Anda di halaman 1dari 41

MODUL AJAR

INFORMASI UMUM
A. IDENTITAS
NAMA : AFDAL AQZAMI, S.Pd
INSTITUSI : SMAN 7 PADANG
TAHUN : 2022
JENJANG SEKOLAH : SMA
KELAS : 11.F
ALOKASI WAKTU : 10 X 45 MENIT (5 X PERTEMUAN)

B. KOMPETENSI AWAL
Peserta didik mampu menganalisis kondisi Indonesia pasca pergerakan nasional

C. PROFIL PELAJAR PANCASILA


1) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlaq mulia
2) Berkebhinekaan global
3) Bernalar kritis

D. SARANA DAN PRASARANA


1. Papan tulis
2. Spidol
3. Laptop
4. LCD
5. Jaringan Internet

E. TARGET PESERTA DIDIK : Fase F KELAS 11 Reguler

F. MODEL PEMBELAJARAN : Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan model


pembelajaran discovery learning
KOMPONEN INTI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu menganalisis masa pendudukan Jepang di Indonesia serta
dapat menyajikannya dalam bentuk tulisan ataupun media lainnya

B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Dengan mempelajari masa pendudukan Jepang di Indonesia peserta didik
mampu menjadikan peristiwa masa lampau untuk dijadikan pelajaran di masa
sekarang dan masa yang akan datang.

C. PERTANYAAN PEMANTIK
Perang Dunia II merupakan pintu masuknya Jepang ke Indonesia, Apa latar
belakang masuknya Jepang ke Indonesia ? Apa saja dampak dari masa
pendudukan Jepang di Indonesia? apa manfaat yang bisa diambil dari
mempelajari masa pendudukan Jepang di Indonesia ?

D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN 1
Tahap Pendahuluan (10 menit)
1. Menyiapkan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran seperti
berdoa, absensi, menyiapkan buku pelajaran, bahan teks multimedia,
memasangkan LCD pada laptop.
2. Memotivasi peserta didik secara kontekstual sesuai dengan manfaat
pembelajaran.
3. Memberikan beberapa gambar yang menunjukan peninggalan-peninggalan
sejarah sekaligus menghubungkan dengan ayat-ayat Al Quran: surat
Muhammad ayat 10 tentang mengambil hikmah atas peristiwa masa lampau)
4. Menjelaskan tujuan pembelajaran, kompetensi, literasi, dan karakater yang
harus dicapai.
5. Menyampaikan cakupan materi dan lingkup penilain serta penjelasan uraian
kegiatan sesuai silabus.

Tahap Inti (70 menit)


Stimulation
1. Peserta didik diberi motivasi untuk memusatkan perhatian pada topik materi
Latar belakang dan awal masuknya Jepang serta Kebijakan politik,
ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan pada masa pendudukan Jepang
2. Peserta didik diminta untuk menjawab pertanyaan pemantik sebagai
pengantar pembelajaran ke arah materi yang akan dipelajari
3. Guru memberikan gambaran umum terhadap materi yang akan dipelajari
Problem Statement
4. Peserta didik dibimbing oleh guru merumuskan masalah yang akan dicari
jawabannya
Data Collection
5. Peserta didik mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan yang telah
teridentifikasi dengan cara mengamati objek atau kejadian, membaca
berbagai sumber.
Data Processing
6. Peserta didik mengolah data yang telah ditemukan dan mengerjakan LKPD
yang sudah disediakan
Verification
7. Peserta didik dibimbing oleh guru melakukan verifikasi data yang telah
ditemukan
Generalization
8. Masing – masing peserta didik mampu membuat kesimpulan di buku catatan
tentang materi yang dipelajari

Tahap Penutup (10 menit)


1. Peserta didik diminta menyampaikan hambatan dan apa yang diperoleh
selama pembelajaran tadi
2. Guru memberikan arahan untuk persiapan pertemuan selanjutnya

PERTEMUAN 2
Tahap Pendahuluan (10 menit)
1. Menyiapkan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran seperti
berdoa, absensi, menyiapkan buku pelajaran, bahan teks multimedia,
memasangkan LCD pada laptop.
2. Memotivasi peserta didik secara kontekstual sesuai dengan manfaat
pembelajaran.
3. Memberikan beberapa gambar yang menunjukan peninggalan-peninggalan
sejarah sekaligus menghubungkan dengan ayat-ayat Al Quran: surat
Muhammad ayat 10 tentang mengambil hikmah atas peristiwa masa lampau)
4. Menjelaskan tujuan pembelajaran, kompetensi, literasi, dan karakater yang
harus dicapai.
5. Menyampaikan cakupan materi dan lingkup penilain serta penjelasan uraian
kegiatan sesuai silabus.

Tahap Inti (70 menit)


Stimulation
1. Peserta didik diberi motivasi untuk memusatkan perhatian pada topik materi
Organisasi pada masa pendudukan Jepang
2. Peserta didik diminta untuk menjawab pertanyaan pemantik sebagai
pengantar pembelajaran ke arah materi yang akan dipelajari
3. Guru memberikan gambaran umum terhadap materi yang akan dipelajari
Problem Statement
4. Peserta didik dibimbing oleh guru merumuskan masalah yang akan dicari
jawabannya
Data Collection
5. Peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan beberapa pokok
pembahasan yaitu: Putera, Jawa Hokokai, Seinendan, Keibodan, Heiho, Peta
6. Peserta didik mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan yang telah
teridentifikasi dengan cara mengamati objek atau kejadian, membaca
berbagai sumber.
Data Processing
7. Peserta didik lalu berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk mengolah
data yang telah ditemukan dan mengerjakan LKPD yang sudah disediakan

Tahap Penutup (10 menit)


1. Peserta didik diminta menyampaikan hambatan dan apa yang diperoleh
selama pembelajaran tadi
2. Guru memberikan arahan untuk persiapan pertemuan selanjutnya

PERTEMUAN 3
Tahap Pendahuluan (10 menit)
1. Menyiapkan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran seperti
berdoa, absensi, menyiapkan buku pelajaran, bahan teks multimedia,
memasangkan LCD pada laptop.
2. Memotivasi peserta didik secara kontekstual sesuai dengan manfaat
pembelajaran.
3. Memberikan beberapa gambar yang menunjukan peninggalan-peninggalan
sejarah sekaligus menghubungkan dengan ayat-ayat Al Quran: surat
Muhammad ayat 10 tentang mengambil hikmah atas peristiwa masa lampau)
4. Menjelaskan tujuan pembelajaran, kompetensi, literasi, dan karakater yang
harus dicapai.
5. Menyampaikan cakupan materi dan lingkup penilain serta penjelasan uraian
kegiatan sesuai silabus.

Tahap Inti (70 menit)


Verification
1. Perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya dengan sistem panel
2. Peserta didik dari kelompok lain memperhatikan lalu diminta mengajukan
beberapa pertanyaan diakhir diskusi untuk memverifikasi informasi yang
disampaikan oleh kelompok yang tampil
3. Peserta didik dibimbing oleh guru untuk membuat kesimpulan
Generalization
4. Masing-masing peserta didik mampu membuat kesimpulan di buku catatan
dari diskusi yang dilakukan
Tahap Penutup (10 menit)
1. Peserta didik diminta menyampaikan hambatan dan apa yang diperoleh
selama pembelajaran tadi
2. Guru memberikan arahan untuk persiapan pertemuan selanjutnya

PERTEMUAN 4
Tahap Pendahuluan (10 menit)
1. Menyiapkan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran seperti
berdoa, absensi, menyiapkan buku pelajaran, bahan teks multimedia,
memasangkan LCD pada laptop.
2. Memotivasi peserta didik secara kontekstual sesuai dengan manfaat
pembelajaran.
3. Memberikan beberapa gambar yang menunjukan peninggalan-peninggalan
sejarah sekaligus menghubungkan dengan ayat-ayat Al Quran: surat
Muhammad ayat 10 tentang mengambil hikmah atas peristiwa masa lampau)
4. Menjelaskan tujuan pembelajaran, kompetensi, literasi, dan karakater yang
harus dicapai.
5. Menyampaikan cakupan materi dan lingkup penilain serta penjelasan uraian
kegiatan sesuai silabus.

Tahap Inti (70 menit)


Stimulation
1. Peserta didik diberi motivasi untuk memusatkan perhatian pada topik materi
Perlawanan terhadap pendudukan Jepang
2. Peserta didik diminta untuk menjawab pertanyaan pemantik sebagai
pengantar pembelajaran ke arah materi yang akan dipelajari
3. Guru memberikan gambaran umum terhadap materi yang akan dipelajari
Problem Statement
4. Peserta didik dibimbing oleh guru merumuskan masalah yang akan dicari
jawabannya
Data Collection
5. Peserta didik mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan yang telah
teridentifikasi dengan cara mengamati objek atau kejadian, membaca
berbagai sumber.
Data Processing
6. Peserta didik mengolah data yang telah ditemukan dan mengerjakan LKPD
yang sudah disediakan
Verification
7. Peserta didik dibimbing oleh guru melakukan verifikasi data yang telah
ditemukan
Generalization
8. Masing – masing peserta didik mampu membuat kesimpulan di buku catatan
tentang materi yang dipelajari

Tahap Penutup (10 menit)


1. Peserta didik diminta menyampaikan hambatan dan apa yang diperoleh
selama pembelajaran tadi
2. Guru memberikan arahan untuk persiapan pertemuan selanjutnya

PERTEMUAN 5
Tahap Pendahuluan (10 menit)
1. Menyiapkan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran seperti
berdoa, absensi, menyiapkan buku pelajaran, bahan teks multimoda,
memasangkan LCD pada laptop.
2. Memotivasi peserta didik secara kontekstual sesuai dengan manfaat
pembelajaran.
3. Memberikan beberapa gambar yang menunjukan peninggalan-peninggalan
sejarah sekaligus menghubungkan dengan ayat-ayat Al Quran: surat
Muhammad ayat 10 tentang mengambil hikmah atas peristiwa masa lampau)
4. Menjelaskan tujuan pembelajaran, kompetensi, literasi, dan karakater yang
harus dicapai.
5. Menyampaikan cakupan materi dan lingkup penilain serta penjelasan uraian
kegiatan sesuai silabus.

Tahap Inti (70 menit)


Stimulation
1. Peserta didik diberi motivasi untuk memusatkan perhatian pada topik materi
Akhir masa pendudukan Jepang serta peninggalan - peninggalannya
2. Peserta didik diminta untuk menjawab pertanyaan pemantik sebagai
pengantar pembelajaran ke arah materi yang akan dipelajari
3. Guru memberikan gambaran umum terhadap materi yang akan dipelajari
Problem Statement
4. Peserta didik dibimbing oleh guru merumuskan masalah yang akan dicari
jawabannya
Data Collection
5. Peserta didik mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan yang telah
teridentifikasi dengan cara mengamati objek atau kejadian, membaca
berbagai sumber.
Data Processing
6. Peserta didik mengolah data yang telah ditemukan dan mengerjakan LKPD
yang sudah disediakan
Verification
7. Peserta didik dibimbing oleh guru melakukan verifikasi data yang telah
ditemukan
Generalization
8. Masing – masing peserta didik mampu membuat kesimpulan di buku catatan
tentang materi yang dipelajari

Tahap Penutup (10 menit)


1. Peserta didik diminta menyampaikan hambatan dan apa yang diperoleh
selama pembelajaran tadi
2. Guru memberikan arahan untuk persiapan pertemuan selanjutnya

E. ASESMEN
Asesmen Sikap Profil Pelajar Pancasila
No Profil Pelajar Pancasila BT MT MB MK Keterangan
1. Beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berakhlaq mulia

2. Berkebhinekaan global

3. Bernalar kritis

Keterangan
BT : Belum Terlihat MT : Mulai terlihat
MB : Mulai Berkembang MK : Membudaya

Asesmen Kognitif Formatif


Peserta didik diminta untuk mengerjakan LKPD yang sudah disediakan
Asesmen Kognitif Sumatif
Tes tertulis

F. PENGAYAAN DAN REMEDIAL


Pengayaan: Bagi peserta didik yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan
pembelajaran pengayaan sebagai berikut :
1. Peserta didik yang mencapai nilai n(ketuntasan) < n < n(maksimum)
diberikan materi masih dalam cakupan capaian pembelajaran dengan
pendalaman sebagai pengetahuan tambahan
2. Peserta didik yang mencapai nilai n > n(maksimum) diberikan materi
melebihi cakupan capaian pembelajaran dengan pendalaman sebagai
pengetahuan tambahan.
Remedial
Pembelajaran remedial dilakukan bagi peserta didik yang hasil capaian
pembelajaran rendah melalui:
1. Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remidial teaching
(klasikal), atau tutor sebaya, atau tugas dan diakhiri dengan tes
2. Tes remedial, dilakukan sebanyak 2 kali dan apabila setelah 2 kali tes
remedial belum mencapai ketuntasan, maka remedial dilakukan dalam
bentuk tugas tanpa tes tertulis kembali

G. REFLEKSI
- Apakah guru sudah memberikan pembelajaran terbaik untuk siswa?
- Dibutuhkan penanaman karakter dari guru untuk diimplementasikan bagi
para siswa
- Kesulitan apa yang dialami guru selama proses pembelajaran?
- Perlu adanya langkah nyata dari guru untuk memperbaiki proses belajar.
- Apakah menurut guru seluruh siswa mengikuti pelajaran dengan baik?

Padang, Mei 2021


Mengetahui Disusun oleh
Kepala SMAN 7 Padang Guru Mata Pelajaran

Dra. ENNY SASMITA, M.Pd AFDAL AQZAMI, S,Pd


NIP. 196707041992032005
LAMPIRAN

A. LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (PERTEMUAN 1)


Nama :
Kelas :

Lengkapilah kolom di bawah ini!

Latar belakang Jepang Penjelasan


datang ke Indonesia

Restorasi Meiji

Paham Hakko-Ichi-U

Jepang sebagai Negara


militer modern

Aliansi Axis

Saudara tua Indonesia


Kebijakan Jepang Penjelasan

Politik

Ekonomi

Sosial

Budaya

Pendidikan
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (PERTEMUAN 2 & 3)

ATP : Peristiwa sekitar proklamasi dan respon masyarakat terhadap proklamasi


Petunjuk Kegiatan Diskusi :
 Bentuklah 6 kelompok dalam kelas
 Pembagian tema diskusi setiap kelompok:
1. Putera
2. Jawa Hokokai
3. Seinendan
4. Keibodan
5. Heiho
6. Peta
 Masing – masing kelompok dibimbing oleh guru merumuskan masalah
sesuai tujuan pembelajaran
 Masing – masing kelompok mengumpulkan informasi dari berbagai sumber
lalu berdiskusi untuk menjawab rumusan masalah
 Selama diskusi, kalian harus mengerjakan secara kolaboratif dalam kelompok
masing – masing
 Sekretaris masing – masing kelompok membuat laporan hasil diskusi
 Masing – masing perwakilan kelompok menampilkan hasil diskusinya di
depan kelas
Masing – masing peserta didik mencatat kesimpulan dan poin – poin penting dari
diskusi yang sudah dilakukan di buku catatan masing – masing.
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (PERTEMUAN 4)

Nama :
Kelas :

Silakan dilengkapi kolom di bawah ini !

Perlawanan terhadap Pemerintahan Inggris


Jepang

Aceh

Singaparna

Indramayu

Pemberontakan PETA
(Blitar)
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (PERTEMUAN 5)

Silakan dilengkapi kolom di bawah ini !

Nama :
Kelas :

Peninggalan Jepang Lokasi peninggalan

 Jelaskan perbedaan akhir masa pendudukan VOC dengan masa pendudukan


Jepang
B. BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK

A. Restorasi Meiji: Awal Modernisasi Jepang Sebelum menjadi negara


modern

Jepang merupakan negara feodalis. Mengapa feodalis? Sebab,


kekuasaan politik dan ekonomi dipegang oleh kaisar, shogun (semacam
panglima militer), dan daimyo (semacam tuan tanah/raja lokal). Kekuasaan itu
terbentuk secara hierarki dengan puncak kekuasaan di tangan kaisar, sedangkan
kekuasaan pemerintahan dipegang oleh seorang shogun.

Tahun 1639, Shogun Tokugawa menjalankan kebijakan Sakoku (negara


tertutup). Melalui kebijakan ini, orang asing dilarang masuk ke Jepang dan
sebaliknya orang Jepang dilarang berhubungan dengan orang selain Jepang.
Namun, pada kenyataannya, Belanda, Cina, serta Korea tetap berhubungan
dengan Jepang.

Mengapa Jepang menerapkan kebijakan Sakoku (tertutup) dengan bangsa


lain? Ada dua alasan. Alasan pertama, pemerintahan Shogun Tokugawa terancam
dengan kehadiran misionaris dari Spanyol dan Portugis yang menyebarkan
agama Katolik. Mereka dituduh ikut campur urusan dalam negeri. Contohnya,
ketika perang antar-shogun mereka memperkenalkan senjata api dan meriam
terhadap salah satu shogun, sedangkan senjata orang Jepang berupa pedang
(katana). Penyebaran agama yang dilakukan oleh Spanyol dan Portugis
juga dituding mengancam kebudayaan asli Jepang.

Alasan kedua ialah mempertahankan supremasi Tokugawa atas


pesaingnya, Daimyo Tozama. Daimyo Tozama adalah daimyo di bawah Shogun
Tokugawa, tetapi secara ekonomi lebih sejahtera karena menjalin hubungan
dengan bangsa asing. Apabila Daimyo Tozama tetapbekerja sama dengan
bangsa asing, maka dikawatirkan mereka menjadi kuat sehingga
mengancam kekuasaan Tokugawa.

Pada abad ke-19 (1854), kebijakan Sakoku mulai surut. Tahun 1854, kapal
perang Amerika Serikat (kapal hitam) yang dipimpin oleh Komodor Matthew
C. Perry menyerang Jepang sehingga memaksa pemerintahan Shogun
Tokugawa menandatangani Konvensi Kanagawa pada tahun 1854. Konvensi
itu pada intinya menyebutkan bahwa Jepang harus membuka diri dengan bangsa
asing sehingga mengakhiri kebijakan tertutup Jepang yang telah berlangsung 200
tahun.
Meskipun demikian, hasil Konvensi Kanagawa dianggap menjatuhkan
harga diri dan martabat mereka sehingga tersebar sentimen anti-Barat, bahkan
terjadi peperangan yang kemudian dimenangkan oleh Barat. Karena adanya
konflik dan rasa tidak puas tersebut, Barat menganggap Tokugawa adalah pihak
yang paling bertanggung jawab. Untuk itu, ke-shogun-an Tokugawa dihapus dan
kekuasaan Jepang sepenuhnya di tangan kaisar, yaitu Kaisar Komei.

Kemajuan Barat dan terbukanya pelabuhan-pelabuhan di Jepang yang


semakin ramai menyadarkan Jepang betapa terbelakangnya mereka dibanding
dengan negara-negara Barat sehingga Jepang bertekad untuk mengejar
ketertinggalan. Pada masa pemerintahan Kaisar Meiji (anak dari Kaisar Komei),
kesadaran mengejar ketertinggalan mulai terwujud melalui berbagai langkah
perubahan besar yang dikenal dengan Restorasi Meiji (1868-1912). Kata “Meiji”
berarti “kekuasaan pencerahan”. Pencerahan yang dimaksud adalah kombinasi
kemajuan Barat dengan nilai-nilai tradisional Jepang. Dengan misi inilah Jepang
mengutus pejabat untuk belajar ke Amerika dan Eropa, yang disebut misi
Iwakura.

Sebagai hasil misi Iwakura, Jepang memutuskan untuk mengadopsi sistem


politik, hukum, dan militer dari dunia Barat. Restorasi Meiji kemudian mengubah
Kekaisaran Jepang menjadi negara industri modern sekaligus menjadi kekuatan
militer dunia. Berikut ini adalah beberapa bidang garapan Tenno Meiji yang
tercakup dalam gerakan pembaruan itu.

a. Bidang Perindustrian

Dengan mengadopsi teknologi dari Barat, Jepang membangun industri-industri


seperti pabrik senjata, galangan kapal, peleburan besi, dan lain sebagainya.
Hasil produksi ini dijual ke pasar internasional dengan harga relatif murah
dibandingkan harga penjualan produk yang sama di dalam negeri. Kebijakan
ini disebut dumping. Hal ini membuat industri dalam negeri Jepang
berkembang pesat.
b. Bidang Perdagangan
Jepang membangun bank-bank yang memungkinkan orang untuk meminjam
uang agar berinvestasi. Jepang membangun pelabuhan-pelabuhan dan kapal-
kapal dagang sehingga perdagangan mengalami kemajuan pesat.
c. Bidang Militer
Jepang gencar membangun angkatan perangnya. Tahun 1873, Jepang
menerapkan kebijakan wajib militer. Jepang juga memesan sebuah kapal
perang modern dari Belanda dan untuk mempelajari ilmu kelautan, Jepang
mengirim 16 mahasiswa untuk belajar di Belanda. Jepang meniru sistem dan
strategi dari Jerman dan Inggris. Dalam waktu singkat, Jepang telah memiliki
tentara yang kuat, modern, dan tangguh.

d. Bidang Pendidikan

Jepang menerapkan wajib belajar bagi generasi mudanya. Mereka dididik


untuk merasa memiliki rasa cinta kepada tanah airnya, semangat pantang
menyerah dan berani mati (bushido), serta hormat dan tunduk kepada Kaisar.
Pemerintah Jepang juga mengirim mahasiswa untuk menimba ilmu-ilmu Barat.

e. Bidang Sosial

Menghapus sistem kasta di Jepang. Saat itu, Jepang mempunyai empat kasta.
Kasta pertama adalah kelas kaum terpelajar, kasta kedua adalah petani,
kasta ketiga adalah seniman, dan kasta keempat adalah pedagang. Selain
itu, pemerintah juga melarang adat istiadat yang bersifat feodalis seperti
laki-laki memperlihatkan dan memakai kimono, laki-laki memanjangkan dan
mengucir rambut serta ke mana-mana membawa pedang panjang dan pedang
pendek yang menjadi ciri khas kelas samurai.
f. Bidang Hukum
Sistem hukum dan konstitusi mengikuti model Jerman. Sebagai akibat dari
industrialisasi itu, Jepang kemudian menjadi satu-satunya kekuatan besar
negara non-Barat di dunia sekaligus kekuatan utama di Asia Timur dan Asia
Tengara dalam waktu 40 tahun.

B. Kemajuan Industri Perluasan Pasar Industri, Dan Keterlibatan Jepang Pada


PD II

Jepang sebagai negera industri sebagaimana negara-negara Barat


mempunyai tiga tantangan, yakni 1) pasokan bahan mentah yang stabil, 2) jalur
pelayaran yang aman, dan 3) pasar bagi hasilhasil industrinya. Pada saat yang
bersamaan, kepercayaan diri militer Jepang yang didukung kemajuan ekonomi
membangkitkan rasa bangga terhadap negaranya.

Nasionalisme ini berkembang menjadi nasionalisme radikal dalam bentuk


keinginan sebagian warga agar Jepang menjadi negara imperialis. Faktor
ekonomi (gold) dan faktor kejayaan (glory) inilah yang mendorong Jepang
menduduki (menjajah) berbagai negara di Asia termasuk Indonesia menjelang
akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Pada tahun 1894, Jepang membangun imperium yang sangat luas,
meliputi Taiwan, Korea, Manchuria, serta Cina bagian Utara. Pada tahun 1894
dan 1895, Jepang terlibat perang dengan Cina (Perang Sino). Perang ini diawali
oleh pemberontakan petani terhadap pemerintahan Korea. Merasa terdesak,
pemerintah Korea meminta bantuan kepada Dinasti Qing dari Cina.

Karena sejak lama Jepang ingin menguasai Korea, maka Jepang


memanfaatkan situasi itu untuk menginvansi Korea. Karena Korea sekutunya
Cina, maka Cina protes sehingga antara Jepang dengan Cina terlibat perang.
Perang akhirnya dimenangkan Jepang dan kemudian membentuk
pemerintahan boneka di Seoul. Kekalahan Cina terhadap Jepang ditandai
dengan Perjanjian Shimonoseki yang isinya menyebutkan bahwa Semenanjung
Liaodong dan Taiwan diserahkan kepada Jepang.

Rusia, Jerman, dan Prancis yang semula menduduki Semenanjung


Liaodong akhirnya mundur. Namun, karena Perjanjian Shimonoseki dianggap
tidak sah, maka Rusia kembali menduduki Semenanjung Liaodong yang
strategis itu. Untuk pertahanannya, Rusia kemudian mendirikan Benteng Port
Arthur di situ dan menjadikan pangkalan angkatan lautnya di Pasifik.

Tindakan Rusia ini membuat Jepang marah sehingga memicu perang


Jepang dengan Rusia yang bernama “Perang Rusia-Jepang” pada tahun 1894
dan 1895. Dalam perang itu, tidak terduga Rusia kalah sehingga harus
menandatangani Perjanjian Portsmouth yang diselenggarakan di Amerika
Serikat dengan difasilitasi Presiden Roosevelt. Jenderal yang berjasa dalam
kemenangan Jepang atas Rusia adalah Laksamana Togo Heihachiro. Isi
Perjanjian Portsmouth yakni Jepang mendapatkan Pulau Shakalin dan daerah
ManchuriaTindakan Rusia ini membuat Jepang marah sehingga memicu
perang Jepang dengan Rusia yang bernama “Perang Rusia-Jepang” pada
tahun 1894 dan 1895. Dalam perang itu, tidak terduga Rusia kalah sehingga
harus menandatangani Perjanjian Portsmouth yang diselenggarakan di
Amerika Serikat dengan difasilitasi Presiden Roosevelt. Jenderal yang berjasa
dalam kemenangan Jepang atas Rusia adalah Laksamana Togo Heihachiro.
Isi Perjanjian Portsmouth yakni Jepang mendapatkan Pulau Shakalin dan
daerah Manchuria.

Kemenangan Jepang atas Rusia ini membangkitkan kepercayaan dan harga


diri Jepang. Ternyata, bangsa Asia (ras Mongoloid) dapat mengalahkan
bangsa Barat (ras Kaukasoid). Dampaknya, selain wilayah kekuasaannya
semakin luas, juga muncul ambisi tersembunyi yang tidak hanya ingin menguasai
Asia, tetapi juga mengalahkan bangsa-bangsa Barat lainnya.
Ketika Prancis menyerah kepada pasukan Nazi Jerman di Eropa tahun
1941, Jepang memanfaatkannya dengan menginvansi wilayah jajahan Prancis
di Indocina yang meliputi Kamboja, Laos, dan Vietnam. Pada saat yang
bersamaan (tahun 1941), Jerman menginvansi Rusia. Sebelumnya, pada tahun
1940, terjadi kesepakatan “Pakta Tripartit”, yaitu bersatunya fasisme Jepang,
Italia, dan Jerman dalam “kekuatan poros” yang kemudian hari bersama sama
melawan “kekuatan Sekutu” yang terdiri dari AS, Inggris, dan Prancis dalam
Perang Dunia II.

Meski tidak memiliki kepentingan di Indocina (Kamboja, Laos, dan


Vietnam), sikap agresi Jepang membuat Amerika Serikat menjadi geram. Pada
tahun 1941, Amerika membidani persekutuan yang disebut ABDACOM (America,
British, Dutch, Australian Command) untuk menghadapi keagresifan Jepang.
Selain membuat organisasi, Presiden Roosevelt juga menerapkan embargo baja
dan besi tua kepada Jepang yang kemudian diikuti dengan pembekuan semua
aset-aset Jepang.

Embargo baja dan besi tua ini sungguh memukul telak Jepang karena
peralatan militernya semua terbuat dari baja dan besi tua. Seperti belum cukup,
Amerika segera mengembargo minyak bumi terhadap Jepang. Minyak bumi
merupakan penopang utama industri-industri militer Jepang. Embargo minyak
bumi ini membuat industri militer Jepang menjadi kesulitan sehingga Jepang
dihadapkan pada dua pilihan, hidup atau mati. Jepang bukannya menyerah
dengan situasi, tetapi semakin berambisi menguasai minyak bumi Asia Selatan
(India, Bangladesh, Pakistan, dan lain-lain) serta Asia Tenggara (Vietnam,
Filipina, Indonesia, dan lain-lain) untuk mengatasi embargo minyak bumi
Amerika Serikat.

Sebagian wilayah yang menjadi sasaran Jepang itu merupakan jajahan


Belanda, termasuk Indonesia, sehingga Jepang harus menghadapi kekuatan
militer terbesar saat itu, yaitu Amerika Serikat. Di bawah ABDACOM, Amerika
Serikat bertanggung jawab melindungi kepentingan- kepentingan Belanda di
Indonesia. Menyerang Indonesia dianggap menyerang ABDACOM.

Untuk mengatasi kekuatan militer itu, Jepang mengambil keputusan, yakni


harus terlebih dahulu melumpuhkan Amerika Serikat. Sasaran yang paling dekat
di Asia adalah pangkalan angkatan laut Amerika Serikat di Asia Pasifik, yaitu di
Pearl Harbour, Hawaii. Maka, secara mendadak tanpa ultimatum terlebih dahulu,
Jepang menyerang Pearl Harbour pada 7 Desember 1941. Dengan serangan ini,
Jepang telah mengawali perang Pasifik.

Setelah menghancurkan Pearl Harbour, Jepang menduduki Filipina pada


10 Desember 1941, Burma pada 16 Desember 1941, dan pada 11 Januari 1942
Jepang mendarat di Indonesia dengan menguasai Kalimantan lalu menyusul
Sumatra dan Jawa. Setelah Jawa dikuasai, Jepangmengendalikan seluruh wilayah
Indonesia dalam waktu singkat. Perang yang dilancarkan Jepang di Asia
Tenggara dan di Lautan Pasifik ini dikenal dengan Perang Asia Timur Raya atau
Perang Pasifik.

C. Spionase Jepang

Mengapa Jepang begitu mudah masuk Indonesia dan menguasai


Yogyakarta? Ternyata, jauh sebelum tahun 1942 Jepang telah mengirimkan
perwira-perwiranya di beberapa kota penting di Indonesia, termasuk
Yogyakarta untuk dijadikan sebagai spionase. Perwira yang dikenal sebagai
mata-mata di Yogyakarta adalah Shizukino Yamachi. Tugas Shizukino Yamachi
adalah melakukan penyamaran untuk memata-matai kawasan Yogyakarta,
yang nantinya pada wilayah tersebut akan dilakukan ekspansi besar-besaran
oleh tentara Jepang.

Untuk mengelabuhi masyarakat, Shizukino Yamachi mendirikan toko


Fuji sebagai toko kelontong yang berada di daerah pecinan Yogyakarta atau
sekarang dikenal Jalan Malioboro. Shizukino Yamachi mengubah namanya
menjadi Tao Ai dan lebih suka memperkenalkan dirinya kepada orang baru
sebagai pedagang dari Cina. Sehari-harinya, Shizukino Yamachi keluar
rumah dari pagi hingga menjelang petang.

Shizukino Yamachi menulis dengan detail segala hal yang ada dan
terjadi di Yogyakarta. Kemudian, segala hasil data pengamatannya dikirimkan
ke Jepang, agar mudah melakukan ekspansi. Data tersebut dikirimkan melalui
radio komunikasi dari kamarnya sehingga pintu kamarnya yang berada di
lantai atas selalu tertutup rapat. Shizukino Yamachi sering berkeliling
menggunakan sepeda, berbusana putih dan mengenakan topi bulat. Semua
orang tidak mengenal siapa sesungguhnya Shizukino Yamachi. Dia hanya
dikenal sebagai seorang pengusaha yang baik dan ramah kepada setiap
orang.

Di pertengahan tahun 1939, Shizukino Yamachi mendadak pergi dan


hilang begitu saja. Pada 6 Maret 1942, tentara Jepang telah memasuki Kota
Yogyakarta. Mereka datang dari arah Jalan Solo menuju ke barat, setelah
sampai di perempatan tugu, mereka berbelok ke selatan menuju Jalan
Malioboro dan Gedung Agung. Iring-iringan pasukan disambut oleh warga
tanpa ketakutan, bahkan warga bersorak sorai dengan melambailambaikan
bendera merah putih. Para pasukan Jepang datang dengan mengaku sebagai
saudara tua.

Untuk menarik simpati khususnya kepada rakyat Yogyakarta,


serdadu Jepang menyerukan “Nipon Indonesia sama-sama”,
mengumandangkan lagu Indonesia Raya, serta secara demonstratif
membawa potret ratu Belanda yang ditusuk-tusuk dengan bayonet. Ketika
peristiwa ini berlangsung, Shizukino Yamachi berada di kendaraan jeep paling
depan diikuti kendaraan truk, sepeda, dan bahkan ada yang berjalan kaki.
Setelah diketahui, ternyata Shizukino Yamachi merupakan salah satu perwira
komandan divisi Angkatan Darat Jepang.

D. Jepang Mengambil Alih Wilayah Hindia Belanda

Serangan Jepang pertama terjadi pada 11 Januari 1942 dengan Salam


Historia Mengapa Thailand menjadi negara Asia yang tidak dijajah Jepang?
Pada Perang Dunia II, Thailand “membantu” Jepang melawan Sekutu
dengan cara memberikan wilayah negaranya sebagai tempat akomodasi
tentara Jepang.

Namun, seusai perang dan Jepang kalah perang melawan Sekutu,


Thailand memutuskan untuk menjadi sekutu Amerika Serikat. Thailand juga
merupakan negara yang tidak pernah dijajah bangsa Barat (Inggris, Prancis,
Belanda, Spanyol, dan Portugal). mendarat di Tarakan (Kalimantan Timur).
Pada bulan Februari, Jepang menduduki Pontianak, Banjarmasin,
Makassar, Palembang, dan Bali. Mengapa Jepang mendarat pertama kali di
Tarakan dan kemudian menguasai Tarakan? Sebagaimana dibahas dalam
pokok bahasan terdahulu, Jepang sangat kesulitan dalam mengoperasikan
industri-industrinya, termasuk mesin-mesin perangnya, setelah Amerika
Serikat mengembargo minyak bumi.

Tarakan adalah salah satu daerah yang terdapat sumber-sumber minyak


di Indonesia. Dengan menguasai Tarakan, berarti menguasai sumber minyak
sehingga dengan demikian untuk menguasai daerah lain di Indonesia lebih
mudah dan untuk menghadapi Sekutu juga lebih siap. Di Jawa, Jepang
pertama kali mendarat di Banten, kemudian Indramayu, Rembang, Tuban, dan
Surabaya. Sejak Maret 1942, Indonesia menjadi kekuasaan Jepang. Tujuan
Jepang menyerang dan menduduki Hindia Belanda (Indonesia) adalah untuk
menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi, guna mendukung
industri dan kampanye perang Jepang. Gubernur Jenderal Belanda, Tjarda van
Strarkenborgh, tidak berdaya menghadapi serangan kilat Jepang sehingga
terpaksa menyerah tanpa syarat kepada Letnan Jenderal Hitoshi Imamura di
Kalijati, Subang, Jawa Barat, 8 Maret 1942.

Mengapa Jepang begitu mudah mengalahkan Belanda sedangkan


peralatan militer Belanda juga sangat modern untuk saat itu? Jepang,
sebelum menyerang Hindia Belanda, ternyata sudah jauh hari
memperhitungkan penyerangan itu. Beberapa tahun sebelum 1942, para
perwira Jepang sudah menyelidiki daerah-daerah yang menjadi titik
kelemahan dan kekuatan Belanda. Di Jawa, daerah Banten, Indramayu,
Rembang, Tuban, dan Surabaya adalah daerah strategis. Apabila menguasai
daerah itu, maka Jepang dengan mudah akan dapat memaksa Belanda
menyerah.

E. Strategi Jepang Untuk Mendapatkan Simpati Rakyat

Kedatangan Jepang disambut baik oleh Sukarno, Hatta, dan Ki Hajar


Dewantara. Mereka optimistis bahwa kedatangan Jepang akan membawa
kemerdekaan. Dasarnya adalah hal-hal berikut ini. 129

a. Menyerahnya Belanda dianggap sebagai akhir penjajahan Belanda.


Dengan kekalahan Belanda, maka berarti dimulainya era baru ketika
bangsa-bangsa Asia bebas merdeka dan menentukan nasibnya sendiri
dengan dipelopori oleh Jepang. Keyakinan itu bertambah tebal setelah
Jepang memperkenalkan diri sebagai saudara tua bangsa-bangsa Asia.
b. Jepang berjanji jika Perang Pasifik dimenangkan, maka bangsabangsa
di Asia akan mendapatkan kemerdekaan.
c. Jepang bersifat simpatik kepada aktivis pergerakan kemerdekaan, misalnya
membebaskan tokoh-tokoh yang ditahan dan diasingkan kolonial Belanda
seperti Sukarno, Hatta, Syahrir, dan lain-lain.

d. Jepang menjanjikan kepada bangsa Indonesia untuk memberikan


kemudahan-kemudahan yang tidak pernah diberikan oleh kolonial Belanda,
misalnya mengibarkan bendera Merah Putih berdampingan dengan bendera
Hinomaru Jepang, menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan
sehari-hari, kebebasan beribadah sesuai keyakinan, dan
membolehkanmenyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”
bersama lagu kebangsaan Jepang “Kimigayo”.
F. Pemerintahan Militer Jepang

Setelah menguasai Indonesia, Jepang memerintah dengan sistem


pemerintahan militer dengan membagi menjadi tiga daerah militer yang
dikendalikan oleh angkatan darat (rigukun) dan angkatan laut (kaigun).
Ketiga daerah tersebut di bawah komando panglima besar tentara Jepang
yang bertempat di Saigon (Vietnam). Ketiga daerah tersebut meliputi:
a. Daerah Jawa dan Madura dengan pusat di Batavia di bawah kendali
angkatan laut (kaigun).
b. Daerah Sumatra dan Semenanjung Melayu dengan pusat di Singapura
di bawah kendali angkatan darat (rigukun).
c. Daerah Kalimantan dan Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua
di bawah kendali
angkatan laut (kaigun).

Selain memerintah dengan sistem militer, Jepang dalam rangka


mengawasi masyarakat dan membangun gerakan pertahanan masyarakat
menggunakan sistem Tonarigumi yang sekarang lebih dikenal sistem Rukun
Tetangga (RT).

Dalam bidang politik, Jepang membentuk Jawa Hokokai (Himpunan


Kebaktian Rakyat Jawa) sebagai lembaga yang bertugas mengumpulkan
dana, misalnya dalam bentuk uang, beras, ternak, logam mulia, kayu jati, dan
sebagainya. Dalam usaha mendapatkan tenaga kerja, Jepang membentuk
Romukyokai (panitia pengerah romusha) untuk dipekerjakan dalam proyek
pembangunan jalan raya, pelabuhan, dan lapangan udara.

Pada awalnya, romusha ini mendapatkan upah. Namun, pada


perkembangan selanjutnya para pekerja ini tanpa diupah oleh pemerintah
Jepang. Dalam sistem pertahanan menghadapi Sekutu dan usaha
melanggengkan kekuasaannya, di Indonesia dibentuk lembaga-lembaga
semimiliter dan militer. Organisasi-organisasi buatan Jepang itu misalnya
Keibodan (barisan pembantu polisi), Seinendan (barisan pemuda), Fujinkai
(barisan wanita), Heiho (barisan cadangan prajurit), PETA (pembela tanah
air), Putera (Pusat Tenaga Rakyat), Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian
Rakyat Jawa), Jibakutai (pasukan berani mati), Kempetai (barisan polisi
rahasia), dan Gakukotai (laskar pelajar).

G. Dampak pendudukna Jepang Di Indonesia


Masa pendudukan Jepang membawa dampak yang luar biasa terhadap
bangsa Indonesia, baik dampak secara politik, ekonomi, dan sosial budaya.
Untuk lebih jelasnya, berikut paparannya.

1. Bidang
Politik

Setelah Jepang berkuasa di Indonesia, organisasi kemasyarakatan baik


itu organisasi politik, sosial, maupun keagamaan dibubarkan dan
menggantikannya dengan organisasi bentukan Jepang. Satu-satunya
organisasi yang dibiarkan oleh Jepang adalah Majelis Islam A’la Indonesia
(MIAI) yang berdiri sejak pemerintahan kolonial Belanda. Organisasi
ini mendapat simpati masyarakat sehingga berkembang dengan cepat.
Karena organisasi ini mengkhawatirkan Jepang, maka pada tahun 1943
MIAI dibubarkan dan menggantikannya dengan Majelis Syuro Muslimin
Indonesia (Masyumi) dengan K.H. Hasyim Asy’ari sebagai ketuanya.
Untuk menekan tokoh pergerakan yang tidak kooperatif terhadap Jepang,
dilakukan pengawasan yang ketat dengan menyebar polisi rahasia yang
sangat ditakuti, yakni Kempetai. Jepang tidak segan-segan menangkap,
menginterogasi, bahkan menghukum mati orang yang dianggap bersalah
tanpa proses pengadilan.

Di samping cara-cara represif, Jepang juga menerapkan caracara yang


diharapkan mengundang simpati, misalnya:

a. Menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan melarang


keras penggunaan bahasa Belanda.

b. Membentuk kerja sama dengan para nasionalis serta membentuk


gerakan 3A (Nipon cahaya Asia, Nipon pelindung Asia, Nipon pemimpin
Asia) dengan menunjuk Mr. Syamsuddin sebagai ketuanya. Tujuan gerakan
bentukan Jepang ini adalah menarik simpati rakyat Indonesia agar
membantu Jepang menghadapi Amerika Serikat dan sekutunya. Gerakan
ini akhirnya tidak mendapat simpati rakyat karena pada kenyataannya
Jepang terlalu kejam bagi rakyat Indonesia.
c. Membentuk organisasi yang bernama Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
dan menunjuk
Sukarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur sebagai
pemimpinnya. Tujuan organisasi ini adalah memusatkan segala potensi
rakyat Indonesia untuk membantu Jepang melawan tentara Sekutu. Namun,
organisasi ini dimanfaatkan pimpinannya untuk membangkitkan
nasionalisme yang sempat pudar. Karena organisasi ini ternyata lebih
menguntungkan Indonesia daripada kepentingan Jepang, maka
akhirnya Putera dibubarkan.

d. Membentuk Badan Pertimbangan Pusat yang kemudian disebut Cuo Sangi


In (pada zaman kolonial Belanda disebut Volksraad). Badan ini bertugas
memberikan usul atau saran-saran terhadap Jepang tentang masalah-masalah
politik. Jepang menunjuk Sukarno sebagai ketuanya.
e. Membentuk Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa) sebagai lembaga
yang bertugas mengumpulkan dana, misalnya dalam bentuk uang, beras,
ternak, logam mulia, kayu jati, dan sebagainya. Jepang menunjuk gunseikan
atau seorang kepala pemerintahan sebagai ketuanya. Seperti organisasi lain
bentukan Jepang, organisasi ini tidak mendapat sambutan rakyat, terutama
di luar Pulau Jawa.

2. Bidang Ekonomi

Dalam bidang ekonomi, Jepang menginginkan Indonesia sebagai tempat


eksploitasi segala sumber daya, baik itu pangan, sandang, logam, dan minyak
demi kepentingan perang, sebagaimana tampak dalam hal-hal berikut ini.
a. Menyita Aset Ekonomi
Jepang menyita aset hasil perkebunan (teh, kopi, karet, tebu),
pabrik, bank, dan perusahaan-perusahaan penting. Banyak lahan pertanian
yang terbengkalai karena pemerintah Jepang fokus pada ekonomi perang dan
industri perang. Dampaknya, kelaparan rakyat dan kemiskinan di mana-
mana.

Kebijakan Jepang di antaranya juga adanya ekonomi perang.


Ekonomi perang adalah semua kekuatan ekonomi di Indonesia digali
untuk menopang kegiatan perang. Bagi Jepang, Indonesia merupakan
negara yang sangat menarik perhatian karena merupakan negara
kepulauan yang kaya akan hasil bumi, pertanian, tambang, dan lain
sebagainya. Kekayaan Indonesia tersebut sangat cocok untuk keperluan
industri Jepang. Setelah berhasil menguasai Indonesia, Jepang mengambil
kebijakan dalam ekonomi yang sering disebut Self Help, yaitu hasil
perekonomian di Indonesia dijadikan modal untuk mencukupi kebutuhan
pemerintahan Jepang, contohnya sebagai berikut. 1) Jepang memerintahkan
menanam padi karena beras adalah sumber energi tentara Jepang. 2)
Jepang memerintahkan menanam jarak karena getah jarak dijadikan pelumas
mesin-mesin industri alat perang Jepang termasuk pesawat tempur. 3) Jepang
memerintahkan menanam tanaman kina karena menjadi obat antimalaria.
Penyakit malaria sangat melemahkan kemampuan bertempur pasukan
Jepang.
b. Pengawasan Ketat di Bidang Ekonomi
Jepang melakukan pengawasan ekonomi secara ketat. Pengawasan
tersebut antara lain penggunaan dan penyediaan barang serta pengendalian
harga untuk mencegah meningkatkan harga barang. Jika ada yang
melanggar, akan dikenai sanksi sangat berat.

c. Kebijakan Self-sufficiency

Kebijakan self-sufficiency yaitu pemerintah Jepang mengharuskan pada


wilayah-wilayah yang ada di bawah pemerintah Jepang harus memenuhi
kebutuhannya sendiri.
d. Memberlakukan Setoran Wajib, Romusha
Pada tahun 1944, Jepang dalam ambisi perangnya semakin terdesak dan
kalah di berbagai front sehingga kebutuhan bahanbahan pangan semakin
meningkat. Untuk mengatasinya, Jepang membuat aturan agar rakyat
menyerahkan bahan pangan dan barang secara besar- besaran melalui
organisasi bentukan Jepang yang bernama Jawa Hokokai (Himpunan
Kebaktian Rakyat Jawa) dan Nagyo Kumiai (koperasi pertanian). Setiap
rakyat harus menyerahkan bahan makanan 30 persen untuk pemerintah
Jepang, 30 persen untuk lumbung desa (simpanan), dan 40 persen menjadi
hak miliknya.

Kewajiban yang memberatkan itu membuat rakyat menderita dan


kekurangan pangan sehingga rakyat makan makanan yang tidak biasa
seperti umbi-umbian hutan, bekicot, dan sebagainya. Karena sandang juga
langka, rakyat terpaksa memakai pakaian dengan bahan dasar karung goni.
Keadaan itu diperparah dengan kewajiban romusha atau kerja paksa.
Banyak rakyat meninggal di tempat kerja atau ditembak mati karena
melarikan diri dari kewajiban romusha.

3. Bidang Sosial
a. Romusha

Penerapan romusha pada awalnya secara sukarela dari rakyat karena


mendapat upah dari pemerintah Jepang. Namun, lambat laun romusha
menjadi kerja paksa yang tidak ada lagi sistem pengupahan. Banyak pemuda
desa dan laki-laki desa lainnya yang dipaksa kerja romusha sehingga
mengakibatkan lahan pertanian menjadi tidak tergarap. Mereka dimobilisasi
tidak saja untuk membangun jalan, bandara, dan pelabuhan di dalam negeri,
tetapi juga di luar negeri seperti Burma, Thailand, Vietnam, dan Malaysia.
b. Jugun Ianfu
Selain memobilisasi para pemuda desa untuk romusha, pemerintah
Jepang juga merekrut wanita-wanita desa untuk dijadikan perempuan
penghibur tentara Jepang atau yang dikenal dengan Jugun Ianfu. Para
wanita itu awalnya direkrut dijanjikan dididik menjadi perawat kesehatan,
tetapi pada kenyataanya mereka dijadikan sebagai wanita penghibur.
c. Pendidikan
Pada masa Jepang, sistem pendidikan lebih buruk daripada masa kolonial
Belanda. Jumlah sekolah menurun drastis dan jumlah warga buta aksara
semakin banyak. Sistem pembelajaran dan kurikulum dijadikan untuk
kepentingan perang. Pelajar diindoktrinasi dengan slogan Hakko Ichiu
(delapan penjuru dunia di bawah satu atap). Slogan ini terus diterapkan
sebagai alat propaganda Jepang bahwa Jepang pemimpin dunia dan alat
pembenaran Jepang selalu menginvansi negara lain selama Perang Dunia II.
d. Bahasa dan Stratifikasi Sosial

Ada sisi positif dalam diri Jepang. Pertama, dalam bidang bahasa, karena
bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar. Bahasa
Indonesia juga dijadikan sebagai pelajaran wajib. Kedua, dalam penjajahan
Jepang ini, stratifikasi sosial golongan bumiputra (inlander, zaman Belanda)
ditempatkan di atas golongan Eropa dan golongan Timur Asing kecuali
Jepang. Jepang ingin mengambil hati rakyat dalam usaha menghadapi
Sekutu dalam Perang Pasifik.

4. Bidang Kebudayaan

Sebagai negara fasis, Jepang memang mendidik warga negaranya


dengan sangat ketat. Semua urusan warga negaranya harus taat pada aturan
yang ditetapkan oleh negara. Walaupun menjadi negara modern akibat
Restorasi Meiji, Jepang tetap sangat menghormati kaisarnya. Sebab bagi
mereka, kaisar dianggap sebagai keturunan Dewa Matahari.

Oleh karena itu, dalam tradisi Jepang, mereka memberi hormat ke


arah matahari terbit dengan cara membungkukkan punggung dalam-dalam
(disebut dengan Seikerei) sebagai simbol penghormatan terhadap kaisar.

Kebiasaan Jepang itu dipaksakan kepada setiap negara jajahannya,


termasuk di Indonesia sehingga menimbulkan rasa tidak suka terhadap
Jepang. Perilaku seperti itu bertentangan dengan agama karena dianggap
sebagai Syrik (menyekutukan Tuhan). Perlawanan K.H. Zainal Mustafa di
Tasikmalaya, Jawa Barat pada tahun 1944 sebagai bukti bahwa Jepang tidak
bisa memaksa begitu saja budayanya kepada tanah jajahan.

Dalam usaha mengendalikan kebudayaan, Jepang membentuk


organisasi yang bernama Keimin Bunkei Shidoso (pusat kebudayaan). Keimin
Bunkei Shidoso dijadikan sebagai wadah perkembangan kesenian Indonesia.
Lembaga ini juga dimanfaatkan Jepang untuk mengawasi dan mengarahkan
seniman-seniman Indonesia agar karyanya tidak menyimpang dari
kepentingan Jepang. Jika ada seniman yang berani mengkritik Jepang, maka
seniman itu ditangkap dan dipenjarakan. Contohnya, Chairil Anwar
dijebloskan ke penjara karena karya sastranya yang berjudul Siap Sedia.

H. Strategi Politik Jepang Membentuk Organisasi Kemasyarakatan

1. Organisasi sosial
kemasyarakatan

a. Gerakan 3A

Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia dalam perang Asia


Timur Raya atau Perang Pasifik, Jepang membentuk sebuah perkumpulan
yang dinamakan Gerakan 3A (Nipon cahaya Asia, Nipon pelindung Asia,
Nipon pemimpin Asia). Perkumpulan ini dibentuk pada 29 Maret 1942.
Jepang berusaha agar gerakan ini menjadi alat propaganda yang efektif
untuk memenangkan perang dengan Sekutu. Oleh karena itu, di
berbagai daerah dibentuk berbagai komite-komite. Ternyata, sekalipun
dengan berbagai upaya, gerakan ini kurang mendapat simpati rakyat
karena ternyata Jepang sudah mulai menampakkan sifat-sifat
penjajahannya. Pada Desember 1942, Gerakan 3A dinyatakan gagal dan
dibubarkan.
b. Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Karena Gerakan 3A gagal, kemudian Jepang mengajak para tokoh
pergerakan untuk bekerja sama. Jepang kemudian mendirikan
organisasi pemuda yang dipimpin oleh Sukardjo Wiryopranoto. Karena
lambat laun organisasi ini tidak mendapat sambutan rakyat, akhirnya
Jepang membubarkannya.

Dukungan rakyat terhadap Jepang memang tidak seperti awal


kedatangannya, karena Jepang sudah banyak berubah. Misalnya, melarang
pengibaran bendera Merah Putih yang berdampingan dengan bendera
Hinomaru serta mengganti lagu “Indonsia Raya” dengan lagu
“Kimigayo”.

Jepang ketika perang dengan sekutu mulai menampakkan


kekalahan di mana-mana sehingga rakyat Indonesia mulai tidak percaya
dengan Jepang. Untuk memulihkan keadaan itu, Jepang harus bekerja
sama dengan tokoh-tokoh nasionalis terkemuka, misalnya Sukarno dan
Moh. Hatta. Karena Sukarno masih ditahan oleh pemerintah kolonial
Belanda di Padang, maka Jepang membebaskannya.

Jepang kemudian membentuk organisasi massa yang dapat


diharapkan bekerja sama untuk menggerakkan rakyat. Pada Desember
1942, Sukarno, Hatta, K.H. Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara
dipercaya untuk membentuk gerakan baru. Gerakan itu bernama Pusat
Tenaga Rakyat (Putera) yang kemudian berdiri pada 16 April 1943. Tokoh-
tokoh nasionalis ini terkenal dengan sebutan empat serangkai.

Putera diketuai oleh Sukarno. Tujuan Putera adalah untuk


membangun dan menghidupkan kembali segala sesuatu yang telah
dihancurkan kolonial Belanda. Jepang menginginkan Putera bekerja untuk
menggali potensi masyarakat guna membantu Jepang dalam perang. Di
samping bertugas sebagai propaganda perang, Putera juga bertugas
memperbaiki bidang sosial dan ekonomi.

Putera kemudian membentuk organisasi sampai ke tingkat daerah-


daerah dan pimpinan pusat tetap dipegang oleh empat serangkai
sehingga dalam waktu singkat Putera berkembang sangat pesat. Melalui
rapat-rapat, para tokoh nasionalis memanfaatkan Putera untuk
menyiapkan Indonesia merdeka. Rupanya, Jepang mulai sadar bahwa
Putera dimanfaatkan oleh para nasonalis bukan untuk kepentingan
Jepang sehingga pada tahun 1944 Putera dibubarkan Jepang.

c. Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia)

Berbeda dengan pemerintah kolonial Belanda yang anti organisasi


Islam, Jepang lebih bersahabat terhadap umat Islam. Jepang
mendekati umat Islam karena Jepang menginginkan agar umat Islam
di Indonesia membantu Jepang melawan Sekutu. Oleh karena itu,
organisasi Islam yang bernama MIAI yang cukup berpengaruh pada masa
pemerintahan Belanda dan dibubarkan Belanda mulai dihidupkan kembali
oleh Jepang. Tanggal 4 September 1942, MIAI diizinkan aktif kembali.
Dengan demikian, MIAI dapat dimobilisasi untuk keperluan Jepang.
MIAI berkembang sangat pesat karena merupakan tempat
bersilaturahmi antar sesama para tokoh Islam untuk menuju Indonesia
merdeka. Arah perkembangan MIAI mulai dipahami oleh Jepang. MIAI
dianggap tidak memberi kontribusi terhadap Jepang dan itu berarti tidak
sesuai dengan harapan Jepang. Maka, pada November 1943, MIAI
dibubarkan Jepang. Sebagai penggantinya, Jepang membentuk organisasi
Islam baru yang bernama Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia).
Tugas dari Masyumi adalah dapat mengumpulkan dana dan dapat
menggerakkan umat Islam untuk menopang kegiatan Perang Asia
Timur Raya.

Masyumi diketuai oleh Hasyim Asy’ari dan wakil ketuanya dijabat oleh
Mas Mansur dan Wahid Hasyim, sedangkan penasihatnya adalah Ki Bagus
Hadikusumo. Masyumi sebagai Gambar 4.d. K.H. Hasyim Asy’ari.
Seorang ulama yang diberi kepercayaan Jepang memimpin Masyumi. 140
organisasi induk umat Islam, anggotanya sebagian besar dari para
ulama. Dengan kata lain, ulama dilibatkan dalam kegiatan pergerakan
politik.

Organisasi Islam ini berkembang sangat pesat dan di setiap


karesidenan ada cabangnya. Masyumi dalam perkembangannya menjadi
tempat penampungan berkeluh kesah rakyat. Masyumi berkembang
menjadi organisasi yang pro dengan rakyat sehingga tidak heran bila
Masyumi menentang keras kebijakan romusha. Bahkan, Masyumi menolak
permintaan Jepang agar organisasi bentukan Jepang ini menggerakan
romusha. Dengan demikian, Masyumi telah membentuk dirinya menjadi
organisasi pejuang yang membela rakyat.

d. Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)

Pada tahun 1944, dalam Perang Asia Timur Raya, Jepang terus
mengalami kekalahan di mana-mana sehingga kondisi ini sangat
mengkhawatirkan keberadaan Jepang di Indonesia. Untuk itu, panglima
ke-16, Jenderal Kumakici Harada membentuk oganisasi baru yang
bernama Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa).
Organisasi ini dibentuk karena Jepang membutuhkan bantuan segenap
rakyat secara lahir batin, yakni rakyat memberikan darmanya kepada
pemerintah Jepang demi kemenangan perang.

Agar pengalaman yang sudah terjadi tidak terulang, yakni


pimpinan organisasi membelokkan organisasi sehingga tidak sesuai
harapan Jepang, maka Jawa Hokokai dipimpin langsung oleh orang
Jepang, yakni gunseikan. Sedangkan penasehatnya boleh orang Indonesia,
yakni Sukarno dan Hasyim Asy’ari.

Organisasi ini sampai ke tingkat RT (rukun tetangga). Di tingkat daerah


(syu/shu) dipimpin oleh syucokan dan seterusnya sampai ke tingkat
daerah ku oleh kuco, bahkan sampai ke gumi di bawah pimpinan
gumico. Dengan demikian, Jawa Hokokai memiliki alat sampai ke desa-
desa, dukuh, bahkan sampai RT (gumi atau tonari gumi). Tonari gumi
dibentuk untuk memobilisasi seluruh penduduk dalam kelompok-
kelompok yang terdiri dari 10 sampai 20 keluarga. Para kepala desa atau
kepala dukuh atau ketua RT bertanggung jawab atas kelompoknya masing-
masing. Program kegiatan Jawa Hokokai adalah sebagai berikut. 1)
Melaksanakan segala tindakan dengan nyata dan ikhlas demi
pemerintah Jepang. 2) Memimpin rakyat berdasarkan semangat
kekeluargaan. 3) Memperkukuh pembelaan tanah air.

Jawa Hokokai adalah organisasi pusat yang anggotaanggotanya atas


bermacam-macam hokokai (himpunan kebaktian) sesuai dengan bidang
profesinya. Misalnya, Kyoiku Hokokai (kebaktian para guru), Isi
Hokokai (kebaktian para dokter), dan sebagainya. Dalam
perkembangannnya, Jawa Hokokai memobilisasi potensi rakyat untuk
kemenangan perang Jepang, misalnya dalam bidang ekonomi dengan cara
penarikan hasil bumi untuk keperluan perang.
2. Organisasi Semimiliter dan Militer
Dalam memerintah Indonesia, Jepang menerapkan pemerintahan
militer. Untuk itu, Jepang mengambil kebijakan membuat organisasi
yang bersifat semimiliter danmiliter. Para pemuda dilatih Jepang untuk
disiplin dan memiliki semangat juang yang tinggi (seishin) dan berjiwa
kesatria (bushido). Untuk lebih jelasnya, berikut ulasannya.

a. Organisasi Semimiliter

1) Seinendan

Seinendan (korps pemuda) adalah sebuah organisasi yang


mewadahi para pemuda yang berusia 14 sampai 22 tahun. Organisasi ini
dibentuk dengan tujuan menjaga dan mempertahankan tanah airnya
dengan kekuatan sendiri. Kepentingannya bagi Jepang ialah menjadi
tenaga cadangan dalam menghadapi perang Asia Timur Raya. Seinendan
difungsikan sebagai barisan cadangan yang mengamankan garis
belakang. Pengorganisasian Seinendan diserahkan kepada penguasa
setempat, misalnya di tingkat syu/shu (keresidenan) ketuanya syucokan
sendiri. Begitu juga di tingkat daerah ken (kabupaten), ketuanya kenco
sendiri, dan seterusnya sampai ke tingkat gun (kawedanan), son
(kecamatan), aza (dusun), dan gumi (RT). Tokoh-tokoh yang pernah
mencicipi pendidikan Seinendan adalah Sukarni dan Latief
Hendraningrat.

2) Keibodan

Keibodan (korps kewaspadaan) anggotanya berusia 25 sampai 35


tahun. Tujuannya untuk membantu tugas polisi Jepang dalam
menjaga keamanan dan ketertiban. Untuk itu, mereka dilatih
kemiliteran. Pembina Keibodan adalah Departemen Kepolisian
(Keimubu) dan di daerah syu (keresidenan) dibina oleh bagian kepolisian
(Keisatsubu). Di kalangan orang Cina juga dibentuk Keibodan yang
diamakan Kakyo Keibotai. Organisasi keibodan juga dibentuk di
daerahdaerah seluruh Indonesia meskipun namanya berbedabeda.
Misalnya Keibodan di Sumatra disebut Bogodan atau di Kalimantan
disebut Borneo Konan Kokokudan. Ketika situasi perang semakin
memanas, Jepang melatih Fujinkai (perkumpulan wanita) dengan diberi
latihan militer sederhana. Bahkan, pada tahun

1944 dibentuk Pasukan Srikandi. Organisasi sejenis juga dibentuk untuk


usia murid SD yang disebut Seinentai (barisan murid sekolah dasar).
Kemudian, untuk murid SMP dibentuk Gakukotai (barisan murid sekolah
lanjutan).

3) Barisan Pelopor

Jepang membentuk Chuo Sangi in (semacam DPR). Salah satu


keputusan lembaga itu adalah merumuskan cara untuk menumbuhkan
keadaran di kalangan rakyat untuk 143 membela tanah air dari
serangan musuh. Sebagai bentuk nyata dari keputusan itu, Jepang pada
1 November 1944 membetuk organisasi baru yang bernama Barisan
Pelopor. Melalui organisasi ini diharapkan adanya kesadaran rakyat
untuk berkembang sehingga jika tanah airnya diserang musuh, maka
rakyat siap membantu Jepang mempertahankan tanah airnya.

Organisasi ini dipimpin oleh Sukarno yang dibantu oleh R.P. Suroso,
Otto Iskandardinata, dan Buntaran Martoatmojo. Barisan pelopor
berkembang pesat hanya di perkotaan. Organisasi ini mengadakan
pelatihan militer bagi angotanya meskipun hanya menggunakan senapan
dari kayu dan bambu runcing. Anggotanya sangat heterogen karena ada
yang terpelajar, berpendidikan rendah, bahkan tidak pernah mengenyam
pendidikan sekalipun. Tokoh yang pernah menjadi anggotanya adalah
Supeno, D.N. Aidit, Johar Nur, dan Asmara Hadi. Dengan adanya
organisasi ini, nasionalisme dan rasa persaudaran di lingkungan rakyat
Indonesia semakin berkobar. Organisasi ini di bawah naungan Jawa
Hokokai.

4) Hizbullah

Pada 7 September 1944, Perdana Menteri Jepang Kaiso mengeluarkan


pernyataan tentang pemberian kemerdekaan untuk Indonesia karena
kekalahan Jepang ada di mana-mana sehingga Jepang mengalami
berbagai kesulitan. Cara yang ditempuhnya menambah kekuatan yang
sudah ada, yakni membentuk pasukan cadangan khusus dari pemuda-
pemuda Islam sebanyak 40.000 orang.

Bagi Jepang, dibentuknya pasukan khusus Islam ini


digunakan untuk membantu dalam pemenangan perang Jepang. Tokoh-
tokoh Masyumi menyambut antusias pembentukan pasukan khusus
Islam ini dan tentu saja sambutan itu disambut gembira pemerintah
Jepang.

Tujuan Masyumi membentuk organisasi ini adalah untuk


persiapan menuju cita-cita kemerdekaan Indonesia. Maka, pada 15
Desember 1944, Jepang membentuk organisasi 144 baru berupa
pasukan sukarelawan Islam yang dinamakan Hizbullah (tentara
Allah) yang dalam istilah Jepangnya disebut Kaykio Seinin Teishinti.
Tugas pokok Hizbullah adalah sebagai berikut.

1. Sebagai tentara cadangan. • Melatih diri baik jasmani maupun


rohani dengan giat. • Membantu tentara Dai Nippon. • Menjaga
bahaya udara dan mengintai mata-mata musuh. • Menggiatkan usaha-
usaha untuk kepentingan tugas perang.

2. Sebagai pemuda Islam dengan tugas berikut. • Menyiarkan


agama Islam. • Memimpin umat Islam agar taat menjalankan agama
Islam. • Membela agama dan umat Islam Indonesia.

Agar organisasi berjalan lancar, maka dibentuk pengurus pusat


Hizbullah dengan ketuanya K.H. Zainul Arifin, wakil ketuanya Moh.
Roem, dan anggota pengurusnya antara lain Prawoto Mangunsasmito,
Kia Zarkasi, dan Anwar Cokroaminito.

Para pelatihnya berasal dari komandan-komandan Peta dan


di bawah pengawasan perwira Jepang. Kapten Yanagawa Moichiro,
yakni seorang perwira Jepang, akhirnya memeluk Islam dan menikahi
gadis dari Tasik. Dalam pelatihan, selain keterampilan militer juga
kerohanian.

Keterampilan fisik militer dilatih oleh para komandan Peta,


sedangkan bidang mental kerohanian dilatih oleh K.H. Mustafa Kamil
(bidang kekebalan), K.H. Mawardi (bidang Tauhid), K.H. Abdul Halim
(bidang politik), dan K.H. Tohir (bidang sejarah). Pelatihan Hizbullah di
Cibarusa itu ternyata membentuk kader pejuang yang militan serta
menumbuhkan semangat nasionalisme para kader Hizbullah.

Setelah pelatihan di Cibarusa itu mereka kembali ke daerah masing-


masing dan membentuk Hizbullah di daerah sehingga Hizbullah
berkembang dengan pesat. Para Hizbullah menyadari bahwa Tanah
Jawa adalah pusat pemerintahan. Jika musuh sewaktu-waktu
menyerang, maka Hizbullah akan mempertahankan dengan penuh
semangat. Semangat itu tentunya bukan karena membantu Jepang,
tetapidemi tanah air Indonesia. Jika barisan pelopor di bawah naungan
Jawa Hokokai, maka Hizbullah di bawah naungan Masyumi.

b. Organisasi Militer

1) Heiho

Heiho (pasukan pembantu) adalah prajurit Indonesia yang langsung


ditempatkan di organisasi militer, baik angkatan darat maupun laut. Tujuan
dari dibentuknya Heiho adalah membantu tentara Jepang. Anggotanya 42.000
orang, tetapi mereka tidak sampai berpangkat perwira karena perwira hanya
untuk orang Jepang.

Syarat untuk menjadi tentara Heiho antara lain 1) usia 18 sampai 25


tahun, 2) berbadan sehat, 3) berkelakuan baik, dan 4) berpendidikan
minimal sekolah dasar. Adapun kegiatan pelatihan tentara Heiho adalah
membangun kubu-kubu pertahanan, menjaga kamp tahanan, dan membantu
perang tentara Jepang di medan perang. Contohnya, banyak anggota Heiho
yang diterjukan di peperangan melawan tentara Sekutu di Kalimantan,
Papua, bahkan ada yang sampai ke Burma.

Dalam organisasinya, tentara Heiho sudah dibagi-bagi menjadi


kesatuan menurut daerahnya. Di Jawa menjadi bagian tentara Jepang ke-16
dan di Sumatra menjadi bagian dari tentara Jepang ke-25. Selain itu, tentara
Heiho juga sudah dibagi menjadi beberapa angkatan, misalnya angkat darat,
laut, dan kepolisian (kempeitei). Keterampilan khusus juga diberikan,
misalnya bagian senjata antipesawat terbang, tank, artileri, dan
pengemudi mesin perang.
2) Peta
Heiho sebagai bagian dari pasukan Jepang untuk menghadapi serangan
Sekutu dipandang belum memadai. Oleh sebab itu, dibentuklah organisasi
militer lain yang bernama Peta (Pembela Tanah Air). Para anggota Peta
mendapat pelatihan militer karena organisasi ini organisasi militer.

Semula, yang ditugasi melatih anggota Peta adalah seksi khusus


dari bagian inteligen yang disebut Tokubetsu Han. Bahkan, sebelum ada
perintah melatih Peta, Tokubetsu Han sudah melatih pemuda Indonesia untuk
menjadi inteligen yang dipimpin oleh Yanagawa.

Pelatihan pertama berlokasi di Tangerang dengan anggota 40 orang


dari seluruh Jawa. Baru pada pelatihan tahap kedua, Jenderal Kumaikici
Harada panglima tentara Jepang memerintahkan untuk membentuk Peta dan
melatih Peta. Pada 3 Oktober 1943, secara resmi Peta didirikan dan anggota
Peta berasal dari berbagai golongan, termasuk dari Seinendan.

Dalam Peta sudah dikenalkan pangkat, misalnya daidanco (komandan


batalion), cudanco (komandan kompi), shodanco (komandan peleton),
bundanco (komandan regu), dan giyuhei (prajurit sukarela). Untuk mencapai
tingkat perwira Peta, para anggota harus melalui pendidikan khusus. Pertama
kali pendidikan dilaksanakan di Bogor dan setelah mereka lulus pelatihan
ditempatkan di berbagai daidanco (komandan batalion) yang tersebar di Jawa,
Madura, dan Bali.

Dalam organisasi, Peta tidak seperti Heiho yang ditempatkan


pada struktur organisasi tentara Jepang. Peta dibentuk sebagai pasukan
gerilya yang melawan apabila terjadi serangan dari pihak musuh. Tegasnya,
Peta dibentuk untuk mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan
Sekutu. Dalam kedudukan struktur organisasi, Peta memiliki kedudukan yang
lebih bebas/fleksibel dan dalam hal kepangkatan ada orang Indonesia yang
sampai mencapai perwira. Untuk itulah banyak orang yang tertarik untuk
menjadi anggota Peta. Sampai pada akhir pemerintahan Jepang, anggota Peta
sudah mencapai 37.000 orang di Jawa dan Sumatra mencapai 20.000 orang.

Di Sumatra, nama yang terkenal bukan Peta, tetapi Giyugun


(prajurit-prajurit sukarela). Orang-orang Peta inilah yang kemudian hari
sangat berperan dalam ketentaraan setelah Indonesia merdeka. Tokoh
terkenal Peta adalah Supriyadi dan Sudirman.
I. Perlawanan Terhadap Jepang Secara Kooperatif (kerjasama)

Perjuangan secara kooperatif dilakukan oleh tokoh-tokoh nasionalis yang


duduk di organisasi-organisasi bentukan Jepang. Melalui organisasi ini, mereka
dengan rapi melakukan koordinasi-koordinasi agar rakyat bersatu untuk
Indonesia merdeka. Dengan organisasi bentukan Jepang seperti Putera (Pusat
Tenaga Rakyat), Sukarno, Hatta, Mas Mansur, dan Ki hadjar Dewantara
membentuk empat serangkai untuk membangkitkan semangat nasionalisme
bangsa Indonesia yang sempat luntur akibat tekanan dari kolonial Belanda.

Sukarno dengan tidak ragu-ragu juga bekerja sama dengan Jepang agar
perjuangan untuk Indonesia merdeka segera terwujud. Sikap Sukarno ini
dimanfaatkan oleh pemerintah Jepang sebagai alat untuk memobilisasi rakyat
karena Sukarno dianggap Jepang sebagai tokoh yang paling berpengaruh
terhadap rakyat. Akhirnya, antara Sukarno dengan Jepang saling
memanfaatkan.

Sikap Sukarno itu pernah dikecam keras oleh tokoh nasionalis lainnya,
misalnya ketika Sukarno mendukung penerapan romusha dan bahkan ikut
terlibat memobilisasi rakyat agar ikut romusha yang mengakibatkan mereka
mati kelaparan, menderita penyakit dan meninggal, serta ditembak Jepang
karena lari dari romusha. Karena kecaman keras dari beberapa pihak, Sukarno
pernah berujar, “Aku telah mengorbankan hidupku untuk tanah ini … tidak
jadi soal kalau ada yang menyebutku kolaborator Jepang … halamanhalaman
dari revolusi Indonesia akan ditulis dengan darah Sukarno …. Sejarahlah yang
akan membersihkan namaku ….”

Untuk kepentingan Indonesia merdeka, Sukarno juga terlibat


dalam persiapan kemerdekaan seperti BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Coosakai dan
PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Inkai

J. Perlawanan Terhadap Jepang Melalui bawah tanah

Gerakan bawah tanah di Indonesia tidak seperti gerakan bawah tanah


di Eropa yang mengangkat senjata secara sembunyi-sembunyi. Gerakan
bawah tanah di Indonesia artinya perjuangan yang dilakukan secara tertutup
dan rahasia. Mereka, di balik kepatuhan terhadap Jepang, tersembunyi
kegiatan-kegiatan yang menggerakkan rakyat untuk Indonesia merdeka.
Walaupun akhirnya gerakan mereka diketahui Jepang dan organisasi yang
mereka jalankan dibubarkan, tetapi peranan mereka sangat penting bagi
Indonesia merdeka. Untuk lebih jelasnya, berikut ulasan tokoh-tokoh yang
melakukan perjuangan bawah tanah.
a. Kelompok Sukarni
Sukarni adalah tokoh pergerakan pada zaman kolonial Belanda. Pada
zaman pendudukan Jepang, Sukarni bersama Muhammad Yamin bekerja
di Sendenbu (Barisan PropagandaJepang). Sukarni juga menghimpun
tokoh-tokoh pergerakan seperti Adam Malik, Kusnaini, dan Pandu
Wiguna untuk terus mengobarkan perjuangan dan menggelorakan paham
nasionalisme. Untuk menyamarkan gerakannya, Sukarni mendirikan asrama
politik yang diberi nama “Angkatan Baru Indonesia” sehingga dapat
mengumpulkan tokoh-tokoh penting seperti Sukarno, Hatta, Ahmad
Subarjo, dan Sunarya. Keempat tokoh itu bertugas mendidik para pemuda
tentang politik dan pengetahuan umum.

b. Kelompok Ahmad Subarjo

Pada masa pendudukan Jepang, Ahmad Subarjo bertugas sebagai


Kepala Biro Riset Kaigun Bukanfu (Kantor Penghubung Angkatan Laut) di
Jakarta. Di samping bekerja di lembaga itu, Ahmad Subarjo menghimpun
tokoh-tokoh pergerakan yang bekerja di angkatan laut Jepang dengan
mendirikan asrama pemuda yang bernama “Asrama Indonesia Merdeka”.
Di asrama itu, Ahmad Subarjo menanamkan jiwa nasionalisme di kalangan
pemuda Indonesia.

c. Kelompok Sutan Syahrir

Sutan Syahrir sangat yakin bahwa Jepang tidak akan menang perang
melawan Sekutu. Untuk itu, menurut Syahrir, Indonesia harus segera
merebut kemerdekaan pada saat yang paling tepat. Syahrir membuat
jaringan-jaringan para pemuda yang mempunyai semangat nasionalisme
tinggi, yakni para mahasiswa progresif. Ketika mendengar lewat radio
bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Syahrir beserta
pemuda lainnya mendesak kepada Sukarno dan Hatta untuk
memproklamasikan pada 15 Agustus 1945. Karena Sukarno belum
mendengar secara langsung penyerahan Jepang, maka Sukarno belum
merespons secara positif. Lagi pula, Sukarno yang saat itu sebagai ketua
PPKI dalam membuat keputusan harus sesuai prosedur, yakni adanya
kesepakatan dari para anggota untuk Indonesia merdeka.

K. Perlawanan Terhadap Jepang Melalui Bersenjata


Selain perlawanan dengan cara kooperatif dan gerakan bawah tanah, para
tokoh pergerakan juga melakukan perlawanan dengan cara mengangkat
senjata. Berikut tokoh-tokoh yang melakukan perlawanan secara fisik.
a. Perlawanan Rakyat Desa Sukamanah di Tasikmalaya
Perlawanan ini diawali dengan penolakan para santri di Pondok Pesantren
Sukamanah Singaparma yang dipimpin oleh K.H. Zaenal Mustafa. Mereka
menolak seikerei (sikap menghormati Tenno Haika dengan
membungkukkan badan 90 derajat ke arah matahari terbit). Kewajiban
seikerei ini menyinggung umat Islam karena termasuk perbuatan syrik yakni
menyekutukan Tuhan. Selain alasan seikerei, K.H. Zaenal Mustafa juga
sudah tidak tahan melihat penderitaan rakyat akibat penerapan romusha.
Tanggal 25 Februari 1944, Kiai Zaenal memimpin perlawanan tetapi dapat
dipadamkan pemerintah Jepang karena persenjataan yang tidak memadai.
Banyak pengikut Kiai Zaenal yang terbunuh dan Kiai Zaenal sendiri
tertangkap pada 25 Oktober 1944 hingga akhirnya dihukum mati Jepang.

b. Perlawanan Rakyat Indramayu

Peristiwa Indramayu terjadi pada April 1944. Pencetusnya adalah karena


Jepang mewajibkan kepada rakyat untuk menyetorkan sebagian hasil panen
padi dan pelaksanaan romusha yang telah mengakibatkan penderitaan
rakyat. April 1944, mereka melakukan perlawanan di daerah Karangapel.
Karena sifatnya spontan, maka perlawanan ini dapat dipadamkan
pemerintah Jepang.

c. Perlawanan Rakyat Aceh

Perlawanan Aceh terjadi pada 10 November 1942 yang dipimpin oleh


Tengku Abdul Jalil. Pemicunya karena tindakan sewenang-wenang Jepang
terhadap rakyat Aceh. Usaha perundingan tidak berhasil sehingga Jepang
menyerang di Cot Plieng. Tengku Abdul Jalil ditembak bersama
pengikutnya ketika melarikan diri dari kepungan Jepang. Informasi yang
didapat dalam pertempuran itu, 90 serdadu Jepang tewas dan 3.000
rakyat Cot Plieng gugur di medan laga.
d. Perlawanan Peta di Blitar
Perlawanan dilakukan oleh Peta (Pembela Tanah Air), sebuah organisasi
militer bentukan Jepang. Pemicunya adalah persoalan pengumpulan
hasil panen padi yang diwajibkan Jepang kepada rakyat, romusha
yang menyebabkan penderitaan rakyat, dan pelatihan Heiho yang keras
di luar batas kemanusiaan. Alasan lain yang terungkap bahwa dalam
Peta, pelatih militer Jepang bersikap angkuh dan selalu memandang rendah
prajurit-prajurit Indonesia. Perlawanan dipimpin oleh anggota Peta
komandan pleton (shodanco) yang bernama Supriyadi pada 14 November
1944 di Blitar.

Perlawanan ini termasuk perlawanan yang terbesar dalam masa


pendudukan Jepang di Indonesia. Meskipun perlawanan dapat dipatahkan dan
pengikut Supriyadi dapat ditangkap, dilucuti, dan dihukum mati, tetapi
perlawanan ini dapat membangkitkan semangat nasionalisme bangsa
Indonesia untuk lepas dari penjajahan.

Setelah perlawanan itu selesai, orang tidak tahu lagi di mana


Shodancho Supriyadi berada. Jika Supriyadi ikut diadili oleh Mahkamah
Militer Jepang dan mati dieksekusi, tidak ada saksi maupun catatannya. Kalau
Supriyadi mati karena alasan lain, tidak jelas di mana makamnya.

Sebaliknya, jika Supriyadi berhasil melarikan diri dan selamat, juga tidak
seorang pun mengetahui di mana Supriyadi berada sehingga sampai sekarang
keberadaan Supriyadi masih misterius.

L. Kebijakan Jepang yang Melunak Karena Kalah Perang

1944, posisi Jepang dalam Perang Pasifik semakin terdesak. Sekutu di


bawah pimpinan Jenderal Douglas Mac Arthur dengan strategi militernya
berhasil merebut pulau demi pulau yang dikuasai Jepang sehingga Sekutu
berhasil mendekati negara tersebut. Melihat situasi yang Salam Historia
Pemberontakan Peta di Blitar ternyata jauh sebelum kejadian Sukarno sudah
mengetahui rencana itu. Supriyadi dan kawan-kawan datang menemui
Sukarno ketika Sukarno berkunjung ke Blitar. Supriyadi meminta restu
kepada Sukarno akan melakukan pemberontakan. Ujar Sukarno,
“Pertimbangkanlah masak-masak untung ruginya melakukan pemberontakan.
Saudara masih terlalu lemah dalam kekuatan militer untuk melakukan gerakan
semacam itu pada waktu sekarang.” Sukarno melanjutkan kata, “Kalaulah
Saudara sekalian gagal dalam usaha ini, hendaknya sudah siap memikul
akibatnya, Jepang akan menembak mati Saudara-saudara semua.” Begitulah,
walaupun Sukarno sudah memperingatkan, Supriyadi dan kawan-kawan tetap
melakukan pemberontakan. Akhirnya, ramalan Sukarno tepat, mereka tidak
mampu melawan militer Jepang. serbasulit, Jepang kembali berjanji
memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.

Tanggal 7 September 1944, dalam sidang istimewa parlemen Jepang,


Perdana Menteri Kuniaki Koiso mengumumkan sikap pemerintah Jepang
bahwa daerah Hindia Timur (Indonesia) akan diperkenankan merdeka.
Untuk membuktikan kesungguhannya, pada 1 Maret1945, Letnan Jenderal
Kumakici Harada sebagai panglima tentara Jepang di Jawa mengumumkan
dibentuknya BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Coosakai.

Badan ini bertugas menyelidiki berbagai hal terkait aspek


politik, ekonomi, pemerintahan, dan lain sebagainya yang diperlukan bagi
pembentukan sebuah negara merdeka. Badan ini diketuai oleh dr. Radjiman
Wedyodiningrat dan wakilnya R.P. Soeroso. Anggota BPUPKI berjumlah 60
orang, di antaranya masuk juga wakil dari Tionghoa, Arab, bahkan peranakan
Belanda dan tujuh orang sebagai anggota istimewa dari Jepang.

Tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945, BPUPKI bersidang untuk pertama


kalinya. Dalam sidang tersebut, pada hari terakhir, yakni 1 Juni 1945, Sukarno
mengusulkan rumusan dasar negara yaitu:

1. Kebangsaan Indonesia.

2. Internasionalisme atau perikemanusiaan.

3. Mufakat atau demokrasi.

4. Kesejahteraan sosial.

5. Ketuhanan Yang Maha Esa.

Menurut ahli bahasa, rumusan ini kemudian diberi nama Pancasila.


Meskipun demikian, sampai sidang terakhir belum diperoleh kata sepakat untuk
menjadikan Pancasila sebagai dasar negara. Oleh karena itu, BPUPKI kemudian
membentuk panitia kecil yang terdiri dari sembilan orang sehingga disebut
Panitia Sembilan. Tugasnya adalah merumuskan dasar negara serta tujuan atau
asas yang digunakan oleh negara Indonesia yang akan lahir.

Pada 22 Juni 1945, Panitia Sembilan berhasil menyusun dokumen penting


yang sampai sekarang digunakan, yakni preambule yang berisi asas Gambar
4.f. Pancasila. Dasar negara yang merupakan hasil dari nilainilai yang digali
Sukarno dari tradisi, adat istiadat, dan budaya Indonesia. 154 dan tujuan negara
Indonesia merdeka. Rumusan itu dikenal sebagai Piagam Jakarta karena
penandatanganannya bertepatan dengan ulang tahun Jakarta.

Isi dari Piagam Jakarta itu adalah: 1) Ketuhanan dengan kewajiban


menjalankan syareat Islam bagi para pemeluk-pemeluknya, 2) Kemanusiaan yang
adil dan beradab. 3). Persatuan Indonesia. 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, 5) Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Selanjutnya, pada 14 Juli 1945, selaku panitia hukum dasar, Sukarno
mengajukan rancangan dari isi hukum dasar tersebut yang terdiri dari tiga bagian
yang meliputi: 1. Pernyataan Indonesia merdeka. 2. Pembukaaan Undang-
undang Dasar. 3. Batang tubuh Undang-undang Dasar. Rancangan pernyataan
Indonesia merdeka diambil dari tiga kalimat awal alinea pertama dan
rancangan pembukaan UUD, sedangkan rancangan pembukaan UUD diambil dari
Piagam Jakarta. Setelah BPUPKI menyelesaikan tugasnya, badan ini dibubarkan
pada 7 Agustus 1945 dan digantikan oleh PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Inkai. Anggotanya dipilih
langsung oleh Marsekal Terauchi, penguasa tertinggi Jepang untuk wilayah Asia
Tenggara yang bermarkas di Vietnam.

Badan ini berangotakan 21 orang yang terdiri dari 12 orang wakil dari Jawa,
3 orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang
dari Sunda Kecil, 1 orang dari Maluku, dan 1 orang dari perwakilan Tionghoa.
Anggota tanpa sepengetahuan Jepang ditambah 6 orang di antaranya Sukarno
(ketua), Moh. Hatta (wakil ketua), Soepomo (anggota), dan Radjiman
Wedyodiningrat (anggota).

Badan ini kemudian ditetapkan pada 9 Agustus 1945. Marsekal Terauchi


kemudian mengundang tiga tokoh yang tergabung dalam PPKI, yakni
Sukarno, Hatta, dan RadjimanWedyodiningrat untuk datang ke markas pusat
Jepang di Asia Tenggara, yaitu di Dalat, Vietnam Selatan. Dalam pertemuan
itu, penguasa tertinggi Jepang untuk Asia Tenggara mengatakan akan
memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia pada 24 Agustus 1945
dengan wilayah meliputi seluruh wilayah bekas Hindia Belanda

C. GLOSARIUM
Dokuritsu Junbi Coosakai : Badan penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia.
Daimyo : Tuan tanah atau raja lokal
Kaigun : Angkatan laut Jepang.
Rikugun : Angkatan darat Jepang.
Tonarigumi : Struktur kemasyarakatan yang dibuat oleh tentara pendudukan
kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II
Hakko-Ichi-U : Slogan persaudaran universal yang digunakan Jepang untuk
menciptakan Kawasan Kemakmuran bersama Asia Timur Raya dalam Perang
Dunia II.

D. DAFTAR PUSTAKA

Kahin, George Mc Turnan. 2013. Nasionalisme Dan Revolusi Indonesia, Jakarta:


Komunitas Bambu
Kasenda, Peter. 2015. Sukarno di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta:
Kompas Media Sarana.
Kurasawa, Aiko. 1993. Mobilisasi dan Kontrol: Studi Tentang Perubahan Sosial
di Pedesaan Jawa, 1942-1945 (terjemahan). Jakarta: Grasindo
Lilik Suharmaji. 2018. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno
Sampai Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa
Lilik Suharmaji, 2019. Sultan Hamengku Buwono IX Keteladanan Sang Penjaga
Gawang RI. Yogyakarta: Ombak
Peter Kasenda, 2015. Soekarno Di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta: Kompas
Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Anda mungkin juga menyukai