Anda di halaman 1dari 4

Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

Mengakomodasi Minat Siswa Dalam Pembelajaran Matematika di Tingkat


Sekolah Menengah (SMP)
(Suatu Kajian Teoritis)

Putu Eka Putra


Pasca Sarjana Pendidikan Matematika
Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha)
ekhaputra.0437@gmail.com

Abstrak

Pengetahuan tidak dapat ditransfer dari pendidik kepada peserta didik begitu saja. Pandangan ini jelas
disampaikan oleh aliran filsafat kontruktifis, bahwa pengetahuan hanya dapat diperoleh dari individu yang aktif
untuk berpikir dan membangun pengetahuannya sendiri. Individu dalam hal ini peserta didik dalam proses
belajarnya dapat secara aktif mengkontruksi pengetahuan yang diperlukannya sehingga akan diperoleh
pemahaman terhadap suatu konsep matematika menjadi lebih baik. Faktanya cukup sulit untuk dapat melatih
atau mengarahkan peserta didik untuk mampu melakukan hal tersebut. Permasalahan yang sering terjadi guru
yang bertindak sebagai pendidik mengharapkan siswa terampil dalam suatu topik tertentu, sedangkan bagi
peserta didik belum tentu tertarik pada topik apa yang disampaikan oleh guru. Teori pembelajaran mengatakan
bahwa peserta didik akan dengan senang hati untuk belajar jika mereka memiliki minat yang tinggi terhadap apa
yang dipelajarinya. Upaya untuk mengakomodasi minat peserta didik terhadap pembelajaran matematika
menjadi suatu hal yang cukup sulit untuk dilakukan. Perlu adanya suatu dialog antara peserta didik dengan guru
yang sifatnya terbuka untuk membangun suatu kesepakatan, yang tujuannya tiada lain untuk memberdayakan
peserta didik itu sendiri sehingga potensi dan kemampuannya dalam matematika dapat berkembang dengan
baik.

Kata Kunci : Mengakomodasi, Minat, dan Pembelajaran Matematika

sekalipun pendidik yang dapat mengetahui apa


1. Pendahuluan minat dari peserta didiknya, apalagi jumlah
Matematika sudah sejak lama menjadi suatu mereka yang tidak sedikit dan heterogen.
mata pelajaran yang cukup sulit dan tidak sedikit Bagaimana pendidik dapat menyampaikan
siswa merasa matematika menjadi mata idenya kepada mereka sedangkan peserta
pelajaran yang menakutkan. Pendapat ini didiknyapun memiliki gagasan yang mungkin
diperkuat kembali dari perolehan rata-rata hasil tidak sama dengan gurunya ?, Bagaimana
ulangan harian di kelas 8 SMP Cipta Dharma pendidik dapat menyampaikan pengetahuan
Denpasar yang menunjukkan 64% siswa masih matematika sedangkan peserta didik tidak
dibawah KKM. Hal ini jelas menunjukkan memberikan minat yang tinggi terhadap apa
bahwa masih rendahnya minat siswa terhadap yang disampaikan gurunya ?.
pembelajaran matematika. Para penganut aliran kontruktivisme
Secara teori ketika seseorang telah mengatakan, bahwa pengetahuan tidak dapat
memberikan minat terhadap apa yang ditransfer dari pendidik kepada peserta didik
dilakukannya, maka pastilah orang tersebut akan begitu saja [1]. Aliran ini jelas mengatakan
melakukan kegiatannya itu dengan sungguh- bahwa pengetahuan diperoleh melalui upaya
sungguh dan dengan sepenuh hati. Pendapat ini sadar dan aktif dalam mengkontruksi
juga diperkuat oleh Sardiman (2004) [2] yang pengetahuan yang diperlukannya, sehingga
juga mengatakan, bahwa minat merupakan suatu ketika pendidik bermaksud untuk
kecenderungan yang menyebabkan seseorang menyampaikan pembelajaran matematika,
berusaha untuk mencari atau mencoba aktivitas- pendidik sekiranya mampu untuk memfasilitasi
aktivitas. Aktivitas-aktivitas yang dimaksudkan peserta didik sebagai upaya mereka dalam
disini adalah segala kegiatan yang dapat membangun pengetahuan matematikanya sendiri
memberikan manfaat khususnya dalam melalui usaha sadar dan aktif menggunakan
pembelajaran matematika. pikiran mereka sendiri. Namun jauh sebelum
Faktanya untuk mengetahui minat peserta aliran kontruktivisme mengatakan pandangan
didik tidaklah mudah, tidak ada satupun orang ini, salah seorang tokoh filusuf Athena bernama

195
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

Socrates yang walaupun beliau ketika itu tidak ranah afektif, mulai dari kesadaran sampai pada
mengatakan dirinya sebagai seorang penganut pilihan nilai. Berdasarkan definisi minat tersebut
kontruktifis, beliau mengatakan bahwa dapat disimpulkan bahwa minat muncul dari
pengetahuan diperoleh melalui aktivitas dalam diri seseorang terhadap suatu kegiatan
merenung, menggunakan pemikiran dalam yang membuat orang tersebut merasa tertarik
mencari tahu apa yang ingin diketahui [1]. terhadap sesuatu hal yang sedang dikerjakan,
Pandangan Socrates ini mengindikasikan bahwa dengan demikian minat merupakan dorongan
pengetahuan matematika oleh peserta didik yang muncul dari dalam diri seseorang terhadap
hanya dapat diperoleh melalui proses mencari suatu kegiatan yang membuat orang tersebut
tahu apa yang ingin diketahui dan bukan melalui merasa tertarik. Jadi minat tidak timbul secara
proses diberitahukan. sendiri, ada unsur kebutuhan yang terkandung di
Pertanyaanya sekarang apa yang dapat dalamnya.
dilakukan oleh pendidik dalam hal ini guru 2.2 Mengakomodasi Minat Pada Peserta
dalam upayanya untuk mengakomodasi minat Didik
peserta didiknya khususnya dalam belajar Guru menurut Usman (2002) [5] adalah
matematika. Apakah guru harus mencabut hak setiap orang yang bertugas dan berwenang
siswa sehingga apa yang disampaikan oleh guru dalam dunia pendidikan dan pengajaran pada
mau tidak mau harus diterima oleh peserta didik lembaga pendidikan formal. Sementara itu
tanpa ada suatu timbal balik, atau guru Atmaja (2004) dalam Sardiman (2004) [2]
memberikan hak sepenuhnya kepada siswa, mengatakan guru sebagai orang dewasa yang
sehingga siswa memiliki kebebasan yang seluas- bertanggung jawab memberikan pertolongan
luasnya dalam menentukan apakah mereka mau kepada peserta didik dalam perkembangannya
menerima apa yang disampaikan oleh gurunya baik jasmani maupun rohaninya. Agar
atau tidak ?. tercapainya tingkat kedewasaan maupun berdiri
sendiri memenuhi tugasnya sebagai makhluk
2. Pembahasan Tuhan, makhluk sosial dan makhluk individu
2.1 Minat yang mandiri.
Menurut Usman dan Lilis (2002) [5] minat Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun
diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi 2003 dan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005
apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti mengatakan bahwa peran guru adalah sebagai
sementara situasi yang dihubungkan dengan pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah,
keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan- pelatih, penilai dan pengevaluasi dari peserta
nya sendiri. Berdasarkan pada definisi tersebut didik.[3]
dapat dikatakan bahwa minat merupakan 1. Guru Sebagai Pendidik
keadaan dimana seseorang menunjukkan Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh,
keinginan ataupun kebutuhan yang ada dalam panutan dan identifikasi bagi para peserta
dirinya, hal tersebut dapat terlihat dari ciri-ciri didik dan lingkungannya. Oleh karena itu
yang nampak pada diri mereka dan ciri tersebut guru harus mempunyai standar kualitas
memunculkan arti yang terkandung didalamnya. pribadi tertentu, yang mencakup tanggung
Minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
melainkan timbul akibat dari partisipasi, 2. Guru Sebagai Pengajar
pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar untuk Didalam tugasnya, guru membantu peserta
bekerja. Minat boleh dikatakan sebagai rasa didik yang sedang berkembang untuk
lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal mempelajari sesuatu yang belum
atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. diketahuinya, membentuk kompetensi dan
Sehingga minat itu merupakan suatu dorongan memahami materi standar yang dipelajari.
yang timbul karena adanya perasaan senang Guru sebagai pengajar, harus terus
terhadap sesuatu. Minat pada dasarnya adalah mengikuti perkembangan teknologi,
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sehingga apa yang disampaikan kepada
sendiri dengan suatu diluar diri. Semakin kuat peserta didik merupakan hal-hal yang
atau dekat hubungan tersebut, semakin besar uptodate dan tidak ketinggalan jaman.
minatnya. Perkembangan teknologi mengubah peran
Minat juga merupakan perasaan ingin tahu, guru dari pengajar yang bertugas
mempelajari, mengagumi dan memiliki sesuatu. menyampaikan materi pembelajaran
Disamping itu minat merupakan bagian dari

196
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

menjadi fasilitator yang bertugas mempunyai arti apabila berhubungan


memberikan kemudahan belajar. dengan konteks yang hampir tidak mungkin
3. Guru Sebagai Pembimbing dapat dipisahkan dengan setiap segi
Guru sebagai pembimbing dapat diibaratkan penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa
sebagai pembimbing perjalanan yang penilaian, karena penilaian merupakan
berdasarkan pengetahuan dan pengalamanya proses menetapkan kualitas hasil belajar,
yang bertanggung jawab. Sebagai atau proses untuk menentukan tingkat
pembimbing guru sekiranya merumuskan pencapaian tujuan pembelajaran peserta
tujuan secara jelas, menetapkan waktu didik.
perjalanan, menetapkan jalan yang harus Dari keenam peranan guru yang telah
ditempuh, menggunakan petunjuk disampaikan dalam Undang-Undang No. 20
perjalanan serta menilai kelanarannya sesuai Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 14 Tahun
dengan kebutuhan dan kemampuan peserta 2005. Dapat kita katakan guru memegang
didik. Sebagai pembimbing semua kegiatan peranan yang sangat signifikan dalam proses
yang dilakukan oleh guru sekiranya belajar mengajar, yang meliputi sebagai
berdasarkan kerjasama yang baik antara pengajar, manajer kelas, supervisor, motivator,
guru dengan peserta didik. Guru memiliki konsuler, eksplorator, demonstrator, mediator,
hak dan tanggung jawab dalam setiap fasilitator dan sebagainya.
perjalanan yang direnanakan dan Sebagai upaya guru dalam mengakomodasi
dilaksanakannya. minat peserta didik, tentunya guru setidaknya
4. Guru Sebagai Pengarah memang mengetahui dan sadar akan peranannya
Guru adalah seorang pengarah bagi peserta dalam memberikan pembelajaran bagi peserta
didik. Sebagai pengarah guru sekiranya didik. Menjadi suatu pertanyaan apakah guru
mengarahkan peserta didik dalam dalam konteks ini mencabut hak peserta didik
memecahkan permasalahan-permasalahan dalam artian apa yang disampaikan oleh guru
yang dihadapi, mengarahkan peserta didik mau tidak mau harus diterima oleh mereka
dalam mengambil suatu keputusan dan ataukah memberikan hak peserta didik secara
menemukan jati dirinya. Guru sekiranya utuh, dalam artian peserta didik memiliki hak
mengarahkan peserta didik dalam untuk menentukan minatnya terhadap
mengembangkan potensi dirinya, sehingga pembelajaran yang diberikan apakah menerima
peserta didik dapat membangun karakter atau tidak ?. Disinilah peran guru sebagai orang
yang baik bagi dirinya dalam menghadapi dewasa yang memiliki kedewasaan pengetahuan
kehidupan nyata di masyarakat. dapat memainkan perannanya dengan baik. Guru
5. Guru Sebagai Pelatih beserta dengan peserta didik sekiranya selalu
Proses pendidikan dan pembelajaran membangun keakraban, situasi pembelajaran
memerlukan latihan keterampilan, baik yang nyaman tanya memaksakan kehendak,
intelektual maupun motorik, sehingga membangun suatu dialog yang tujuannya untuk
menuntut guru untuk bertindak sebagai mencapai suatu kesepakatan, kesepakatan yang
pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dimaksudkan disini adalah keputusan yang
dalam pembentukan kompetensi dasar sesuai memang diperlukan saat itu juga, keputusan
dengan potensi masing-masing peserta yang didapat dari hasil diskusi untuk
didik. Pelatihan yang dilakukan, sekiranya mempertimbangkan apa resiko atau akibat yang
memperhatikan kompetensi dasar dan materi mungkin diperoleh jika itu dilakukan, apa
standar, juga harus mampu memperhatikan manfaatnya bagi diri sendiri dan orang lain.
perbedaan individual peserta didik dan Pendapat ini didukung oleh Socrates yang pada
lingkungannya. Untuk itu guru setidaknya masanya, ketika menyampaikan pemikiran-
banyak mengetahui, meskipun tidak pemikiran /pengetahuan adalah melalui dialog
menakup semua hal dan tidak setiap hal atau diskusi-diskusi untuk memadu padankan
seara sempurna, karena hal tersebut tidaklah hipotesis-hipotesis sehingga diperoleh
mungkin. pengetahuan secara umum. Oleh sebab itu, jelas
6. Guru Sebagai Penilai bahwa upaya dialog merupakan cara yang dapat
Penilaian atau evaluasi merupakan aspek dilakukan untuk mengakomodasi minat peserta
pembelajaran yang paling kompleks, karena didik dalam pembelajaran khususnya
melibatkan banyak latar belakang dan pembelajaran matematika, yang tujuannya tiada
hubungan, serta variabel lain yang lain untuk memberdayakan peserta didik,

197
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

sehingga mereka dapat menjadi pribadi yang


bertanggung jawab, generasi-generasi yang
mampu menciptakan perubahan kearah yang
lebih baik, generasi yang sadar akan peranan dan
manfaatnya bagi lingkungan, sehingga mereka
mampu berkontribusi bagi kemajuan lingkungan
dan bangsanya.
3. Penutup
Pembelajaran dikatakan bermakna ketika
pembelajaran tersebut dapat memberikan
perubahan tingkah laku bagi peserta didik
kearah yang lebih baik. Perubahan tingkah laku
kearah yang lebih baik hanya akan tercapai
ketika peserta didik memberikan minat yang
tinggi pada pembelajaran itu sendiri. Upaya
mengakomodasi minat peserta didik terhadap
pembelajaran khususnya pembelajaran
matematika sangatlah penting sebab hal tersebut
menjadi salah satu peranan guru seperti yang
tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 dan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005.
Upaya mengakomodasi minat bagi peserta
didik dapat dilakukan dengan cara memberi
ruang atau kesempatan untuk adanya dialog atau
diskusi-diskusi antara guru dengan peserta didik
yang tujuannya adalah untuk memberdayakan
peserta didik itu sendiri. Sehingga peserta didik
dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi-
pribadi yang bertanggung jawab, berkontribusi
memberikan manfaat bagi kemajuan
lingkunganya kearah yang lebih baik.

Daftar Pustaka

[1] Ernest, Paul. 2004. The Philosophy of


Mathematics Education. British Library.
Taylor & Francis.
[2] Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada.
[3] Undang-Undang No. 20 Tahun 2003.
[4] Undang-Undang No. 14 Tahun 2005.
[5] Usman, Moh & Setiawati, Lilis. 2002.
Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar
Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

198

Anda mungkin juga menyukai