Anda di halaman 1dari 15

KAJIAN RENCANA PENATAAN DAN

PENGEMBANGAN WISATA PURBA SITUS


HOMO WAJAKENSIS

BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
*litbangpp2022@gmail.com

ABSTRACT
Penemuan situs purbakala berupa fosil manusia purba Homo Wajakensis yang ditemukan di Desa Wajak,
Kabupaten Tulungagung merupakan potensi besar dalam kekayaan pariwisata sejarah. Situs purbakala
memiliki nilai yang tidak hanya sebagai bukti kehidupan masa lalu namun juga instrument penting
pengembangan ilmu pengetahuan. Penelitian ini bertujuan memberikan arahan pemanfaatan ruang dalam
kaitannya dengan pengembangan kawasan wisata purba Situs Homo Wajakensis, yang akan
dikembangkan sebagai destinasi wisata purba di Kabupaten Tulungagung. Metode yang digunakan dalam
studi ini adalah mixed-method untuk menggabungkan data penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan
menggunakan content analysis dan pathway analysis. Hasil analisis supply demand menunjukkan bahwa
kawasan situs purba membutuhkan fasilitas penunjang pariwisata, terutama aksesibiltas. Pengembangan
kawasan situs homo wajakensis diarahkan pada konsep wisata geotourism.

Keywords: wisata purba, situs purba, homo wajakensis, tulungagung

PENDAHULUAN Wisata heritage saat ini banyak dikembangkan

Sejarah dan warisan budaya merupakan aspek di negara-negara didunia. United Nations World

penting dalam pengembangan pariwisata. Obyek Tourism Organization (UNWTO) pada tahun

wisata sejarah dan warisan budaya mampu 2005 mencatat bahwa kunjungan ke obyek wisata

mendorong peningkatan kekuatan budaya local, warisan budaya dan sejarah telah menjadi salah

meningkatkan daya tarik daerah, satu kegiatan wisata yang tercepat

mempromosikan pengembangan layanan kota, pertumbuhannya [2]. Studi yang dilakukan oleh

infrastruktur, serta organisasi budaya [1]. Mandala Research [3] menunjukkan kegiatan
budaya dan warisan budaya banyak dilakukan

1
oleh wisatawan sebab wisata heritage memiliki Sebelum pandemic terdapat beberapa bentuk
dan menyimpan karakter historis. pengembangan geopark yaitu dengan
Wisata heritage atau wisata pusaka merupakan membangun museum Situs Homo Wajakensis di
kegiatan untuk menikmati sejarah, alam, Jl. Raya Boyolangu Km 4, Gedang Sewu Selatan,
peninggalan budaya, kesenian, serta filosofi [4]. Gedangsewu, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten
Wisata heritage juga dapat didefinisikan sebagai Tulungagung, Namun kini museum kurang
perjalanan untuk menikmati tempat-tempat, diminati, terlebih pada saat pandemic COVID-19.
artefak-artefak dan aktifitas-aktifitas yang secara Oleh karena itu perlu dilakukan sejumlah strategi
otentik mewakili cerita/sejarah orang-orang pengembangan kawasan Situs Homo Wajakensis
terdahulu maupun saat ini [5]. degan memperhatikan potensi geologi sekitar.
Salah satu potensi wisata heritage di Jawa Revitalisasi merupakan usaha-usaha untuk
Timur adalah situs purbakala fosil manusia purba menjadikan situs kepurbakalaan menjadi penting
Homo Wajakensis yang ditemukan di Desa dan perlu sekali. Revitalisasi situs kepurbakalaan
Wajak, Tulungangung, Jawa Timur. Fosil tidak hanya sekedar hal-hal yang bekaitan dengan
manusia purba yang ditemukan tahun 1889 fisik situs kepurbakalaan saja namun juga harus
disebut-sebut hampir menyerupai manusia mencakup aspek ekonomi dan aspek sosial
modern saat ini. Menurut laman Kemendikbud, masyarakat. Pada akhinya pelestarian situs
fosil Situs Homo Wajakensis ditemukan pertama kepurbakalaan dapat terjaga dan masyarakat
kali oleh B.D. van Rietschoten pada 1889, di desa memiliki kekuatan dalam aspek sosial dan
Wajak, Tulungagung. Temuan manusia purba budayanya. Pendekatan yang digunakan untuk
jenis ini juga tercatat sebagai yang pertama di pengembangan kawasan situs Situs Homo
Asia. Fosil Situs Homo Wajakensis yang Wajakensis adalah menggunakan geotorism yang
ditemukan terdiri dari tengkorak, rahang bawah, reltif mengakomodir sumber daya alam, mausia
serta beberapa bagian tulang leher. Fosil tersebut dan budaya lokal.
dideskripsikan berjenis kelamin perempuan,
METODE DAN PENDEKATAN
dengan usia sekira 30 tahun. Setahun berselang
atau pada 1890, seorang arkeolog bernama Pendekatan penelitian yang dilakukan dalam

Eugene Dubois menemukan fosil manusia purba penelitian ini adalah penelitian terapan bertujuan

jenis serupa, juga dilokasi yang sama. Fosil untuk menyelesaikan masalah di masyarakat.

temuan Dubois terdiri dari tengkorak, rahang atas Penelitian terapan yang digunakan dalam

dan bawah, tulang paha, serta tulang kering. penelitian ini adalah penelitian aksi (action

Dalam rangka mengembangkan potensi research) yang didalamnya terdapat kerangka

geopark di Kabupaten Tulungagung yang pemecahan masalah. Kerangka pemecahan

termasuk kawasan situs Wajakensis sebagai masalah merupakan serangkaian prosedur dan

destinasi wisata diperlukan strategi khusus. langkah-langkah dalam penelitian yang bertujuan
2
mendapatkan tahapan yang terstruktur secara HASIL DAN PEMBAHASAN
sistematis, sehingga penelitian dapat dilakukan Lokasi penelitian terletak di sebelah selatan
dengan efektif dan efisien untuk menyelesaikan Kabupaten Tulungagung yang merupakan
masalah yang telah diidentifikasi. wilayah pegunungan marmer, tepatnya di Desa
Penelitian ini didesain menggunakan metode Gamping Kecamatan Campurdarat Kabupaten
mixed method yaitu prosedur penelitian yang Tulungagung.
menggabungkan teknik pengumpulan data dan
A. Sejarah Penemuan Homo Wajakensis
analisis data kuantitatif dan kualitatif dalam
Fosil manusia purba (Wajak Man) ditemukan
sebuah penelitian agar menghasilkan penelitian
di wilayah konsesi pertambangan marmer Besole
yang valid dan reliable dalam rangka memahami
di daerah Wajak, Campurdarat, Kabupaten
permasalahan secara lebih mendalam [6].
Tulungagung, Jawa Timur (tepatnya sekitar 20
Model desain Mixed-Method Research
km selatan dari pusat kota Tulungagung, yaitu di
(MMR) yang digunakan dalam penelitian ini
antara koordinat S 08°11'03,8” T 111°50'32,7”
adalah model eksplanaroris MMR model
dan S 8°11'2,8” T 111°50'33,2”, pada ketinggian
penjelasan follow up. Adapun desainnya sebagai
124m dpl). Wajak Man ditemukan oleh seorang
berikut:
ahli geologi Belanda, yaitu B.D. van Rietschoten
pada 24 Oktober 1888 [7].
Analisis Data Identifikasi hasil Intepretasi
Kuantitatif Analisis Data Fosil manusia dari Wajak (Wajak Man)
untuk follow up Kuantitatif dan
Kualititatif
kualitatif
ditemukan pada tahun 1888 oleh Rietschoten
Koleksi Data
Kuantitatif Hasil analisis Koleksi Data Hasil ketika sedang melakukan kegiatan eksplorasi
Data Kualitatif kualitatif
Kuantitatif prospek marmer di daerah pertambangan di
Tulungagung, Jawa Timur. Penelitian tentang
Analisis data dilakukan melalui 2 cara, yaitu
fosil Wajak diserahkan kepada Eugene Dubois,
analisis kuantitatif dan content analysis. Analisis
yang selanjutnya menyebut fosil wajak sebagai
kuntitatif digunakan untuk data yg bersifat
Wajak 1.
kuantitas. Sedangkan content analysis (analisis
Wajak 1 ditemukan di endapan teras, dan
content) untuk data yang bersifat kualitatif.
diperkirakan umurnya antara akhir Pleistosen
Selanjutnya analisis diarahkan untuk menjawab
Atas hingga Holosen [8][9]. Penemuan Wajak 1
permasalahan penelitian. Analisis data kuantitatif
mendorong Dubois melakukan eksplorasi ke
dilakukan dengan memnfaatkan software SPSS,
Jawa dan akhirnya ia menemukan fosil manusia
dan melaukan analisis deskriptif kuantitatif
dari Trinil pada tahun 1893. Sehingga Wajak 1
menggunakan data yang ada. Analisis data yang
bisa dianggap sebagai fosil manusia pertama yang
bersifat kualitatif dilakukan dalam bentuk
pernah ditemukan di Indonesia. Dari hasil
deskriptif naratif maupun dalam bentuk analisis
penelitian dapat disimpulkan berdasarkan
pathway.
3
anatominya, Wajak 1 diidentifikasi sebagai semua dimensi mandibula melebihi nilai rata-
Homo sapiens, tetapi pengukuran biometrik dan rata mandibula baru-baru ini: yaitu dalam
penyelidikan lingkungan Wajak 1 belum pernah panjang, tinggi koronoid, tinggi simfisis dan
dilakukan sebelumnya [9]. simfisis ketebalan, karena akar gigi seri terlihat
Pada saat awal ditemukan oleh van jelas (Gambar 2).
Rietschoten, kondisi fosil tengkorak hancur
(Gambar 1), namun terdapat empat gigi geraham
yang masih menempel di rahang (Gambar 2).
Ketika Dubois melakukan ekskavasi di lokasi
Wajak 1, hanya ditemukan tulang hewan yang
diduga merupakan rusa. Ekskavasi dilanjutkan
pada akhir September 1890 hingga Oktober 1890
dan Dubois berhasil menemukan spesimen
Manusia Wajak (Wajak-2) serta fragmen-
fragmen dari berbagai jenis mamalia. Gambar 2. Wajak-2 (norma frontalis), maxilla W-
H-22 and mandibula W-H-23 (courtesy NHM,
London).
(Sumber: Storm, 1995: 49)

Pada bulan Oktober hingga Desember 1890,


Dubois juga berhasil menemukan fosil Hoekgrot
atau red painted skeleton di sebuah gua yang
disebut sebagai eastern corner cave karena
lokasinya berada di sebelah timur lokasi
penemuan spesimen Wajak-1 dan Wajak-2
(Wajak Site). Selain itu, ekskavasi yang
Gambar 1. Wajak-1 (norma basalis), cranium W- dilakukan pada tanggal 28 Desember 1890 hingga
H-24; photograph taken after the latest reconstruction
(courtesy NHM, London). 4 Januari 1891 berhasil menemukan spesimen
(Sumber: Storm, 1995: 41) fragmental tulang manusia dan beberapa jenis
Keistimewaan Wajak-2 yang paling terlihat fauna. Lokasi penemuan terakhir ini disebut
adalah ekstrimnya ukuran besar alat sebagai Kecil Site, Goa Kecil Site atau juga
pengunyahan, yang paling baik diawetkan dan Western Cave karena lokasinya yang berada di
termasuk rahang atas, rahang bawah dan gigi atas sebelah barat Wajak Site.
dan bawah. Dari hasil analisis dapat dilihat Penemuan fosil Homo Wajakensis adalah
rahang atas sangat besar, melebihi nilai temuan penting dalam keilmuan dunia.
maksimum orang Jawa baru-baru ini. Dalam Mengingat penemuan Wajak 1 bukan

4
kesengajaan atau ditemukan tidak sengaja saat Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten. Batas
melakukan eksplorasi prospek marmer di daerah deliniasi wilayah penelitian kawasan wisata
pertambangan di Tulungagung. Selain tengkorak Purba Situs Homo Wajakensis (Gambar 4.).
manusia, beberapa temuan artefak juga diperoleh
yang dapat menjalaskan bagaimana aktivitas dan
peradaban manusia Wajak (Gambar 3).

Gambar 3. Artefak Wajak Gambar 4. Batas Delineasi Kawasan Wisata Purba


(Sumber: Strom, 1995: 30) Situs Homo Wajakensis

Artefak Wajak W-A-l (Gambar 3) merupakan Luasan wilayah penelitian kawasan wisata purba
Bilah kecil, terbuat dari batu kapur. Distal Situs Homo Wajakensis adalah seluas
ujungnya patah dan ada beberapa kerusakan di 1.249.049,5 m2 atau 1.249, 049 hektar yang
ujung proksimalnya. Bentuk tubuhnya berada di Desa Gamping, Kecamatan
memanjang dengan sisi sejajar. Gambar A adalah Campurdarat Kabupaten Tulungagung. Batas
Artefak Wajak (sisi punggung); dari kiri ke wilayah penelitian adalah:
kanan: W-A-l dan W-A-2 (foto oleh Ben Storm). Batas Utara : Desa Gamping
Gambar B. adalah Artefak Wajak (sisi perut); dari Batas Selatan : Desa Gamping
kiri ke kanan: W-A-l dan W-A-2 (foto oleh Ben Batas Timur : Bentang alam perbukitan
Storm). Sisi punggung memiliki dua rusuk paralel Batas Barat : Jalan Raya Popoh
(tiga negatif) dan ada erosi di permukaan ini. Sisi C. Supply dan Demand Pariwisata Situs Homo
perutnya datar, tetapi juga pada permukaan ini Wajakensis
ada erosi, tidak ada retouch. Panjang artefak 20,6
Analisis supply dan demand sebenarnya saling
mm, lebar 6,9 mm dengan ketebalan 2,6 mm.
terkait satu dengan lainnya. Analisis supply
B. Delineasi Kawasan Wisata Situs Homo bertujuan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan
Wajakensis dengan karakternya. Sedangkan analisis demand
Batasan deliniasi atau batasan wilayah yang dilakukan untuk memperkuat aspek supply dari
akan digunakan dalam penelitian mengacu pada sektor pariwisata yang dikembangkan. Persepsi
Permen ATR/BPN Nomor 37 Tahun 2016 responden dalam analisis supply demand
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata dilakukan pada wisatawan yang berkunjung ke
Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Rencana Monumen Homo Wajakensis.
5
Analisis Supply Daya tarik wisata terbesar di Desa Gamping
menurut wisatawan/pengunjung adalah industry
1) Atraksi / Daya Tarik Wisata
marmer (23,6%). Industri marmer merupakan
Pengembangan Wisata Purba Situs Homo
salah satu ikon di Kecamatan Camapurdarat
Wajakensis menggunakan pendekatan
khususnya Desa Gamping. Pengujung
geotourism, namun pengembangan atraksi wisata
menganggap industry marmer juga
tidak hanya terfokus pada situs. Atraksi utama
dikembangkan sebagai daya tarik wisata.
adalah pengembangan wisata Situs Homo
Selanjutnya daya tarik wisata menurut
wajakensis yaitu revitalisasi menumen Homo
pengunjung adalah monument Homo Wajakensis
Wajakensis dan pengembangan museum. Namun
(21,6%), perbukitan Gamping (11,8%), warung
dengan sumber daya sekitar situs yang potensial
Wajakensis (17,6%) dan Goa (9,8%).
dapat dikembangkan sebagai atraksi atau daya
Kesan pengunjung/wisatawan terhadap
tarik wisata. Terdapat 3 kategori sumber daya
pelayanan di Monumen Wajakensis sebagian
setempat yang potensial yaitu atraksi wisata alat,
besar menyatakan pelayanan belum memadai
buatan dan budaya.
(86%) dan hanya 14% pengunjung/wisatawan
• Atraksi Alam, terdiri dari pemandangan
yang menyatakan pelayanan di Monumen
hutan, susur gua, hiking, sport, outbond,
Wajakensis sudah memadai.
camping, dan agrowisata.
2) Aksesibilitas
• Atraksi Buatan, terdiri dari paralayang,
Aksesibilitas menuju kawasan wisata purba
fotografi, festival/pertunjukkan, MICE,
situs Homo Wajakensis dilihat dari kondisi dan
eduwisata, wisata riset, dan wisata
kelas jalan. Kabupaten Tulungagung memiliki
marmer.
total Panjang jalan sepanjang 2.372,99 km.
• Atraksi Budaya, terdiri dari monument
Sedangkan untuk Kecamatan yang masuk dalam
wajakensis, kuliner, museum wajakensis,
wilayah perencanaan yaitu Kecamatan
wisata budaya, dan event budaya.
Pucanglaban memiliki panjang jalan mencapai
Gambaran daya tarik wisata di Desa Gamping
163,62 km dengan rincian jalan lingkungan
menurut pengunjung pada Gambar 5.
sepanjang 97,94 km, jalan lokal primer sepanjang
51,98 km dan jalan strategis nasional sepanjang
13,70 km dan juga Kecamatan Kalidawir
sepanjang 275,38 km dengan rincian jalan
lingkungan sepanjang 196,23 km, jalan lokal
primer sepanjang 73,29 km dan jalan strategis
nasional sepanjang 5,85 km. Dari uraian tersebut,
untuk pengembangan kedepannya ditinjau dari

Gambar 5. Daya Tarik Wisata Menurut Pengujung


6
aspek aksesbilitas memiliki ketersediaan dengan jarak 48 km dengan waktu tempuh
aksesbilitas yang sudah mencukupi. 1 jam 10 menit.
Rute analisis diperlukan untuk mengetahui rute Dengan waktu tempuh sekitar 1 jam, Kawasan
yang optimal antara dua objek atau lebih yang Wisata Situs Homo Wajakensis berpotensi untuk
dihubungkan jaringan transportasi. Hasil analisis dikunjungi wisatawan dari sekitar Kabupaten
rute bisa menjadi bahan rekomendasi Tulungagung karena sudah tersedia akses jalan
peningkatan aksesibilitas. Prioritas jalur yang yang cukup memadai. Namun jika akan
paling efektif juga akan membantu pemerintah memperpanjang Length of Stay (LOS) harus
menentukan skala prioritas dalam pembangunan diintegrasikan dengan objek wisata lainnya.
aksesibilitas pariwisata. Misalnya diintegrasikan dengan obyek wisata
Rute menuju Kawasan Wisata Situs Homo yang lebih dikenal seperti Pantai Popoh atau
Wajakensis dapat ditempuh dari beberapa jalur. Waduk Wonorejo yang merupakan ikon
Rerata jalur menuju Kawasan Situs Homo pariwisata di Kabupaten Tulungagung. Rute
Wajakensis merupakan jalan arteri primer yang menuju Kawasan Wisata Situs Wajakensis dapat
meghubungkan antar wilayah Kabupaten. Hal dilihat pada Gambar 6.
tersebut menunjukkan posisi kawasan Situs
Homo Wajakensis berada di jalur yang strategis
yang terhubung dengan wilayah yang lebih luas.
Namun karena kondisi jalan tidak optimal
(berlubang, menyempit di beberapa bagian,
banyak kendaraan besar lalu lalang) maka
kecepatan 60 km/jam yang seharusnya bisa
dilakukan ternyata tidak bisa maksimal ditempuh.
Berikut analisis jarak dan waktu tempuh menuju Gambar 6. Rute Menuju Wisata Situs Wajakensis

kawasan Situs Homo Wajakensis.


Berdasarkan hasil persepsi responden,
• Dari Kabupaten Trenggalek menuju ke
sebanyak 68,6% responden menggunakan sepeda
Kawasan Situs Homo Wajakensis bisa
motor sebagai alat transportasi menuju Situs
ditempuh dengan jarak 42,1 km dan waktu
Homo Wajakensis, 13,7% menggunakan mobil
tempuh 1 jam 12 menit
pribadi, dan sebanyak 17,6 menggunakan alat
• Dari Kabupaten Kediri menuju ke Kawasan
transportasi lainnya (Gojek, diantar atau
Situs Homo Wajakensis bisa dijangkau
numpang motor/mobil teman).
dengan jarak 46,8 km dengan waktu tempuh
3) Amenitas
1 jam 2 menit.
Amenitas atau fasilitas wisata adalah salah
• Dari Kabupaten Blitar menuju ke Kawasan
satu hal yang memenuhi kebutuhan dari
Situs Homo Wajakensis dapat ditempuh
7
wisatawan yang melakukan perjalanan wisata
sesampainya mereka di atraksi wisata.
Ketersediaan fasilitas di Situs Monumen Homo
Wajakensis:
• Taman yang mengelilingi monument
dengan pagar, yang memberikan
kenyamanan bagi pengunjung untuk
menikmati menumen, mengambil gambar
dan mencari informasi terkait dengan
penemuan Homo Wajakensis. Gambar 7. Fasilitas yang dibutuhkan
Pengunjung/Wisatawan
• Toilet, 2 unit yang berada di depan
Monumen, namun kondisinya kurang Fasilitas yang dibutuhkan adalah ketersediaan

bagus, pintunya rusak, kurang terawat serta wifi dan operator seluler, sehingga selama

kesedian air tidak pasti shingga seringkli melaukan kegiatan wisata pengunjung tetap dapat

menyulitkan pengunjung untuk berkomunikasi dengan handphone atau

menggunakan fasilitas. menggunakan media social guna berbag

• Warung Wajakensis adalah tempat pengalaman selama berada di destinasi wisata

penyedian makan minum bagi pengunjung 4) Ancillary

yang cukup luas dan ditata sedemikian rupa Ancillary terkait dengan organisasi atau

dengan area indoor dan outdoor. Warung kelembagaan yang bergeras di sektor pariwisata.

wajakensis berk\lokasi tidak jauh dari Dalam konteks organisasi kepariwisataan, upaya

Monumen Homo Wajakensi tepat di kaki membangun organisasi yang solid dalam

bukut. Warung ini didirikan dan dikelola mendukung pembangunan kepariwisataan terus

oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) diperkuat oleh Pemerintah sehingga dapat

Desa Gamping. terwujud tata kelola kepariwisataan yang semakin

• Gazebo I unit tempat pengunjung baik (good tourism governance) yang melibatkan

beristirahat atau menikmati makan minum. seluruh pemangku kepentingan. Pihak-pihak

Lokasinya di depan warung Wajakensis. yang terkait antara lain:

Kebutuhan fasilitas wisata menurut • Pemerintah Daerah, instansi yang

pengunjung/wisatawan pada Gambar 7. Fasilitas berkepentingan Dinas Kebudayaan dan

yang paling banyak dibutuhkan Pariwisata Kabupaten Tulungagung

pengunjung/wisatawan adalah tempat istirahat (Disbudpar). Disbudpar sebagai stakeholder

(23,5%), toilet (17,6%), pusat oleh-oleh (13,7%), yang bertanggungjawab terhadap

mushola (9,8%), tempat selfie (9,8%), fasilitas perencanaan dan pengembagan sektor

hiburan (5,9%) dan parkir (7,8%). pariwisata di Kabupaten Tulungagung,


8
berperan mengawal pengembangan Berikut analisis demand berdasarkan respon
geotourism dan pengembangan pariwisata pengunjung di situs Homo Wajakensis.
turunannya. Tabel 1. Analisis Demand
Aspek Demand Kondisi Analisis
• Pemerintah Desa Gamping, sebagai Tipe Wisatawan Wisatawan usia Kebutuhan dan
muda mulai karakteristik
penanggung jawab kawasan wisata yang kelompok berbeda,
milenial pengguna
berada di wilayah Desa Gamping. Tugas teknologi,
pengguna media
utama pemerintah Desa adalah social, kebutuhan
wifi dan
memfasilitasi kebijakan dan sarana penunjang gadget
penunjang pariwisata di Desa Gamping. sangat tinggi. Di
semua bagian
• BUMDes, BUMDes di Desa Gamping situs dilengkapi
dengan fasilitas
masih kurang berperan dalam wifi dan saklar
listrik
pengembangan pariwisata. Pariwisata di Lama tinggal Kurang dari 6 jam Diperlukan
aktivitas wisata
Desa Gamping berpotensi untuk yang menantang
dapat dibagian di
dikembangkan sebagai salah satu unit usaha akun media
social, dan
BUMDes. berkaitan dengan
fisik dan aktivitas
• Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), sesuia kebutuhan
masing-masing
Pokdarwis Desa Gamping telah memiliki generasi
Karakteristik Persegeran Mnggunakan
peran dalam pengembangan pariwisata pasar pelayanan teknologi untuk
desa, yaitu dengan mendirikan dan melayani
wisatawan
mengelola warung Wajakensis sebagai (penggunaan
barcode,
salah satu bentuk dukungan dan pelayanan reservasi online,
pembayaran
terhadap wisatawan, Pokdarwis juga cashless),
menggunakan
berperan aktif dalam menjaga dan digital marketing
sebagai strategi
mengembangan goa-goa yang tersebar di pasar

Desa Gamping sebagai asset dan potensi


yang dapat dikembangkan sebagai modal D. Pengembangan Kawasan Wisata Situs
dasar daya tarik wisata. Homo Wajakensis
1) Branding Kawasan
Analisis Demand
Kawasan situs Homo Wajakensis merupakan
Faktor penting demand pariwisata atau aspek kawasan wisata yang istimewa, Oleh karenanya
permintaan pariwisata berasal dari komponen: (1) juga harus diwakili branding yang menarik.
daerah asal wisatawan, (2) jumlah penduduk, (3) Berikut adalah logo kawasan wisata Situs Homo
kemampuan finansial masyarakat, (4) waktu Wajakensis.
senggang, (5) system transportasi, dan (6) system
pemasaran pariwisata yang ada [10].
9
Gambar 8. Logo Brand Kawasan
Gambar 9. Lokasi Situs Wajakensis yang berada di
Filosofi yang terkandung dalam simbol Lahan Perhutani

kawasan Wisata Homo Wajakensis adalah


Adapun lokasi dengan lahan kepemilikan oleh
kombinasi kekayaan situs dunia yang akan
Pemerintah Desa Gamping ada di area Paralayang
dikembangkan dengan model pariwisata berbasis
(landing) (C2):
masyarakat dan tetap mempertahankan
kelestarisn lingkungan.
Selain terkait dengan desain atau logo
kawasan purba Situs Homo Wajakensis, untuk
membangun branding kawasan logo tersebut
akan menjadi sentral publisitas. Logo tersebut
akan menjadi dasar pembuatan media social dan
digunakan dalam berbagai merchandise yang
nantinya menjadi salah satu identitas Kawasan Gambar 10. Lokasi Situs Wajakensis yang
merupakan Lahan Desa
Situs Homo Wajakensis.
2) Arahan Lokasi 3) Tema Kawasan
Lokasi Penataan dan Pengembangan Wisata Pengembangan Wisata Purba Situs Homo
Purba Situs Wajakensis terdiri dari 2 bagian lahan Wajakensis menggunakan pendekatan Geowisata
yaitu lahan dengan kepemilikan Perhutani, umum (Geoturism) yang bersifat konservasi berkaitan
dan lahan kepemilikan oleh Desa Gamping. Maka dengan jenis-jenis sumber daya alam (bentuk
arahan kegiatan mengacu pada aturan di masing- bentang alam, batuan/fosil, struktur geologi, dan
masing lembaga. Untuk lahan Perhutani akan sejarah kebumian). Oleh karenanya aktivitas
diatur dengan MoU dengan KPH Blitar yang wisata disesuaikan dengan jenis aktivitas
membawahi langsung wilayah. Berikut lokasi geowisata, yaitu:
kegiatan dengan kepemilikan Perhutani dengan
luas 1.249.049 m2 (Gambar 9).
10
• Geo-site sightseeing, yaitu menikmati D. Pos pendakian dan warung kuliner,
keindahan dan keunikan landscape sekaligus pintu masuk kegiatan susur goa.
bentukkan kebumian. E-F area goa untuk kegiatan susur goad an
• Geo-sport, kegiatan olahraga berkaitan penunjangnya
dengan topografi bumi, berupa caving, G. Area gerdu pandang, warung kuliner dan
surfing, cave tubing, penjelajahan aliran panggung.
sungai dan perbukitan kerucut karst.
• Geo-study, pembelajaran di alam terbuka
seperti fotografi geo-landscape, kunjungan
lapangan, mempelajari fosil dan batuan,
serta observasi warisan budaya untuk
keperluan geologi.
• Geo-konservasi dan Geo-pendidikan,
program konservasi terhadap potensi Gambar 11. Kawasan Situs Homo Wajakensis (Wajak 1)

kebumian untuk keperluan edukasi.


• Geo-festival, pengadaan acara yang
berkaitan dengan keberlangsungan sumber
daya geologi serta sebagai ajang promosi
program konservasi.
• Fasilitas Geo-tours, fasilitas disediakan
bagi pemandu dan wisatawan seperti peta
geowisata dan papan informasi yang akan
memudahkan kegiatan berwisata.
Terdapat 8 rencana cluster penataan kawasan Gambar 12. Kawasan Situs Homo Wajakensis (Wajak 2)

pada kawasan Situs Homo Wajakensis, yaitu: 4) Arahan Kegiatan Wisata


A. Pintu Gerbang dan area parkir kawasan Secara umum daya tarik wisata bagi
yang berada di tepi jalan raya Popoh. pengunjung dapat dikategorikan 5 : sesuatu yang
B. Pusat kuliner, merupakan pengembangan dapat dimikmati/dilihat (something to see),
Warung Wajakensis yang sudah ada saat sesuatu yang dapat dilakukan (something to do),
ini. sesuatu yang dapat dibeli (something to buy),
C.1. Merupapan kawasan paralayang atas atau sesuatu yang dapat dimakan/minum (something
area take off. to eat) dan sesuatu yang dapat dipelajari
C.2. adalah are paralayang sisi bawah atau area (something to learn). Atraksi wisata yang dapat
landing. diterapkan di Kawasan Wisata Situs Homo
Wajakensis adalah sebagai berikut:
11
Tabel 2. Arahan Atraksi Wisata • Melakukan promosi secara holistik
No Kategori Kegiatan
1 Something to see • Pemandangan hutan terhadap destinasi wisata
• Mnikmati pemandangan
dari menara pandang
b) Perhutani
• Hiking • Mendukung rencana Penataan dan
• Susur goa
2 Something to do • Susur Goa Pengembangan Wisata Purba Situs
• Hiking
Homo Wajakensis
• Semua aktivitas sport
tourism • Melakukan kerjasama dengan desa
• Outbond
• Camping dalam hal pengelolaan Kawasan
• Paralayang
• Agrowisata Wisata Situs Homo Wajakensis.
• fotografi c) Pemerintah Desa
3 Something to buy • Membeli oleh-oleh di
sentra kuliner • Mendukung kegiatan rencana
• Agrowisata
• Membawa oleh-oleh Penataan dan Pengembangan Wisata
kerajinan setempat
(batu/marmer) Purba Situs Homo Wajakensis.
4 Something to eat • Sajian menu
• Membentuk kelembagaan Desa
local/tradisional di
sentar kuliner terkait dengan rencana Penataan dan
• Event budaya: makanan
khas Pengembangan Wisata Purba Situs
5 Something to learn • Museum
• Exavasi area Homo Wajakensis.
• Eduwisata
• Mendukung pendanan kegiatan
• Wisata riset
• Wisata rencana Penataan dan Pengembangan
Budaya/geoheritage
• Agrowisata Wisata Purba Situs Homo Wajakensis
• Event budaya
melalui dana desa.
• Melakukan investasi pada usaha-
5) Manajemen Kawasan
usaha pariwisata yang dapat
Peran stakeholder dalam manajemn Kawasan
mensejahterakan masyarakat.
Wisata Purba Situs Homo Wajakensis adalah
d) Pokdarwis
sebagai berikut:
a) Pemerintah Daerah Kabupaten • Melaksanakan pengelolaan teknis unit

Tulungagung usaha pariwisata.

• Supporting kebijakan dan prasarana • Melakukan sosialisasi sadar wisata

umum yang menunjng kegiatan • Mengembangkan produk wisata

pariwisata sesuai dengan rencana Penataan dan

• Melakukan pembinaan wilayah, Pengembangan Wisata Purba Situs

kelembagaan, dan SDM melalui Homo Wajakensis

Dinas (OPD) terkait.

12
• Melakukan pembinaan internal terkait rahang. Selain penemuan tengkorak fosil
dengan peningkatan kompetensi Homo Wajakensis, juga ditemukan bukti
sesuai kebutuhan wisatawan peradaban manusia purba berupa artefak
• Melakukan kegiatan pemasaran bilah kecil yang terbuat dari batu kapur.
destinasi 3. Wilayah pengembangan Kawasan Wisata
• Menyusun program strategis terkait Purba Situs Homo Wajakensis berada di
perkembangan pariwisata ke depan Desa Gamping Kecamatan Campurdarat

• Menjalin networking dengan seluas 1.249,049 Hektar.

stakeholder terkait 4. Berdasarkan analisis supply pariwisata,

e) Masyarakat setempat dapat disimpulkan:

• Mendukung kedatangan wisatawan • Analisis aksesibilitas menunjukkan

• Mengembangan usaha mandiri untuk perlu dukungan jaringan jalan, jarak

mendukung industry pariwisata tempuh yang terjangkau dari pusat

• Mengembangkan souvenir khas kota (1 jam), perlu penunjuk jalan

Tulungagung menuju monument homo wajakensis


dan gate yang menarik, serta
• Menjadi investor lokal bagi usaha-
pengembangan transportasi local.
usaha pariwisata yang dapat
membuka lapangan kerja bagi • Analisis atraksi wisata menujukkan

masyarakat perlu penataan kawasan dan fasilitas


penunjang, perlu disusun paket wisata
• Mengembangkan homestay sebagai
yang menghubungkan antar obyek
satana akomodasi wisata
wisata, pembangunan sarana
• Mengembangkan lahan pertanian
pertunjukkan, pembinaan kelompok
sebagai agrowisata
kesenian, revitalisasi Monument
KESIMPULAN Wajakensis, serta pembuatan progam

Berdasarkan hasil survey dan analisis, eduwisata.

diperoleh kesimpulan penelitian sebagai berikut: • Analisis amenitas menunjukkan perlu


1. Fosil manusia purba Wajak Man pembangunan fasilitas wisata,
ditemukan di daerah Wajak, Kecamatan penyediaan lahan parkir, dan
Campurdarat, Kabupaten Tulungagung penyediaan akomodasi berupa
oleh ahli geologi Belanda B.D. van homestay dengan memanfaatkan
Rietschoten pada 24 Oktober 1888. rumah masyarakat sekitar.
2. Saat awal ditemukan, kondisi tulang • Analisis ancillary menunjukkan perlu
tengkorak fosil hancur dan terdapat empat dilakukan pendampingan dalam
gigi geraham yang masih menempel di penyusunan program, penguatan
13
kapasitas kelembagaan dan SDM • Pengembangan kawasan diarahkan
mulai dari Pemerintah Desa, pada lahan milik Perhutani dan lahan
pokdarwis, dan BUMDes, serta milik Desa Gamping.
pelatihan tentang kepariwisataan dan • Pengembangan tema kawasan
manajemen pariwisata. diarahkan menggunakan pendekatan
5. Berdasarkan analisis demand pariwisata, Geowisata (Geoturism) yang bersifat
dapat disimpulkan: konservasi berkaitan dengan
• Tipe wisatawan yang mengunjungi batuan/fosil maupun struktur geologi.
Monumen Homo Wajakensis adalah Aktivitas wisata yang diarahkan akan
wisatawan muda mulai dari usia 21- disesuaikan dengan jenis aktivitas
30 tahun sebesar 43,1%. Pengunjung geowisata.
yang didominasi oleh usia muda lebih • Arahan atraksi wisata dikategorikan
membutuhkan menjadi 5 tema, yaitu sesuatu yang
• Kunjungan wisatawan di Monumen dapat dimikmati/dilihat (something to
Homo Wajakensis tidak lebih dari 6 see), sesuatu yang dapat dilakukan
jam. Oleh karenanya dalam (something to do), sesuatu yang dapat
pengembangan kawasan wisata dibeli (something to buy), sesuatu
dibutuhkan aktivitas wisata yang yang dapat dimakan/minum
menarik, menyediakan wahana yang (something to eat) dan sesuatu yang
berkaitan dengan aktivitas fisik dan dapat dipelajari (something to learn).
disesuaikan dengan segala usia, serta • Stakeholder yang berperan dalam
spot foto yang menarik. manajemen kawasan terdiri dari
• Perubahan karakteristik pasar, beberapa pihak, yaitu Pemerintah
pelayanan terhadap wisatawan kini Daerah Kabupaten Tulungagung,
lebih menggunakan teknologi untuk Perhutani KPH Blitar, Pemerintah
menghindari kontak langsung Desa Gamping, Pokdarwis Desa
semenjak pandemic Covid-19. Oleh Gamping, serta peran masyarakat
karenanya dalam melayani kunjungan setempat.
wisatawan diarahkan menggunakan
reservasi online, pembayaran REFERENCES
cashless, dan scan barcode. [1] Ismagilova, Gulnara et al. (2015). Using Historical
Heritage As A Factor In TourismDevelopment.
6. Rencana pengembangan kawasan wisata Procedia – Social and Behavioral Sciences 188, 157–
162.
situs homo wajakensis terdiri dari:
[2] K. Kausar, D.R. (2013). Warisan Budaya, Pariwisata
dan Pembangunan di Muarajambi, Sumatra. Journal of
• Konsep branding kawasan wisata Tourism Destination and Attraction . 1, 1 Nov. 2013,
13-24.
purba.
14
[3] Speno, Lynn (ed). Heritage Tourism Handbook: A
How-to-Guide for Georgia. (2010) Historic
Preservation Division Georgia Department of Natural
Resources http://www.georgia.org/wp-
content/uploads/2013/09/GA-Heritage-Tourism-
Handbook.pdf.
[4] Unesco, pariwisata pusaka Masa Depan bagi Kita,
Alam dan Warisan Budaya Bersama, (2009), United
Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO) & Program Vokasi
Pariwisata, Universitas Indonesia.
[5] Cahyadi, R. & Gunawan, J., (2009). Pariwisata Pusaka
Masa Depan bagi kita, Alam & Warisan Budaya
Bersama. Jakarta: UNESCO & Program Vokasi
Pariwisata UI.
[6] Bandur, Agustinus, (2016). Penelitian Kualitatif-
Metodologi, Desain dan Teknik Analisis Data dengan
Nvivo 11 Plus. Edisi Pertama. Jakarta : Mitra Wacana
Media.
[7] Theunissen, B. (1989). Introduction. In: Eugène
Dubois and the Ape-Man from Java. Springer,
Dordrecht. https://doi.org/10.1007/978-94-009-2209-
9_1.
[8] Storm, P., Wood, R., Stringer, C., Bartsiokas, A., de
Vos, J., Aubert, M., Kinsley, L., and Grün, R., (2013).
U-Series and Radiocarbon Analyses of Human and
Faunal Remains from Wajak, Indonesia. Journal of
Human Evolution 10:1-10.
[9] Kurniasih, A., & Zaim, Y. (2014). Physical Cranial
Characters of Wajak Man. Buletin Geologi, 41(2).
[10] Pitana, I. Gede dan Gayatri, Putu G, (2005). Sosiologi
Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

15

Anda mungkin juga menyukai