Indi Rizka Aisyi, Syamsul Ghufron, M Thamrin Hidayat, Dewi Widiana Rahayu.
Abstrak: Tujuan dari penelitaian ini adalah untuk mendeskripsikan gerakan literasi sekolah di
sekolah SD Ghufron Faqih Surabaya. Penelitaian ini tergolong penelitian deskriptif kualitatif.
Sumber data penelitian ini adalah guru kelas SD Ghufron Faqih. Data penelitian ini dikumpulkan
dengan teknik wawancara dan dokumentasi dengan menggunakan instrumen pedoman
wawancara. Analisis data menggunakan reduksi data, display data, dan verifikasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pelaksanaan gerakan literasi sekolah di SD Ghufron Faqih memiliki tiga
tahapan yaitu tahapan pembiasaan, tahapan pengembangan, dan tahapan pengembangan, setiap
tahapan pelaksanaan memiliki hambatan dan solusi masing-masing. Gerakan literasi sekolah yang
ada di SD Ghufron Faqih juga sangat berperan dalam meningkatkan minat membaca dan
meningkatkan kualitas prestasi peserta didik.
Abstrac: The purpose of this research is to describe the school literacy movement in the Ghufron
Faqih Elementary School in Surabaya. This research is classified as a qualitative descriptive study.
The source of the data of this study was the elementary school teacher Ghufron Faqih. The data of
this study were collected by interview techniques and documentation using interview guide
instruments. Data analysis uses data reduction, data display, and verification. The results showed
that the implementation of the school literacy movement at the Ghufron Faqih Elementary School
had three stages, namely the habituation stage, the development stage, and the development stage,
each stage of implementation had their own obstacles and solutions. The school literacy movement
in Ghufron Faqih Elementary School also plays a role in increasing interest in reading and
improving the quality of student achievement.
PENDAHULUAN
Budaya literasi di Indonesia saat siswa kelas IV SD dalam hal membaca
ini belum menggembirakan. Kebiasaan berada pada urutan ke 45 dari 48 negara
membaca di kalangan masyarakat masih dengan skor 428 dari skor rata-rata 500
rendah. Minat baca di sekolah dasar pun yang diriset (IEA, 2012). Data temuan
tergolong rendah. Realita yang ada UNESCO (2012) yang berkaitan dengan
menunjukkan bahwa sejak tahun 2000 kebiasaan membaca masyarakat
kemampuan literasi membaca siswa di Indonesia, yaitu hanya terdapat 1 (satu)
Indonesia masih sangat rendah dari 1.000 masyarakat Indonesia yang
dibandingkan dengan literasi siswa di membaca (Kemendikbud, 2016: 2).
negara lain. Menurut Hidayat (2018: Rendahnya kebiasaan membaca itu
810), berdasarkan survei yang dilakukan terutama terjadi di sekolah dasar yang
PIRLS (Progress in International belum menggalakkan kebiasaan literasi.
Reading Literacy Study) pada tahun Adanya permasalahan tersebut
2011, siswa sekolah dasar di Indonesia mendorong pemerintah untuk membuat
masih menempati urutan bawah suatu kebijakan yang dapat mengatasi
dibandingkan dengan siswa di negara rendahnya minat membaca siswa yaitu
lain. Data PIRLS tahun 2011 dengan melalui program Gerakan
menyimpulkan bahwa kemampuan Literasi Sekolah (GLS). Program ini
93
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume XI No. 2, Juni 2020
Page : 93-105
94
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume XI No. 2, Juni 2020
Page : 105-
95
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume XI No. 2, Juni 2020
Page : 93-105
rendah siswa membaca bacaan masih mulai dari buku cerita, majalah dll.
didampingi oleh guru dengan membaca Selain itu juga di tiap dinding kelas
nyaring dan bersama-sama, sedangkan terdapat portofolio siswa yang
untuk yang dikelas tinggi siswa terpampang di dinding jadi kelas dapat
membaca bacaan tanpa didampingi oleh dikatakan sebagai kelas yang kaya akan
guru dengan membaca dalam hati secara tulisan atau teks. Poster kampanye
individu. membaca juga ada di setiap kelas.
Kegiatan membaca bacaan Keterlibatan publik
dikelas rendah untuk waktunya mulai Keterlibatan publik dalam
dari 10-15 menit sedangkan untuk pengembangan GLS saat ini sekolah
dikelas tinggi untuk waktu yang berupaya melibatkan orang tua dan serta
dibutuhkan mulai dari 15-20 menit. elemen masyarakat ungtuk
Kegiatan membaca 15 menit bukan mengembangan GLS di lingkungan
hanya dilakukan pada saat dikelas rumah maupun disekolah.
namun ada juga jadwal tertentu disetiap Dukungan lingkungan sekolah
kelasnya untuk membaca di terhadap GLS yaitu sekolah membelikan
perpustakaan setiap satu minggu sekali buku-buku baru untuk perpustakaan dan
dengan bergiliran. sudut beca kelas karena buku-buku yang
Buku yang dibaca ada di sudut baca sekolah masih minim
Buku yang dibaca oleh siswa dan masih kurang banyak.
yaitu buku non pelajaran misalnya buku
cerita, buku majalah, koran, buku Pelaksanaan Pengembangan GLS di
dongeng dan lain-lain, setelah membaca SD Ghufron Faqih Surabaya
siswa mencatat judul yang telah mereka Tahap pengembangan GLS
baca. difokuskan pada indikator-indikator
Keterlibatan pendidik dan tenaga berikut: (1) kegiatan menanggapi buku
kependidikan pengayaan, (2) koleksi buku pengayaan,
Keterlibatan literasi ini bukan (3) kegiatan menanggapi bacaan , (4)
hanya untuk siswa namun juga mengapresiasi capaian literasi, (5) tim
melibatkan warga yang ada disekitar literasi sekolah.
lingkungan sekolah misalnya kepala Kegiatan menanggapi buku pengayaan
sekolah, guru, orang tua, tata usaha, Kegiatan menanggapi buku
petugas keamanan sekolah, petugas pengayaan setiap hari dilakukan oleh
kebersihan dan lain-lain dengan waktu siswa pada saat pembelajaran karna
15 menit, guru juga ikut membaca pada pengayaan sangat penting untuk
saat mendampingi siswa. mengoreksi mencari benar dan salahnya
Perpustakaan siswa saat mengerjakan soal. Setiap
Perpustakaan di sekolah dasar kelas memiliki buku pengayaan sesuai
ghufron faqih ini terletak di sebelah dengan tingkatannya.
utara lantai satu di perpustakaan ini Koleksi buku pengayaan
terdapat buku-buku non-pelajaran Koleksi buku pengayaan
tersusun rapi di rak buku, buku-buku bervariasi setiap sekolah pasti memiliki
yang ada di perpustaan ini bukan hanya uku pengayaan yang bervariasi dan
untuk siswa namun buku untuk guru berbagai macam model pembelajaran,
juga ada. selain menyimpan buku akan tetapi disekolah ini hanya terdapat
diperpustakaan juga ada di sudut baca 1-2 buku pengayaan yang bervariasi.
kelas. Kegiatan menanggapi bacaan
Sudut baca disekolah Kegiatan menanggapi bacaan
Sudut baca di sekolah ini setiap hari setelah kegiatan membaca
terdapat disetiap sudut kelas untuk siswa menerapkan menanggapi dengan
menyimpan buku-buku non-pelajaran cara aktivitas lisan, tertulis dan melalui
dengan berbagai koleksi buku bacaan seni. Dikelas satu dan dua siswa
96
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume XI No. 2, Juni 2020
Page : 93-105
97
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume XI No. 2, Juni 2020
Page : 93-105
98
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume XI No. 2, Juni 2020
Page : 93-105
99
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume XI No. 2, Juni 2020
Page : 93-105
100
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume XI No. 2, Juni 2020
Page : 93-105
101
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume XI No. 2, Juni 2020
Page : 93-105
bacaan, memahami bacaan serta dapat mereka waktu 15 menit sangat berharga
wawasan baru untuk siswa. untuk belajar dibandingkan harus ikut
Hambatan kegiatan membaca buku nonpelajaran
Berdasarkan hasil penelitian dalam kegiatan literasi.
tentang pelaksanaan gerakan literasi Dalam hal ini terlihat jelas
sekolah juga terdapat hambatan yang bahwa di sekolah SD Ghufron Faqih
dimiliki yaitu siswa malas membaca, Surabaya telah menerapkan indikator
merasa cepat bosan membaca dll. Hal ini yang ada pada panduan Gerakan Literasi
diperkuat oleh hasil penelitian GLS pada Sekolah dasar.
hambatan yang dimiliki menurut
Pradana (2017: 146) menyatakan bahwa PENUTUP/SIMPULAN
hambatan dalam pelaksanaan Gerakan Pelaksanaan Gerakan Literasi
Literasi Sekolah adalah rasa malas yang sekolah di SD Ghufron Faqih Surabaya
terkadang dirasakan baik oleh guru sudah berjalan dengan baik.Semua
maupun oleh siswa. Rasa malas tersebut tahapan GLS telah dilakukan secara
dikarenakan tidak semua siswa dan guru teratur, mulai dari tahapan pembiasaan
mempunyai latar belakang menyukai yaitu dengan cara membaca 15 menit
membaca, tetapi justru mereka memiliki sebelum KBM (kegiatan belajar
habitus membaca serta menulis yang mengajar). Kegiatan ini dimulai dengan
rendah. Hal tersebut kemudian membuat membaca buku non-pelajaran.Pendidik
tidak konsistennya guru mengawasi dan tenaga kependidikan dituntut untuk
siswa dalam kegiatan literasi, sehingga ikut andil dalam melakukan pembiasaan
membuat siswa juga ogah-ogahan membaca di lingkungan sekolah ini.
melaksanakan kegiatan literasi. Dana Salah satu caranya adalah dengan
yang kurang, membuat sekolah kurang adanya penyediaan perpustakaan dan
maksimal dalam mengadakan kegiatan- sudut baca yang ada di setiap kelas.
kegiatan literasi yang baru/inovasi Selain itu, keterlibatan publik juga
kegiatan, karena kegiatan yang sudah dibutuhkan dalam melancarkan tahap
berjalan dirasakan membosankan. pembiasaan, yaitu dengan cara melatih
Menurut Nurjaya (2017:8-9), (1) siswa untukterbiasa dan bersahabat
kegiatan literasi menyebabkan beberapa dengan program gerakan literasi
siswa mengeluh karena jam masuk siswa sekolah.
lebih awal, (2) banyaknya koleksi buku Kedua tahapan pengembangan
pada pojok baca tidak dikembalikan di juga telah dilakukan, yaitu dengan cara
tempat semula (3) kurangnya pendanaan menanggapi buku pengayaan secara
kegiatan literasi sekolah tersebut tidak bersama.Hal tersebut dilakukan setelah
semua bisa direalisasikan, seperti untuk siswa membaca, baik dalam keadaan
pengadaan jurnal membaca siswa, (4) jam kosong, istirahat, maupun pada saat
seringnya tersitanya jam pembelajaran jam pelajaran.Keterbatasan variasi pada
pertama karena kegiatan 15 menit buku pengayaan terbilang masih kurang.
membaca bersama di lapangan SMA Selain itu, menanggapi bacaan juga telah
Negeri 1 Singaraja, (5) tidak fokusnya dilakukan saat siswa selesai membaca.
siswa dalam melaksanakan kegiatan Metode yang digunakan berupa sesi
membaca 15 menit di lapangan, (6) tanya jawab antara guru dan siswa.
banyak siswa ketika diminta un-tuk Adanya apresiasi dari guru terhadap
menjelaskan secara lisan isi bacaan dari siswa yang memiliki capaian literasi
buku yang dibaca terlihat sekadar sudah dilaksanakan. Hal tersebut dapat
melakukan perintah (7) aturan buku menjadi salah satu motivasi agar
bacaan yang harus dibaca berupa buku kedepannya siswa menjadi lebih aktif
nonpelaja-ran menjadi masalah bagi dalam mengikuti kegiatan gerakan
siswa kelas XII yang pada saat itu akan literasi sekolah ini. Pembentukan tim
melaksanakan ujian nasional karena bagi literasi untuk melancarkan kegiatan
102
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume XI No. 2, Juni 2020
Page : 93-105
103
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume XI No. 2, Juni 2020
Page : 93-105
104
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume XI No. 2, Juni 2020
Page : 93-105
105