Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN BUDAYA KEGIATAN MEMBACA

“DEMI MASA DEPAN”

DISUSUN OLEH :

NAMA : MOHAMMAD RIFQI AL RAWALI

KELAS : XI IPS 1

NISN : 0067096071

KEMENTERIAN AGAMA KOTA LUBUKLINGGAU

MAN 1 NEGERI MODEL LUBUKLINGGAU

TAHUN AJARAN 2022/2023

i
DEMI MASA DEPAN

Namaku Rifqi. Aku siswa kelas 11 IPS 1 di sekolahku. Kata orang, aku anak mami atau sering disebut
anak yang di manja ibunya. Aku mengakui itu, cuman aku terkadang sulit untuk bermain dengan teman-
temanku. Aku tetap bersyukur dengan apa yang terjadi denganku sekarang ini, tapi aku terkadang sedikit
iri dengan orang lain. Kenapa orang lain boleh sedangkan aku tidak?.

Aku punya beberapa teman yang sepemikiran denganku di sekolah, tidak hanya di sekolah saat di luar
sekolah pun kami sering bermain bersama. Dengan adanya lingkungan pertemanan yang ku miliki
sekarang, aku jadi sering menghabiskan waktu bersama. Mulai dari makan, jalan-jalan, dan lain-lain.
Menurutku, ini termasuk jalanku untuk menuju masa depanku. Tapi berbanding balik dengan apa yang ku
pikirkan sekarang.

Karena inilah, aku jadi sering menghabiskan waktu di luar rumah, dibanding dengan menghabiskan
waktu di rumah. Terkadang aku berpikir, jika aku terus-terusan di rumah, bagaimana dengan cita-cita
yang ingin ku raih. Posisi sekaranglah yang membuatku bingung dengan masa depanku.

Di suatu hari, aku terbangun dan jam sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB, dan cuaca sedang hujan.
Aku melakukan aktivitas pagiku dengan terburu-buru, seperti mandi, memakai seragam sekolah, dan
sarapan. Saat hendak berangkat, aku meminta ibuku untuk mengantarkanku pergi sekolah. “Bu, tolong
antarkan aku ke sekolah takutnya kalo berjalan kaki bisa terlambat”.

Di saatku memakai sepatu sekolah, ibu sudah siap untuk mengendarai motor.

“Bang, ayo cepat nanti terlambat” ucap Ibu

“Iya bu, ini sudah siap mau berangkat” setelah turun dari motor aku mencium tangan ibuku dan pamit
untuk pergi sekolah.

“Bu, aku sekolah dulu ya” ucap diriku.

“Iya anak, belajar dengan benar ya disekolah” itu kata-kata yang setiap pagi ku dengar saat hendak pergi
sekolah.

Saat tiba dikelas, aku melihat teman-teman sedang berkumpul di depan kelas. Dan aku bertanya
dengan temanku Raihan.
“Han, kok masih di depan kelas?” Ucap ku

“Sedang menunggu Roby, Arif, Revaldo, dan Edris, sepertinya mereka tidak masuk karena tadi hujan
deras”

“Itu Roby” ucapku kepada Raihan, dan Roby menghampiri kami sambil tersenyum lebar.

“Telat lagi Rob?” Ucap Raihan kepada Roby.

“HAHAHA iya, untung saja pagar belum ditutup kalo ditutup kan beda urusannya”.

Kami pun masuk ke kelas, karena bel masuk sudah berbunyi sebelum Aku dan Roby datang. Kami
mengobrol dikelas, bertanya kemana Edris, Arif, dan Revaldo?.

“Rob, kamu tahu kenapa Edris, Arif, dan Revaldo belum juga datang ke sekolah?”.

“Mungkin hujan atau sakit” ucap Roby sambil menyusun kursi.

Tidak lama kemudian, surat mereka pun sampai di kelas yang dititipkan melalui guru piket.

“Nah ini surat mereka bertiga sudah sampai”.

“Benar kan? Apa ku bilang, mereka pasti izin” ucap Roby dengan sombongnya.

Karena asyik nya mengobrol, kami baru menyadari. Guru mata pelajaran pertama tidak masuk ke kelas
kami.

“Kok tidak ada guru ya? Apa karena ada halangan yang membuat Guru tidak bisa hadir?

“Mungkin saja” ucap Roby sambil bingung

Saat jam istirahat kedua. Aku mengambil bekal yang dihantarkan oleh ibuku. Setiap sesuap nasi yang
ku makan dari bekal yang dihantarkan ibuku, aku selalu berpikir “Apakah bisa aku membahagiakan orang
tua ku di usia tua mereka? dengan apa yang mereka lakukan untuk ku saat ini?. Aku selalu mengingat apa
yang ibuku katakan saat aku ingin pergi sekolah, tapi kenyataannya belum sesuai dengan yang dikatakan
ibuku.

Hari-hari terus berlalu, aku selalu ingat dengan pesan ibuku. Aku terus berusaha agar sesuai dengan
apa yang ibuku katakan, ibu selalu memberikan pesan untukku karena mau yang terbaik untuk anaknya.
Agar bisa sukses dengan apa yang aku inginkan.

Anda mungkin juga menyukai