Revisi 8 Laporan Penelitian Michael Grissandri 201823032
Revisi 8 Laporan Penelitian Michael Grissandri 201823032
YOGYAKARTA
2022
LAPORAN PENELITIAN
SCOPING REVIEW : ANALISIS MANFAAT HONEY SEBAGAI DRESSING
PRIMER UNTUK PENYEMBUHAN ULKUS DEKUBITUS
YOGYAKARTA
2022
ii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN
Disusun oleh :
NPM 201823032
Pembimbing I,
NIK 0519016803
Pembimbing II,
iii
NIK 201550003
NPM : 201823032
Yang telah saya laksanakan selama empat bulan dari tanggal 13 Mei 2022 sampai
dengan 11 Agustus 2022, seluruhnya merupakan hasil karya sendiri.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian penulisan hasil
penelitian ini terbukti bukan karya sendiri atau terdapat indikasi adanya plagiat,
maka saya bersedia menerimasanksi moral, sanksi administratif serta dituntut
ganti rugi dan atau pidana sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
Pernyataan keaslian penelitian ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa tekanan
dari siapapun dan atau dari pihak manapun.
iv
Michael Grissandri
v
MOTTO
“Yesterday is history, Tomorrow is a mystery, but Today is a gift. That’s why it’s
called The Present.”
-Master Oogway
“If you only do what you can do, you will never be more than you are now”
-Master Shifu
“what do you think is it the end, but actually it’s just the beginning. Don’t be
careless, stay alert”
vi
INTISARI
Pendahuluan: Ulkus dekubitus adalah salah satu ulkus kronis yang disebabkan
oleh tekanan pada kulit atau jaringan lunak yang berkepanjangan pada area tubuh
tertentu. Angka kejadian ulkus dekubitus di Indonesia adalah 33,3% yang dimana
ternilai cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara ASEAN yang hanya
berkisar 2,1% - 31,3%. Angka prevalensi ulkus dekubitus di rumah sakit jakarta
tahun 2012-2013 sekitar 1,6%, angka tersebut diwaspadai supaya persentase nilai
yang ada tidak bertambah karena mengingat target sasaran mutu Depkes tahun
2001 untuk tidak mengalami luka tekan atau ulkus dekubitus pada pasien selama
dalam masa perawatan harus berada dititik 0%.
Metode: Menggunakan literatur review: Scoping review untuk mengidentifikasi
literatur secara mendalam dan menyeluruh yang didapatkan melalui berbagai data
sumber dan dengan menggunakan PRISMA untuk screening literatur.
Hasil: Didapatkan tiga jurnal yang sesuai inklusi dari 2.466 literatur.
Simpulan: madu memiliki efek menyembuhkan dalam tiap fase penyembuhan
luka, terdapat perbandingan tiap honey dressing yang digunakan dalam dunia
medis, madu telah dinilai baik terkait manfaatnya dalam penyembuhan dekubitus,
efektivitas madu yang dinilai sebagai agen antimikroba dengan dikombinasikan
antobiotik.
Saran: melalui review ini diharapkan dapat mempertimbangkan pemakaian
honey dressing sebagai agen penyembuh luka kronis, dan untuk peneliti
selanjutnya dapat menggunakan literature ini sebagai referensi penelitian lebih
lanjut.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya, penulis mampu menyelesaikan Laporan Penelitian dengan judul
“Scoping review : Analisis Manfaat Honey Sebagai Dressing Primer Untuk
Penyembuhan Ulkus Dekubitus”. Penyusunan Laporan Penelitian ini sebagai
syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan di Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Panti Rapih
Yogyakarta. Laporan Penelitian ini sekaligus sebagai tugas akhir mata kuliah
Laporan Penelitian yang dimana sebagai syarat kelulusan Sarjana Keperawatan.
Tujuan pembuatan Laporan Penelitian ini adalah sebagai bekal untuk melanjutkan
tugas Laporan Penelitian. Dalam merancang Laporan Penelitian penulis
mendapatkan banyak bantuan, support dan bimbingan dalam menyelesaikan
Laporan Penelitian ini, dalam bentuk moril dan/atau materiil. Oleh karena itu,
dengan penuh hormat penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, dengan rahmat-Nya dan pertolongan-Nya saya
mampu menyelesaikan tugas akhir mata kuliah skripsi dengan baik.
2. Bapak Paulus Subiyanto, M.Kep., Sp.KMB, selaku dosen pembimbing
satu Laporan Penelitian yang berkenan hati membimbing penulis dalam
menyelesaikan Laporan Penelitian.
3. Sr. Lucilla Suparmi, CB, M.Kep., Sp.K.M.B, selaku dosen pembimbing
dua Laporan Penelitian yang berkenan hati membimbing penulis dalam
menyelesaikan Laporan Penelitian.
4. Kepada kedua orang tua saya, yang selalu mengingatkan dan memberikan
nasihat kepada saya untuk mengejar waktu supaya saya tidak tertinggal
dan dapat menyelesaikan skripsi saya dengan cepat.
5. Kepada teman-teman saya, meskipun memiliki kesibukan yang sama tetapi
masih mampu meluangkan waktu untuk berkumpul bersama sekadar
melepas penat.
viii
6. Kepada kakak tingkat saya yang sekarang menjenjang profesi ners, yang
mau membantu saya memberikan referensi bagaimana mengerjakan
PRISMA.
Banyak-nya dukungan dan arahan pembimbing membuat penulis yakin bahwa
Laporan Penelitian dengan judul “Scoping Review : Analisis Manfaat Honey
Sebagai Dressing Primer Untuk Penyembuhan Ulkus Dekubitus”, dapat
memenuhi persyaratan lulus mata kuliah Laporan Penelitian. Penulis berharap
Laporan Penelitian yang telah disusun penulis dapat bermanfaat dan berguna bagi
para pembaca.
ix
DAFTAR ISI
LAPORAN PENELITIAN..............................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................iii
MOTTO............................................................................................................................v
INTISARI........................................................................................................................vi
KATA PENGANTAR....................................................................................................vii
DAFTAR ISI....................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL............................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................xiii
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................14
x
4.1 Kesimpulan......................................................................................................46
4.2 Saran................................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................49
LAMPIRAN...................................................................................................................51
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Prefered Reporting Items for Systematic reviews and Meta-
analyses (PRISMA)……………………………………………………………...10
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
15
Menurut Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP) ulkus dekubitus dibedakan
menjadi derajat I sampai derajat IV, yang dimana: derajat I dijumpai kulit
yang utuh, bewarna merah pucat terlokalisasi pada daerah tonjolan tulang;
derajat II dijumpai kekebalan sebagian epidermis, dermis, atau keduanya
menghilang, terdapat lepuhan yang terisi serum; derajat III dijumpai
kekebalan seluruh kulit menghilang atau nekrosis jaringan subkutis, lemak
subkutis terlihat namun tulang, tendon, atau otot tidak terlihat; derajat IV
dijumpai kehilangan seluruh kekebalan seluruh kulit karena nekrosis yang
luas atau kerusakan pada otot, tulang, atau jaringan pendukung lainnya
(Mona, 2017).
Berbagai metode pengobatan untuk ulkus dekubitus telah dilakukan, seperti
retribusi tekanan, dukungan nutrisi, dan perawatan luka lokal. Dressing harus
memiliki tiga sifat, yaitu: memfasilitasi debridement autolitik, memberikan
kelembaban, dan mengontrol jumlah bakteri. Namun tidak ada standar yang
ditetapkan untuk jenis pembalut yang cocok untuk pengobatan ulkus
dekubitus, dan biasanya dipilihkan berdasar stadium luka terbatas pada lokasi
ulkus dekubitus, ketersediaan, preferensi pribadi, dan biaya (Halim &
Dwimartutie, 2020).
Madu telah dikenal sebagai agen anti-mikroba topikal sejak tahun 1892 dan
telah digunakan untuk pembalut luka karena memiliki sifat anti-oksidan, anti-
inflamasi, dan anti-bakteri. Madu juga diketahui dapat menghambat
pertumbuhan biofilm, mengurangi bau, mengurangi nyeri saat mengganti
balutan, memberikan debridement autolitik, dan menginduksi efek anti-
inflamasi (Halim & Dwimartutie, 2020). Bukti ilmiah luas membuktikan
bahwa madu menawarkan keuntungan yang berbeda dibandingkan zat
kemoterapi yang digunakan saat ini untuk penyembuhan luka. Namun produk
alami ini menunjukan serangkaian keterbatasan dan tidak sepenuhnya bebas
dari efek samping (Scepankova et al, 2021).
Ada sekitar 320 varietas madu yang berbeda berdasarkan dari berbagai jenis
bunga. Rasa, warna, dan bau jenis madu tertentu tergantung pada sumber
cairan dari bunga dan tanaman yang dihinggapi oleh lebah madu. Berbagai
jenis madu sebanding dalam hal suhu, curah hujan, dan musiman dan
16
perubahan iklim klimaks. Warna madu berkisar dari coklat muda menjadi
coklat tua tergantung dimana lemah madu berdengung ( Meo et al, 2017 ).
Madu memiliki berbagai senyawa bioaktif biologis seperti vitamin A, vitamin
E, vitamin K, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6, Niasin, vitamin C, Asam
Panthotenik dan fenolik, flavonoid dan asam lemak ( Bogdanoy et al, 2008;
Muhammad dkk, 2015 dalam Meo et al, 2017 ). Beberapa asam amino
fisiologis seperti arginin, sistein, asam glutamat, asam aspartat, dan prolin
( Oamer et at, 2007 dalam Meo et al, 2017 ).
Komposisi madu tersusun atas 17,1% air, 82,4% karbohidrat total, 0,5%
protein, asam amino, vitamin, dan mineral. Untuk asam amino esensial yang
terkandung dalam madu diantaranya lysin, histadin, triptofan, dan lain-lain.
Karbohidrat sederhana terdiri dari 38,5% fruktosa dan 31% glukosa, dan
sisanya 12,9% karbohidrat yang tersusun atas maltosa, sukrosa, dan gula lain
(Intanwidya, 2005; Khan et al, dalam Kartini, 2009 dalam Tarigan, 2021).
Madu sendiri bersifat asam organik yang diantaranya terdapat asam glikolat,
asam format, asam laktat, asam sitrat, asam asedat, asam oksalat, asam malat,
dan asam tartarat. Kandungan mineral yang ada pada madu terdapat beberapa
macam yaitu belerang (S), Kalsium (Ca), Mangan (Mn), Besi (Fe), Fosfor
(P), Klor (Cl), Kalium (K), Magnesium (Mg), Yodium (I), Seng (Zn), Silikon
(Si), Natrium (Na), Molibdenum (Mo), dan (Al) Aluminium (White, 1998;
Intanwidya, 2005 dalam Tarigan, 2021). Kandungan vitamin dalam madu
khusunya dari kelompok B kompleks yaitu vitamin B1, vitamin B2 vitamin
B6 dan vitamin B3 yang komposisinya dapat berubah menyesuaikan dengan
kualitas nektar dan serbuk sari yang kaya vitamin A, vitamin C, antibiotika,
riboflavin, biotin, asam folat, asam pentotenat, pyro-doxin dan asam nikotinat
(Aden, 2010 dalam Tarigan, 2021).
Sejumlah penelitian telah setuju akan kemanjuran madu dalam memfasilitasi
penyembuhan luka lebih cepat terhadap luka pasca operasi, luka infeksi, luka
akut, atau luka kronis. Sebuah studi yang dilakukan oleh Biglari et al dalam
menguji Honey Dressing terhadap ulkus dekubitus dengan tingkat,
kedalaman, ukuran, dan derajat kolonisasi bakteri yang berbeda pada pasien
cidera tulang belakang. Honey dressing mampu men-dekolonisasi semua jenis
17
mikroba termasuk MRSA di minggu pertama dan mampu meningkatkan
penyembuhan jaringan tanpa menimbulkan reaksi alergi pasien dan dapat
menurunkan gula darah pada pasien diabetes. Dunford mempublikasikan hasil
studi yang serupa dalam pengamatan 12 minggu terhadap pasien ulkus
dekubitus, dan menyimpulkan honey dressing adalah pilihan baik dalam
pengendalian bau, ukuran ulkus, menghilangkan nyeri, dan tingkat kepuasan
pasien (Halim & Dwimartutie, 2020).
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah terurai diatas, peneliti terpikat
melakukan literature review dengan judul “Scoping review : Analisis Manfaat
Honey Sebagai Dressing Primer Untuk Penyembuhan Ulkus Dekubitus” yang
memiliki tujuan untuk memeriksa lebih dalam mengenai kandungan yang ada
di dalam madu sehingga terpilih sebagai agen penyembuh luka kronik, ulkus
dekubitus.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana honey dressings dapat bermanfaat menyembuhkan ulkus
dekubitus?
1.3 Tujuan Penelitian
18
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan baru kepada
pembaca melalui analisis scoping review efektivitas honey dressing untuk
penyembuhan ulkus dekubitus.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambahkan wawasan dan ilmu peneliti
dalam melakukan penelitian.
1.4.2.2 Bagi bidang keperawatan
Peneliti mengharapkan scoping review yang telah dilakukan dapat
menambah wawasan, pengetahuan, serta perkembangan ilmu kesehatan
dibidang ilmu keperawatan tentang SOP perawatan luka dengan dressing
madu dalam penyembuhan ulkus dekubitus.
1.4.2.3 Bagi instansi akademik
Peneliti berharap scoping review ini dapat menjadi referensi untuk institusi
pendidikan kesehatan dalam mengembangkan ilmu asuhan keperawatan
medikal bedah.
19
BAB 2
METODE
20
dikembangkan ditentukan diawal
Kualitas bukan prioritas awal Filter kualitas sering diterapkan
Mungkin atau mungkin tidak Ekstraksi data terperinci
melibatkan ekstraksi data
Sintesis lebih kualitatif, dan Sintesis kuantitatif sering dilakukan
biasanya tidak kuantitatif
Digunakan untuk mengidentifikasi Secara formal menilai kualitas studi
parameter dan kesenjangan dalam dan menghasilkan kesimpulan yang
tubuh literatur berkaitan dengan pertanyaan
penelitian terfokus
21
Language English, Indonesian
22
and Literature Review, and a Systematic Reviews,
publication Review. Systematic Reviews,
type Bentuk literatur yang diambil animal study, cross
adalah abstrak dan full-text pdf sectional studies,
yang mudah terakses secara quantitative research
gratis tanpa perlu membeli
literatur.
Publication Pada tahun 2017-2022 Sebelum tahun 2017
years
Language Bahasa Inggris dan Bahasa Selain Bahasa Inggris
Indonesia dan Bahasa Indonesia
23
Dalam tahap ini peneliti menganalisis literatur dan mengumpulkan
literatur sesuai dengan topik penelitian.
2.4.5 Menyusun dan melaporkan hasil analisis
Dalam tahap ini peneliti menganalisis, merangkum, dan menyusun
literatur yang dipilih kemudian melaporkan hasil literatur kedalam hasil
dan pembahasan.
2.4.6 Konsultasi kepada pihak kompeten
Konsultasi merupakan tahap akhir penyusunan scoping review. Dalam
tahap ini peneliti berkonsultasi kepada yang ahli di bidangnya untuk
diberikan saran dan masukkan dari pemilihan literatur, proses pencarian,
hingga penyelesaian penyusunan scoping review ini.
2.5 Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk scoping review ini menggunakan metode
Prefered Reporting Items for Systematic reviews and Meta-analyses
(PRISMA). PRISMA sendiri adalah serangkaian evidence-based minimum
berbasis bukti yang bertujuan membantu peneliti melaporkan berbagai
tinjauan sistematis dan meta-analisis, fokus utama PRISMA tertuju pada cara-
cara peneliti dapat memastikan pelaporan yang transparan dan lengkap dari
jenis penelitian (Sastypratiwi & Nyoto, 2020). Alasan peneliti menggunakan
PRISMA adalah untuk dapat mengidentifikasi dan mendokumentasi hasil
seleksi literatur. Terdapat tahapan analisis data yang harus dilakukan peneliti,
yaitu:
2.5.1Identification
Peneliti mengidentifikasi literatur yang diperoleh atau dicari dengan
mengaplikasikan kata kunci yang relevan dengan topik penelitian yang
diangkat oleh peneliti.
2.5.2Screening
Dari semua artikel-artikel yang telah diperoleh dengan menyesuaikan kata
kunci, tahap selanjutnya dari artikel-artikel tersebut bila ditemukan artikel
duplikat maka penulis menggunakan satu dari artikel duplikat tersebut untuk
menghindari analisis data berulang. Kemudian proses screening artikel-
24
artikel disaring kembali berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah
disusun dengan membaca judul, abstrak, dan kata kunci.
2.5.3Eligibility
Peneliti mengecek kaelayakan jurnal atau literatur dengan membaca semua
jurnal yang didapat untuk mengetahui isi artikel tersebut yang kemudian
memastikan jurnal tersebut layak ditinjau serta dapat menjawab pertanyaan
peneliti.
2.5.4Included
Literatur atau artikel yang telah melewati tahap penyaringan dan diperoleh
melalui kriteria inklusi, tahap selanjutnya dilakukan ekstraksi data dengan
PRISMA. Selanjutnya artikel-artikel tersebut dianalisis dengan cara
mapping atau pengelompokkan data sesuai tujuan penelitian. Analisis data
dilakukan dengan dikelompokkannya kategori subtema, merumuskan tema,
dan mengintegrasikan hasil analisis kedalam bentuk deskriptif, dan dari
hasil analisis tersebut diletakkan kedalam hasil dan pembahasan serta
dibuatkan kesimpulan.
25
Gambar 2.5 Bagan Prefered Reporting Items for Systematic reviews and Meta-analyses
(PRISMA)
Records screened
Records excluded (n = )
(n = )
Reason 1 (n = )
Reason 2 (n = )
etc.
Studies included
Included
(n = )
26
BAB 3
27
membandingkan sesuai kriteria inklusi maka didapatkan empat jurnal full-
text harus dikeluarkan dengan alasan. Alasan peneliti mengeluarkan jurnal
tersebut karena setelah peneliti membaca jurnal tersebut, peneliti
menyadari bahwa jurnal tersebut kurang sesuai dengan indikasi yang
diinginkan peneliti sebagaimana sesuai dengan topik penelitian.
3.1.1.4 Included
Terdapat tiga jurnal yang sudah peneliti baca dengan baik dengan baik
bahwa jurnal tersebut sudah layak digunakan, included, dan sesuai dengan
kriteria inklusi yang ditentukan oleh peneliti. Tiga jurnal tersebut
merupakan jurnal dengan metode a review, manfaat madu dalam
mengobati luka ulkus tekan. Jurnal yang diambil merupakan publikasi
tahun 2018 sebanyak satu jurnal, tahun 2020 sebanyak satu jurnal, dan
tahun 2022 sebanyak satu jurnal. Ketiga jurnal tersebut berisikan tentang
penyembuhan ulkus tekan dengan madu.
28
Gambar 3.1 Bagan Prefered Reporting Items for Systematic reviews and Meta-analyses
(PRISMA)
Identification
Records identified through
database
Google scholar (n = 341),
PubMed (n = 242), ScienceDirect
(n = 154), Doaj (n = 0 ) = 737
4 jurnal duplicates
Records after duplicated
removed (n = 733)
Screening
29
3.1.2 Daftar artikel hasil pencarian
Tabel 3.1
Daftar Jurnal Hasil Pencarian
30
The efficacy of honey and a Thai
5. 2020
Herbal Oil preparation in the
31
3.2 Tabel ekstraksi
Tabel 3.2
Hasil ekstraksi
No. Nama Judul Penelitian Tujuan Populasi dan Jenis Metode Bahasa Jenis Hasil Temuan
Penulis, Penelitian Sampel Penelitian Pengumpulan Intervensi
Tahun Data
1. Tatiana V. Review of the Mempelajari Populasi pasien A review Metode Bahasa Gauze Pencegahan
Boyko, Current cara mengelola cedera dengan pengumpulan Inggris dressings. ulkus dekubitus
Michael T. Management of luka tekan tulang belakang menggunakan data dengan Alginate tetap merupakan
Longaker, Pressure Ulcers dengan tepat berada pada basis mengumpulkan dressings. langkah
& George P. semakin risiko tertinggi penelitian literasi-literasi Foam terpenting dalam
Yang penting bagi (25-66%) studi penelitian yang dressings. penanganan luka
(2018) semua mengembangkan prospektif. sudah ada dan Hydrocolloi ini. Namun,
profesional ulkus dekubitus oleh peneliti di d dressings. terlepas dari
dalam karena literasikan Hydrogel upaya terbaik,
perawatan luka. kombinasi kembali dressings. ulkus dekubitus
imobilitas dan menjadi bentuk Silver- dapat
penurunan tinjauan/ulasan. containing berkembang jika
sensasi. Sebuah dressings. ada
32
studi prospektif Honey- faktor risiko
pasien sumsum containing yang cukup.
tulang belakang dressings. Pengobatan
tidak hanya Transparent ulkus dekubitus
menemukan film diperlukan untuk
bahwa ulkus dressings. kenyamanan
tekanan sakral Negative pasien dan untuk
dan iskiadika pressure mengurangi
sangat umum wound risiko infeksi
(masing-masing therapy. sistemik.
43% dan 15%), Perawatan utama
seperti yang seperti yang
diharapkan, diuraikan di atas
tetapi juga termasuk
mencatat bahwa debridement
lokasi kedua jaringan yang
yang paling rusak,
umum pengendalian
adalah di tumit infeksi yang
33
(19%). Pasien tersisa dengan
panti jompo antibiotik,
memiliki optimalisasi
prevalensi ulkus medis dan nutrisi
dekubitus pasien, pemilihan
sebesar 11% dan pembalut yang
kemungkinan tepat, dan
besar mengalami pemantauan
ulkus yang sering
dekubitus di atas terhadap
sakrum atau perkembangan
tumit. Pasien evolusi luka.
panti jompo juga
ditemukan
memiliki
kontraktur
dengan
prevalensi 55%.
2. Jessica HONEY Artikel ini 10 artikel a review Literatur yang Bahasa Honey Semua artikel
34
Halim & ACCELERATE bertujuan untuk diambil setelah dengan dicari melalui Inggris dressing sepakat bahwa
Noto S WOUND mengetahui judul dan menggunakan database online aplikasi madu
Dwimartutie HEALING IN keunggulan penyaringan basis dengan kata pada luka PU
(2020) PRESSURE dressing madu abstrak. Ada 4 penelitian kunci yang mengurangi
ULCER: A dressing duplikat dari 10, case control relevan dan ukuran luka dan
REVIEW modern lainnya hanya dan a kemudian mengurangi rasa
menyisakan 6 literature dinilai validitas sakit. Pembalut
artikel yang review. (V), kasa yang
dipilih untuk pentingnya (I), diresapi madu
penyaringan teks dan penerapan mempromosikan
lengkap. Setelah (A). penghilang rasa
membaca sakit yang lebih
secara cepat selama
menyeluruh, tiga perawatan dan
artikel mengurangi
dikeluarkan: ketidaknyamanan
satu selama
literatur non- setiap
Inggris, satu penggantian
35
laporan kasus pembalut.
hanya 2 Tingkat
pasien, dan satu penyembuhan
uji klinis terbukti 4 kali
observasional lebih cepat
tanpa dengan madu
perbandingan dibandingkan
dengan dengan salep
pengobatan topikal lainnya.
konvensional Namun, efek
lainnya. Pada antibakteri madu
akhirnya, tiga tidak
artikel dipilih dikonfirmasi
untuk secara signifikan
penilaian. dalam penelitian
ini. Meskipun
demikian,
aplikasi topikal
madu berhasil
36
mempercepat
penyembuhan
luka di PU.
3. Norfarina Recent Advances Untuk Produk A review Metode Bahasa Pembalut Mekanisme yang
Bahari, in Honey-Based mendapatkan perawatan dengan pengumpulan Inggris luka mendasari
Norhashila Nanoparticles for pelepasan yang dengan madu menggunakan data dengan nanopartikel penyembuhan
Hashim, Wound Dressing: berkepanjangan dan metode basis mengumpulkan berbasis luka
Abdah Md A Review dan modern. penelitian literasi-literasi madu yang menggunakan
Akim & meningkatkan experimental penelitian yang digabungkan madu diyakini
Bernard kemungkinan and clinical sudah ada dan dengan dikaitkan dengan
Maringgal mencapai hasil study. oleh peneliti di bahan nano hidrogen
(2022) antimikroba literasikan seperti emas, peroksida,
jangka panjang kembali perak, osmolalitas
menjadi bentuk kitosan, tinggi, keasaman,
tinjauan/ulasan. selulosa, dan komponen non-
PVA. peroksida, dan
fenol. Oleh
karena itu,
menggabungkan
37
madu ke dalam
berbagai
pembalut luka
telah menjadi
tren utama
karena
meningkatnya
permintaan
pembalut
kombinasi di
pasar pembalut
luka global
karena pembalut
ini mengandung
dua atau
lebih jenis sifat
kimia dan fisik
untuk
memastikan
38
fungsionalitas
yang optimal.
39
3.3 Hasil sintesis
Tabel 3.3
Hasil sintesis
Jessica Halim & Noto a. Madu manuka menunjukan hasil 100% situs luka tidak ada
Dwimartutie bakteri di minggu pertama dan 90% mencapai sembuh total
di minggu keempat.
a. Novel Activon®-Madu Manuka sebagai pembalut luka Perbandingan penggunaan jenis
2. Norfarina Bahari, Norhashila
40
antimikroba, debridement dan desloughing, dan madu medis
Hashim, Abdah Md Akim &
pengurangan bau tak sedap yang seluruhnya terbuat dari
Bernard Maringgal
Madu Manuka atau campuran Madu Manuka dan aditif.
Produk ini dapat melindungi dasar luka dengan
menciptakan lingkungan penyembuhan luka yang lembab,
yang telah terbukti mempercepat penyembuhan
b. L-Mesitran™, dressing terdiri dari persentase yang
berbeda dari madu, serta polietilen, gel polimer akrilik, air,
dukungan film poliuretan, dan perbatasan perekat. Temuan
penelitian oleh Lukanc et al. mengungkapkan bahwa luka
dengan keterlibatan kulit dan subkutis (tipe 1) sembuh
dalam 14 hingga 49 hari, sedangkan luka yang melibatkan
kulit, subkutis dan otot, tendon, dan/atau tulang (tipe 2)
sembuh dalam 7 hingga 105 hari saat luka diobati dengan
L-Mesitran®Gel
a. MediHoney pada PU dengan tingkat, kedalaman, ukuran,
Jessica Halim & Noto
dan derajat kolonisasi bakteri yang berbeda pada pasien
Dwimartutie
dengan cedera tulang belakang. Di akhir perawatan,
MediHoney mampu mendekolonisasi semua jenis beban
41
mikroba (termasuk MRSA) dalam minggu pertama dan
meningkatkan penyembuhan jaringan tanpa menimbulkan
reaksi alergi
b. Madu meja memiliki aktivitas antibakteri yang lebih
rendah dan mengandung berbagai spesies mikroba
dibandingkan dengan madu steril kelas medis.
c. Madu grade medis terbukti manjurin-vitro terhadap bakteri
resisten antibiotik karena adanya katalase, metil siringat
dan metilglioksal.
3. a. Madu tingkat medis telah terbukti memiliki sifat antibiotik Manfaat dressing madu
ringan. Madu medis hadir dalam bentuk gel atau pasta
yang berdiri sendiri serta diresapi ke dalam pembalut yang
dikombinasikan dengan bahan alginat dan hidrokoloid.
Jessica Halim & Noto a. Madu lebih unggul dalam mempromosikan penyembuhan
Dwimartutie luka dengan granulasi dan epitelisasi bila dibandingkan
dengan film poliuretan, sulfadiazin perak, dan membran
ketuban. Madu juga memiliki fitur higroskopis yang
mengeluarkan kelembapan dan mengeringkan bakteri
42
sementara kandungan gulanya yang tinggi menghalangi
penetrasi bakteri ke dalam luka. selanjutnya, pH rendah
mencegah pertumbuhan mikroba.
b. Madu telah dikenal sebagai agen anti mikroba topikal dan
telah banyak digunakan sebagai pembalut luka karena sifat
anti-oksidan, anti-bakteri, dan anti-inflamasinya.
4. Norfarina Bahari, Norhashila a. Madu menghambat penempatan bakteri, mengurangi pH, Efektivitas dressing madu
Hashim, Abdah Md Akim & meningkatkan aktivitas antioksidan, meningkatkan
Bernard Maringgal pementukan peroksida, dan melepaskan sitokin
proinflamasi (TNF, IL-1, dan IL-6) dsn PGE2 selama fase
inflamasi. Pada fase proliferasi, meningkatkan epitelisasi
dan granulasi serta menurunkan edema dan eksudat pada
43
luka. madu membantu membentuk kembali luka dan
mencegah jaringan parut dan kontraktor selama periode
renovasi.
Jessica Halim & Noto a. Madu juga dapat menghambat produksi biofilm,
Dwimartutie mengurangi bau tidak sedap, memberikan debridement
autolitik, dan menginduksi efek anti-inflamasi.
b. Madu juga memiliki aktivitas osmotik yang kuat yang
menarik keluar cairan dari permukaan luka, menciptakan
lapisan cairan yang mencegah madu menempel pada dasar
luka.
3.4
44
3.4 Pembahasan
3.4.1 Efek madu dalam proses penyembuhan luka ulkus dekubitus dalam setiap
fase.
Beberapa penelitian telah membuktikan terkait efektivitas madu alami
sebagai penyembuh luka dan kemampuan untuk mensterilkan luka infeksi,
merangsang pertumbuhan jaringan, meningkatkan epitelisasi, dan
meminimalkan bekas luka. Efek modulasi dalam madu untuk proses
penyembuhan dikategorikan menjadi tiga fase, yaitu fase inflamasi, fase
proliferasi, dan fase remodeling. Efek madu yang muncul di tiap fase
berbeda dan berkontribusi penyembuhan luka. Madu dapat menghambat
bakteri, mengurangi pH luka, meningkatkan aktivitas antioksidan,
meningkatkan peroksida, dan dapat melepaskan sitokin proinflamasi dan
prostaglandin E2 selama fase inflamasi. Di fase proliferasi, proses epitelisasi
dan granulasi meningkat serta menurunkan edema dan eksudat yang ada
pada luka. Di fase remodeling, madu dapat membantu pembentukan
jaringan dan mencegah adanya jaringan parut dan kontraktur.
3.4.2 Perbandingan penggunaan jenis madu medis untuk penyembuhan luka ulkus
dekubitus.
Sebuah studi dilakukan menggunakan MediHoney pada dekubitus dengan
tingkat, kedalaman, ukuran, dan derajat kolonisasi bakteri yang berbeda-
beda pada tiap pasien cedera tulang belakang. Pada akhir perawatan dengan
MediHoney, didapatkan hasil berupa MediHoney mampu mendekolonisasi
semua jenis mikroba termasuk MRSA pada minggu pertama
mengaplikasikan MediHoney dan dapat meningkatkan pertumbuhan
jaringan tanpa menimbulakn efek raekasi alergi. Dalam pengamatan selama
12 minggu terhadap pasien dengan ulkus, menyimpulakn MediHoney
merupakan pilihan yang lebih baik dalam mengendalikan bau, ukuran ulkus,
menghilangkan rasa sakit, dan mengingkatkan kepuasan pasien.
Satu studi observasional mendaftarkan 20 pasien cedera tulang belakang
dengan dekubitus grade III dan IV dan dirawawt menggunakan madu
manuka. Hasil observasi menunjukkan 100% situs luka tidak timbul bakteri
45
di minggu pertama dan 90% mencapai sembuh total pada minggu keempat
setelah diaplikasikan dengan pembalut yang diberi madu.
Novel Activon®-Madu Manuka produksi honey dressing dari Advance
Medical Inggris Raya, sebagai pembalut antimikroba, debridement dan
desloughing, dan mengurangi bau tidak sedap yang terbuat dari madu
manuka dan aditif. Produk ini mampu melindungi dasar luka dengan
membuat lingkungan luka lembab. Produk ini cocok untuk semua jenis luka
termasuk luka lecet, pasca operasi, borok kaki, dekubitus, ulkus diabetes,
dan luka infeksi yang menunjukan lapisan primer serta memiliki efek
antibakteri. Keunggulan produk ini adalah dapat melindungi luka,
mempercepat penyembuhan, serta memungkinkan keluarnya eksudat.
L-Mesitran, dressing yang terdiri persentase madu, polietilen, gel polimer
akrilik, air, film poliuretan, dan dengan pembatas peraekat yang diproduksi
oleh Theo Manufacturing BV, Eropa. L-Mesitran telah diujikan dengan
hasil temuan berupa luka dengan keterlibatan kulit dan subkutis sembuh
dalam 14 hari hingga 49 hari, sedangkan untuk luka melubatkan kulit,
subkutis dan otot, tendon, dan/atau tulang sembuh dalam tujuh hingga 105
hari selama perawatan. Ditemukan juga bahwa luka dengan ukuran kurang
dari 10 cm2 sembuh dalam tujuh hingga 56 hari, untuk ukuran luka lebih dari
10 cm2 sembuh dalam 28 hingga 105 hari. Hal menarik lainnya adalah bau
dan eksudat semua jenis luka hilang di hari ketujuh, pH turun dari 7,6
menjadi 7,0 dalam tiga hari perawatan.
3.4.3 Manfaat madu dalam proses penyembuhan luka dekubitus.
Penggunaan madu telah berkembang dengan baik dan telah menjadi
pengobatan alternatif terapi alami yang bertujuan sebagai pengobatan. Madu
juga lebih diunggulkan dalam hal proses penyembuhan luka dengan
mengutamakan granulasi dan epitelisasi jika dibandingkan dengan metode
pengobatan medis lainnya. Madu dinilai dapat menjaga kelembapan dan
dapat mengeringkan bakteri, dan dengan kandungan gula yang tinggi madu
dapat menghalangi penetrasi bakteri di luka serta pH madu yang rendah
dapat mencegah pertumbuhan mikroba. Kandungan gula madu yang tinggi
serta zat terlarut didalamnya dapat menghasilkan gradien osmotik kuat yang
46
dapat menarik cairan di luka menuju atas jaringan subdermal. Selain itu,
kandungan gula yang tinggi tersebut menyediakan sumber glukosa untuk
digunakan dalam proses proliferasi sel (contohnya, fibroblas dan sel
endotel). Dilaporkan juga gula madu dapat mengganggu penginderaan
kuorum bakteri dalam membentuk biofilm. Aktivitas air madu yang rendah
dapat menyebabkan menghilangnya bakteri, puing-puing, dan jaringan
nekrotik luka serta dapat membawa oksigen dan nutrisi dari jaringan
dibawah kulit ke area luka. Dengan pH madu yang rendah, oksigenasi
jaringan menjadi meningkat sekaligus tetap menghambat tumbuhnya
mikroba.
Penggunaan madu menjadi salah satu elemen yang bertindak sebagai
antimikroba kuat ditambah berbagai efek menguntungkan yang dimiliki
madu. Berbagai penelitian telah meneliti komposisi dan kualitas fungsional
madu dan ditemukan bahwa elemen yang terkandung pada madu sangat
berkontibusi dalam proses penyembuhan luka. Elemen-elemen ini hadir
dengan konsentrasi yang berbeda tergantung dengan sumber nektarnya,
jenis lebah, dan cara penyimpanannya.
3.4.4 Efektivitas madu yang muncul saat proses penyembuhan luka dekubitus.
Satu studi observasional mendaftarkan 20 pasien dengan cidera tulang
belakang dan memiliki ulkus dekubitus grade III dan IV, dan mereka
dirawat menggunakan dressing madu. Didapatkan hasil yang menunjukan
siklus luka tidak menimbulkan bakteri di minggu pertama dan pencapaian
sembuh total terjadi di minggu keempat. Adapun terdapat dua jenis madu
yang digunakan dalam penelitian tersebut, yaitu madu alami dan madu non-
peroksida. Table honey dinilai memiliki aktivitas antibakteri yang lebih
rendah dan mengandung spesies mikroba dibandingkan dengan madu steril
kelas medis. Madu kelas medis terbukti lebih manjur terhadap bakteri yang
resisten dengan antibiotik karena memiliki katalase, metil siringat dan
metilglioksal. Disini madu lebih menargetkan bagian bakteri yang berbeda,
dan tidak seperti antibiotik yang membuat bakteri tidak menimbulkan
resistensi terhadap madu. Kombinasi antara madu kelas medis dan antibiotik
dapat membantu mengurangi penggunaan dan dosis antibiotik yang akan
47
dibutuhkan, meminimalkan risiko timbulnya resistensi, dan meningkatkan
potensi perlawanan terhadap bakteri resisten antibiotik yang dengan pasien
luka menular, pasca operasi, diabetes, dekubitus, atau luka robek yang
terbuka. Disini madu sangat berpotensi dalam mempercepat proses
penyembuhan ulkus dekubitus kronis dan telah dibuktikan bahwa aman
untuk digunakan serta berkhasiat untuk bermacam luka kronis.
48
BAB 4
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dari ketiga jurnal yang telah peneliti dapatkan
tentang manfaat madu sebagai dressing primer untuk penymbuhan ulkus
dekubitus, maka didapatkan hasil:
4.1.1 Efek madu dalam proses penyembuhan luka ulkus dekubitus dalam setiap
fase.
Beberapa penelitian menunjukkan efektivitas alami madu yang dapat
mensterilkan luka infeksi, merangsang pertumbuhan jaringan, meningkatkan
epitelisasi, dan meminimalkan bekas luka. Dalam fase inflamasi, madu
menghambat bakteri, mengurangi pH, antioksidan ditingkatkan aktivitasnya,
peroksida meningkat, dan melepaskan sitokin proinflamasi dan
prostaglandin E2. Fase proliferasi, garanulasi dan epitelisasi meningkat dan
dapat menurunkan edema dan eksudat luka. Di fase remodeling, madu
membantu pembentukkan kembali jaringan serta mencegah jaringan parut
dan kontraktur muncul pada bekas luka.
4.1.2 Perbandingan penggunaan jenis madu untuk penyembuhan luka ulkus
dekubitus.
MediHoney dapat mendekolonisasi bakteri termasuk MRSA di minggu
pertama, serta meningkatkan pertumbuhan jaringan tanpa efek alergi. Dalam
pengaplikasi pada luka dekubitus, selama 12 minggu MediHoney dapat
mengendalikan bau, ukuran ulkus, menghilangkan rasa sakit, dan
meningkatkan kepuasan pasien.
Novel Activon®-Madu Manuka dikenal sebagai pembalut antimikroba,
debridement dan desloughing, dan mengurangi bau tidak sedap. Dressing ini
cocok untuk semua jenis luka seperti luka lecet, pasca operasi, borok kaki,
dekubitus, ulkus diabetes, dan luka infeksi dikarenakan memiliki efek
antibakteri yang memungkinkan bbakteri sulit tumbuh.
49
L-Mesitran yang dapat mempercepat penyembuhan luka apapun ukurannya.
Luka dengan ukuran kurang dari 10 cm2 sembuh selama tujuh hingga 56
hari, luka dengan ukuran lebih dari 10 cm 2 sembuh dalam 28 hingga 105
hari. Diketahui juga mampu menghilangkan bau dan eksudat di hari
ketujuh, menurunkan pH dalam tiga hari perawatan.
4.1.3 Manfaat madu dalam proses penyembuhan luka dekubitus.
Madu telah dinilai segi manfaatnya untuk digunakan sebagai pembalut luka
karena madu memiliki sifat pH rendah yang memungkinkan mencegah
pertumbuhan mikroba pada luka, meningkatkan oksigenasi jaringan disertai
dapat menahan mikroba tumbuh. Sifat kadar gula tinggi dan zat terlarut
lainnya yang dapat menghasilkan gradien osmotik kuat menarik cairan luka
ke subdermal, menghalangi penetrasi bakteri di luka. selain itu madu
memiliki efek yang berkontribusi dalam penyembuhan luka, seperti:
menghambat bakteri, mengurangi pH luka, aktivitas antioksidan meningkat,
peroksida meningkat.
4.1.4 Efektivitas madu yang muncul saat proses penyembuhan luka dekubitus.
Menurut hasil studi penelitian yang sudah ada terkait penggunaan madu
sebagai pembalut luka, pencapaian pada minggu pertama tidak
menimbulkan bakteri dan luka sembuh total pada minggu keempat. Hasil ini
didapat setelah madu dikombinasikan dengan antibiotik, yang dapat bekerja
lebih cepat jika dibandingkan dengan madu asli. Dimana kombinasi ini
dapat meminimalkan akan adanya resistensi bakteri, mengurangi
penggunaan antibiotik yang berlebih dari dosis antibiotik, dan mampu
melawan bakteri resisten antibiotik terhadap luka menular, pasca operasi,
diabetes, dekubitus, atau luka robek yang terbuka.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi bidang keperawatan
Bagi bidang keperawatan melalui literatur review ini dapat
mempertimbangkan untuk menambah SOP keperawatan honey dressing
untuk menyembuhkan luka kronis di rumah sakit, terutama untuk ulkus
dekubitus stadium III dan IV.
4.2.2 Bagi peneliti selanjutnya
50
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan literature review ini dapat menjadi
referensi dalam penelitian tingkat lanjut mengenai Efek madu dalam proses
penyembuhan luka, Perbandingan penggunaan jenis madu, Manfaat madu,
dan Efektivitas madu terkait penyembuhan luka ulkus dekubitus dengan
honey dressing.
51
DAFTAR PUSTAKA
52
Mona, L. (2017). Efektivitas Terapi Dressing Madu pada Proses Penyembuhan
Ulkus Dekubitus.
Safitri, I., Amir, Y., & Dewi, W. N. (2021). Gambaran Pengetahuan Mahasiswa
Keperawatan Tentang Ulkus Dekubitus: An Overview Of Nursing
Student Knowledge About Pressure Ulcer. Jurnal Ilmiah
Keperawatan (Scientific Journal of Nursing), 7(1), 29-35.
Sastypratiwi, H., & Nyoto, R. D. (2020). Analisis Data Artikel Sistem Pakar
Menggunakan Metode Systematic Review. JEPIN (Jurnal Edukasi
dan Penelitian Informatika), 6(2), 250-257.
Scepankova, H., Combarros-Fuertes, P., Fresno, J. M., Tornadijo, M. E., Dias, M.
S., Pinto, C. A., ... & Estevinho, L. M. (2021). Role of Honey in
Advanced Wound Care. Molecules, 26(16), 4784.
Tarigan, J. A. L. (2021). Skripsi Literatur Review: Pengaruh Topikal Madu Dalam
Tricco, A. C., Lillie, E., Zarin, W., O'Brien, K. K., Colquhoun, H., Levac, D., ... &
Straus, S. E. (2018). PRISMA extension for scoping reviews
(PRISMA-ScR): checklist and explanation. Annals of internal
medicine, 169(7), 467-473.
Widiasih, R., Susanti, R. D., Sari, C. W. M., & Hendrawati, S. (2020). Menyusun
Protokol Penelitian dengan Pendekatan SETPRO: Scoping
Review. Journal of Nursing Care, 3(3).
53
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
1. Penyusunan
BAB I
2. Penyusunan
BAB II
3. Ujian Sidang
Proposal
Penelitian
4. Revisi
Proposal
Penelitian
Pasca Sidang
Proposal
5. Penyaringan
Jurnal
54
6. Analisis
Jurnal
7. Ujian
Laporan
Penelitian
8. Revisi Pasca
Ujian
Laporan
Penelitian
9. Cek Plagiasi
10. Pengumpulan
Tugas Akhir
55
Lampiran 2 Prosedur Pencarian Literatur
1. Google Scholar
a. Membuka website https://scholar.google.com/.
b. Setelah website terakses kemudian memasukan kata kunci kedalam search
engine.
c. Setelah memasukan kata kunci dan muncul semua artikel, kemudian
setting tahun publikasi tahun 2015-2022.
d. Kemudian menyimpan literatur yang sesuai inklusi atau literatur yang
mudah terakses kedalam koleksiku untuk mempermudah peneliti.
2. ScienceDirect
a. Membuka website https://www.sciencedirect.com/.
b. Setelah website terakses kemudian memasukan kata kunci kedalam search
engine.
c. Setelah memasukan kata kunci dan muncul semua artikel, kemudian
setting tahun publikasi tahun 2015-2022.
d. Untuk tipe artikel pilih review articles dan research articles.
e. Dan untuk tipe akses pilih open access and open archive untuk
mempermudah peneliti.
3. Doaj
a. Membuka website https://doaj.org/.
b. Setelah website terakses terdapat dua pilihan mengakses jurnal atau
artikel, pilih yang artikel kemudian memasukan kata kunci kedalam
search engine.
c. Setelah memasukan kata kunci dan muncul semua artikel, dalam subject
pilih medicine.
4. Pubmed
a. Membuka website https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/.
b. Setelah website terakses kemudian memasukan kata kunci kedalam search
engine.
c. Setelah memasukan kata kunci dan muncul semua artikel, untuk result by
year pilih 2017-2022 kemudian pilih text availability bertipe free full-text.
d. Untuk tipe artikel pilih meta-analysis dan systematic review.
56
e. Dan untuk tahun publikasi pilih 5 tahun.
57
Kriteria Kelayakan 6 Tentukan karakteristik sumber bukti yang
digunakan sebagai kriteria kelayakan
(misalnya, tahun dipertimbangkan, bahasa,
dan status publikasi), dan berikan alasannya.
Sumber Informasi 7 Jelaskan semua sumber informasi dalam
pencarian (misalnya, database dengan tanggal
liputan dan kontak dengan penulis untuk
mengidentifikasi sumber tambahan), serta
tanggal pencarian terbaru dilakukan.
Cari 8 Presentasikan strategi pencarian elektronik
lengkap untuk setidaknya 1 database,
termasuk batasan apa pun yang digunakan,
sehingga dapat diulang.
Pemilihan Sumber Bukti 9 Nyatakan proses untuk memilih sumber bukti
(yaitu, penyaringan dan kelayakan) yang
termasuk dalam tinjauan pelingkupan.
Proses Pembuatan Bagan Data 10 Jelaskan metode pembuatan bagan data dari
sumber bukti yang disertakan (misalnya,
formulir yang dikalibrasi atau formulir yang
telah diuji oleh tim sebelum digunakan, dan
apakah pembuatan bagan data dilakukan
secara mandiri atau dalam rangkap) dan
proses apa pun untuk memperoleh dan
mengonfirmasi data dari penyidik.
Item Data 11 Daftar dan tentukan semua variabel yang
datanya dicari dan asumsi serta
penyederhanaan yang dibuat.
(Opsional): Penilaian Kritis Sumber 12 Jika dilakukan, berikan alasan untuk
Bukti melakukan penilaian kritis terhadap sumber
Individu bukti yang disertakan; jelaskan metode yang
digunakan dan bagaimana informasi ini
digunakan dalam sintesis data apa pun (jika
58
sesuai).
(Tidak Berlaku): Ringkasan 13 Item dari PRISMA asli ini tidak berlaku
Tindakan untuk
tinjauan pelingkupan karena meta-analisis
tidak dilakukan (yaitu, tindakan ringkasan
tidak relevan).
Sintesis Hasi 14 Menjelaskan metode penanganan dan
meringkas data yang dipetakan.
(Tidak Berlaku): Risiko Bias Lintas 15 Item dari PRISMA asli ini tidak berlaku
Studi untuk
tinjauan pelingkupan karena metode tinjauan
pelingkupan tidak dimaksudkan untuk
digunakan untuk menilai secara kritis (atau
menilai risiko bias) kumpulan bukti
kumulatif.
(Tidak Berlaku): Analisis 16 Item dari PRISMA asli ini tidak berlaku
Tambahan untuk
tinjauan pelingkupan karena analisis
tambahan, termasuk analisis sensitivitas atau
subkelompok dan metaregresi, tidak
dilakukan.
Hasil
Pemilihan Sumber Bukti 17 Berikan sejumlah sumber bukti yang
disaring, dinilai kelayakannya, dan disertakan
dalam tinjauan, dengan alasan pengecualian
pada setiap tahap, idealnya menggunakan
diagram alir.
Ciri-ciri Sumber Pembuktian 18 Untuk setiap sumber bukti, sajikan
karakteristik yang datanya dipetakan dan
berikan kutipannya.
(Opsional): Penilaian Kritis Dalam 19 Jika selesai, sajikan data tentang penilaian
Sumber Bukti kritis dari sumber bukti yang disertakan (lihat
59
item 12).
Hasil Sumber Bukti Individu 20 Untuk setiap sumber bukti yang disertakan,
sajikan data relevan yang dipetakan yang
berhubungan dengan pertanyaan dan tujuan
tinjauan.
Sintesis Hasil 21 Ringkas atau sajikan hasil pembuatan bagan
yang terkait dengan pertanyaan dan tujuan
tinjauan.
(Tidak Berlaku): Risiko Bias Lintas 22 Item ini tidak berlaku untuk tinjauan
Studi pelingkupan. Lihat penjelasan untuk butir 15.
(Tidak Berlaku): Analisis 23 Item ini tidak berlaku untuk tinjauan
Tambahan pelingkupan. Lihat penjelasan untuk butir 16.
Diskusi
Ringkasan Bukti 24 Ringkas hasil utama (termasuk gambaran
umum tentang konsep, tema, dan jenis bukti
yang tersedia), tautkan ke pertanyaan dan
tujuan tinjauan, dan pertimbangkan
relevansinya dengan kelompok kunci.
Keterbatasan 25 Diskusikan keterbatasan proses tinjauan
pelingkupan.
Kesimpulan 26 Memberikan interpretasi umum dari hasil
sehubungan dengan pertanyaan dan tujuan
tinjauan, serta implikasi potensial atau
langkah selanjutnya.
Pendanaan 27 Jelaskan sumber pendanaan untuk sumber
bukti yang disertakan, serta sumber
pendanaan untuk tinjauan pelingkupan.
Jelaskan peran penyandang dana tinjauan
pelingkupan.
60
61