Anda di halaman 1dari 61

MATA KULIAH

UTILITAS BANGUNAN
SEMESTER 3

AIR HUJAN / DRAINASE

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
Air hujan
• Bagian siklus
hidrologi alam,
turun mengenai
lingkungan binaan
(bangunan, site,
lingkungan)
• Mengalir di
permukaan dan
meresap ke dalam
tanah
• Dampak positip &
negatip
Air Hujan
💧 Harus dikumpulkan dan dialirkan dengan baik
Air Hujan
•Pengendalian air hujan
di bangunan

•Pemanfaatan air hujan


dari bangunan

•Drainase Tapak
Pengendalian air hujan di bangunan
• Pada atap datar, air hujan dikumpulkan ke beberapa titik
pembuangan dengan membuat kemiringan atap paling tidak 1 %
Pengendalian air hujan di bangunan
• Pada titik pembuangan dipasangkan saringan (roof drain) agar
kotoran tidak masuk ke dalam talang vertikal
Pengendalian air hujan di bangunan
• Saringan: mencegah kotoran
masuk ke talang vertikal
(leader) 🡪 Pipa pembuangan
utama / bak penampung 🡪
Saluran air hujan umum
• Atap miring: diperlukan
talang horisontal (gutter) 🡪
leader 🡪 pembuangan
utama 🡪 Saluran air hujan
umum
• Air hujan di balkon juga
disaring dengan Floor Drain.
Meresapkan Air Hujan
• Untuk bangunan besar: dibuat kolam penampungan di
tapak jauh dari bangunan
• Metoda meresapkan air hujan 🡪 Bangunan kecil,
bangunan pada lahan luas, tidak tersedia saluran air
hujan umum
• Kapasitas air hujan yang diresapkan kecil:
1) Membuat rabat di sekeliling bangunan menjauhi
bangunan 🡪 mengolah kemiringan tanah disekitar
bangunan (grading) agar tidak menggenang
2) Sumur resapan langsung di bawah talang tegak 🡪 jika
perkolasi tinggi
3) Melalui pipa ke sumur resapan
1. Rabat
Beton
2. Sumur Resapan
Pengendalian Air Hujan dari Atap
Syarat-syaratnya:
•Membuang secepat mungkin (pembuangan
kota atau tanah)
•Talang vertikal dan horisontal harus cukup
besar
🡪 sesuai dengan kapasitas air dan
kemiringan luas atap
Talang horisontal: kemiringannya diperhatikan
•Pipa-pipa pembuangan tidak mudah
tersumbat 🡪 roof & floor drain
•Pipa horisontal dalam bangunan harus mudah
dibersihkan 🡪 perlu Clean Out
• Aliran tidak boleh terhambat
🡪 Hindari pembelokan pipa. knee
90O tidak dianjurkan kecuali ada
bak kontrol

• Air hujan bisa ditampung dahulu


di basement 🡪 perlu ada (1) bak
penampung terpisah dari air
kotor. (2) pompa penguras
sentrifugal

• Bangunan dengan basement bisa


menggunakan: sistem Sump Pit.
Dengan pompa Sump Pump
Sump Pump dan Sump Pit
Pemanfaatan air hujan dari bangunan
Curah Hujan
• Curah hujan diukur dalam satuan mm.

• Hujan 1mm berarti hujan yang terukur setinggi 1mm


pada luasan 1 m2

• Terukur dalam penakar air hujan 1mm berarti air hujan


yang jatuh adalah 1mm x 1m2 = 0,001 m3 = 1dm3 atau
1mm = 1 liter
Air larian di Bandung
• Karena rata-rata perhari hujan (HH) 12,5 mm, maka setiap 1
Ha bidang tanah yang tertutup menghasilkan 12,5 x 10.000
m2 = 125 m3 air larian per HH = 25 mobil tangki @ 5000 ltr.

• Bandung pada tahun 1960, koefisien air larian adalah 40% di


kota dan di utara 25%
• Sekarang ini (2000) di kota 75% dan di Bandung utara 60%

• Jadi pertambahan air larian di kota : (75-40% ) x12,5 mm x


10000 m2 = 43,75m3/HH/Ha

• Di bandung utara curah hujan 15 mm/HH, Air larian di


Bandung utara meningkat 52,5 m3/HH/Ha (35% x 15
mm/HHx10000 m2) )
Air Hujan
• pada prinsipnya harus segera dibuang dari atap dan site
ke saluran pembuangan terdekat

• untuk site yang dikelilingi jalan, pembuangan air hujan


tidak mengalami masalah selama :
– ketinggian tanah site & lantai bangunan dibuat lebih tinggi diatas
muka jalan tertinggi, untuk mengakomodasi kemiringan pipa air
hujan dan air kotor
– aliran /saluran air hujan dari bangunan ke selokan tidak terhambat
atau terpotong oleh sarana lain (mis. ramp)

• untuk basement dibuatkan instalasi khusus dengan ‘sump


pit’ dan ‘sump-pump’ ; bentuk serupa dengan bak kering
atau basah yang digunakan untuk air kotor dan dibuang
ke saluran air hujan lingkungan.
Ukuran Pipa
Ukuran pipa bergantung pada kecepatan aliran air dan jumlah
yang dialirkan atap. Ini bergantung juga pada luas atap dan
curah hujan rata- rata setempat.
Mencari Ukuran Pipa Berdasarkan Data
Curah Hujan
Q (gpm) = A (ft kuadart) x R (inch/ hour)
96

Diameter gutter Q maksimum Diameter Leader Q maksimum


(inches) (gpm) (inches) (gpm)
3 7 2 23
4 15 2,5 41
5 26 3 67
6 40 4 144
7 57 5 261
8 83 6 424
10 150 8 913

Tabel 1. Konversi Q diameter talang Tabel 2. Konversi Q ke diameter


tepi ( gutter (talang horizontal)) talang tegak (leader ( talang
vertikal ))
Mencari Ukuran Pipa Bila Curah Hujan
Tidak diketahui
Tabel 3. Ukuran talang vertikal air hujan
Diameter talang tegak / Luas Luas atap Bila curah hujan
vertikal penampang maksimum yang
dilayani
tidak diketahui
inches mm Cm kuadrat M kuadrat
maka
2 50 20 65
diasumsikan
2,5 62,5 31 117
menjadi 100mm /
3 75 44 198
jam.
4 100 79 415
5 125 123 780
6 150 177 1215
8 200 314 2610

Catatan apabila talang tidak berbentuk lingkaran, digunakan luas


penampang.
Tabel 4. Ukuran pipa pembuangan horisontal utama.
Diameter pipa Luas atap maksimum yang dilayani pada
berbagai kemiringan pembuangan
inches mm 1% 2% 4%
3 75 74 105 148
4 100 170 240 340
5 125 300 425 600
6 150 480 680 965
8 200 1035 1470 2000
10 250 1863 2670 3725
12 300 3000 4230 6000
15 375 5355 7560 10710
Tabel 5. Ukuran talang tepi horisontal semi sirkular.
Diameter gutter Luas penampang gutter Luas atap maksimum yang
dapat dilayani pada berbagai
kemiringan talang horisontal

inches mm Cm kuadrat 0,5% 1% 2% 4%


3 75 22 15 22 31 43
4 100 39 32 46 65 92
5 125 61 56 80 113 160
6 150 88 86 122 173 250
7 175 120 124 176 248 350
8 200 157 180 252 358 504
10 250 246 324 460 648 900
air hujan
menghitung ukuran talang turun

∅ Talang tegak Luas Luas atap


(mm) Penampang Dilayani
(cm2) (m2)

50 20 65
62,5 31 117
75 44 198
100 79 415
125 123 780
150 177 1215
200 314 2610
Cara menghitung luas atap miring
Drainase Tapak
• Dalam perancangan tapak, arsitek harus memperhatikan pola
drainase eksisting yang ada di tapak dan memperhitungkan
bertambahnya jumlah aliran air hujan (run off) yang tak dapat
meresap dalam tanah dan menciptakan drainase positif.
Drainase Permukaan
💧 3.1.1 Sheet flow dan alat perlengkapannya
💧 Sheet flow adalah drainase yang terjadi karena adanya kemiringan
permukaan tanah, perkerasan atau taman.

Saluran dari Sheet


Flow

Bak
Penampung

Tempat
Pembuangan
Sloping Plane
• Bentuk yang paling sering
digunakan karena mempunyai
varian kemungkinan yang tak
terbatas.

• Air hujan akan mengumpul pada


dasar bidang dan perlu dialirkan
keluar melalui saluran terbuka
Valley

• Antisipasi dari bentuk


Sloping Plane agar air
tidak mengalir ke tapak
tetangga.

• Dasar lembah dapat


dibentuk dari hanya
sekedar lekukan tanah
berumput (swales) atau
dibuat suatu aliran
sungai kecil.
Funnel

• Penggabungan dari dua


bentuk sebelumnya,
karakteristik utamanya
adalah diperlukan corong
pengumpul (area drain /
jalur pipa bawah tanah)
untuk mengalirkan air
hujan keluar tapak.
Alat Pengumpul Air Hujan
💧 Area drain, berfungsi seperti corong,
menangkap air dari suatu daerah
berukuran tertentu dan sekedar
mengarahkan air dari permukaan
langsung kedalam pipa.

💧 Bak pengumpul, fungsi serupa dengan


area drain tapi dikembangkan lebih
lanjut dengan fungsi penangkap tanah
dan kotoran.

💧 Pipa pengumpul, menangkap air dari


suatu daerah dengan elevasi yang
fleksibel sehingga mudah mengikuti
berbagai ketinggian tanah, jalan, atau
tempat parkir.
Bak kontrol
💧 Sebuah alat perlengkapan
penting lainnya selain alat
pengumpul air hujan.
💧 Digunakan sebagai alat
pemeriksaan serta pembersihan
saluran drainase perlu
ditempatkan pada:
💧 Perubahan saluran pipa
💧 Perubahan ukuran pipa saluran
💧 Perubahan kemiringan pipa
saluran
💧 Pertemuan dua atau lebih pipa
saluran
💧 Jarak / interval antar bak
kontrol berkisar antara 100
sampai 150m.
Rumus Menghitung Jumlah
Aliran Air Hujan

Q = C.I.A

Q = Jumlah aliran air hujan pada suatu daerah (cu.ft/detik)


C = Koef. aliran air hujan
I = Intensitas curah hujan untuk suatu wilayah
A = Luas daerah (acre)

1 cu.ft = 0.0283 m3

1 acre = 4047 m2
Koefisien C untuk Berbagai Jenis Permukaan

Jenis Permukaan Minimum Optimum Maksimum


Atap 0.90 0.95 1.00
Perkerasan 0.90 0.95 1.00
beton/aspal
Jalan Macadam 0.70 0.80 0.90
Kerikil 0.30 0.70 0.70
Jalan tanpa 0.30 0.60 0.75
perkerasan
Tanah pertanian 0.30 0.60 0.82
Halaman/daerah 0.10 0.35 0.60
berumput
Hutan/daerah 0.10 0.20 0.60
berpohon lebat
Padang rumput 0.10 0.16 0.60
Contoh penentuan peil tanah site

kemiringan pipa/saluran air hujan min. 1%


DRAINASE BAWAH TANAH
• Mengambil air hujan yang meresap/mengalir di
tanah untuk dialirkan ke tempat lain
Drainase Lingkungan
• Bila tidak tersedia saluran umum, saluran
utama pembuangan lingkungan dibuang ke
sungai terdekat atau danau/kolam buatan
di dalam atau di luar tapak.
Footing Drain
Footing Drain
Footing Drain
Interior Drain Tile
Prinsip memindahkan aliran air tanah ke pipa dengan
maksud mengurangi tekanan air serta menurunkan tinggi
muka air seperti dikiri bawah, juga diterapkan pada
konstruksi dinding-dinding penahan tanah (retaining
wall) seperti contoh berikut:
Drainase untuk bidang khusus
Pada pembuatan lapangan sepak bola atau
lapangan tenis, lapangan golf (saluran air tidak
ingin terlihat), metoda sheet flow tidak dapat
diterapkan.
Solusi : membuat pipa-pipa resap dibawah tanah.
Drainase bawah tanah dapat dicapai dengan membuat
saluran horisontal di dalam lapisan tanah; menggunakan
pipa tanah liat berlubang-lubang setengah dibagian atas
atau pipa dengan sambungan terbuka. Agar tanah atau
pasir tidak masuk kedalam pipa, maka bagian pipa yang
terbuka/ berlubang dilapisi ijuk, kemudian kerikil yang
berfungsi sebagai penyaring.(a)
Kemudian air dialirkan ketempat lain kedalam
kolam buatan, sungai dan sebagainya. Namun bila kondisi
tanah didaerah pembuangan memungkinkan (mempunyai
daya resap cukup) sering dibuat pipa resap dengan lubang
perforasi dibawah.(b)
• Aliran air kedalam saluran drainase bawah tanah, dipengaruhi oleh
daya rembes tanah, kedalaman saluran dibawah permukaan,
ukuran dan banyaknya lubang pada pipa, jarak antar saluran serta
diameter saluran.
• Bentuk drainase bawah tanah khusus seperti diatas, menurut
bentuknya dapat dikelompokkan dalam beberapa tipe:
– A. Alamiah : digunakan bila kapasitas air hujan yang akan dialirkan hanya
sedikit, dan ditempat-tempat tertentu saja.
– B. Duri ikan (herring bone) : digunakan untuk daerah lahan berbentuk
cekung dengan lereng dikedua sisinya; atau pada bidang datar dengan
pengaturan kemiringan pipa di dalam tanahnya.Pada sistem ini tidak
diperbolehkan adanya sudut lebih dari 45°
– C. Paralel : dimana aliran air masuk pada pipa-pipa cabang yang paralel,
kemudian diteruskan pada pipa induk yang berpotongan pada sudut
kurang dari 90°
Bentuk Drainasi Duri Ikan
Bentuk Drainase Paralel
Contoh Pembuatan Drainase pada
Lapangan
Contoh Pembuatan Drainase pada
Lapangan
Contoh Pembuatan Drainase pada
Lapangan
Contoh Pembuatan Drainase pada
Lapangan

Anda mungkin juga menyukai