Anda di halaman 1dari 16

STRATEGI MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN

Maya Safitri
(IAIN Lhokseumawe)
mayasafitri2007@gmail.com

Abstrak
Multiple intelligences erat kaitannya dengan tingkat kemampuan seseorang
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik itu kemampuan secara fisik maupun non
fisik. Adapun jenis kecerdasannyaadalah: kecerdasan linguistik, kecerdasan spasial,
kecerdasan matematis kecerdasan kinestetis, kecerdasan musik, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis dan kecerdasan
eksistensialis. Pada manusia memiliki masing-masing kecerdasan tersebut. Multiple
intelligences ini lebih menekankan pada proses pengembangan kemampuan dasar yang
dimiliki oleh peserta didik. Multiple intelligences ini berfungsi sebagai salah satu cara
untuk mengembangkan ragam kecerdasan yang dimiliki setiap manusia. Kajian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif, dengan menggunakan teknik observasi dan
wawancara serta menggunakan triangulasi sebagai reabilitas dan validitas data.
Hasilnya menunjukkan bahwa pendidik telah melakukan upaya meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar peserta didik, dan pendidik dituntut untuk dapat menciptakan suatu
proses pembelajaran yang memunculkan rasa senang untuk membangkitkan semangat
belajarnya. Pendidik dapat memilih dan mengaplikasikan model, strategi
pembelajaran, pendekatan, metode, media, dan bahan ajar agar terpenuhi tujuan
pembelajaran, yaitu menghadirkan pembelajaran bermakna yang bisa meningkatkan
aktifitas dan hasil belajar peserta didik disekolahnya.
Kata Kunci: Strategi, Pembelajaran, Multiple Intelegences

Abstract
Multiple intelligences are closely related to the level of one's ability to adjust to their
environment, both physical and non-physical abilities. Types of intelligence are:
Linguistic Intelligence, Spatial Intelligence, Mathematical Intelligence, Kinesthetic
Intelligence, Music Intelligence, Interpersonal Intelligence, intrapersonal Intelligence.
Naturalist Intelligence and existentialist intelligence. Every human being has all kinds
of intelligence, but there are only a few dominant or prominent in a person. Multiple
intelligences emphasizes the process of developing basic abilities possessed by students.
Multiple Intelligences serves as one way to develop the variety of intelligence that each
human has.This study uses descriptive qualitative methods. The data colencting
techniques are observation and interview by using triangulation in data validity and
realibility. In an effort to improve student learning activities and outcomes, the teacher
is required to be able to create a learning process that raises the feeling of excitement
to awaken the spirit of learning and provide opportunities for students to express their
opinions. The teacher can choose and apply models, learning strategies, approaches,
methods, media, and teaching materials that are in accordance with the objectives to be
achieved, namely to present meaningful learning that can improve student learning
activities and outcomes in his school.
Key Word: Multiple Intelligences. Learning Strategies.

88
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah proses yang dilaksanakan dalam mengembangkan
dan menggali potensi pesertadidik.Dimana dengan adanya pendidikan merupakan alah
satu hal yang sangat dasar untuk menciptakan manusia yang beradab. Hal tersebut
tentunya sejalan dengan apa yang diharapkan sebagai tujuan pendidikan dalam UUD
1945 yang menyatakan bahwa pendidikan harus mampu mencakup segala potensi
manusia secara menyeluruh, baik itu ranah kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Hal
senada juga dijelaskan sebagaimana dalam Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 dijelaskan bahwa: pendidikan nasional
berfungsi untuk mengembangkan segala kemampuan serta membentuk watak manusia
yang bermatabat sehingga, terciptanya generasi bangsa yang cerdas terampil dan
berkarakter.
Pendidikan secara etimologi berasal dari kata “didik”, yang awalan “pen” dan
akhiran “an” yang mengandung pengertian proses, arah, haluan, cara mendidik,
pemeliharaan dan ajar.1 Sedangkan secara terminologi, pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang dalam usaha mendewasakan mereka
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.2 Selanjutnya kalimat “pendidikan” dalam
bahasa Inggris diterjemahkan education yang berarti pengembangan atau bimbingan,
sedangkan dalam bahasa Arab disebut dengan istilah tarbiyah yang berarti pendidikan.3
Menurut Azzumardi Azra mengartikan pendidikan lebih dari sekedar mengajar.
Pendidikan merupakan suatu proses tranformasi nilai dan menciptakan karakter
kepribadian manusia dari segala aspeknya.4 Sedangkan pendidikan menurut Ensiklopedi
adalah semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan
pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, serta ketrampilannya kepada generasi

1
Tim Penyusun Kamus Pusat. (1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka),
h. 204. Lihat juga Agus Basri. (2002). Pendidikan Islam Sebagai Penggerak Pembaharuan Islam,
(Bandung: al-Ma’arif), h.19.
2
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. (1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka), h. 232.
3
Ramayuslis, Ilmu Pendidikan Islam. (1994). (Jakarta: Kalam Mulia, h.1. Lihat juga Zakiah
Daradjat. (1996). Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksra,), cetakan III, h. 25.
4
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam. (1999). Tradisi dan Modernisasi Menuju Melenium Baru,
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu), h. 3.

89
muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmani
maupun rohani.5
Berbeda dengan Zakiah Daradjat yang mengartikan pendidikan dengan suatu
usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam menyampaikan pelajaran,
memberi contoh, melatih ketrampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan
lingkungan sosial serta mendukung pembentukan kepribadian peserta didik.6 Ahmad D.
Marimba, mengartikan pendidikan sebagai bimbingan secara sadar oleh pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya pribadi
utama.7 Dalam terminologi yang berbeda Ramayulis, mendefinisikan pendidikan sebagai
segala usaha dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.8 Zuhairi mendifinisikan
pendidikan dengan aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia
yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain, bahwa pendidikan tidak hanya
berlangsung di dalam kelas tetapi berlangsung pula di luar kelas. Pendidikan bukan
bersifat formal saja, namun mencakup aspek non-formal.9 Secara luas dan sederhana
Nana Sudjana mendifinisikan arti pendidikan sebagai usaha sadar yang bertujuan untuk
mendewasakan peserta didik.10
Kedewasaan yang dimaksud disini adalah kedewasaan yang meliputi
kedewasaan intelektual, karakteristi, moral yang bukan semata-mata kedewasaan yang
terletak pada fisik saja, akantetapi lebih pada psikis. Pendidikan juga merupakan suatu
proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, melalui proses yang
panjang dan berlangsung sepanjang hayat.
Dari penjelasan di atas sangatlah jelas bahwa hanya melalui pendidikanlah
proses pembentukan karakter peserta didik bisa diwujudkan, sebagai modal utama
generasi penerus bangsa, sehingga akan tercapainya cita-cita bangsa. Oleh karena itu
generasi bangsa ini harus senantiasa dioptimalkan dan dikembangkan segala potensi dan

5
Soegarda Poebakawatja dan A.H. Harahap. (1981). Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung
Agung), cetakan II, h. 257.
6
Zakiah Daradjat. (1999). Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara).h. 27.
7
Ahmad D. Marimba. (1982). Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: NU al-Ma’arif),
h.16.
8
Ramayulis. (2010). Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia), h.125.
9
Zulhairini, dkk. (1995). Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), h. 149.
10
Nana Sudjana. (1991). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar
Baru), cetakan II, h. 2.

90
bakatnya sebagaimana sesuai dengan amanah yang tertuang pada Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menjelaskan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang MahaEsa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Sesungguhnya setiap anak yang dilahirkan telah memiliki cerdas dan membawa
segala fitrah yang berupapotensi dan kelebihn serta keunikannya masing-masing, yang
dengan hal tersebut menjadi mereka manusia yang memeiliki kecerdasan yang beragam.
Oleh karena itu seharusnya setiap sekolah harus memberikan kesempatan bagi peserta
didik dalam mengembangkan kecerdannya tersebut. Tidak mengotomi atau memilah
hanya satu kecerdasan dari sekian banyak kecerdasan dari peserta didik.
Semuel S Lusi dijalaskan dalam bukunya Munif Chatib, memaparkan bahwa
setiap dari diri manusia telah dianugerahkan kecerdasan yang mendasar yang pastinya
11
dimiki oleh manusia. Diantara kecerdasan tersebut adalah kecerasan yang
mencerminkan akan jati diri atau kepribadiannya. Setiap manusia pastilah memeiliki
kecerdasan baik satu ataupun lebih, yang dengan hal tersebut mencerminkan kepribadian
atau jati dirinya. Oleh karena itu ada banyak kecerdsan yang dimiliki oleh manusia yang
mencerminkan sebagai pribadi utuh yang memiliki integritas dan jati diri yang
sesunggunhnya. Hal tersebut adalah kecerdasan dasar berupa kecerdasan IQ
(IntellectualIntelligence), SQ (SpiritualIntelligence), EQ (EmotionalIntelligence), dan
PQ (PhysiqueIntelligence).
Konsep multiple intelegences merupakan sebuah konsep yang
memprioritaskan pada kecerdasan dan kelebihan dari setiap peserta didik. Dimana
dalam konsep tesebut sangat mempercayai bahwa tidak ada manusia yang terlahir ke
muka bumi ini dalam keadaan bodoh, setiap manusia yang terlahir pasti memiliki satu
kelebihan atau lebih yang masing-masing berbeda. Jika kelebihan tersebut bisa diketahui lebih
awal maka memudahkan kemana arah potensi yang dimilikinya tersebut, sebagai modal dasar
dari potensi kecerdasannya. Oleh karena hal tersebut seharusnya pendidik memberikan

11
Munif Chatib. (2009). Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa), h. 92.

91
peluang dan kesempatan yang seluas-luasnya terhadap peserta didik dalam
mengembangkan kecerdasan peserta didik tersebut dalam proses pembelajaran. Maka
dari itu salah satu tugas para pihak sekolahlah yang mampu meneliti kondisi peserta
didik secara spikologis dengan cara mengetahui setiap kecerdasan dari peserta didik.
Sesungguhnya setiap anak yang terlahir ke bumi merupakan anak-anak yang
telah dibekali kecerdasan dan potensi dan kelebihan dari Allah SWT sebagai sang
pencipta. Diantara kecerdasan tersebut adalah: Kecerdasan bahasa, kecerdasan
matematika, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan spasial, kecerdasan
alami.12 Oleh karena itu dalam mengoptomalkan kecerdasan tersebut pendidik
memegang peranan yang sangat penting dalam mengembangkan dan mengasah potensi
kecerdasan yang telah dimiliki oleh setiap peserta didik.
Terjadinya perbedaan kecerdasan yang ada pada peserta didik menuntut para
pendidik untuk lebih kreatif dan memiliki inovatif dalam menyesuaikan pada proses
pembelajaran, baik itu dari segi metode belajar, karakteristik pembelajaran atau metode,
strategi yang di implementasikan dalam proses pembelajaran. Dikarenakan dengan
beragamnya jenis dari kecerdasan tersebut maka tejadi perbedaan metode belajar dalam
pembelajaran. Dikarenakan setiap kecerdasan akan merespon proses pembelajaran
dengan gaya belajar yang berbeda-beda pula.
Berdasarkan pemasalahan di atas peneliti mengampil objek penelitiannya pada
salah satu SMA yang telah menerapkan sistem pembelajaran multiple intellegennces
yaitu SMA Negeri 1 Jangka. Pada saat melakukan penelitian peneliti melakukan proses
wawancara dengan pihak kepala sekolah dimana beliau mengatakan bahwa pihak
sekolah tidak melakukan cara khusus untuk melaksanakan konsep tesebut hanya saja
pihak sekolah memberikan fasilitas terhadap bakat yang dimiliki oleh peserta didik
secara terbuka dengan membangun komunikasi yang lebih aktif antara pendidik dengan
peserta didik.
Selanjutnya peneliti mewawancarai pendidik terkait tentang mekanisme
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan konsep multiple intelegences, dimana
pendidik telah menerapkan beberapa metode keatif sebagai salah satu bentuk upaya
dalam menggali dan mengoptimalkan potensi kecerdasan dari para peserta didik,

12
Gardner Howard. (2003). Multiple Intelegence (Kecerdasan Majemuk) Teori dan Praktek.
(Jakarta: Interaksa). h.76.

92
melalui proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian sebagai siklus dari proses
pembelajaran.

B. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian.13 Informasi atau
data dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh berupa lisan maupun tulisan,
dimana telah terjadi interaksi dengan responden. Sejangkan jenis penelitinnya adalah
derkriptis analisis dimana peneliti berusaha untuk mendeskripsikan semua peristiwa
yang keterkaitannya dengan penelitian ini. Adapun langkah yang ditempuh adalah
memberikan deskriptif analisis kualitatif, dengan membentuk abtraksi dengan jalan
menafsirkan data berdasarkan segi pandangan objek.14
Adapun yang menjadi lokasi penelitian berada di SMA Negeri 1 Jangka
Kabupaten Bireun. Pengambilan lokasi penelitian di sekolah tersebut dikarenakan dari
hasil pengamatan peneliti terdapat fenomena seperti yang telah digambarkan pada latar
belakang masalah, sehingga lebih akurat dalam memperoleh data. Dalam penelitian ini,
yang menjadi sumber data adalah semua hasil wawancara dengan pendidik dan peserta
didik. Adapun instrumen penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
observasi terhadap peserta didik dan pendidik dam tempat peneliti melakukan
penelitian. Lebih lanjut juga dilakukan studi dokumentasi, hal ini dilakukan untuk
memperoleh data berupa keterangan atau informasi yang diperlukan terkait dengan
penelitian baik data tertulis maupun yang bersifat akademis dan administratif.
Data ini kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik triangulasi dengan
menggunakan ada empat modus yang dilakukan, yaitu sumber data, metode,
investigator/penyidik, teori, dan informasi yang diperoleh dari satu sumber data yang
divalidasi dalam konteksnya dengan sumber data yang lain.15 Adapun teknik tersebut
diperoleh melalui (1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
(2) Membandingkan informasi yang disampaikan seseorang di depan umum dengan
yang diucapkan secara pribadi. (3) Membandingkan informasi yang disebut dengan

13
Lexy J. Moleong. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya),
h.6.
14
Lexy J. Moleong. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya),
h.7.
15
Mohammad Ali dan Muhammad Asrori. (2014). Metode Mengajar Multiple Intelligences.
Bandung: Nuansa Cendekia), h.137.

93
situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu. (4) Membandingkan
keadaan dan perspektif seseorang berpendapat sebagai rakyat biasa, dengan yang
berpendidikan dan pejabat pemerintah. (5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi
suatu dokumen yang berkaitan.16

C. Hasil dan Pembahasan


1. Konseptual Multiple Intelligence
Tepat pada tahun 1983 konsep multiple intelligences, telah diperkenalkan oleh
Howard Gardner. Kajian teori tentang kecerdasan ini bisa dipahami sebagai kajian
teori yang sangat luas dan majemuk. Dikarenakan sebelum dimunculkannya teori
multiple intelligences kecerdasan dimaknai dengan sangat sempit. Dimana kecerdasan
sesorang hanya dilakukan dengan pengujian berupa tes IQ yang setelah melakukan tes
hasilnya akan dirubah dalam bentuk angka yang dinilai oleh pakar psikologi di dunia.17
Hal tersebut kemudian berhasil di dobrak oleh Gardner beliau mengatakan
bahwa “Intelligenceis theabilitytosolve problems, or tocreate products, thatarevalued
18
with inoneor more cultural”. Menurut pendapat beliau bahwa kecerdasan seseorang
janganlah diukur dengan hasil tes strandar psikologi, akan tetapi kecerdasan itu dapat
diukur melalui kebiasaan seseorang dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang
dihadapinya dan juga dari segi kecerdasan sesorang yang mampu menghasilkan karya-
karya kreatif yang memiliki nilai jual tinggi.
Multiple intelligences bisa dipahami bahwa kecerdasan yang beragam dan
salah satu bentuk kemampuan dalam memecahkan berbagai persoalan, sehingga akan
menghasilkan produk dalam suatu keadaan yang beranekaragam dalam situasi yang
nyata. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dipahami bahwa multiple
intelligences bukanlah kemampuan seseorang untuk menjawab soal-soal tes IQ yang
hanya berpatokan pada aspek koknitif sajadalam ruang tertutup yang terlepas dari
lingkungannya.19 Dalam melakukan pengukuran multiple intelligencestidak hanya

16
Lexy J. Moleong. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya),
h.331.
17
Munif Chatib. (2013). Sekolahnya Manusia, Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di
Indonesia. Bandung:Kaifa), h.132.
18
Chatib, Munif. (2013). Sekolahnya Manusia, Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di
Indonesia. Bandung:Kaifa), h. 135.
19
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. (2007). Teori Belajar Dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media), h.145.

94
menekankan yangkecerdasan matematis, logis dan linguistik, dikarenakan hal tersebut
telah mengesampingkan kecerdasan-kecerdasan lainnya.20
Hal yang sama juga di kemukakan oleh David Weschler beliau memaparkan
bahwa rumusan mengenai kecerdasan merupakan sebuah kapasitas umum bagi setiap
manusia dalam melakukan aktivitasnya, berdedikasi, berfikir rasional dan berinteraksi
dengan lingkungan hidupnya secara efisian dan efektif. Yang tidak dibatisi dalam
lingkup kecerdsana yang sempit dan kecil 21
Berdasarkan penjelasan di atas mengenai teori multiple intelligences yaitu
validasi tertinggi, dimana gagasannya terletak pada perbedaan kecerdasan individu
yang beragam dan menjadi suatu hal yang sangat penting. Implementasi dalam proses
pendidikan sangatlah penting. Dimana pengaplikasiannya dalam proses pembelajaran
sangattergantung dalampengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadapsetiap
peserta didik sebagai bentukpenghargaanterhadap setiap potensi, minat dan
bakatmasing-masing peserta didik. Oleh karena itu multiple intelligences tidak hanya
mengakui segala berbedaan dari setiap peserta didik, yang tujuannya hanya bersifat
praktis, seperti perencanaan, pengajaran dan penilaian akan tetapi juga menilai serta
dapat menerima segala yang bersifat normal,wajar, bahkan menarik dan sangat
berharga.Teori ini merupakan langkah menuju suatu titik dimana setiap peserta didik
dihargai dan keragaman kecerdasannya yang harus senantiasa di kembangkan dan
dibudidayakan.
Dengan demikian teori multiple intelligences adalah gagasan bahwa
perbedaan individu sangat penting. Pemakaian dalam pendidikan sangat tergantung
pada pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap atau berbagai cara
peserta didik, disamping pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap
minat dan bakat masing-masing peserta didik. Penemuan Gardner tentang multiple
inteligences seseorang telah mengubah konsep kecerdasan. Dimana kecerdasan
peserta didik tidak hanya diukur dengan tes tertulis, akan tetapi juga bisa dinilai
kecerdasannya melalui caranya dalam memecahkan problem nyata dalam kehidupan.
Sehingga multiple intelligences peserta didik dapat dikembangkan melalui pendidikan
dan pelatihan. Dalam menunjukkan kecerdasan peserta didik bisa diperhatikan
20
Colin Rosedan Malcom. 2002. Cara Cepat Belajar Abad XXI, (Bandung:Nuansa), h.57.
21
Nana Syaodih Sukmadinata. (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:
Rosda Karya), h. 93.

95
bagaimana kemahiran dan keterampilan peserta didik untuk memecahkan setiap
permasalah dan kesulitan yang dihadapi dalam kehidupannya.
Kemudian kemahiran dalam memecahkan permasalahan bisa
dikembangkan melalui ilmu pengetahuan. Contohnya kecerdasan intrerpersonal
yang merupakan kemampuan dalam realisasi kehidupan social. Dimana kecerdasan
interpersonal sangat menentukan dalam mengembangkan, memecahkan dan
memberikan solusi bagi setiap permasalahanya.
Kecerdasan bagi setiap manusia secara otomatis terbentuk sesuai
pertumbuhan secara fisik, dimana stuktur dan fungsi otaknya akan terbentuk dan
tercapai sesui dengan umurnya. Hal tersebut bisa terjadi selama 0-12 tahun pertama,
sehingga dalam rentan waktu tersebut merupakan suatu proses yang sangat vital dalam
pembentukan dan perkembangan.
Pemilihan strategi multiple intelligences dalam proses pembelajaran dapat
memudahkan pendidik dalam melakukan aktifitas pembelajaran menuju kepada
tercapainya tujuan pembelajaran tertentu yang telah ditetapkan. Makna multiple
intelligences bergantung kepada konteks saat teori itu dicetuskan pertama kali meski
akhirnya bermuara pada kuantitas kepentingan politis, keturunan, keunggulan ras dan
banyak lagi dari khakekat kecerdasan itu sendiri. Strategi digunakan dalam berbagai
bidang yang memiliki esensi yang relatif sama termasuk diadopsi dalam konteks
pembelajaran yang dikenal dalam istilah strategi pembelajaran.22
Pemahaman mengenai multiple intelligences sangat terkait dengan konteks
teori saat pertama kali di rumuskan, dimana bermuara pada kepentingan ras, keturunan
dan hakekat dari kecerdasan itu sendiri.23 Kamus besar bahasa Indonesia, strategi
adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.24
Sedangkan pembelajaran, menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses, cara,
perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.25 Selanjutnya dalam
menyusun strategi multiple intelligences perlu memperhitungkan berbagai faktor, baik
dari dalam maupun dari luar.
22
Paturrohmah, Pupuh dan Sobry Sutikno, (2007),Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Refika Aditama),
h. 45.
23
Chatib, M. (2011), SekolahManusia, SekolahBerbasis Multiple Intelegences di Indonesia. (Bandung:
Mizan Media Utama), h. 69-70.
24
FM, Meindar dkk. (1991). Kamus Lengkap Inggris-Indonesia. (Jakarta: Eska Media), h. 138.
25
Ahmad Rohani. (2004). Pengelolaan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta), h. 70.

96
Strategi dalam pembelajaran berarti pola umum perbuatan pendidik dengan
peserta didik dalam perwujudan kegiatan pembelajaran. Sifat umum pola tersebut
adalah macam dan urutan perbuatan tampak dipergunakan atau dipercayakan pendidik
dan peserta didik dalam macam-macam peristiwa belajar.26 Multiple intelligences juga
mengakui perbedaan individual ini untuk tujuan-tujuan praktis, seperti pengajaran dan
penilaian, tetapi juga menganggap serta menerimanya sebagai sesuatu yang normal,
wajar, bahkan menarik dan sangat berharga.27 Selanjutnya strategi dalam hal ini
merujuk pada karakteristik abstrak rentetan perbuatan pendidik dan peserta didik pada
peristiwa pembelajaran. Tersirat dibalik karakteristik abstrak itu adalah rasional yang
membedakan satu dengan yang lain secara fundamental.
Dengan demikian dapat di pahami bahwa strategi pembelajaran multiple
intelligences merupakan suatu serangkaian rencana kegiatan yang termasuk didalamnya
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam suatu
pembelajaran. Strategi multiple intelligences pembelajaran didalamnya mencakup
pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran secara spesifik. Penerapannya
dalam proses pembelajaran sangat bergantung pada pengenalan, pengakuan, dan
penghargaan terhadap setiap peserta didik, disamping pengenalan, pengakuan, dan
penghargaan terhadap setiap minat dan bakat masing-masing pendidik.
Akan tetapi jika kecerdasan peserta didik yang terbatas tidak
memungkinkannya untuk mencapai keunggulan. Karena tingkat multiple intelligences
bawaan sangat ditentukan baik oleh bakat bawaan (berdasarkan gen yang diturunkan
dari orang tuanya), walaupun ada juga pengaruh dari faktor lingkungan (termasuk
semua pengalaman dan pendidikan yang pernah diperoleh seseorang, terutama tahun-
tahun pertama dari kehidupan mempunyai dampak kuat terhadap kecerdasan
seseorang), sehingga penerapannya dalam bidang pendidikan sangattergantungpada
kedelapan jenis kecerdasan tersebut.

2. Jenis-Jenis Kecerdasanan Multiple Intelligences


Ada delapan jenis multiple intelligences pada proses pembelajaran diantaranya
adalah:

26
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya. (2003). Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pusaka
Setia), h. 45.
27
Agus Sujanto. (1985). Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rajawali), h.43.

97
a. Kecerdasan Linguistik (Word Smart)
Kecerdasan linguistik yaitu kecerdasan verbal untuk menggunakan kata-kata
secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan serta kemahiran dalam arti kata, nada
suara, ritme, dan intonasi dari sumber yang diucapkan.28 Kecerdasan ini mencakup
kecerdasan dalam bentuk kata-kata, kekuatan kata dan penggunaan gaya bahasa untuk
mengekspresikan, dan menghargai makna yang kompleks.
b. Kecerdasan Logika Matematika (Logic Smart)
Kecerdasan logika matematika merupakan kecerdasan dalam memecahkan
suatu permasalahan dalam hal angka, urutan, logika, yang berhubungan dengan
deduktif dan induktif.29 Kecerdasan ini merupakan bagian dalam hal berhitung,
mengukur, dan mengoperasikan angka-angka, dimana saat proses pembelajaran
pendidik harus merangnya dalam hal pertanyaan, eksperimen, dan analisis untuk
menemukan jawabannya.
c. Kecerdasan Kinestetik/Fisik (Body Smart)
Kecerdasan kinestetik/fisik merupakan suatu bentuk kecerdasan mensinerjikan
bahasa tubuh secara mahir dan terampil dalam menyalurka ide-ide, gagasan, perasaan,
emosi, dan pemikiran.30 Mereka yang memiliki kecerdsan inimemiliki kemampuan fisik
danmenyukai aktifitasfisik diberbagai jenisolahraga, seni dan mampu berkoordinasi
dalam menyeimbangkan daya tahan, kekuatan, kelembutan, dan kecepatan fisiknya.
d. Kecerdasan Visual Spasial (Picture Smart)
Kecerdasan visual spasial kecerdasan dalam hal cara pandang dalam kapasitas
pemikiran, bernalar, dengan menggunakan gambar visual, media perfilman, karya ukir,
gambar-gambar dan lainnya.31 Kecerdasan ini sangat menyenangi dan senang
mengamati dunia visual dan spasial secara akurat. Dan hal-hal yang berkenaan dengan
warna, garis, bentuk, ruang, ukuran dan keseluruhan elemen-elemen tersebut.
e. Kecerdasan Intrapersonal (Self Smart)

28
Alamsyah Said & Andi Budiman Jaya. (2015). 95 Strategi Mengajar Multiple Intelegences,
(Jakarta: Prenada Media Group), h.33.
29
Muhammad Yaumi, (2012). h.14.
30
Julia Jasmine. (2012). Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. (Jakarta: Dian Rakyat).
h.25.
31
Alamsyah Said & Andi Budimanjaya. (2015). 95 Strategi Mengajar Multiple Intelegences,
(Jakarta: Prenada Media Group), h.172.

98
Kecerdasan intrapersonal yaitu kecerdasan dalam merancanakan persepsi akan
dirinya serta menggunakan segala potensi ilmu pengetahuan, seperti dalam hal
merencanakan dan mengstruktur kehidupan seseorang. 32 Oleh karena itu kecerdasan
intrapersonal adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan
tentang diri sendiri, sehingga mereka yang memili kecerdasan ini memapu mengahargai
nilai, etika sopan san tun serta karakter yang sangat baik.
f. Kecerdasan Interpersonal ( People Smart)
Kecerdasan interpersonal merupakan kecerdasan dalam hal sosial atau
pergaulan dengan orang lain, seperti kemahirannya dalam hal mudah bergaul, mampu
beradaptasi serta peka terhadap kondisi sosial dan mampu bekerjasama serta memiliki
empati yang tinggi terhadap lingkungan sekitar.33Kecerdasan ini mampu untuk
mengamati, memotivasi, mengerticarapandangan, sikap orang lain dan merasakan
perasaan orang lain, serta mampu mengespresikanekspresi wajah,suara,dan gerakan
tubuh orang lain, sehingga dapat memberikan motivasi dan respon secara efektif dalam
berkomunikasi.
g. Kecerdasan Musikal (Music Smart)
Kecerdasan musik adalah kecerdasan yang diciptaka agar dapat menikmati,
mengamati, membedakan, mengarang, dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik.
Terutama kemahirannya dalam hal ritme, melodi, tembang dari musik yang didengar.34
Unsur musik merupakan suatu bentuk kecerdasan dalam menciptakan kondisi suasana
yang rileks, sehingga dapat membangkitkan semangat, merangsang kreativitas,
kepekaan dan kemampuan berfikir. Karena dengan menggunakan musik atau senisangat
membantu dalam meningkatkan daya ingat.Karena dengan kecerdasan ini merupakan
sensitivitaspadapola titinada, kreasi, melodi, dan ritme, sehingga peserta didik yang
memiliki kecerdasan ini akan lebih pekadalammenciptakan, mengapresiasi pada pola,
nada, irama, dan ekspresi dalam bidang musik.
h. Kecerdasan Naturalis (Nature Smart)
Kecerdasan natural bisa diartikan sebagai kecerdasan dalam berinteraksi dengan
lingkungan dan mencintai keindahan dan menikmati kehidupan serta berinteraksi
32
Campbell, Linda, Campbell, Bruce, Dickinson, Dee, et al. (2002). Melesatkan Kecerdasan,
(Terjemahan Tim Inisiasi). (Jakarta Inisiasi Press), h. 3.
33
Alamsyah Said & Andi Budimanjaya. (2015). 95 Strategi Mengajar Multiple Intelegences,
(Jakarta: Prenada Media Group), h. 261.
34
Ahmad Mudzakir. (1997). Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia), h.54.

99
dengan alam dengan cara menjaga, merawat dan meneliti tetang hal yang berkaitan
dengan alam.35
i. Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan eksistensial merupakan kecerdasan yang sering disamakan dengan
kecerdasan piritual, dimana kecerdasan tersebut memiliki nilai serta norma-norma dan
keyakinan yang kuat dalam kehidupannya.36 Dalam kecerdasan ini merupakan
kecerdasan yang sangat mendasar sebagai fitrah sesorang akan hal keimanan,
kepercayaan dan ketaatan dalam menjalani kepercayaan beragama yang diyakininya.

3. Pengembangan Multipleintelligences dalam Pembelajaran


Berdasarkan hasil data awal mengenai pengembangan strategi multiple
intellegencesyang telah dilaksanakan oleh pendidik dapat dikatakan berjalan dengan
baik, sehingga bias diimplementasikan dalam proses pembelajaran.Hal tersebut dapatlah
untuk untuk menarik benang lurus antara multiple intellegences yang telah dilakukan
oleh pendidik terhadap peserta didik dengan pemahamannya tentang kecerdasasan yang
majemuk pada SMA Negeri 1 Jangka.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan parapendidik, ditemukan bahwa
mayoritas pendidik telah memahami dan melaksanakan akan multiple
intellegencesyang perkembangan pada peserta didik dengan baik. Hal tersebut terlihat
dari pernyataan pendidik bahwa peserta didik yang ada pada SMA Negeri 1 Jangka
cenderung memiliki kecerdasan yang beragam dan majmuk, yang selalu
dikembabangkan dalam proses pembelajaran, sehingga pendidik selalu berusaha
memberikan pemahaman positif, dan contoh yang baik terkait dengan multiple
intellegencest ersebut. Data dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penerapan
strategi pembelajaran multiple intelligences merupakan suatu cara dalam menggali dan
mengoptimalisasi informasi kedelapan kecerdasan yang dimilik pada masing-masing
peserta didik, akan tetapi untuk memunculkan dan mengelurkan keseluruhan
kecerdasaN yang dimiliki oleh peserta didik harus dengan bersinergi satu sama lainnya,

35
Alamsyah Said & Andi Budimanjaya. (2015). 95 Strategi Mengajar Multiple Intelegences,
(Jakarta: Prenada Media Group), h.299.
36
Jasmine, Julia. (2012). Metode Mengajar Multiple Intelligences, (Bandung: Nuansa
Cendekia), h. 191.

100
sehingga peserta didik bisa dan mahir dalam memecahkan segala persoalan dan masalah
secara baik dan benar.
Selanjutnya dari hasil analisis penelitian dengan Pak Jamaluddin selaku
Kepala sekolah menunjukkan bahwa penerapan multiple intelligences menjadikan
pendidik untuk terus mengembangkan dalam melakukan proses pembelajaran inovatif
yang relatif yang baru dan beragam dalam dunia pendidikan. Meskipun demikian, beliau
menambahkan bahwa setiap penerapan strategi multiple intelligences pastinya memiliki
rangkaian pembelajaran yang bekerja secara efektif bagi semua peserta didik, dimana
setiap peserta didik mempunyai kecerdasan dan kecendrungan tertentu pada kedelapan
kecerdasan tersebut.
Selanjutnya, penerapan multiple intelligences dalam proses pembelajaran yang
ideal yaitu pembelajaran yang terus bekerja sama antara pendidik dengan peserta didik
sebagai subjek pembelajar, sehingga dengan terciptanya kondisi yang saling
menguntungkan dan mendukung antara keduanya sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar yang sesuai dengan harapan tujuan pembelajaran. Ainal Mardhiah selaku
pendidik di SMA Negeri 1 Jangka Bireun menjelaskan bahwa dukungan, motovasi
dan semangat yang diberikan oleh pendidik sangatlah mambantu untuk menunjukkan
jalan bagi peserta didik dalam mengaplkasikannya dalam setiap kecerdasan tersebut,
karena dengan adanya dukungan dari pendidik memegang peranan utama dalam
setiap proses pembelajaran.
Dengan demikian, uraian temuan penelitian di atas menunjukkan bahwa proses
pembelajaran yang baik dan bermutu yaitu proses pembelajaran yang dengan aktif,
kompak mengikut sertakan peserta didik sebagai subjek utama dalam pembelajaran,
karena dengan melibatkan langsung peserta didik secara menyeluruh serta didukung
oleh pihak pendidik yang menjadi motivator utama dalam proses pembelajaran. Akan
tetapi sebelum dijanali proses pembelajaran alangkah baiknya mendidik terlebih dahulu
mengenal, mendalami dan memahami, mempersiapkan serta memperhatikan kedelapan
jenis multiple intelligences yang paling tampak, menonjol dari pada setiap peserta
didik, sehingga pendidik dapat menentukan strategi pembelajaran yang manakah yang
paling cocok yang bisa diaplikasikan pada peserta didik secara optimal.
Pendidik dapat mengimplementasikan multiple intelligences dalam proses
pembelajaran secara fleksibel dan luas, supaya aktivitas pembelajaran bisa dilakukan

101
seperti memberikan kesempatan bagi peserta didik dalam menampilkan akan setiap
kecerdasan yang dimilikinya pada setiap bidang kemampuannya. Dikarenakan manfaat
penerapan multiple intelligences sangat baik sekali ketika hal ini dapat diterapkan dalam
pembelajaran dan pendidikan di sekolah, sehingga dapat membangkitkan motivasi
belajar, memfasilisasi bakat dan minat pesetrta didik dalam hal potensi kecerdasannya
yang sesuai dengan kemampuannya, sehingga secara sistematis akan dapat
meningkatkan kemampuan pesertadidik dalam bidang yang mereka sukai, sampai pada
memberikan pengaruh positif dalam suasana belajar yang menyenangkan dan
mengesankan bagi mereka.

D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitan dan pembahasan mengenai multiple intelligences,
maka ada beberapa pemahaman yang dilakukan pendidik diantaranya: Penerapan konsep
multiple intelligences pada proses pembelajaran dapat menyalurkan potensi peserta
didik, sehingga pendidik dapat menyesuaikan karakter dan kecerdasan setiap peserta
didik, mengenai potensi peserta didik yang dapat dikembangakan melalui proses
pembelajaran dengan maksimal yang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan talentanya
pada saat proses pembelajaran, dikarenakan dengan adanya pengalaman belajar yang
positif akan dpat membantu peserta didik dalam menyelasaikan setiap permasalahan
yang dihadapinya. Multiple intelligences merupakan dasar utama dalam proses
pengembangan dalam penyususnan srategi pembelajaran di sekolah, sehingga proses
pembelajaran akan menjadi lebih mudah dan menyenangkan untuk dikembangkan. Dan
pendidik dengan cepat bisa memahami karakter peserta didik menegenai kecerdasan dan
kemampuan peserta didik di bidangnya masing-masing.

102
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rohani. (2004). Pengelolaan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya. (2003). Strategi Belajar Mengajar, (Bandung:
Pusaka Setia.
Alamsyah Said & Andi Budiman Jaya. (2015). 95 Strategi Mengajar Multiple
Intelegences, Jakarta: Prenada Media Group.
Agus Sujanto. (1985). Psikologi Perkembangan, Jakarta: Rajawali.
Agus Basri. (2002). Pendidikan Islam Sebagai Penggerak Pembaharuan Islam,
Bandung: al-Ma’arif.
Ahmad D. Marimba. (1982). Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: NU al-
Ma’arif.
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam. (1999). Tradisi dan Modernisasi Menuju Melenium
Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. (2007). Teori Belajar Dan Pembelajaran,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Campbell, Linda, Campbell, Bruce, Dickinson, Dee, et al. (2002). Melesatkan
Kecerdasan, (Terjemahan Tim Inisiasi), Jakarta Inisiasi Press.
Colin Rosedan Malcom. 2002. Cara Cepat Belajar Abad XXI, Bandung: Nuansa.
FM, Meindar dkk. (1991). Kamus Lengkap Inggris-Indonesia. Jakarta: Eska Media.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. (1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka.
Gardner Howard. (2003). Multiple Intelegence (Kecerdasan Majemuk) Teori dan
Praktek. Jakarta:Interaksa.
Jasmine, Julia. (2012). Metode Mengajar Multiple Intelligences, (Bandung: Nuansa
Cendekia.
Lexy J. Moleong. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mohammad Ali dan Muhammad Asrori. (2014). Metode Mengajar Multiple
Intelligences. Bandung: Nuansa Cendekia.
Munif Chatib. (2009). Sekolahnya Manusia, Bandung: Kaifa.
Nana Sudjana. (1991). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung:
Sinar Baru. Paturrohmah, Pupuh dan Sobry Sutikno, (2007), Strategi Belajar
Mengajar, Bandung: Refika Aditama.
Ramayulis. (2010). Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
Soegarda Poebakawatja dan A.H. Harahap. (1981). Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta:
Gunung Agung.
Tim Penyusun Kamus Pusat. (1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka.
Zakiah Daradjat. (1996). Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksra, cetakan. III.
Zulhairini, dkk. (1995). Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

103

Anda mungkin juga menyukai