Posyandu pada tingkat madtya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8
kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan
tetapi cakupan program utamanya (K%, KIA, Gizi dan Imunisasi( masih rendah,
yaitu kurang dari 5)*. Ini berarti, kelestarian kegiatan posyandu sudah baik
tetapi masih rendah cakupannya.
Posyandu pada tingkat purnama adalah Posyandu yang frekuensinya lebih dari 8
kali pertahun, rata-rata junlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5
program utamanya (K%, KIA, Gizi dan imunisasi( lebih dari 5)*. 0udah ada
program tambahan, bahkan mungkin sudah ada Dana 0ehat yang masih
sederhana.
- Pelatihan Dana 0ehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat
yang kuat, dengan cakupan anggota minimal 5)* kk atau lebih.
Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5
program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat, telah
menjangkau lebih dari 5)* KK. +ntuk Posyandu tingkat ini, intervensinya
adalah pembinaan Dana 0ehat, yaitu diarahkan agar Dana 0ehat tersebut
menggunakan prinsip 1PKM
PEMBINAAN KADER Di KOMUNITAS
PEMBINAAN KADER
A. Pengertian
Pembinaan Kader
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan
dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat
untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian
pelayanan kesehatan.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat
departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk kader yang dimaksudkan
untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan anak. Para kader
kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup
sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan menghitung secara sedarhana.
Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab atas masyarakat setempat serta pimpinan
yang ditujuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka dapat melaksanakan
petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan kerja dari sebuah tim
kesehatan.
Para kader kesehatan masyarakat untuk mungkin saja berkerja secara fullteng atau partime
dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan uang atau bentuk
lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas. Namun ada juga kader kesehatan
yang disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta beberapa peralatan secukupnya oleh
masyarakat setempat.
B. Peran Fungsi Kader
Kader di tunjukan oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan tugas-tugas kader
kesehatan masyarakat yang secara umum hampir sama tugasnya dibeberapa Negara yaitu:
3. pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan sesudah melahirkan
4. menolong persalinan
12. pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan,kesehatan perorangan dan kebiasaan sehat
secara umum.
13. pemberian motivasi tentang penyakit menular,pencegahan dan perujukan.
14. pemberian motivasi tentangperlunya fall up pada penyakit menular dan perlunya
memastikan diagnosis.
19. mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas membantu pencatatan dan pelaporan.
C. Pembentukan Kader
Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini disebabkan karena
kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan pelatihan kader. Pelatihan kader ini
diberikan kepada para calon kader didesa yang telah ditetapkan. Sebelumnya
telahdilaksanakan kegiatan persiapan tingkat desa berupa pertemuan desa, pengamatan dan
adanya keputusan bersama untuk terlaksanakan acara tersebut. Calon kader berdasarkan
kemampuan dan kemauan berjumlah 4-5 orang untuk tiap posyandu. Persiapan dari pelatihan
Tim pelatihan kader melibatkan dari beberapa sector. Camat otomatis bertanggung
jawab terhadap pelatihan ini, namun secara teknis oleh kepala puskesmas. Pelaksanaan harian
pelatihan ini adalah staf puskesmas yang mampu melaksanakan. Adapun pelatihannya adalah
tanaga kesehatan, petugas KB (PLKB), pertanian, agama, pkk, dan sector lain.
Waktu pelatihan ini membutuhkan 32 jam atau disesuaikan. Metode yang digunakan
adalah ceramah, diskusi, simulasi, demonstrasi, pemainan peran, penugasan, dan praktik
4. keluarga berencana
5. imunisasi
6. gizi
7. penangulangan diare
1. refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksanakan oleh bidan desa
2. adanya perubahan kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan rutin tiap bulan
4. Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis kepuskes untuk kader dan
keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang diberikan setiap tahun
Para kader kesehatan yang bekerja dipedesaan membutuhkan pembinaan atau pelatihan
Pembinaan atau pelatihan tersebut dapat berlangsung selama 6-8 minggu atau bahkan
lebih lama lagi. Salah satu tugas bidan dalam upaya menggerakkan peran serta masyarakat
1. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan siaga)
sayang ibu.
1. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan siaga)
Pembinaan kader yang dilakukan bidan didalamnya berisi tentang perran kader adalah dalam
daur kehidupan wanita dari mulai kehamilan sampai dengan masa perawatan bayi. Adapun
hal-hal yang perlu disampaikan dalam persiapan persalinan adalah sebagai berikut :
a. Sejak awal, ibu hamil dan suami menentukan persalinan ini ditolong oleh bidan atau dokter
b. Suami atau keluarga perlu menabung untuk biaya persalinan.
c. Ibu dan suami menanyakan kebidan atau kedokter kapan perkiraan tanggal persalinan
d. Jika ibu bersalin dirumah, suami atau keluarga perlu menyiapkan terang, tempat tidur
dengan alas kain yang bersih, air bersih dan sabun untuk cuci tangan, handuk kain, pakaian
Pembinaan kader yang dilakukan bidan yang berisi tentang peran kader dalam deteksi dini
tanda bahaya dalam kehamilan maupun hal-hal berikut ini.
§ Bengkan dikaki, tangan, wajah, atau sakit kepala kadang disertai kejang
§ Demam tinggi
Pada setiap kehamilan perlu di informasikan kepada ibu, suami dan keluarga tentang
timbulnya kemungkinan tanda-tanda bahaya dalam kehamilan
Adanya tanda-tanda bahaya mengharuskan ibu, suami / keluarga untuk segera membawah
2) kejang
3) sakit kepala yang berlebihan
6) pucat
7) sesak nafas
sebagai akibat dari permasalahan dalam persalinan, kegawatan dalam persalinan dapat terjadi
1) perdarahan
2) kejang
4) persalinan lama
5) mal presentase
Kegawatan yang dapat mengancam keselamatan ibu baru bersalin adalah perdarahan karena
sisa plasenta dan kontraksi serta sepsis (demam). Pada bayi yang baru dilahirkan dapat terjadi
Bila terjadi kegawatan pada ibu / bayi beri tahu ibu, suami dan keluarga tentang
tatalaksanaan yang dikerjakan dan dampak yang dapat ditimbulkan dari tatalaksana tersebut.
Serta persiapan tindakan rujukan. Tindakan ini perlu untuk melibatkan ibu, suami dan
Apabila ibu dan bayi sudah berada dirumah, informasikan kepada ibu, suami dan
keluarga bahwa adanya tanda-tanda kegawatan mengharuskan ibu untuk dibawah segera
4) rasa sakit pada perut berlebihan dan lokia berbau busuk atau berubah warna.
5) pucat, tangan dan kaki dingin (syok)
7) kejang
Adanya salah satu tanda kegawatan tersebut mengharuskan ibu mendapatkan pelayanan dari
Pada bayi sebagian besar penyebab kematian adalah karena infeksi, asveksia dan trauma pada
bayi. Pengenalan tanda-tanda kegawatan pada bayi perlu untuk dilakukan penatalaksanaan
Kegawatan bayi dapat terjadi hari-hari pertama masa nifas dan perlu pertolongan segera
ataupun dalam 7 hari pertama masa nifas yang juga memerlukan pertolongan disarana
pelayanan kesehatan.
Kegawatan bayi beberapa hari setelah persalinan harus segera dibawah kesarana pelayanan
4) kejang
5) pendarahan
6) demam
7) bayi tidur sepanjang malam dan tidak mau menetek sepanjang hari.
kegawatan bayi 7 hari pertama masa nifas yang membutuhkan perawatan bidan /
1) hypothermia
2) pucat / kurang aktif
3) diare / konstipasi
d. Tetanus neonatorum
Tetanus neonatorum adalah penyakit pada bayi baru lahir, disebabkan masuknya kuman
tetanus melalui luka tali pusat, akibat pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak bersih,
luka tali pusat kotor atau tidak bersih karena diberi bermacam-macam ramuan, atau ibu hamil
tidak mendapat imunisasi TT lengkap sehingga bayi yang dikandungnya tidak kebal terhadap
penyakit tetanus neonatorum. Maka perlu dilakukan pembinaan dukun bayi dalam
1) Sebelum menolong persalinan, tangan penolong disikat dan disabun hingga bersih :
BERSIH ALAT.
3) Gunting dan benang pengikat tali pusat harus steril, bersih, dan tidak berkarat. Supaya steril
gunting dan benang direbus dalam air mendidih selama paling sedikit 15 menit pada saat
Luka tali pusat yang telah dibersihkan tidak boleh sama sekali dibubuhi ramuan, jamu, daun-
daunan, atau abu dapur.
Setelah dibersihkan luka tali pusat ditutup dengan kain kasa kering.
Demikian dilakukan terus sampai luka kering dan tali pusat puput.
Memberi kekebalan kepada bayi baru lahir dengan member imunisasi tetanus toksoid
sebanyak 2 kali kepada ibu hamil, calon pengantin,dan anak perempuan kelas 6 sekolah
dasar.
Imunisasi TT bagi calon ibu berguna agar ibu dan bayi mendapat kekebalan terhadap tetanus.
Imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali karena imunisasi yang pertama belum member
kekebalan pada bayi baru lahir terhadap penyakit tetanus sehingga bayi yang berusia kurang
dari 1 bulan dapat terkena tetanus melamui luka tali pusat.
Imunisasi TT umumnya diberrikan kepada ibu hamil, calon pengantin wanita, dan anak
e. Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu kepfasilitas rujukan / fasilitas yang memiliki
sarana lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir.
Meskipun sebagian besar ibu akan mengalami persalinan normal namun 10 sampai 15 %
diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran bayi sehingga
perlu dirujuk kefasilitas kesehatan rujukan. Sangat sulit untuk menduga kapan penyakit akan
terjadi sehingga kesiapan untuk merujuk ibu dan atau bayinya kefasilitas kesehatan rujukan
secara optimal dan tepat waktu (jika penyulit terjadi) menjadi saran bagi keberhasilan upaya
penyelamatan, setiap penolong persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang
mampu untuk menatalaksana kasus gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir seperti :
2) transfuse darah
informasi tentang pelayanan yang tersedia ditempat rujukan, ketersediaan pelayanan purna
waktu, biaya pelayanan dan waktu serta jarak tempuh ketempat rujukan dadlah wajib untuk
diketahui oleh setiap penolong persalinan jika terjadi penyulit, rujukan akan melalui alur
yang singkat dan jelas. Jika ibu bersalin / BBL dirujuk ketempat yang tidak sesuai maka
mereka akan kehilangan waktu yang sangat berharga untuk menangani penyakit untuk
komplikasi yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka pada saat ibu melakukan
kunjungan antenatal,jelaskan bahwa penolong akan selalu berupaya dan meminta bekerja
sama yang baik dari suami / keluaga ibu untuk mendapatkan layanan terbaik dan bermanfaat
bagi kesehatan ibu dan bayinya,termasuk kemungkinan perlunya upaya rujukan pada waktu
penyulit,seringkali tidak cukup waktu untuk membuat rencana rujukan dan ketidaksiapan ini
dapat membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayinya. Anjurkan ibu untuk membahas dan
membuat rencana rujukan bersama suami dan keluarganya. Tawarkan agar penolong
mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan
2) tempat-tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga? (jika ada lebih dari satu
kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling sesuai berdasarkan jenis
asuhan yang diperlukan)
3) sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan mengendarainya ingat bahwa
4) orang yang ditunjuk menjadi donor darah jika transfuse darah diperlukan.
5) uang yang disisihkan untuk asuhan medik, transportasi, obat-obatan dan bahan-bahan.
6) siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada saat ibu tidak dirumah. Kaji
ulang rencana rujukan dengan ibu dan keluarganya. Kesempatan ini harus dilakukan
selama ibu melakukan kunjungan asuhan antenatal / diawal persalinan (jika mungkin). Jika
ibu belum membuat rencana rujukan selama kehamilannya, penting untuk dapat
mendiskusikan rencana tersebut dengan ibu dan keluarganya diawal persalinan. Jika timbul
masalah pada saat persalinan dan rencana rujukan belum dibicarakan maka sering kali sulit
untuk melakukan semua persiapan-persiapan secara cepat. Rujukan tepat waktu merupakan
unggulan asuhan saying ibu dalam mendukung keselamatan ibu dan BBL.
pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan yang kompeten
untuk menatalaksana gawat darurat obstetri dan BBL untuk dibawah kefasilitas rujukan.
A (Alat) :
bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan dalam perjalanan menuju fasilitas
rujukan.
K (Keluarga) :
beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan bayi dan mengapa ibu dan bayi
perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alas an dan tujuan merujuk ibu kefasilitas rujukan
tersebut. Suami / anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan BBL hingga kefasilitas
rujukan.
S (Surat) :
berikan surat ketempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi mengenai ibu dan
BBL, cantumkan alas an rujukan dan uraikan hasil penyakit, asuhan / obat-obatan yang
diterima ibu dan BBL. Sertakan juga partograf yang dipakai untuk membuat keputusan klinik
O (Obat) :
bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu kefasilitas rujukan. Obat-obatan tersebut
K (Kendaraan) :
siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi cukup
nyaman. Selain itu, pastikan kondisi kendaraan cukup baik untuk mencapai tujuan pada
U (Uang) :
ingatkan keluarga agar membawah uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat-
obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan selama ibu dan bayi
Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai dengan usia kehamilan.
kehamilan Berat badan
yang bertambah dengan normal, menghasilkan anak yang normal. Kenaikan berat badan ideal
pada ibu hamil sebanyak 7 kg (untuk ibu yang gemuk) dan 12,5 kg (untuk ibu yang tidak
Dalam 3 bulan pertama, berat badan ibu hamil akan naik sampai 2 kg. Kemudian, dinilai
normal jika setiap minggu berat badan naik 0,3 kg. Pada kehamilan tua, rata-rata kenaikan
berat badan ibu akan mencapai 12 kg. Jika kenaikan berat badan lebih dari normal, akan
berisiko mengalami komplikasi preeklamsia dan janin terlalu besar sehingga menimbulkan
kesulitan persalinan.
Demam tinggi pada masa nifas. Pada masa nifas, selama 42 hari setelah melahirkan, ibu yang
mengalami demam tinggi lebih dari 2 hari, dan disertai keluarnya cairan (dari liang rahim)
yang berbau, mungkin mengalami infeksi jalan lahir. Cairan Hang rahim yang tetap berdarah,
1) Energi, dihasilkan dari karbohidrat, protein, dan zat patinya. Protein. Ibu hamil
membutuhkan protein lebih banyak dari biasanya.
2) Protein hewani lebih besar dibandingkan protein nabati. Contoh: ikan, daging, susu, dan
telur harus lebih banyak dikonsumsi jika dibandingkan dengan tahu, tempe, dan kacang.
Protein dapaa diperoleh dari susu, telur, dan keju. Tambahannya diperoleh dan gandum dan
§ Protein untuk membangun tubuh janin dimulai dari sebesar sehingga menjadi tubuh seberat 3,5
kg.
plasma darah.
3) Vitamin. Ada beberapa jenis vitamin yang penting untuk ibu hamil. Jika ibu hamil sampai
kekurangan vitamin, pembentukan sel-sel tubuh anak akan berkurang. Anak dapat kurang
darah, cacar bawaam kelainan bentuk, bahkan ibu dapat keguguran. Vitamin yang dibutuhkan
4) Mineral.
§ Kalsium. Kalsium sangat penting karena dibutuhkan untuk pembentukan tulang. Apabila
kekurangan kalsium, bayi yang dikandung akan menderita kelainan tulang dan gigi. Sumber
kalsium yang tinggi diperoleh dari semua makanan yang berasal dari susu. seperti keju, es
krim, dan kue. Selain itu, juga banyak terdapat pada kacang-kacangan dan sayuran berdaun
hijau.
§ Fosfor. Mineral ini dapat diperoleh dari makanan sehari-hari. Fosfor berhubungan erat dengan
kalsium. Jika jumlahnya tidak seimbang di dalam tubuh, dapat terjadi gangguan. Gangguan
§ Zat besi. Sel darah merah Ibu hamil bertambah sampai 30rc. Berarti, tubuhnya memerlukan
tambahan zat besi. Setiap hari. ibu hamil membutuhkan tambahan 700-800 mg zat besi. Sum-
ber makanan yang mengandung zat besi tinggi adalah hati. Oleh karena itu, ibu hamil perlu
banyak mengonsumsi hati, daging. telur, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau.
Kebutuhan zat besi ibu hamil meningkat pada kehamilan trimester II dan III. Pada masa
tersebut, kebutuhan zat besi tidak dapat diandalkan dari menu harian saja. Walaupun menu
§ Zink, mineral, ini dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil, biasanya cukup dari makanan
sehari-hari
§ Yodium. Yosidum cukup diperoleh dari air minum dan sumber bahan makanan laut.
b. Penyuluhan Kb
Sebelum pemberian metode kontrasepsi, misalnya pil, suntik, atau KDR terlebih dahulu
menentukan apakah ada keadaan yang membutuhkan perhatian khusus. Salah satu usaha
bagian yang terpadu dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk turut serta
membatasi kehamilan jika jumlah anak sudah mencukupi. Peserta KB akan mendapat
1) Pasangan usia subur yang istrinya mempunyai keadaan “ 4 terlalu” yaitu terlalu muda,
terlalu banyak anak, terlalu sering hamil, dan terlalu tua akan mendapat prioritas pelayanan
KB.
2) Peserta KB diberikan pengertian mengenai metode kontrasepsi dengan keuntungan dan
4) Harus dilakukan pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan kepada klien agar
kontrasepsi.
Kegiatan IM merupakan salah satu komponen dari pelayanan i;;-sehatan reproduksi esensial
(PKRE) yang dapat dilaksanakan di tiap tingkat pelayanan sesuai dengan kewenangannya,
yaitu:
§ Konseling KB.
§ Konseling KB.
§ Pertolongan pertama komplikasi dan kegagalan KB serta penananganan efek samping KB.
§ Konseling KB.
Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia dari tahun 1967 sampai dengan tahun 1996
adalah berdasarkan perhitungan dari data hasil sensus/survei (tentang rata-rata yang
Pada kurun waktu tahun 1967-1976 (9 tahun), penurunan AKB ratarata per tahun adalah
3,2%, yaitu 145 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1967, menjadi 109 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 1976. Untuk periode 1986-1992, penurunan AKB rata-rata per tahun adalah
4,1% yaitu 71 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 60 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 1992. Dari hasil proyeksi, terlihat bahwa A KB pada tahun 1992 sebesar 60
per 1000 kelahiran hidup yang cenderung menurun menjadi 54 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 1996. Berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa angka kematian pada bayi laki-laki
Pola penyakit penyebab kematian bayi dari SKRT tahun 1986 berbeda dengan hasil SKRT
tahun 1992. Perbedaan proporsi antara tahun 1986 dan 1992 ini mungkin disebabkan oleh
cakupan sampel SKR.T 1986 yang hanya mencakup 7 provinsi, sedangkan pada tahun 1992
mencakup 37 provinsi. Proporsi penyakit penyebab kematian pada bayi hasil SKRT ,ahun
1986 yang tertinggi adalah penyakit tetanus neonatorum (19,3%), sedangkan hasil SKRT
1992 adalah penyait ISPA (36%). Jika dibanding~an hasil SKRT 1992 dengan hasil SKRT
1995, penyakit sistem pernapasan menduduki urutan pertama, sedangkan gangguan pranatal
naik dari .irutan kelima pada SKRT 1992 dan menjadi urutan kedua pada SKRT :995. Jika
dibandingkan pola penyakit penyebab kematian bayi antara lawa-Bali dan luar Jawa-Bali,
Angka kematian balita (0--4 tahun) adalah jumlah kematian anak usia C-4 tahun per
1000 kelahiran hidup. AKABA menggambarkan tingkat perm asalahan kesehatan anak dan
faktor lain yang berpengaruh terhadap keseatan anak balita, seperti gizi, sanitasi, penyakit
Estimasi angka kematian balita di Indonesia yang dihitung dari data iro Pusat
Statistik, mengalami penurunan yang cukup berarti, yaitu an 111 per 1000 kelahiran hidup
pada tahun 1986 menjadi 81 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1993. Angka kematian
balita tertinggi d Provinsi Nusa Tenggara Barat (162 per 1000 kelahiran hidup), sedangkar
Hasil SKRT 1995 menunjukkan 5 penyakit penyebab kematian. anak balita, yaitu
sistem pernapasan (30,8%), gangguan pranatal (21,6%), diare (15,3%), infeksi dan parasit
hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatar lingkungan, dan tingkat
pelayanan kesehatan (terutama untuk ibu hamil ibu waktu melahirkan, dan masa nifas).
Angka kematian ibu sampai saal ini baru diperoleh dari survei terbatas seperti penelitian dan
pencatatar pada 12 rumah sakit pendidikan (1977-1980) diperoleh AKI 370 per
100.00( kelahiran hidup. Penelitian oleh Universitas Padjadjaran di Ujung Berun € (1978-1980)
AKI 170, dan di Kabupaten Sukabumi tahun 1982 sebesar 450 dan hasil SKRT 1980 adalah 150
per 100.000 kelahiran hidup. Hasil in relatif rendah karena survei tidak mencakup semua
provinsi. Menurut hasi: SKRT tahun 1992, angka kematian ibu sebesar 425 per 100.000
kelahirar hidup. Hasil survei demografi Kesehatan Indonesia tahun 1994 menunjuk kan
100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada hasil SKRZ 1995, angka kematian ibu sebesar 373
Dari hasil sensus tahun 1971 dan 1980, SUPAS tahun 1967 dan 1985 terlihat bahwa
angka kematian kasar cenderung menurun dan menurut hasil perkiraan BPS angka kematian
kasar (AKK) pada kurun waktL 1985-1990 akan menjadi 7,9 per 1000 penduduk dan
selanjutnya pade kurun waktu 1990-1995 menjadi sebesar 7,5 per 1000 penduduk.
Penyakit penyebab kematian per 100 kematian hasil SKRT 1986 se. bagai urutan pertama
adalah penyakit diare sebesar 12 per 1000 kema. tian, sedangkan dari hasil SKRT 1992 dan
SKRT 1995 adalah penyakit sistem sirkulasi, yaitu sebesar 16 per 100 kematian tahun 1992
menjad 18,9 per 100 kematian tahun 1995. Sementara itu, dari hasil SKRT 1991: untuk
daerah Jawa-
Bali menunjukkan bahwa penyakit kematian utama adalah sistem sirkulasi (24,2 per 100
kematian). Penyakit sistem sirkulasi ini mencakup hipertensi, penyakit jantung iskemia,
penyakit paru yang berkaitan dengan jantung, komplikasi penyakit jantung yang kausanya
tidak jelas, dan penyakit serebrovaskular. Untuk daerah luar Jawa-Bali, menunjukkan bahwa
penyakit penyebab kematian utama adalah sistem pernapasan (16,0 per 100 kematian) yang
diikuti penyakit sistem sirkulasi (14,3 per kematian) dan tuberkulosis (10,9%).
Untuk tahun 1995, pola penyakit penyebab kematian bukan penyebab langsung secara
nasional, berbeda dengan pola penyakit penyebab kematian pada rumah sakit umum kelas A,
B, C maupun D. Secara nasional dan menurut rumah sakit umum kelas B, penyakit
serebrovaskular merupakan penyebab utama kematian. Pada rumah sakit umum kelas A,
penyakit karena cedera dan keracunan merupakan penyebab utama, sedangkan pada rumah
sakit umum kelas C dan D, penyebabnya adalah penyakit saluran napas bawah.
Jika dilihat pola penyakit pada tahun 1995, penyakit utama yang terbanyak secara
nasional bukan merupakan penyebab utama yang mendasari kematian. Untuk kasus penyakit
terbanyak secara nasional, yaitu penyakit infeksi usus, penyakit karena cedera, dan keracunan
di rumah sakit umum kelas A, komplikasi obstetri dan abortus di rumah sakit umum kelas B,
sedangkan di rumah sakit umum kelas C dan D sama dengan tingkat nasional, yaitu penyakit
infeksi usus.
a. Kesehatan
Tabulin merupakan institusi masyarakat dengan anggota para ibu hamil atau PUS (Pasangan
Usia Subur) yang belum hamil, dengan bentuk kegiatan yang berupa pengumpulan dana di
Donor darah berjalan merupakan pendonoran darah secara bertahaa. beberapa kali, atau
secara berangsur-angsur selama 3 bulan sekali agar mendonorkan darahnya ke PMI. Tujuan
utama diadakannya donor darah adalah untuk membantu PMI dalam ketersediaan stok darah
d. Ambulans Desa
Ambulans desa merupakan sistem yang dikembangkan oleh pemerintah, swasta, dan
masyarakat untuk mengangkut ibu bersalin yang perlu dirujuk ke rumah sakit atau
puskesmas.
e. Suami Siaga
diharapkan: Siap:
Secara mental. Ketika ibu menghadapi persalinan, siapkan mentalnya untuk memberikan
Secara fisik, suami mempersiapkan dirinya untuk menjaga dan melindungi istrinya.
Sumber: :
komunitas.html#ixzz43mp8cEje
A. PENGERTIAN
1. Posyandu adalah sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program dengan
program lainnya yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis
seperti halnya program kb dengan kesehatan atau berbagai program lainnya yang
berkaitan dengan kegiatan masyarakat (BKKBN, 1989).
2. Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu , hal ini bertujuan untuk
memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu
tersebut masyarakat dapat memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat
yang sama (Depkes RI, 1990).
3. Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan
masyarakat dari keluarga berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk
masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas
kesehatan dan keluarga berencana
1. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu ( ibu hamil,
melahirkan dan nifas)
2. Membudayakan NKKBS.
PENGELOLA POSYANDU.
2. KB
3. lmunisasi.
4. Gizi.
5. Penggulangan diare.
PEMBENTUKAN POSYANDU.
2. Survey mawas diri yang dilaksanakan oleh kader Posyandu di bawah bimbingan
teknis unsur kesehatan dan KB .
3. Musyawarah masyarakat desa membicarakan hasil survey mawas diri, sarana dan
prasarana posyandu, biaya posyandu
6. Pembinaan.
•
Pembentukan posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan puskesmas agar
pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai sedangkan satu
posyandu melayani 100 balita.
• Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh kader, tim penggerak
PKK desa/kelurahan serta petugas kesehatan dari puskesmas, dilakukan pelayanan
masyarakat dengan system 5 meja yaitu :
1. meja 1 : pendaftaran.
2. meja 2 : penimbangan
1. Imunisasi
2. Pemberian vitamin a dosis tinggi berupa obat tetes ke mulut tiap bulan februari dan
agustus.
4. Pengobatan ringan.
5. Konsultasi KB-kesehatan
• Petugas pada meja 1 s/d 4 dilaksanakan oleh kader Posyandu sedangkan meja 5
merupakan meja pelayanan (kader, jurim, bindes, perawat dan petugas KB).
SASARAN POSYANDU :
1. Bayi/balita.
PELAYANAN DI POSYANDU
1. Kesehatan ibu dan anak :1. Pemberian pil tambah darah (ibu hamil),2. Pemberian
vitamin a dosis tinggi ( bulan vitamin a pada bulan februarii dan agustus), 3. PMT, 4.
Imunisasi.,5. Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau kesehatan balita
melalui pertambahan berat badan setiap bulan. keberhasilan program terlihat melalui
grafik pada kartu kms setiap bulan.
.DANA
● Dana pelaksanaan posyandu berasal dari swadaya masyarakat melalui gotong royong
dengan kegiatan jimpitan beras dan hasil potensi desa lainnya serta sumbangan dari donatur
yang tidak mengikat yang dihimpunan melalui kegiatan dana sehat.
• Pengumpul data dan informasi adalah tim penggerak pkk dengan menggunakan
instrumen :
1. catatan ibu hamil, kelahiran /kematian dan nifas oleh ketua kelompok dasa wisma
(kader PKK) .
2. register bayi dalam wilayah kerja posyandu bulan januari s/d desember.
3. register anak balita dalam wilayah kerja posyandu bulan januari s/d desember.
4. register wus- pus alam wilayah ketiga posyandu bulan januari s/d desember.
5. register ibu hamil dalam wilayah kerja posyandu bulan januari s/d desember.
6. data pengunjung petugas posyandu, kelahiran dan kematian bayi dan kematian ibu
hamil melahirkan dan nifas.
• catatan : Instrumen/format SIP diatas oleh kader posyandu dengan bimbingan teknis
dari petugas kesehatan/PLKB
1. Menghimpun data dan informasi dari seluruh posyandu yang ada dalam wilayah
desa/kelurahan.
4. Puskesmas, PPLKB, kaurbang mengambil data dari desa untuk dianalisis dan
kemudian menjadi bahan rakor posyandu di tingkat kecamatan.
STRATA POSYANDU
1. Belum mantap.
3. Kader terbatas.
2. Posyandu madya :
3. Posyandu purnama :
4. Posyandu mandiri :
• Dari konsep diatas, dapat disimpulkan beberapa indikator sebagai penentu jenjang
antar strata posyandu adalah :
3. Cakupan kegiatan.
4. Program tambahan.
5. Dana sehat/JPKM
1. Pengertian
• Kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehatan desa (prokes) adalah tenaga
sukarela yang dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat.
•
Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI memberikan batasan kader:
“Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat
dan dapat bekerja secara sukarela”. (Zulkifli, 2003)
• Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat
dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun
masyarakat, serta bekerja di tempat yang dekat dengan pemberian pelayanan
kesehatan. (Syafrudin, dan Hamidah, 2006)
• Kader kesehatan adalah adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan
bertugas mengembangkan masyarakat. Dalam hal ini kader disebut juga sebagai
penggerak atau promoter kesehatan. (Yulifah, R. dan Yuswanto, TJA. 2005)
1. Menyiapkan alat dan bahan, yaitu : alat penimbangan bayi, KMS, alat pengukur
LILA, alat peraga dll
• Meja 4:1. Menjelaskan data KIA / KMS berdasarkan hasil timbang,2. Menilai
perkembangan balita sesuai umur berdasarkan buku KIA. Jika ditemukan
keterlambatan, kader mengajarkan ibu untuk memberikan rangsangan dirumah,3.
Memberikan penyuluhan sesuai dengn kondisi pada saat itu,4. Memberikan rujukan
ke Puskesmas, apabila diperlukan
• Meja 5: Bukan merupakan tugas kader, melainkan pelayanan sector yang dilakukan
oleh petugas kesehatan, PLKB, PPL, antara lain :1. Pelayanan imunisasi,2. Pelayanan
KB,3. Pemeriksaan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu
menyusui,4. Pemberian Fe / pil tambah darah, vitamin A (kader dapat membantu
• Memindahkan catatan dalam KMS ke dalam buku register atau buku bantu kader
• Mengevaluasi hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan dari posyandu yang akan
datang
4. Anggota keluarga sering terkena penyakit menular (Dinkes jawa timur, 2005)
• Hal-hal yang boleh dilakukan kader dalam deteksi dini tumbuh kembang anak / balita
antara lain :
• Adapun 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga
kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya dan tidak boleh dilakukan kader,
antara lain :
1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui / menemukan
status gizi kurang atau buruk dan mikrosefali