Anda di halaman 1dari 2

Anak Pertama

Seperti apakah rasanya menjadi anak pertama? Di suatu kota terdapat sebuah keluarga
yang berisikan kedua orang tua dengan ketiga anaknya. Anak pertamanya atau yang biasa
disebut Leo sudah menduduki SMA kelas 11, anak keduanya atau yang biasa disebut Edward
duduk di bangku SMP kelas 9 dan anak ketiganya yang biasa disebut Glenn masih menduduki
bangku SD kelas 4. Ayah dari ketiga bersaudara tersebut bekerja sebagai arsitektur sedangkan
ibunya sebagai ibu rumah tangga.

Suatu pagi yang cerah Leo dan Edward berrangkat sekolah bersama, Leo mengantarkan
Edward ke sekolahnya terlebih dahulu setelah itu baru Leo berangkat ke sekolahnya.
Sesampainya di sekolah Leo bergegas duduk di bangkunya dan menunggu sampai pelajaran
dimulai. Seusai sekolah yaitu jam 15.00, Leo mengikuti kerja kelompok dengan teman teman
kelompoknya dan menelpon Edward untuk pulang sendiri. Saat hari sudah mulai gelap dan kerja
kelompok telah selesai, Leo mengecek telepon genggamnya yang ternyata terdapat miss call
sebanyak 7 kali dari ayahnya. Disaat itu Leo baru menyadari bahwa ia belum mengabari ke
orang tuanya bahwa dia akan pulang telat dikarenakan dia harus kerja kelompok dengan teman-
temannya.

Sesampainya di rumah Leo langsung dimarahi oleh ayahnya, “Kamu pergi kemana saja
sih!? Ayah ini khawatir kamu takut kenapa-napa. Setidaknya angkatlah telpon dari ayah!”. Leo
hanya tertunduk diam sambal berkata “Maaf yah tadi aku sedang kerja kelompok dengan teman-
teman di sekolah.” Setelah itu, Leo bergegas ke kamar nya untuk berganti pakaian dan
beristirahat. Keesokan paginya adalah hari sabtu, dia bagngun tidur lalu dilanjutkan dengan
sarapa yang sudah disiapkan ibunya. Untuk memecah keheningan Leo membuka percakapan
“Bu, ayah kemana kok digarasi tidak ada mobil ayah? Lalu adek-adek kemana?”. Ibunya pun
membalas “Ayah sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar kota, kalua adik-adikmu sudah
kebiasaan bangunnya siang.”. Setelah selesai sarapan, Leo melanjutkan aktivitasnya dengan
membersihkan kamarnya, mengerjakan tugas-tugas sekolah, dan membantu tugas adik-adiknya.

Seminggu kemudian Ayah mereka kembali dari perjalan bisnisnya dan dating kesekolah
Leo untuk mengambil hasil raport semester pertamanya. Sesampainya di rumah Leo dimarahi
karena banyak nilainya yang kurang memuaskan. “Leo, nilai apa ini!? Mau jadi apa kamu jika
hasil raportmu hanya segini!? Ayah tidak bosan untuk mengingatkanmu bahwa semua ini demi
kamu, bukan ayah! Kamu itu harus menjadi contoh bagi adik-adikmu!”. Leo hanya bisa terdiam
sambal kembali ke kamar. Di dalam kamar dia menangis, ibunya yang mendengar kejadian tadi
mencoba untuk menceriakan Leo “Tidak apa-apa Leo ini hanya nilai. Nilai bukanlah patokan
bahwa yang nilainya bagus pasti sukses dan yang nilainya buruk tidak sukses. Jadi jangan terlalu
menganggap serius omongan dari ayahmu”. Leo pun membalas komentar ibunya “Kenapa harus
selalu aku yang salah sih? Kenapa berat sekali sih jadi anak pertama? Harus menjadi contoh bagi
adik-adikku, menjadi kelinci percobaan sebagai contoh memasukkanku kedalam suatu sekolah
dan jika sekolah itu kurang baik, adik-adikku tidak akan merasakan bersekolah di sekolah yang
kurang baik tersebut, dan harus menjadi ujung tombak bagi masa depan keluarga ini. Aku benci
mencadi anak pertama”.

Ibunya meninggalkan Leo sendirian dikamar karena Leo mungkin sedang butuh waktu
sendiri. Disaat itu Leo hanya mencoba berfikir positif dari kejadian tersebut. Yang dia dapatkan
adalah dari nasehat yang diberikan orang tuanya adalah bahwa orang tua Leo sangat amat
menyayanginya sehingga orang tuanya terus memberikan nasehat kepada Leo karena orang
tuanya tidak mau melihat Leo kesusahan dalam kehidupannya di masa yang mendatang. Leo
bersyukur masih memiliki orang tua yang sayang terhadapnya. Semenjak hari itu Leo lebih
semangat dalam belajar karena dia mengetahui bahwa orang tuanya sebenarnya sangat amat
menginginkan anak-anaknya menjadi orang yang sukses di masa depan dan mendukung mereka
denagn penuh kasih saying

Muhammad Luthfi Putra Pratomo


23
XI-MIPA-2

Anda mungkin juga menyukai