Jurnal Wajakensis
Jurnal Wajakensis
ABSTRACT
Penemuan situs purbakala berupa fosil manusia purba Homo Wajakensis yang ditemukan di Desa Wajak,
Kabupaten Tulungagung merupakan potensi besar dalam kekayaan pariwisata sejarah. Situs purbakala
memiliki nilai yang tidak hanya sebagai bukti kehidupan masa lalu namun juga instrument penting
pengembangan ilmu pengetahuan. Penelitian ini bertujuan memberikan arahan pemanfaatan ruang dalam
kaitannya dengan pengembangan kawasan wisata purba Situs Homo Wajakensis, yang akan
dikembangkan sebagai destinasi wisata purba di Kabupaten Tulungagung. Metode yang digunakan dalam
studi ini adalah mixed-method untuk menggabungkan data penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan
menggunakan content analysis dan pathway analysis. Hasil analisis supply demand menunjukkan bahwa
kawasan situs purba membutuhkan fasilitas penunjang pariwisata, terutama aksesibiltas. Pengembangan
kawasan situs homo wajakensis diarahkan pada konsep wisata geotourism.
Sejarah dan warisan budaya merupakan aspek di negara-negara didunia. United Nations World
penting dalam pengembangan pariwisata. Obyek Tourism Organization (UNWTO) pada tahun
wisata sejarah dan warisan budaya mampu 2005 mencatat bahwa kunjungan ke obyek wisata
mendorong peningkatan kekuatan budaya local, warisan budaya dan sejarah telah menjadi salah
mempromosikan pengembangan layanan kota, pertumbuhannya [2]. Studi yang dilakukan oleh
infrastruktur, serta organisasi budaya [1]. Mandala Research [3] menunjukkan kegiatan
budaya dan warisan budaya banyak dilakukan
1
oleh wisatawan sebab wisata heritage memiliki Sebelum pandemic terdapat beberapa bentuk
dan menyimpan karakter historis. pengembangan geopark yaitu dengan
Wisata heritage atau wisata pusaka merupakan membangun museum Situs Homo Wajakensis di
kegiatan untuk menikmati sejarah, alam, Jl. Raya Boyolangu Km 4, Gedang Sewu Selatan,
peninggalan budaya, kesenian, serta filosofi [4]. Gedangsewu, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten
Wisata heritage juga dapat didefinisikan sebagai Tulungagung, Namun kini museum kurang
perjalanan untuk menikmati tempat-tempat, diminati, terlebih pada saat pandemic COVID-19.
artefak-artefak dan aktifitas-aktifitas yang secara Oleh karena itu perlu dilakukan sejumlah strategi
otentik mewakili cerita/sejarah orang-orang pengembangan kawasan Situs Homo Wajakensis
terdahulu maupun saat ini [5]. degan memperhatikan potensi geologi sekitar.
Salah satu potensi wisata heritage di Jawa Revitalisasi merupakan usaha-usaha untuk
Timur adalah situs purbakala fosil manusia purba menjadikan situs kepurbakalaan menjadi penting
Homo Wajakensis yang ditemukan di Desa dan perlu sekali. Revitalisasi situs kepurbakalaan
Wajak, Tulungangung, Jawa Timur. Fosil tidak hanya sekedar hal-hal yang bekaitan dengan
manusia purba yang ditemukan tahun 1889 fisik situs kepurbakalaan saja namun juga harus
disebut-sebut hampir menyerupai manusia mencakup aspek ekonomi dan aspek sosial
modern saat ini. Menurut laman Kemendikbud, masyarakat. Pada akhinya pelestarian situs
fosil Situs Homo Wajakensis ditemukan pertama kepurbakalaan dapat terjaga dan masyarakat
kali oleh B.D. van Rietschoten pada 1889, di desa memiliki kekuatan dalam aspek sosial dan
Wajak, Tulungagung. Temuan manusia purba budayanya. Pendekatan yang digunakan untuk
jenis ini juga tercatat sebagai yang pertama di pengembangan kawasan situs Situs Homo
Asia. Fosil Situs Homo Wajakensis yang Wajakensis adalah menggunakan geotorism yang
ditemukan terdiri dari tengkorak, rahang bawah, reltif mengakomodir sumber daya alam, mausia
serta beberapa bagian tulang leher. Fosil tersebut dan budaya lokal.
dideskripsikan berjenis kelamin perempuan,
METODE DAN PENDEKATAN
dengan usia sekira 30 tahun. Setahun berselang
atau pada 1890, seorang arkeolog bernama Pendekatan penelitian yang dilakukan dalam
Eugene Dubois menemukan fosil manusia purba penelitian ini adalah penelitian terapan bertujuan
jenis serupa, juga dilokasi yang sama. Fosil untuk menyelesaikan masalah di masyarakat.
temuan Dubois terdiri dari tengkorak, rahang atas Penelitian terapan yang digunakan dalam
dan bawah, tulang paha, serta tulang kering. penelitian ini adalah penelitian aksi (action
termasuk kawasan situs Wajakensis sebagai masalah merupakan serangkaian prosedur dan
destinasi wisata diperlukan strategi khusus. langkah-langkah dalam penelitian yang bertujuan
2
mendapatkan tahapan yang terstruktur secara HASIL DAN PEMBAHASAN
sistematis, sehingga penelitian dapat dilakukan Lokasi penelitian terletak di sebelah selatan
dengan efektif dan efisien untuk menyelesaikan Kabupaten Tulungagung yang merupakan
masalah yang telah diidentifikasi. wilayah pegunungan marmer, tepatnya di Desa
Penelitian ini didesain menggunakan metode Gamping Kecamatan Campurdarat Kabupaten
mixed method yaitu prosedur penelitian yang Tulungagung.
menggabungkan teknik pengumpulan data dan
A. Sejarah Penemuan Homo Wajakensis
analisis data kuantitatif dan kualitatif dalam
Fosil manusia purba (Wajak Man) ditemukan
sebuah penelitian agar menghasilkan penelitian
di wilayah konsesi pertambangan marmer Besole
yang valid dan reliable dalam rangka memahami
di daerah Wajak, Campurdarat, Kabupaten
permasalahan secara lebih mendalam [6].
Tulungagung, Jawa Timur (tepatnya sekitar 20
Model desain Mixed-Method Research
km selatan dari pusat kota Tulungagung, yaitu di
(MMR) yang digunakan dalam penelitian ini
antara koordinat S 08°11'03,8” T 111°50'32,7”
adalah model eksplanaroris MMR model
dan S 8°11'2,8” T 111°50'33,2”, pada ketinggian
penjelasan follow up. Adapun desainnya sebagai
124m dpl). Wajak Man ditemukan oleh seorang
berikut:
ahli geologi Belanda, yaitu B.D. van Rietschoten
pada 24 Oktober 1888 [7].
Analisis Data Identifikasi hasil Intepretasi
Kuantitatif Analisis Data Fosil manusia dari Wajak (Wajak Man)
untuk follow up Kuantitatif dan
Kualititatif
kualitatif
ditemukan pada tahun 1888 oleh Rietschoten
Koleksi Data
Kuantitatif Hasil analisis Koleksi Data Hasil ketika sedang melakukan kegiatan eksplorasi
Data Kualitatif kualitatif
Kuantitatif prospek marmer di daerah pertambangan di
Tulungagung, Jawa Timur. Penelitian tentang
Analisis data dilakukan melalui 2 cara, yaitu
fosil Wajak diserahkan kepada Eugene Dubois,
analisis kuantitatif dan content analysis. Analisis
yang selanjutnya menyebut fosil wajak sebagai
kuntitatif digunakan untuk data yg bersifat
Wajak 1.
kuantitas. Sedangkan content analysis (analisis
Wajak 1 ditemukan di endapan teras, dan
content) untuk data yang bersifat kualitatif.
diperkirakan umurnya antara akhir Pleistosen
Selanjutnya analisis diarahkan untuk menjawab
Atas hingga Holosen [8][9]. Penemuan Wajak 1
permasalahan penelitian. Analisis data kuantitatif
mendorong Dubois melakukan eksplorasi ke
dilakukan dengan memnfaatkan software SPSS,
Jawa dan akhirnya ia menemukan fosil manusia
dan melaukan analisis deskriptif kuantitatif
dari Trinil pada tahun 1893. Sehingga Wajak 1
menggunakan data yang ada. Analisis data yang
bisa dianggap sebagai fosil manusia pertama yang
bersifat kualitatif dilakukan dalam bentuk
pernah ditemukan di Indonesia. Dari hasil
deskriptif naratif maupun dalam bentuk analisis
penelitian dapat disimpulkan berdasarkan
pathway.
3
anatominya, Wajak 1 diidentifikasi sebagai semua dimensi mandibula melebihi nilai rata-
Homo sapiens, tetapi pengukuran biometrik dan rata mandibula baru-baru ini: yaitu dalam
penyelidikan lingkungan Wajak 1 belum pernah panjang, tinggi koronoid, tinggi simfisis dan
dilakukan sebelumnya [9]. simfisis ketebalan, karena akar gigi seri terlihat
Pada saat awal ditemukan oleh van jelas (Gambar 2).
Rietschoten, kondisi fosil tengkorak hancur
(Gambar 1), namun terdapat empat gigi geraham
yang masih menempel di rahang (Gambar 2).
Ketika Dubois melakukan ekskavasi di lokasi
Wajak 1, hanya ditemukan tulang hewan yang
diduga merupakan rusa. Ekskavasi dilanjutkan
pada akhir September 1890 hingga Oktober 1890
dan Dubois berhasil menemukan spesimen
Manusia Wajak (Wajak-2) serta fragmen-
fragmen dari berbagai jenis mamalia. Gambar 2. Wajak-2 (norma frontalis), maxilla W-
H-22 and mandibula W-H-23 (courtesy NHM,
London).
(Sumber: Storm, 1995: 49)
4
kesengajaan atau ditemukan tidak sengaja saat Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten. Batas
melakukan eksplorasi prospek marmer di daerah deliniasi wilayah penelitian kawasan wisata
pertambangan di Tulungagung. Selain tengkorak Purba Situs Homo Wajakensis (Gambar 4.).
manusia, beberapa temuan artefak juga diperoleh
yang dapat menjalaskan bagaimana aktivitas dan
peradaban manusia Wajak (Gambar 3).
Artefak Wajak W-A-l (Gambar 3) merupakan Luasan wilayah penelitian kawasan wisata purba
Bilah kecil, terbuat dari batu kapur. Distal Situs Homo Wajakensis adalah seluas
ujungnya patah dan ada beberapa kerusakan di 1.249.049,5 m2 atau 1.249, 049 hektar yang
ujung proksimalnya. Bentuk tubuhnya berada di Desa Gamping, Kecamatan
memanjang dengan sisi sejajar. Gambar A adalah Campurdarat Kabupaten Tulungagung. Batas
Artefak Wajak (sisi punggung); dari kiri ke wilayah penelitian adalah:
kanan: W-A-l dan W-A-2 (foto oleh Ben Storm). Batas Utara : Desa Gamping
Gambar B. adalah Artefak Wajak (sisi perut); dari Batas Selatan : Desa Gamping
kiri ke kanan: W-A-l dan W-A-2 (foto oleh Ben Batas Timur : Bentang alam perbukitan
Storm). Sisi punggung memiliki dua rusuk paralel Batas Barat : Jalan Raya Popoh
(tiga negatif) dan ada erosi di permukaan ini. Sisi C. Supply dan Demand Pariwisata Situs Homo
perutnya datar, tetapi juga pada permukaan ini Wajakensis
ada erosi, tidak ada retouch. Panjang artefak 20,6
Analisis supply dan demand sebenarnya saling
mm, lebar 6,9 mm dengan ketebalan 2,6 mm.
terkait satu dengan lainnya. Analisis supply
B. Delineasi Kawasan Wisata Situs Homo bertujuan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan
Wajakensis dengan karakternya. Sedangkan analisis demand
Batasan deliniasi atau batasan wilayah yang dilakukan untuk memperkuat aspek supply dari
akan digunakan dalam penelitian mengacu pada sektor pariwisata yang dikembangkan. Persepsi
Permen ATR/BPN Nomor 37 Tahun 2016 responden dalam analisis supply demand
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata dilakukan pada wisatawan yang berkunjung ke
Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Rencana Monumen Homo Wajakensis.
5
Analisis Supply Daya tarik wisata terbesar di Desa Gamping
menurut wisatawan/pengunjung adalah industry
1) Atraksi / Daya Tarik Wisata
marmer (23,6%). Industri marmer merupakan
Pengembangan Wisata Purba Situs Homo
salah satu ikon di Kecamatan Camapurdarat
Wajakensis menggunakan pendekatan
khususnya Desa Gamping. Pengujung
geotourism, namun pengembangan atraksi wisata
menganggap industry marmer juga
tidak hanya terfokus pada situs. Atraksi utama
dikembangkan sebagai daya tarik wisata.
adalah pengembangan wisata Situs Homo
Selanjutnya daya tarik wisata menurut
wajakensis yaitu revitalisasi menumen Homo
pengunjung adalah monument Homo Wajakensis
Wajakensis dan pengembangan museum. Namun
(21,6%), perbukitan Gamping (11,8%), warung
dengan sumber daya sekitar situs yang potensial
Wajakensis (17,6%) dan Goa (9,8%).
dapat dikembangkan sebagai atraksi atau daya
Kesan pengunjung/wisatawan terhadap
tarik wisata. Terdapat 3 kategori sumber daya
pelayanan di Monumen Wajakensis sebagian
setempat yang potensial yaitu atraksi wisata alat,
besar menyatakan pelayanan belum memadai
buatan dan budaya.
(86%) dan hanya 14% pengunjung/wisatawan
• Atraksi Alam, terdiri dari pemandangan
yang menyatakan pelayanan di Monumen
hutan, susur gua, hiking, sport, outbond,
Wajakensis sudah memadai.
camping, dan agrowisata.
2) Aksesibilitas
• Atraksi Buatan, terdiri dari paralayang,
Aksesibilitas menuju kawasan wisata purba
fotografi, festival/pertunjukkan, MICE,
situs Homo Wajakensis dilihat dari kondisi dan
eduwisata, wisata riset, dan wisata
kelas jalan. Kabupaten Tulungagung memiliki
marmer.
total Panjang jalan sepanjang 2.372,99 km.
• Atraksi Budaya, terdiri dari monument
Sedangkan untuk Kecamatan yang masuk dalam
wajakensis, kuliner, museum wajakensis,
wilayah perencanaan yaitu Kecamatan
wisata budaya, dan event budaya.
Pucanglaban memiliki panjang jalan mencapai
Gambaran daya tarik wisata di Desa Gamping
163,62 km dengan rincian jalan lingkungan
menurut pengunjung pada Gambar 5.
sepanjang 97,94 km, jalan lokal primer sepanjang
51,98 km dan jalan strategis nasional sepanjang
13,70 km dan juga Kecamatan Kalidawir
sepanjang 275,38 km dengan rincian jalan
lingkungan sepanjang 196,23 km, jalan lokal
primer sepanjang 73,29 km dan jalan strategis
nasional sepanjang 5,85 km. Dari uraian tersebut,
untuk pengembangan kedepannya ditinjau dari
bagus, pintunya rusak, kurang terawat serta wifi dan operator seluler, sehingga selama
kesedian air tidak pasti shingga seringkli melaukan kegiatan wisata pengunjung tetap dapat
yang cukup luas dan ditata sedemikian rupa Ancillary terkait dengan organisasi atau
dengan area indoor dan outdoor. Warung kelembagaan yang bergeras di sektor pariwisata.
wajakensis berk\lokasi tidak jauh dari Dalam konteks organisasi kepariwisataan, upaya
Monumen Homo Wajakensi tepat di kaki membangun organisasi yang solid dalam
bukut. Warung ini didirikan dan dikelola mendukung pembangunan kepariwisataan terus
oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) diperkuat oleh Pemerintah sehingga dapat
• Gazebo I unit tempat pengunjung baik (good tourism governance) yang melibatkan
mushola (9,8%), tempat selfie (9,8%), fasilitas perencanaan dan pengembagan sektor
12
• Melakukan pembinaan internal terkait rahang. Selain penemuan tengkorak fosil
dengan peningkatan kompetensi Homo Wajakensis, juga ditemukan bukti
sesuai kebutuhan wisatawan peradaban manusia purba berupa artefak
• Melakukan kegiatan pemasaran bilah kecil yang terbuat dari batu kapur.
destinasi 3. Wilayah pengembangan Kawasan Wisata
• Menyusun program strategis terkait Purba Situs Homo Wajakensis berada di
perkembangan pariwisata ke depan Desa Gamping Kecamatan Campurdarat
15