa hasil
belajar siswa kelas V SD Inpres 10/73 Tokaseng Kecamatan Tellu Siattinge Kabupatan
Bone Provinsi Sulawesi Selatan pada Operasi Penjumlahan Pecahan Berpenyebut
Berbeda melalui metode Demonstrasi mengalami peningkatan dari siklus ke siklus .
Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1 Data Hasil Evaluasi Belajar Siswa


NO NIS NAMA SIKLUS
Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 0011819 ADZRA HAURA AQILAH 80 88 100
2 0021819 AHMAD AIDIL AWAL 45 65 72
3 0341819 AHMAD DANIL 40 60 70
4 0031819 AIKAL ARESKI 60 75 90
5 0041819 AINUN KARTIAKA 30 55 72
6 0051819 ALFAIZI 40 58 80
7 0061819 ALMIRA NURUL ASKYA 50 55 75
8 0071819 ARIFAH NUR IZZAH 72 85 90
9 0081819 ASRAFF WIJAYA 50 65 80
10 0091819 HAIKAL 50 70 85
11 0101819 JUMAIDIL AWAL 52 70 86
12 0081718 KHAIRIL 30 56 64
13 0111819 M.FAHRUL ABADI Y 25 45 65
14 1920034 MUH.AIDIL 40 65 80
15 0121819 MUH.GUNAWALDI 45 50 68
16 0131819 MUH.RAHID 45 70 87
17 0141819 MUH.RAIF 40 65 75
18 0151819 MUH.RISKI 45 68 70
19 0161819 MUH.WILDAN 30 55 68
20 0171819 MUHAMMAD AIDIL 32 59 72
21 19220029 MUHAMMAD AVIS 34 70 90
22 0191819 MUHAMMAD ILHAM 30 59 85
23 0201819 MUIS HALIM R. A 25 45 70
24 0211819 MUTIARA RAISA 30 55 70
25 0231819 NUR ADHEFIA 30 55 72
26 0241819 NUR AFIKHA APRILYA 45 70 85
27 0251819 NUR AISYAH 40 65 68
28 0261819 NURUL AINI 50 75 90
29 0221819 NURUL FITRI 52 75 90
30 0281819 SUPRIADI 63 86 92

8
31 0291819 SYAFIRA 62 82 88
32 0301819 SYAVIRA 75 85 95
33 0311819 ULFIAH NUR 52 70 85
34 0321819 WANDI 50 70 85
35 0331819 YUSTIA ELSA SEGARI 70 82 95
Jumlah 1609 2323 2808
Nilai Rerata 45,97 66,94 80,22
Jumlah Siswa Tuntas(Nilai >= 70 ) 4 16 30
Persentase Siswa Tuntas((Nilai >=70 ) 11% 46% 86%
Jumlah Siswa Tidak Tuntas (Nilai < 70) 31 19 5
Persentase Siswa Tidak Tuntas (Nilai < 70) 89% 54% 14%

Data mengenai hasil belajar siswa kelas V SD Inpres 10/73 Tokaseng, Kecamatan
Tellu Siattinga, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan pada awal pra siklus dengan
standar Kriteria Ketuntasan Minimal 70 diperoleh melalui pemberian tes.

Adapun distribusi frekuensi hasil belajar siswa kelas V SD Inpres 10/73 Tokaseng,
Kecamatan Tellu Siattinge , Kabupaten Bone , Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat
pada Tabel 2 dibawah ini :

Tabel 2 Data Hasil Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Pra Siklus
No. Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 0 - 34 Sangat rendah 10 29
2 35 - 54 Rendah 18 51
3 55 - 64 Sedang 3 9
4 65 - 84 Tinggi 4 11
5 85 - 100 Sangat tinggi - 0
JUMLAH 35 100

Dari data tabel 2 dapat dilihat, bahwa dari 35 siswa kelas V SD Inpres 10/73
Tokaseng Kecamatan Tellu Siattinge Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan yang
yang masuk dalam kategori sangat rendah 29%, kategori rendah 51 % , kategri sedang 9
% , kategori tingggi 11% , dan kategori sangat tinggi 0% . Kemudian, dapat dilihat bahwa
dari 35 siswa terdapat hanya 4 siswa atau 11% yang dapat mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu 70 sedangkan siswa yang tidak tuntas 31 orang atau 89 %,
sehinnggah peneliti melakukan rencana perbaikan pembelajaran 2 siklus.

Berikut adalah data hasil distribusi frekuensi skor hasil belajar siklus I siswa kelas V
SD Inpres 10/73 Tokaseng, Kecamatan Tellu Siattinge, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi
Selatan.

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Siklus I

9
No. Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 0 - 34 Sangat rendah - 0
2 35 - 54 Rendah 3 9
3 55 - 64 Sedang 9 26
4 65 - 84 Tinggi 19 54
5 85 - 100 Sangat tinggi 4 11
JUMLAH 35 100

Dari data tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa setelah menerapkan metode pembelajaran
Demonstrasi dari 35 siswa kelas V SD Inpres 10/73 Tokaseng Kecamatan Tellu Siattinge
Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan tidak ada siswa yang masuk dalam kategori
sangat rendah tetapi masi ada 3 siswa yang masuk kategori rendah atau 9% dan kategori
sedang 9 orang atau 26%. 19 siswa atau 54 % yang masuk kategori tinggi , dan 4 siswa atau
11% yang masuk kategori sangat tinggi. Lebih jauh lagi , dapat dilihat bahwa dari 35
siswa terdapat 16 orang siswa atau 46 % yang dapat mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu 70, sedangkan siswa yang tidak tuntas ada 19 orang atau 54%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi hasil belajar siswa pada siklus
I setelah menerapkan metode pembelajaran Demonstrasi sudah menunjukkan
peningkatan, namun belum mencapai yang ditargetkan peneliti 85% . Sehinggah
peneliti melakukan rencana perbaikan pelaksanaan pembelajaran kesiklus berikutnya
yaitu siklus II . Berikut adalah hasil distribusi frekuensi skor hasil belajar siklus II
siswa SD Inpres 10/72 Tokaseng, Kecamatan Tellu Siattinge, Kabupate Bone , Provinsi
Sulawasi Selatan :

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar siklus II


No. Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 0 - 34 Sangat rendah - 0
2 35 - 54 Rendah - 0
3 55 - 64 Sedang 1 2,82
4 65 - 84 Tinggi 17 48,57
5 85 - 100 Sangat tinggi 17 48,57
JUMLAH 35 100

Dari data tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa metode pembelajaran Demonstrasi dari
35 siswa kelas V SD Inpres 10/73 Tokaseng Kecamatan Tellu Siattinge Kabupaten
Bone Provinsi Sulawesi Selatan tidak ada yang masuk dalam kategori rendah dan sangat
rendah, hanya 1 orang siswa atau 2,82 % yang masuk pada kategori sedang. Tedapat 17
siswa atau 48,57% masuk dalam kategori tinggi dan 17 siswa atau 48,57 % masuk kategori

10
sangat tinggi. Lebih jauh lagi, dapat dilihat bahwa dari 35 siswa terdapat 30 orang siswa
atau 86 % yang dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70 sedangkan
siswa yang tidak tuntas hanya 5 siswa atau 14 %.

Hasil penelitian sampai pada siklus II menerapkan metode pembelajaran Demonstrasi


pada Operasi pejumlahan pecahan berpenyebut berbeda pada siswa kelas V SD Inpres
10/73 Tokaseng Kecamatan Tellu Siattinge Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan
menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan kualitas hasil belajar. Ini dibuktikan
dengan siswa yang sudah memperoleh persentase nilai ≥ 70 sebanyak 86 % melebihi
target yang ditentukan peneliti yaitu 85 % . Pada kondisi ini dapat disimpulkan bahwa
proses pembelajaran berjalan dengan optimal.

B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil tes tertulis yang diberikan guru pada siklus I, masih ada siswa
yang belum mencapai KKM yaitu sebanyak 19 orang siswa atau 54 % sedangkan
yang telah mencapai bahkan ada yang melewat nilai KKM yaitu sebayak 16 orang
siswa atau 46 % . Namun demikian, pada siklus II siswa yang belum mencapai
KKM yaitu berkurang jauh menjadi 5 orang siswa atau 14 % , sedangkan yang telah
mencapai bahkan melewati nilai KKM meningkat menjadi 30 orang atau 86 %.
Dengan kata lain rata-rata yang diperoleh siswa pada mata pelajaran normal 45,97
namun pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 66,94 dan pada siklius II diperoleh nilai
rata-rata 80,22 .
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat perubahan nilai yang lebih baik
pada siklus II.

11
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Beradasarkan hasil pada perolehan data dan pelaksanaan tindakan yang peneliti
lakukan di kelas V SD Inpres 10/73 Tokaseng, Kecamata Tellu Siattinge, Kabupaten
Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, dari siklus I sampai dengan siklus II sebagaimana telah
peneliti paparkan pada bab IV, dapat peneliti rumuskan kesimpulan sebagai berikut :

1. Setelah melakukan pembelajaran matematika di kelas V SD Inpres 10/73 Tokaseng,


dengan menggunakan model pembelajaran Demonstrasi kemampuan peserta didik
dalam penggunaan operasi hitung penjumlahan pecahan dengan penyebut yang
berbeda meningkat . Hal ini, dibuktikan dengan siswa yang sudah mencapai nilai
rata-rata 80,22 dengan persentase ketuntasan sebesar 86 % melebihi target yang
telah ditentukan oleh peneliti yaitu sebesar 85 % . Pada kondisi tersebut dapat
dikatakan bahwa proses pembelajaran berjalan dengan optimal. Hal ini disebabkan
oleh karena model pembelajran Demonstrasi sangat baik digunakan didalam
proses belajar mengajar di sekolah.

2. Pemahaman dan kemampuan pesrta didik dalam penguasaan opersi hitung


penjumlahan pecahan dengan penyebut yang berbeda pada pelajaran matematika
dengan menggunakan model demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik, hal ini dapat dilihat dari perolehan data pada tiap siklus, baik secara
kualitatif (perolehan nilai peserta didik ), maupun kuantitatif ( prosess
berlangsungnya pembelajaran ).

SARAN DAN TINDAK LANJUT

Dari pengalaman peneliti setelah melaksanakan tindakan kelas, agar terciptanya


kualitas pembelajaran bagi guru maka sebaiknya :
1. Dalam proses pembelajaran untuk menghasilkan kompetensi peserta didik perlu
mendapatkan penanganan dari guru yang secara sadar bersedia bekerja secara
interaktif, kreatif, dan responsif dengan membuat Rencana Persiapan

12
Pembelajaran (RPP) yang relatif berbeda dengan sebelumnya (tidak monoton),
diantaranya dengan variasi pendekatan, strategi, dan metode pembelajran.

2. Keabstrakan matematika pada obyeknya yang berupa fakta , konsep, opersi dan
prinsip, diperlukan adanya jembatan yang dapat menghubungkan keilmuan
matematika tetap terjaga dan lebih mudah dipahami peserta didik, salah
satunya dengan menggunakan metode demonstrasi .
3. Karena metode demonstrasi adalah metode /cara , mengajar yang menyajikan
bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara
melakukan sesuatu, sehinggah metode demonstrasi merupakan salah satu metode
yang harus digunakan dalam setiap pembalajaran, terutama pada pelajaran
matematika yang bersipat abstrak, sehinggah dengan belajar langsung melalui
obyek akan tercipta kebermaknaan dalam belajar ( meaningfull learning )

4. Untuk memperbaiki pembelajaran khususnya pelajaran matematika, maka seorang


guru yang propesional seyoggianya melakukan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ),
karena dengan PTK seorang guru mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran
yang dikelolanya, sehinggah dalam belajar matematika mampu menyerap materi
pelajaran dalam suasana yang menyenangkan ( joifull learning).

13
DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri W. (2020). Strategi Pembelajaran di SD. Tangerang Selatan : Penerbit


Universitas Terbuka.

Ariyana,Y.,Pudjiastuti,A.,Bestary,R,& Zamroni. (2018). Buu Pegangan


Pembelajaran Berorentasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.
Jakarta Direktorat. Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Felicia, Nisa (2021) . Perkembangan Peserta Didik. Tangerang Selatan : Penerbit


Universitas Terbuka.

Hernawan, A. H., Susilana, Rudi . dan Julaeha, Siti. ( 2022). Pengembangan


Kurikulum dan Pembelajaran di SD . Tangerang Selatan : Penerbit
Universitas Terbuka.

Muhsetyo, Gatot dkk (2021) . Pembelajaran Matematika di SD. Tangerang Selatan


: Penerbit
Universitas Terbuka.

Nurhaeni, Dewi dan Priyanto, Sulis (2016) Mari Belajar Matematika. Surakarta :
Penerbit Usaha Makmur

Prihatin, Eka (2008). Guru Sebagai Fasilitator. Bandung : Penerbit


Karsa Mandiri Persada.

Hakim, Lukmanul (2015) Perncanaan Pembelajaran . Bandung : Penerbit Wacana


Prima .

Utami, R.D., Wibowo,O.C.,& Susanti,Y. (2018). Analisis Minat Membaca Siswa


Pda Kelas Tinggi Di Sekolah Dasar Negeri 01 Belitun., Jurnal Pendidikan
Dasar Perkasa,4(1),179-188.

Vulandari F.A., Marwadi dan Vardani K.V. (2019) Meningkatkan Kemampuan


Berpikir Kreatif Siswa Kelas V menggunakan model pemetaan Jurnal ilmia
SD, 3(1), 10-11

14
15

Anda mungkin juga menyukai