Anda di halaman 1dari 2

Tujuan konstitusi adalah untuk menjaga keseimbangan antara: a) ketertiban (de orde), ketertiban

masyarakat; b) kekuasaan (het gezag) - yang mempertahankan orde tersebut; c) kebebasan


(vrijheid), kebebasan pribadi dan kebebasan manusia. (Ibid, 99)
Ferdinand Lassale membagi konstitusi dalam dua pengertian yaitu: pengertian sosiologis yang
menggambarkan hubungan antara kekuasaan-kekuasaan dalam suatu negara; dan pengertian yuridis
yang memaknai konstitusi sebagai suatu naskah yang memuat semua bangunan negara dan sendi-
sendi pemerintahan.
Carl Schmitt membagi konstitusi dalam empat pengertian pokok, yaitu: a) konstitusi dalam arti
absolut; b) konstitusi dalam arti relatif; c) konstitusi dalam arti positif; dan d) konstitusi dalam arti
ideal. (Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Op.cit, 67-71.)
Konstitusi dalam arti absolut mengandung arti bahwa konstitusi itu memuat tentang bentuk negara,
dan semua hal pokok yang ada pada setiap negara pada umumnya; sedangkan dalam arti relatif
mengandung arti bahwa konstitusi selalu dikaitkan dengan kepentingan suatu golongan tertentu
dalam masyarakat, dalam suatu negara tertentu saja, demikian juga hal tertulis karena ada suatu
negara yang memiliki konstitusi yang tidak tertulis, sedangkan konstitusi dalam arti positif
mengandung arti bahwa konstitusi dibentuk oleh suatu lembaga yang juga memberlakukan
konstitusi tersebut, dan konstitusi dalam arti ideal merupakan suatu wadah untuk menampung cita-
cita bangsa dan merupakan jaminan perlindungan hak asasi bagi rakyatnya.
Keanekaragaman dalam Memahami Konstitusi
Pengertian tentang konstitusi dipahami dalam berbagai keanekaragaman pendekatan, bukan saja
dari kajian ilmu hukum tetapi juga dari kajian ilmu politik. Misalnya C.F. Strong dalam bukunya yang
berjudul “Modern Political Constitutions, and Introduction The Comparative Studi of Their History
and Existing Form‟ yang menuliskan “A Constitution may be said to be a collection of principles
according to which the powers of the government, the rights of the governed, and the relations
between the two are adjusted”. (Jazim Hamidi dan Malik, Hukum Perbandingan Konstitusi, (Jakarta:
Prestasi Pustaka: 2009), 87-88)
Menurut Strong, ada tiga unsur yang ditemukan dalam konstitusi yaitu, pertama, prinsip tentang
kekuasaan pemerintahan, kedua, prinsip tentang hak-hak warga negara, dan ketiga, prinsip
hubungan antara warga negara dengan pemerintah. Ketiga prinsip ini saling berkaitan, karena
kekuasaan pemerintahan terpusat pada satu tangan atau dibagikan, dan kekuasaan ini juga
mengatur tentang hak-hak yang dimiliki tiap individu, dan pengaturan tentang hubungan antara
pemerintah dengan warga negaranya.
Lebih lanjut Strong juga mengemukakan ada empat cara utama perubahan konstitusi modern yaitu:
1) By the ordinary legislature, but under certain restrictions;
2) By the people through a referendum;
3) By a majority of all the units of a federal state;
4) By a special convention.( C. F. Strong, Op.cit, 146.)
Menurut K.C. Wheare ada empat macam cara yang dapat digunakan untuk
mengubah konstitusi atau Undang-undang Dasar melalui jalan penafsiran, yaitu:
1) Beberapa kekuatan yang bersifat primer (some primary forces);
2) Perubahan yang dianut dalam konstitusi (formal amandement);
3) Penafsiran secara hukum (judicial interpretation);
4) Kebiasaan yang terdapat dalam bidang ketatanegaraan (usage and
convention).( K.C.. Wheare, Op.cit. 67-121.)
Berdirinya sebuah negara tidak lepas dari adanya konstitusi yang mendasarinya. Konstitusi
merupakan berbagai ketentuan dan aturan dasar mengenai ketatanegaraan. Konstitusi dapat berupa
hukum dasar tertulis yang biasa disebut Undang-Undang Dasar, dan dapat pula tidak tertulis.
Konstitusi merupakan dasar dari tatanan hukum sebuah negara, yang di dalamnya terdapat
perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) dan mengatur tentang distribusi kekuasaan
(Distribution of Power) dalam penyelenggaraan negara. Konstitusi biasanya juga disebut sebagai
hukum fundamental negara, sebab konstitusi ialah aturan dasar. Aturan dasar yang nantinya akan
menjadi acuan bagi lahirnya aturan-aturan hukum lain yang ada dibawahnya.
Kata konstitusi dapat mempunyai arti lebih luas daripada pengertian
Undang-Undang Dasar, karena pengertian Undang-Undang Dasar hanya meliputi naskah tertulis saja
dan disamping itu masih terdapat konstitusi yang tidak tertulis, yang tidak tercakup dalam undang-
undang dasar.( Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Penerbit Paradigma, 2004), 180)

Anda mungkin juga menyukai