Anda di halaman 1dari 29

Atas dasar 8 indikator yang digunakan sebagai penyaring atau penentu tingkat

kemandirian Posyandu, Posyandu dapat digolongkan menjadi 4 tingkatan.


Intervensi untuk masing-masing tingkatan tentu saja tidak sama.

Adapun intervensinya yaitu:

1. Posyandu Pratama (warna merah)

Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap,


kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas.

Keadaan dinilai gawat, sehingga intervensinya adalah pelatihan kader ulang.


Artinnya kader yang ada perlu ditambah dan dilakukan pelatihan dasar lagi.

2. Posyandu Madya (warna kuning)

Posyandu pada tingkat madtya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8
kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan
tetapi cakupan program utamanya (K%, KIA, Gizi dan Imunisasi( masih rendah,
yaitu kurang dari 5)*. Ini berarti, kelestarian kegiatan posyandu sudah baik
tetapi masih rendah cakupannya.

+ntuk ini perlu dilakukan penggerakkan masyarakat secara intensif,serta


penambahan program yang sesuai dengan situasi dan kondisi
setempat. Intervensi untuk posyandu madya ada 2 yaitu :

- Pelatihan Toma dengan modul ekskalasi Posyandu yang sekarang sudah


dilengkapi dengan metoda stimulasi.

- Penggarapan dengan pendekatan PKMD (0MD dan MMD( untuk menentukan


masalah dan mencari penyelesaiannya, termasuk menentukan program
tambahan yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.

3. Posyandu Purnama (warna hijau)

Posyandu pada tingkat purnama adalah Posyandu yang frekuensinya lebih dari 8
kali pertahun, rata-rata junlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5
program utamanya (K%, KIA, Gizi dan imunisasi( lebih dari 5)*. 0udah ada
program tambahan, bahkan mungkin sudah ada Dana 0ehat yang masih
sederhana.

Intervensi posyandu tingkat ini adalah :


- Penggarapan dengan pendekatan PKMD, untuk mengarahkan masyarakat
menentukan sendiri pengembangan program di Posyandu.

- Pelatihan Dana 0ehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat
yang kuat, dengan cakupan anggota minimal 5)* kk atau lebih.

4. Posyandu Mandiri (warna biru)

Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5
program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat, telah
menjangkau lebih dari 5)* KK. +ntuk Posyandu tingkat ini, intervensinya
adalah pembinaan Dana 0ehat, yaitu diarahkan agar Dana 0ehat tersebut
menggunakan prinsip 1PKM
PEMBINAAN KADER Di KOMUNITAS

PEMBINAAN KADER

A. Pengertian

Pembinaan Kader
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan
dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat

untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian

pelayanan kesehatan.

Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat

departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk kader yang dimaksudkan

untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan anak. Para kader

kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup

sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan menghitung secara sedarhana.
Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab atas masyarakat setempat serta pimpinan

yang ditujuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka dapat melaksanakan

petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan kerja dari sebuah tim

kesehatan.

Para kader kesehatan masyarakat untuk mungkin saja berkerja secara fullteng atau partime

dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan uang atau bentuk

lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas. Namun ada juga kader kesehatan

yang disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta beberapa peralatan secukupnya oleh

masyarakat setempat.
B. Peran Fungsi Kader

Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat:

a. perilaku hidup bersih dan sehat

b. pengamatan terhadap masalah kesehatan didesa

c. upaya penyehatan dilingkungan


d. peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita

e. ermasyarakatan keluarga sadar gizi

Kader di tunjukan oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan tugas-tugas kader

kesehatan masyarakat yang secara umum hampir sama tugasnya dibeberapa Negara yaitu:

1. pertolongan pertama pada kecelakaan dan penanganan penyakit yang ringan

2. melaksanakan pengobatan yang sederhana

3. pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan sesudah melahirkan

4. menolong persalinan

5. pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak

6. memberikan motivasi dan peragaan tentang gizi

7. program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan

8. pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan

9. melakukan penyuntikan imunisasi

10. pemberian motivasi KB

11. membagikan alat-alat KB

12. pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan,kesehatan perorangan dan kebiasaan sehat

secara umum.
13. pemberian motivasi tentang penyakit menular,pencegahan dan perujukan.

14. pemberian motivasi tentangperlunya fall up pada penyakit menular dan perlunya

memastikan diagnosis.

15. penenganan penyakit menular.

16. membantu kegiatan di klinik.

17. merujuk penderita kepuskesmas atau ke RS

18. membina kegiatan UKS secara teratur

19. mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas membantu pencatatan dan pelaporan.
C. Pembentukan Kader

Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini disebabkan karena

kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan pelatihan kader. Pelatihan kader ini

diberikan kepada para calon kader didesa yang telah ditetapkan. Sebelumnya

telahdilaksanakan kegiatan persiapan tingkat desa berupa pertemuan desa, pengamatan dan

adanya keputusan bersama untuk terlaksanakan acara tersebut. Calon kader berdasarkan

kemampuan dan kemauan berjumlah 4-5 orang untuk tiap posyandu. Persiapan dari pelatihan

kader ini adalah:

1. calon kader yang kan dilatih

2. waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama

3. tempat pelatihan yang bersih, terang, segar dan cukup luas

4. adanya perlengkapan yang memadai

5. pendanaan yang cukup

6. adanya tempat praktik ( lahan praktik bagi kader )

Tim pelatihan kader melibatkan dari beberapa sector. Camat otomatis bertanggung

jawab terhadap pelatihan ini, namun secara teknis oleh kepala puskesmas. Pelaksanaan harian

pelatihan ini adalah staf puskesmas yang mampu melaksanakan. Adapun pelatihannya adalah

tanaga kesehatan, petugas KB (PLKB), pertanian, agama, pkk, dan sector lain.

Waktu pelatihan ini membutuhkan 32 jam atau disesuaikan. Metode yang digunakan

adalah ceramah, diskusi, simulasi, demonstrasi, pemainan peran, penugasan, dan praktik

lapangan. Jenis materi yang disampaikan adalah:

1. pengantar tentang posyandu


2. persiapan posyandu

3. kesehatan ibu dan anak

4. keluarga berencana

5. imunisasi

6. gizi

7. penangulangan diare

8. pencatatan dan pelaporan

D. Strategi menjaga Eksistensi Kader


Setelah kader posyandu terbentuk, maka perlu ada nya strategi agar mereka dapat selalu eksis

membantu masyarakat dibidang kesehatan.

1. refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksanakan oleh bidan desa

maupun petugas lintas sector yang mengikuti kegiatan posyandu

2. adanya perubahan kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan rutin tiap bulan

secara bergilir disetiap posyandu


3. revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Dimana semua kader di
undang dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan bisa juga diberikan rewards.

4. Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis kepuskes untuk kader dan

keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang diberikan setiap tahun

Para kader kesehatan yang bekerja dipedesaan membutuhkan pembinaan atau pelatihan

dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka, masalah yang dihadapinya.

Pembinaan atau pelatihan tersebut dapat berlangsung selama 6-8 minggu atau bahkan

lebih lama lagi. Salah satu tugas bidan dalam upaya menggerakkan peran serta masyarakat

adalah melaksanakan pembinaan kader.

Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader adalah :

1. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan siaga)

2. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.

3. Penyuluhan gzi dan keluarga berencana

4. Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu

5. Promosi tabulin, donor darah berjalan,ambulan desa,suami siaga,satgas gerakan

sayang ibu.

1. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan siaga)

Pembinaan kader yang dilakukan bidan didalamnya berisi tentang perran kader adalah dalam

daur kehidupan wanita dari mulai kehamilan sampai dengan masa perawatan bayi. Adapun

hal-hal yang perlu disampaikan dalam persiapan persalinan adalah sebagai berikut :

a. Sejak awal, ibu hamil dan suami menentukan persalinan ini ditolong oleh bidan atau dokter
b. Suami atau keluarga perlu menabung untuk biaya persalinan.

c. Ibu dan suami menanyakan kebidan atau kedokter kapan perkiraan tanggal persalinan

d. Jika ibu bersalin dirumah, suami atau keluarga perlu menyiapkan terang, tempat tidur

dengan alas kain yang bersih, air bersih dan sabun untuk cuci tangan, handuk kain, pakaian

kain yang bersih dan kering dan pakaian ganti ibu.

Pembinaan kader yang dilakukan bidan yang berisi tentang peran kader dalam deteksi dini
tanda bahaya dalam kehamilan maupun hal-hal berikut ini.

§ Perdarahan ( hamil muda dan hamil tua)

§ Bengkan dikaki, tangan, wajah, atau sakit kepala kadang disertai kejang

§ Demam tinggi

§ Keluar air ketuban sebeleum waktunya

§ Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak

§ Ibu muntah terus dan tidak mau makan

2. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas serta rujukan

a. Tanda-tanda bahaya kehamilan

Pada setiap kehamilan perlu di informasikan kepada ibu, suami dan keluarga tentang
timbulnya kemungkinan tanda-tanda bahaya dalam kehamilan

Adanya tanda-tanda bahaya mengharuskan ibu, suami / keluarga untuk segera membawah

ibu kepelayanan kesehatan / memanggil bidan.

Tanda-tanda bahaya kehamilan meliputi :

1) perdarahan jalan lahir

2) kejang
3) sakit kepala yang berlebihan

4) muka dan tangan bengkak

5) demam tinggi menggigil / tidak

6) pucat

7) sesak nafas

b. Tanda-tanda kegawatan dalam persalinan

sebagai akibat dari permasalahan dalam persalinan, kegawatan dalam persalinan dapat terjadi

dengan tanda-tanda sebagai berikut :

1) perdarahan
2) kejang

3) demam, menggigil, keluar lender dan berbau

4) persalinan lama

5) mal presentase

6) plasenta tidak lahir dalam 30 menit

c. Kegawatan masa nifas


Pada masa segera setelah persalinan, kegawatan dapat terjadi baik pada ibu ataupun bayi.

Kegawatan yang dapat mengancam keselamatan ibu baru bersalin adalah perdarahan karena

sisa plasenta dan kontraksi serta sepsis (demam). Pada bayi yang baru dilahirkan dapat terjadi

depresi bayi dan atau trauma.

Bila terjadi kegawatan pada ibu / bayi beri tahu ibu, suami dan keluarga tentang

tatalaksanaan yang dikerjakan dan dampak yang dapat ditimbulkan dari tatalaksana tersebut.

Serta persiapan tindakan rujukan. Tindakan ini perlu untuk melibatkan ibu, suami dan

keluarga sehingga tercapai suatu kerjasama yang baik.

Apabila ibu dan bayi sudah berada dirumah, informasikan kepada ibu, suami dan

keluarga bahwa adanya tanda-tanda kegawatan mengharuskan ibu untuk dibawah segera

kesarana pelayanan kesehatan atau menghubungi bidan.

Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada ibu.


Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada ibu yang perlu diperhatikan meliputi :

1) perdarahan banyak atau menetap

2) rasa lelah yang sangat, mata, bibir dan jari pucat

3) bengkak pada salah satu atau kedua kaki

4) rasa sakit pada perut berlebihan dan lokia berbau busuk atau berubah warna.
5) pucat, tangan dan kaki dingin (syok)

6) tidur turun dratis

7) kejang

8) sakit kepala berlebihan / gangguan pandangan

9) bengkak pada tangan dan muka

10) peningkatan tekanan darah

11) buang air kecil sedikit / berkurang dan sakit

12) tidak mampu menahan BAK / ngompol

13) demam tanpa atau dengan menggigil


14) adanya kesedihan yang mendalam, kesulitan dalam tidur, makan dan merawat bayi.

Adanya salah satu tanda kegawatan tersebut mengharuskan ibu mendapatkan pelayanan dari

bidan / mencari pertolongan kesarana pelayanan kesehatan.

Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada bayi

Pada bayi sebagian besar penyebab kematian adalah karena infeksi, asveksia dan trauma pada

bayi. Pengenalan tanda-tanda kegawatan pada bayi perlu untuk dilakukan penatalaksanaan

lebih dini yang sesuai yang dapat menurunkan kematian tersebut.

Kegawatan bayi dapat terjadi hari-hari pertama masa nifas dan perlu pertolongan segera

ataupun dalam 7 hari pertama masa nifas yang juga memerlukan pertolongan disarana

pelayanan kesehatan.

Kegawatan bayi beberapa hari setelah persalinan harus segera dibawah kesarana pelayanan

kesehatan / hubungi bidan :

1) bayi sulit bernafas

2) warna kulit dan mata kuning

3) pernafasan lebih dari 60 x / menit

4) kejang

5) pendarahan

6) demam

7) bayi tidur sepanjang malam dan tidak mau menetek sepanjang hari.

8) tidak dapat menetek (mulut kaku)

kegawatan bayi 7 hari pertama masa nifas yang membutuhkan perawatan bidan /

dibawah kesarana pelyanan kesehatan secepatnya :

1) hypothermia
2) pucat / kurang aktif

3) diare / konstipasi

4) kesulitan dalam menetek

5) mata merah dan bengkak / nanah

6) merah pada tali pusat / tercium bau

d. Tetanus neonatorum

Tetanus neonatorum adalah penyakit pada bayi baru lahir, disebabkan masuknya kuman

tetanus melalui luka tali pusat, akibat pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak bersih,
luka tali pusat kotor atau tidak bersih karena diberi bermacam-macam ramuan, atau ibu hamil

tidak mendapat imunisasi TT lengkap sehingga bayi yang dikandungnya tidak kebal terhadap

penyakit tetanus neonatorum. Maka perlu dilakukan pembinaan dukun bayi dalam

pencegahan tetanus neonatorum, yaitu :

Melakukan pertolongan persalinan “3 bersih”.

1) Sebelum menolong persalinan, tangan penolong disikat dan disabun hingga bersih :
BERSIH ALAT.

2) Alas tempat ibu berbaring harus bersih : BERSIH ALAS.

3) Gunting dan benang pengikat tali pusat harus steril, bersih, dan tidak berkarat. Supaya steril

gunting dan benang direbus dalam air mendidih selama paling sedikit 15 menit pada saat

akan dipakai : BERSIH ALAT.

Melakukan perawatan luka tali pusat yang bersih.

Tali pusat dibersihkan setiap pagi dangan air hangat.

Luka tali pusat yang telah dibersihkan tidak boleh sama sekali dibubuhi ramuan, jamu, daun-
daunan, atau abu dapur.

Setelah dibersihkan luka tali pusat ditutup dengan kain kasa kering.
Demikian dilakukan terus sampai luka kering dan tali pusat puput.

Memberi kekebalan kepada bayi baru lahir dengan member imunisasi tetanus toksoid

sebanyak 2 kali kepada ibu hamil, calon pengantin,dan anak perempuan kelas 6 sekolah

dasar.

Imunisasi TT bagi calon ibu berguna agar ibu dan bayi mendapat kekebalan terhadap tetanus.

Imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali karena imunisasi yang pertama belum member

kekebalan pada bayi baru lahir terhadap penyakit tetanus sehingga bayi yang berusia kurang
dari 1 bulan dapat terkena tetanus melamui luka tali pusat.
Imunisasi TT umumnya diberrikan kepada ibu hamil, calon pengantin wanita, dan anak

perempuan kelas 6 SD.

Pada ibu hamil:

TT-1 : Segera setelah ada tanda-tanda kehamilan.


kehamilan
TT-2 : Satu bulan setelah TT-1.

Pada calon pengantin wanita:

TT-1 : Pada saat penaftaran nikah.

TT-2 : Satu bulan setelah TT-1.


Anak perempuan kelas 6 SD:

TT : Kapan saja selama SD kelas 6.

e. Rujukan

Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu kepfasilitas rujukan / fasilitas yang memiliki
sarana lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir.
Meskipun sebagian besar ibu akan mengalami persalinan normal namun 10 sampai 15 %
diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran bayi sehingga

perlu dirujuk kefasilitas kesehatan rujukan. Sangat sulit untuk menduga kapan penyakit akan

terjadi sehingga kesiapan untuk merujuk ibu dan atau bayinya kefasilitas kesehatan rujukan

secara optimal dan tepat waktu (jika penyulit terjadi) menjadi saran bagi keberhasilan upaya

penyelamatan, setiap penolong persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang

mampu untuk menatalaksana kasus gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir seperti :

1) pembedahan termasuk bedah sesar

2) transfuse darah

3) persalinan menggunakan ekstraksi fakum / cunam

4) pemberian anti biotik intravena

5) resusitasi BBL dan asuhan lanjutan BBL

informasi tentang pelayanan yang tersedia ditempat rujukan, ketersediaan pelayanan purna

waktu, biaya pelayanan dan waktu serta jarak tempuh ketempat rujukan dadlah wajib untuk

diketahui oleh setiap penolong persalinan jika terjadi penyulit, rujukan akan melalui alur

yang singkat dan jelas. Jika ibu bersalin / BBL dirujuk ketempat yang tidak sesuai maka
mereka akan kehilangan waktu yang sangat berharga untuk menangani penyakit untuk

komplikasi yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka pada saat ibu melakukan

kunjungan antenatal,jelaskan bahwa penolong akan selalu berupaya dan meminta bekerja

sama yang baik dari suami / keluaga ibu untuk mendapatkan layanan terbaik dan bermanfaat

bagi kesehatan ibu dan bayinya,termasuk kemungkinan perlunya upaya rujukan pada waktu

penyulit,seringkali tidak cukup waktu untuk membuat rencana rujukan dan ketidaksiapan ini

dapat membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayinya. Anjurkan ibu untuk membahas dan

membuat rencana rujukan bersama suami dan keluarganya. Tawarkan agar penolong
mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan

tentang perlunya rencana rujukan apabila diperlukan.

Masukan persiapan-persiapan dan informasi berikut kedalam rencana rujukan :

1) siapa yang akan menemani ibu dan BBL

2) tempat-tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga? (jika ada lebih dari satu
kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling sesuai berdasarkan jenis
asuhan yang diperlukan)

3) sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan mengendarainya ingat bahwa

transportasi harus segera tersedia, baik siang maupun malam.

4) orang yang ditunjuk menjadi donor darah jika transfuse darah diperlukan.

5) uang yang disisihkan untuk asuhan medik, transportasi, obat-obatan dan bahan-bahan.

6) siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada saat ibu tidak dirumah. Kaji

ulang rencana rujukan dengan ibu dan keluarganya. Kesempatan ini harus dilakukan

selama ibu melakukan kunjungan asuhan antenatal / diawal persalinan (jika mungkin). Jika

ibu belum membuat rencana rujukan selama kehamilannya, penting untuk dapat

mendiskusikan rencana tersebut dengan ibu dan keluarganya diawal persalinan. Jika timbul

masalah pada saat persalinan dan rencana rujukan belum dibicarakan maka sering kali sulit

untuk melakukan semua persiapan-persiapan secara cepat. Rujukan tepat waktu merupakan

unggulan asuhan saying ibu dalam mendukung keselamatan ibu dan BBL.

Singkatan BAKSOKU dapat digunakan untuk mengingat hal-hal penting dalam

mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi.


B (Bidan
Bidan) :

pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan yang kompeten

untuk menatalaksana gawat darurat obstetri dan BBL untuk dibawah kefasilitas rujukan.

A (Alat) :

bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan,


persalinan masa nifas dan BBL (tabung
suntik, selang iv, alat resusitasi, dll) bersama ibu ketempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-

bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan dalam perjalanan menuju fasilitas

rujukan.

K (Keluarga) :
beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan bayi dan mengapa ibu dan bayi

perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alas an dan tujuan merujuk ibu kefasilitas rujukan

tersebut. Suami / anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan BBL hingga kefasilitas

rujukan.

S (Surat) :

berikan surat ketempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi mengenai ibu dan
BBL, cantumkan alas an rujukan dan uraikan hasil penyakit, asuhan / obat-obatan yang
diterima ibu dan BBL. Sertakan juga partograf yang dipakai untuk membuat keputusan klinik
O (Obat) :
bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu kefasilitas rujukan. Obat-obatan tersebut

mungkin diperlukan selama diperjalanan.

K (Kendaraan) :

siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi cukup

nyaman. Selain itu, pastikan kondisi kendaraan cukup baik untuk mencapai tujuan pada

waktu yang tepat.

U (Uang) :

ingatkan keluarga agar membawah uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat-

obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan selama ibu dan bayi

baru lahir tinggal difasilitas rujukan.

3. Penyuluhan gzi dan keluarga berencana

a. Penyuluhan Gizi Ibu Hamil

Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai dengan usia kehamilan.
kehamilan Berat badan
yang bertambah dengan normal, menghasilkan anak yang normal. Kenaikan berat badan ideal

pada ibu hamil sebanyak 7 kg (untuk ibu yang gemuk) dan 12,5 kg (untuk ibu yang tidak

gemuk). Di luar batas itu, dinilai abnormal.

Dalam 3 bulan pertama, berat badan ibu hamil akan naik sampai 2 kg. Kemudian, dinilai

normal jika setiap minggu berat badan naik 0,3 kg. Pada kehamilan tua, rata-rata kenaikan

berat badan ibu akan mencapai 12 kg. Jika kenaikan berat badan lebih dari normal, akan

berisiko mengalami komplikasi preeklamsia dan janin terlalu besar sehingga menimbulkan

kesulitan persalinan.
Demam tinggi pada masa nifas. Pada masa nifas, selama 42 hari setelah melahirkan, ibu yang

mengalami demam tinggi lebih dari 2 hari, dan disertai keluarnya cairan (dari liang rahim)

yang berbau, mungkin mengalami infeksi jalan lahir. Cairan Hang rahim yang tetap berdarah,

keadaan ini dapat mengancam keselamatan ibu.

Zat makanan yang dibutuhkan ibu hamil, yaitu:

1) Energi, dihasilkan dari karbohidrat, protein, dan zat patinya. Protein. Ibu hamil
membutuhkan protein lebih banyak dari biasanya.

2) Protein hewani lebih besar dibandingkan protein nabati. Contoh: ikan, daging, susu, dan

telur harus lebih banyak dikonsumsi jika dibandingkan dengan tahu, tempe, dan kacang.

Protein dapaa diperoleh dari susu, telur, dan keju. Tambahannya diperoleh dan gandum dan

kacang-kacangan. Manfaat dari protein.

§ Protein untuk membangun tubuh janin dimulai dari sebesar sehingga menjadi tubuh seberat 3,5

kg.

§ Protein digunakan untuk membuat ari-ari.


§ Protein digunakan untuk menambah unsur dalam cairan darahterutama haemoglobin dan

plasma darah.

§ Protein digunakan untuk pembuatan cairan ketuban.

3) Vitamin. Ada beberapa jenis vitamin yang penting untuk ibu hamil. Jika ibu hamil sampai

kekurangan vitamin, pembentukan sel-sel tubuh anak akan berkurang. Anak dapat kurang

darah, cacar bawaam kelainan bentuk, bahkan ibu dapat keguguran. Vitamin yang dibutuhkan

oleh ibu hamil, yaitu B6, C, A, D, E, dan K.

4) Mineral.

§ Kalsium. Kalsium sangat penting karena dibutuhkan untuk pembentukan tulang. Apabila
kekurangan kalsium, bayi yang dikandung akan menderita kelainan tulang dan gigi. Sumber

kalsium yang tinggi diperoleh dari semua makanan yang berasal dari susu. seperti keju, es

krim, dan kue. Selain itu, juga banyak terdapat pada kacang-kacangan dan sayuran berdaun

hijau.

§ Fosfor. Mineral ini dapat diperoleh dari makanan sehari-hari. Fosfor berhubungan erat dengan

kalsium. Jika jumlahnya tidak seimbang di dalam tubuh, dapat terjadi gangguan. Gangguan

yang paling sering adalah kram pada tungkai.

§ Zat besi. Sel darah merah Ibu hamil bertambah sampai 30rc. Berarti, tubuhnya memerlukan
tambahan zat besi. Setiap hari. ibu hamil membutuhkan tambahan 700-800 mg zat besi. Sum-
ber makanan yang mengandung zat besi tinggi adalah hati. Oleh karena itu, ibu hamil perlu

banyak mengonsumsi hati, daging. telur, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau.

Kebutuhan zat besi ibu hamil meningkat pada kehamilan trimester II dan III. Pada masa

tersebut, kebutuhan zat besi tidak dapat diandalkan dari menu harian saja. Walaupun menu

hariannya cukup mengandung zar besi.

§ Zink, mineral, ini dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil, biasanya cukup dari makanan
sehari-hari

§ Fluor. Mineral floyr juga tidak banyak diperlukan.

§ Yodium. Yosidum cukup diperoleh dari air minum dan sumber bahan makanan laut.

b. Penyuluhan Kb

Sebelum pemberian metode kontrasepsi, misalnya pil, suntik, atau KDR terlebih dahulu

menentukan apakah ada keadaan yang membutuhkan perhatian khusus. Salah satu usaha

untuk menciptakan kesejahtreraan adalah dengan memberi nasihat perwakinan, pengobatan

kemandulan, dan memperkecil angka kelahiran (Depkes RI 1999). Program KB adalah

bagian yang terpadu dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk turut serta

menciptak~ kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial penduduk Indonesia. Tujuan

program KB adalah memperkecil angka kelahiran, menjaga kesehatan ibuanak, serta

membatasi kehamilan jika jumlah anak sudah mencukupi. Peserta KB akan mendapat

pelayanan dengan cara sebagai berikut.

1) Pasangan usia subur yang istrinya mempunyai keadaan “ 4 terlalu” yaitu terlalu muda,

terlalu banyak anak, terlalu sering hamil, dan terlalu tua akan mendapat prioritas pelayanan

KB.
2) Peserta KB diberikan pengertian mengenai metode kontrasepsi dengan keuntungan dan

kelemahan masing-masing sehingga ia dapat : menentukan pilihannya.

3) Harus mendapat informasi mengenai metode kontrasepsi dengan keuntungan dan

kelemahannya sehingga ia dapat menentukan pilihannya

4) Harus dilakukan pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan kepada klien agar

dapat ditentukan metode yang paling cocok dengam hasil pemeriksaannya.

5) Harus mendapatkan informasi tentang kontraindikasi pemakai. berbagai metode

kontrasepsi.
Kegiatan IM merupakan salah satu komponen dari pelayanan i;;-sehatan reproduksi esensial

(PKRE) yang dapat dilaksanakan di tiap tingkat pelayanan sesuai dengan kewenangannya,

yaitu:

a) Pelayanan di tingkat desa.

§ Konseling KB.

§ Pelayanan KB, kecuali implant dan metode operatif.


§ Pertolongan pertama efek samping KB.

§ Rujukan pelayanan KB.

b) Pelayanan di tingkat puskesmas.

§ Konseling KB.

§ Pelayanan KB, sesuai dengan kemampuan.

§ Pertolongan pertama komplikasi dan kegagalan KB serta penananganan efek samping KB.

§ Rujukan pelayanan KB.

§ Pembinaan pelayanan di tingkat Desa.

c) Pelayanan di tingkat rujukan KB.

§ Konseling KB.

§ Pelayanan semua jenis metode KB.

§ Penanganan komplikasi dan kegagalan KB serta penanganan efek samping KB.

§ Penanganan kasus rujukan pelayanan .

§ Pembinaan pelayanan di tingkat puskesmas.

4. Pencatatan Kelahiran Dan Kematian Ibu/ Bayi

a. Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia dari tahun 1967 sampai dengan tahun 1996

menunjukkan kecenderungan menurun. Estimasi AK yang dilakukan Biro Pusat Statistik

adalah berdasarkan perhitungan dari data hasil sensus/survei (tentang rata-rata yang

dilahirkan hidup menurut ibu).

Pada kurun waktu tahun 1967-1976 (9 tahun), penurunan AKB ratarata per tahun adalah

3,2%, yaitu 145 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1967, menjadi 109 per 1000 kelahiran

hidup pada tahun 1976. Untuk periode 1986-1992, penurunan AKB rata-rata per tahun adalah
4,1% yaitu 71 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 60 per 1000 kelahiran

hidup pada tahun 1992. Dari hasil proyeksi, terlihat bahwa A KB pada tahun 1992 sebesar 60

per 1000 kelahiran hidup yang cenderung menurun menjadi 54 per 1000 kelahiran hidup pada

tahun 1996. Berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa angka kematian pada bayi laki-laki

tampaknya lebih besar dibandingkan bayi perempuan.

Pola penyakit penyebab kematian bayi dari SKRT tahun 1986 berbeda dengan hasil SKRT

tahun 1992. Perbedaan proporsi antara tahun 1986 dan 1992 ini mungkin disebabkan oleh

cakupan sampel SKR.T 1986 yang hanya mencakup 7 provinsi, sedangkan pada tahun 1992

mencakup 37 provinsi. Proporsi penyakit penyebab kematian pada bayi hasil SKRT ,ahun

1986 yang tertinggi adalah penyakit tetanus neonatorum (19,3%), sedangkan hasil SKRT

1992 adalah penyait ISPA (36%). Jika dibanding~an hasil SKRT 1992 dengan hasil SKRT

1995, penyakit sistem pernapasan menduduki urutan pertama, sedangkan gangguan pranatal

naik dari .irutan kelima pada SKRT 1992 dan menjadi urutan kedua pada SKRT :995. Jika

dibandingkan pola penyakit penyebab kematian bayi antara lawa-Bali dan luar Jawa-Bali,

terlihat urutan tertinggi di Jawa-Bali cisebabkan gangguan pranatal (33,5%), sedangkan di

luar Jawa-Bali cisebabkan penyakit sistem pernapasan.

b. Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka kematian balita (0--4 tahun) adalah jumlah kematian anak usia C-4 tahun per

1000 kelahiran hidup. AKABA menggambarkan tingkat perm asalahan kesehatan anak dan

faktor lain yang berpengaruh terhadap keseatan anak balita, seperti gizi, sanitasi, penyakit

menular, dan kecelakaan.

Estimasi angka kematian balita di Indonesia yang dihitung dari data iro Pusat
Statistik, mengalami penurunan yang cukup berarti, yaitu an 111 per 1000 kelahiran hidup

pada tahun 1986 menjadi 81 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1993. Angka kematian

balita tertinggi d Provinsi Nusa Tenggara Barat (162 per 1000 kelahiran hidup), sedangkar

Provinsi DKI Jakarta (4 per 1000 kelahiran hidup.

Hasil SKRT 1995 menunjukkan 5 penyakit penyebab kematian. anak balita, yaitu

sistem pernapasan (30,8%), gangguan pranatal (21,6%), diare (15,3%), infeksi dan parasit

lain (6,3%), dan saraf (tetanus) (5,5%).

c. Angka Kematian Ibu (AKI)


Angka kematian ibu berguna untuk menggambarkan tingkat kesa daran perilaku

hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatar lingkungan, dan tingkat

pelayanan kesehatan (terutama untuk ibu hamil ibu waktu melahirkan, dan masa nifas).

Angka kematian ibu sampai saal ini baru diperoleh dari survei terbatas seperti penelitian dan

pencatatar pada 12 rumah sakit pendidikan (1977-1980) diperoleh AKI 370 per

100.00( kelahiran hidup. Penelitian oleh Universitas Padjadjaran di Ujung Berun € (1978-1980)

AKI 170, dan di Kabupaten Sukabumi tahun 1982 sebesar 450 dan hasil SKRT 1980 adalah 150

per 100.000 kelahiran hidup. Hasil in relatif rendah karena survei tidak mencakup semua

provinsi. Menurut hasi: SKRT tahun 1992, angka kematian ibu sebesar 425 per 100.000

kelahirar hidup. Hasil survei demografi Kesehatan Indonesia tahun 1994 menunjuk kan

angka 390 per

100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada hasil SKRZ 1995, angka kematian ibu sebesar 373

per 100.000 kelahiran hidup.

d. Angka Kematian Kasar (AKK)

Dari hasil sensus tahun 1971 dan 1980, SUPAS tahun 1967 dan 1985 terlihat bahwa

angka kematian kasar cenderung menurun dan menurut hasil perkiraan BPS angka kematian

kasar (AKK) pada kurun waktL 1985-1990 akan menjadi 7,9 per 1000 penduduk dan

selanjutnya pade kurun waktu 1990-1995 menjadi sebesar 7,5 per 1000 penduduk.

Penyakit penyebab kematian per 100 kematian hasil SKRT 1986 se. bagai urutan pertama

adalah penyakit diare sebesar 12 per 1000 kema. tian, sedangkan dari hasil SKRT 1992 dan

SKRT 1995 adalah penyakit sistem sirkulasi, yaitu sebesar 16 per 100 kematian tahun 1992

menjad 18,9 per 100 kematian tahun 1995. Sementara itu, dari hasil SKRT 1991: untuk

daerah Jawa-

Bali menunjukkan bahwa penyakit kematian utama adalah sistem sirkulasi (24,2 per 100
kematian). Penyakit sistem sirkulasi ini mencakup hipertensi, penyakit jantung iskemia,

penyakit paru yang berkaitan dengan jantung, komplikasi penyakit jantung yang kausanya

tidak jelas, dan penyakit serebrovaskular. Untuk daerah luar Jawa-Bali, menunjukkan bahwa

penyakit penyebab kematian utama adalah sistem pernapasan (16,0 per 100 kematian) yang

diikuti penyakit sistem sirkulasi (14,3 per kematian) dan tuberkulosis (10,9%).

Untuk tahun 1995, pola penyakit penyebab kematian bukan penyebab langsung secara

nasional, berbeda dengan pola penyakit penyebab kematian pada rumah sakit umum kelas A,

B, C maupun D. Secara nasional dan menurut rumah sakit umum kelas B, penyakit

serebrovaskular merupakan penyebab utama kematian. Pada rumah sakit umum kelas A,
penyakit karena cedera dan keracunan merupakan penyebab utama, sedangkan pada rumah

sakit umum kelas C dan D, penyebabnya adalah penyakit saluran napas bawah.

Jika dilihat pola penyakit pada tahun 1995, penyakit utama yang terbanyak secara

nasional bukan merupakan penyebab utama yang mendasari kematian. Untuk kasus penyakit

terbanyak secara nasional, yaitu penyakit infeksi usus, penyakit karena cedera, dan keracunan

di rumah sakit umum kelas A, komplikasi obstetri dan abortus di rumah sakit umum kelas B,

sedangkan di rumah sakit umum kelas C dan D sama dengan tingkat nasional, yaitu penyakit

infeksi usus.

5. Progam Kesehatan lainnya

a. Kesehatan

Promosi kesehatan adalah proses memberdayakan masyarakat untuk memelihara,

meningkatkan, dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan, dan

kemampuaserta pengembangan lingkungan sehat. Sasaran promosi kesehatan adalah

individu, keluarga, masyarakat, dan petugas pelaksana program.

b. Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin)

Tabulin merupakan institusi masyarakat dengan anggota para ibu hamil atau PUS (Pasangan

Usia Subur) yang belum hamil, dengan bentuk kegiatan yang berupa pengumpulan dana di

lingkungan anggotanya, ma syarakat, atau subsidi dari pemerintah.


c. Donor darah berjalan

Donor darah berjalan merupakan pendonoran darah secara bertahaa. beberapa kali, atau

secara berangsur-angsur selama 3 bulan sekali agar mendonorkan darahnya ke PMI. Tujuan
utama diadakannya donor darah adalah untuk membantu PMI dalam ketersediaan stok darah

di PMI yang berkurang sejak terjangkitnya penyakit demam berdarah.

d. Ambulans Desa

Ambulans desa merupakan sistem yang dikembangkan oleh pemerintah, swasta, dan

masyarakat untuk mengangkut ibu bersalin yang perlu dirujuk ke rumah sakit atau

puskesmas.

e. Suami Siaga

program ini suami

diharapkan: Siap:
Secara mental. Ketika ibu menghadapi persalinan, siapkan mentalnya untuk memberikan

dukungan atau semangat kepada istri.

Secara fisik, suami mempersiapkan dirinya untuk menjaga dan melindungi istrinya.

Secara materil, suami mempersiapkan dana untuk persalinan istrinya

Sumber: :
komunitas.html#ixzz43mp8cEje

KADER DAN POSYANDU (POS PELAYANAN TERPADU)

Dr. Suparyanto' (.)es


KADER DAN POSYANDU (POS PELAYANAN TERPADU)

A. PENGERTIAN

1. Posyandu adalah sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program dengan
program lainnya yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis
seperti halnya program kb dengan kesehatan atau berbagai program lainnya yang
berkaitan dengan kegiatan masyarakat (BKKBN, 1989).

2. Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu , hal ini bertujuan untuk
memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu
tersebut masyarakat dapat memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat
yang sama (Depkes RI, 1990).

3. Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan
masyarakat dari keluarga berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk
masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas
kesehatan dan keluarga berencana

TUJUAN PENYELENGGARA POSYANDU

1. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu ( ibu hamil,
melahirkan dan nifas)

2. Membudayakan NKKBS.

3. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan


kegiatan kesehatan dan KB berta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya
masyarakat sehat sejahtera.

4. Berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan ketahanan


keluarga dan gerakan ekonomi keluarga sejahtera.

PENGELOLA POSYANDU.

1. Penanggungjawab umum : kades/lurah

2. Penggungjawab operasional : tokoh masyarakat

3. Ketua pelaksana : ketua tim penggerak PKK

4. Sekretaris : ketua pokja iv kelurahan/desa

5. Pelaksana: kader Posyandu, yang dibantu petugas KB-KES (Puskesmas).

KEGIATAN / PROGRAM POKOK POSYANDU :


1. KIA

2. KB

3. lmunisasi.

4. Gizi.

5. Penggulangan diare.

PEMBENTUKAN POSYANDU.

• Langkah — langkah pembentukan:

1. Pertemuan lintas program dan lintas sektoral tingkat kecamatan.

2. Survey mawas diri yang dilaksanakan oleh kader Posyandu di bawah bimbingan
teknis unsur kesehatan dan KB .

3. Musyawarah masyarakat desa membicarakan hasil survey mawas diri, sarana dan
prasarana posyandu, biaya posyandu

4. Pemilihan kader posyandu.

5. Pelatihan kader posyandu.

6. Pembinaan.

F. KRITERIA PEMBENTUKAN LOKASI POSYANDU.


Pembentukan posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan puskesmas agar
pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai sedangkan satu
posyandu melayani 100 balita.

KRITERIA KADER POSYANDU :

1. Dapat membaca dan menulis.

2. Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan.

3. Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat.

4. Mempunyai waktu yang cukup.

5. Bertempat tinggal di wilayah posyandu.


6. Berpenampilan ramah dan simpatik.

7. Diterima masyarakat setempat.

PELAKSANAAN KEGIATAN POSYANDU.

• Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh kader, tim penggerak
PKK desa/kelurahan serta petugas kesehatan dari puskesmas, dilakukan pelayanan
masyarakat dengan system 5 meja yaitu :

1. meja 1 : pendaftaran.

2. meja 2 : penimbangan

3. meja 3 : pengisian kms

4. meja 4 : penyuluhan perorangan berdasarkan kms.

5. meja 5 : pelayanan KB dan; Kesehatan

Pelayanan di meja 5 berupa:

1. Imunisasi

2. Pemberian vitamin a dosis tinggi berupa obat tetes ke mulut tiap bulan februari dan
agustus.

3. Pembagian pil atau kondom

4. Pengobatan ringan.

5. Konsultasi KB-kesehatan

• Petugas pada meja 1 s/d 4 dilaksanakan oleh kader Posyandu sedangkan meja 5
merupakan meja pelayanan (kader, jurim, bindes, perawat dan petugas KB).

SASARAN POSYANDU :

1. Bayi/balita.

2. Ibu hamil/ibu menyusui.

3. WUS dan PUS.

PELAYANAN DI POSYANDU
1. Kesehatan ibu dan anak :1. Pemberian pil tambah darah (ibu hamil),2. Pemberian
vitamin a dosis tinggi ( bulan vitamin a pada bulan februarii dan agustus), 3. PMT, 4.
Imunisasi.,5. Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau kesehatan balita
melalui pertambahan berat badan setiap bulan. keberhasilan program terlihat melalui
grafik pada kartu kms setiap bulan.

2. Keluarga berencana, pembagian pil KB dan kondom.

3. Pemberian oralit dan pengobatan.

4. Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai permasalahan


dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja 4 dengan materi dasar dari kms baita dan
ibu hamil. keberhasilan posyandu tergambar melalui cakupan SKDN

• S : semua balita diwilayah kerja posyandu.

• K : semua balita yang memiliki KMS.

• D : balita yang ditimbang.

N : balita yang naik berat badannya.

.KEBERHASILAN POSYANDU BERDASARKAN :

1. Baik/kurangnya peran serta masyarakat: indikatornya D/S

2. Berhasil tidaknya program posyandu: indikatornya N/D

.DANA
● Dana pelaksanaan posyandu berasal dari swadaya masyarakat melalui gotong royong
dengan kegiatan jimpitan beras dan hasil potensi desa lainnya serta sumbangan dari donatur
yang tidak mengikat yang dihimpunan melalui kegiatan dana sehat.

.SISTEM INFORMASI POSYANDU (SIP)

• Sistem informasi posyandu adalah rangkaian kegiatan untuk menghasilkan informasi


yang sesuai dengan kebutuhan secara tepat guna dan tepat waktu bagi pengelola
posyandu. oleh sebab itu sistem informasi posyandu merupakan bagian penting dari
pembinaan posyandu secara keseluruhan. konkritnya, pembinaan akan lebih terarah
apabila di dasarkan pada informasi yang lengkap, akurat dan aktual. dengan kata lain
pembinaan merupakan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi karena
didasarkan pada informasi yang tepat, baik dalam lingkup terbatas maupun lingkup
yang lebih luas.

MEKANISME OPERASIONAL SIP


• Pemerintah desa/kelurahan bertanggung jawab atas tersediannya data dan informasi
posyandu.

• Pengumpul data dan informasi adalah tim penggerak pkk dengan menggunakan
instrumen :

1. catatan ibu hamil, kelahiran /kematian dan nifas oleh ketua kelompok dasa wisma
(kader PKK) .
2. register bayi dalam wilayah kerja posyandu bulan januari s/d desember.

3. register anak balita dalam wilayah kerja posyandu bulan januari s/d desember.

4. register wus- pus alam wilayah ketiga posyandu bulan januari s/d desember.

5. register ibu hamil dalam wilayah kerja posyandu bulan januari s/d desember.

6. data pengunjung petugas posyandu, kelahiran dan kematian bayi dan kematian ibu
hamil melahirkan dan nifas.

7. data hasil kegiatan posyandu.

• catatan : Instrumen/format SIP diatas oleh kader posyandu dengan bimbingan teknis
dari petugas kesehatan/PLKB

• Tim Penggerak PKK desa/kelurahan bertanggungjawab dalam hal :

1. Menghimpun data dan informasi dari seluruh posyandu yang ada dalam wilayah
desa/kelurahan.

2. Menyimpulkan seluruh data dan informasi.

3. Menyusun data dan informasi sebagai bahan pertemuan ditingkat kecamatan


(rakorbang).

4. Puskesmas, PPLKB, kaurbang mengambil data dari desa untuk dianalisis dan
kemudian menjadi bahan rakor posyandu di tingkat kecamatan.

5. Hasil analisis digunakan sebagai bahan menyusunan rencana pembinaan. masalah-


masalah yang dapat diatasi oleh pemerintah tingkat kecamatan segera diambil langkah
pemecahannya sedangkan yang tidak dapat dipecahkan dilaporkan ke tingkat
kabupaten/kotamadya sebagai bahan rakorbang tingkat ll.

STRATA POSYANDU

• Strata posyandu dikelompokkan menjadi 4 :


1. Posyandu pratama :

1. Belum mantap.

2. Kegiatan belum rutin.

3. Kader terbatas.

2. Posyandu madya :

1. Kegiatan lebih teratur

2. Jumlah kader 5 orang

3. Posyandu purnama :

1. Kegiatan sudah teratur.

2. Cakupan program/kegiatannya baik.

3. Jumlah kader 5 orang

4. Mempunyai program tambahan

4. Posyandu mandiri :

1. Kegiatan secara terahir dan mantap

2. Cakupan program/kegiatan baik.

3. Memiliki dana sehat dan jpkm yang mantap.

• Dari konsep diatas, dapat disimpulkan beberapa indikator sebagai penentu jenjang
antar strata posyandu adalah :

1. Jumlah buka posyandu pertahun.

2. Jumlah kader yang bertugas.

3. Cakupan kegiatan.

4. Program tambahan.

5. Dana sehat/JPKM

• Posyandu akan mencapai strata posyandu mandiri sangat tergantung kepada


kemampuan, keterampilan diiringi rasa memiliki serta tanggungjawab kader pkk, lpm

sebagai pengelola dan masyarakat sebagai pemakai dari pendukung posyandu.


KADER POSYANDU

1. Pengertian

• Kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehatan desa (prokes) adalah tenaga
sukarela yang dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat.


Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI memberikan batasan kader:
“Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat
dan dapat bekerja secara sukarela”. (Zulkifli, 2003)

• Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat
dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun
masyarakat, serta bekerja di tempat yang dekat dengan pemberian pelayanan
kesehatan. (Syafrudin, dan Hamidah, 2006)

• Kader kesehatan adalah adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan
bertugas mengembangkan masyarakat. Dalam hal ini kader disebut juga sebagai
penggerak atau promoter kesehatan. (Yulifah, R. dan Yuswanto, TJA. 2005)

2. Tugas kader Posyandu.

1). Persiapan hari buka posyandu.

1. Menyiapkan alat dan bahan, yaitu : alat penimbangan bayi, KMS, alat pengukur
LILA, alat peraga dll

2. Mengundang dan menggerakkan masyarakatuntuk datang ke posyandu

3. Menghubungi pokja posyandu, yaitu menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor


desa

4. Melaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian tugas diantara kader


posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan

2). Melaksanakan pelayanan 5 meja.

• Meja 1: Pendaftaran bayi, balita, bumil, menyusui dan PUS.

• Meja 2: Penimbangan balita dan mencatat hasil penimbangan

• Meja 3: Mengisi buku KIA / KMS

• Meja 4:1. Menjelaskan data KIA / KMS berdasarkan hasil timbang,2. Menilai
perkembangan balita sesuai umur berdasarkan buku KIA. Jika ditemukan
keterlambatan, kader mengajarkan ibu untuk memberikan rangsangan dirumah,3.
Memberikan penyuluhan sesuai dengn kondisi pada saat itu,4. Memberikan rujukan
ke Puskesmas, apabila diperlukan

• Meja 5: Bukan merupakan tugas kader, melainkan pelayanan sector yang dilakukan
oleh petugas kesehatan, PLKB, PPL, antara lain :1. Pelayanan imunisasi,2. Pelayanan
KB,3. Pemeriksaan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu
menyusui,4. Pemberian Fe / pil tambah darah, vitamin A (kader dapat membantu

pemberiannya), kapsul yodium dan obat-obatan lainnya


• Untuk meja 1-4 dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja 5 dilaksanakan
oleh petugas kesehatan diantaranya dokter, bidan, perawat, juru imunisasi dan
sebagainya. (Dinkes jawa timur, 2005)

3). Tugas kader setelah hari buka posyandu.

• Memindahkan catatan dalam KMS ke dalam buku register atau buku bantu kader

• Mengevaluasi hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan dari posyandu yang akan
datang

• Melaksanakan penyuluhan kelompok (kelompok dasa wisma)

• Melakukan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan) bagi sasaran posyandu yng


bermasalah antara lain :

1. Tidak berkunjung ke posyandu karena sakit

2. Berat badan balita tetap Selama 2 bulan berturut turut

3. Tidak melaksanakan KB padahal sangat perlu

4. Anggota keluarga sering terkena penyakit menular (Dinkes jawa timur, 2005)

• Hal-hal yang boleh dilakukan kader dalam deteksi dini tumbuh kembang anak / balita
antara lain :

1. Penimbangan berat badan

2. Pengukuran tinggi badan

3. Pengukuran lingkar kepala

4. Pengukuran lingkar lengan

• Adapun 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga
kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya dan tidak boleh dilakukan kader,
antara lain :
1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui / menemukan
status gizi kurang atau buruk dan mikrosefali

2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan


perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar

3. Deteksidini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya

mhipasearlaakhtivimtaesn(tDalepkemesoRsiIo, n2a0l0, 5)autism dan

gangguan pemusatan perhatian dan

Anda mungkin juga menyukai