Anda di halaman 1dari 16

MODUL AJAR

INFORMASI UMUM
A. IDENTITAS
NAMA : AFDAL AQZAMI, S.Pd
INSTITUSI : SMAN 7 PADANG
TAHUN : 2022
JENJANG SEKOLAH : SMA
KELAS : 11.F
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 MENIT (2 X PERTEMUAN)

B. KOMPETENSI AWAL
Peserta didik mampu menganalisis kondisi Indonesia pasca masa pendudukan
Jepang

C. PROFIL PELAJAR PANCASILA


1) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlaq mulia
2) Berkebhinekaan global
3) Bernalar kritis

D. SARANA DAN PRASARANA


1. Papan tulis
2. Spidol
3. Laptop
4. LCD
5. Jaringan Internet

E. TARGET PESERTA DIDIK : Fase F KELAS 11 Reguler

F. MODEL PEMBELAJARAN : Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan model


pembelajaran discovery learning
KOMPONEN INTI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu menganalisis peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan
Indonesia serta dapat menyajikannya dalam bentuk tulisan ataupun media
lainnya

B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Dengan mempelajari peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia
peserta didik mampu menjadikan peristiwa masa lampau untuk dijadikan
pelajaran di masa sekarang dan masa yang akan datang.

C. PERTANYAAN PEMANTIK
Jika ananda amati tentang peristiwa yang terjadi disekitar proklamasi, peristiwa
apa saja yang terjadi? Apa yang melatarbelakangi peristiwa tersebut? apa
manfaat yang bisa diambil dari mempelajari peristiwa sekitar proklamasi
kemerdekaan Indonesia?

D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN 1
Tahap Pendahuluan (10 menit)
1. Menyiapkan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran seperti
berdoa, absensi, menyiapkan buku pelajaran, bahan teks multimedia,
memasangkan LCD pada laptop.
2. Memotivasi peserta didik secara kontekstual sesuai dengan manfaat
pembelajaran.
3. Memberikan beberapa gambar yang menunjukan peninggalan-peninggalan
sejarah sekaligus menghubungkan dengan ayat-ayat Al Quran: surat
Muhammad ayat 10 tentang mengambil hikmah atas peristiwa masa lampau)
4. Menjelaskan tujuan pembelajaran, kompetensi, literasi, dan karakater yang
harus dicapai.
5. Menyampaikan cakupan materi dan lingkup penilain serta penjelasan uraian
kegiatan sesuai silabus.

Tahap Inti (70 menit)


Stimulation
1. Peserta didik diberi motivasi untuk memusatkan perhatian pada topik materi
Peristiwa sekitar proklamasi dan respon masyarakat terhadap proklamasi
2. Peserta didik diminta untuk menjawab pertanyaan pemantik sebagai
pengantar pembelajaran ke arah materi yang akan dipelajari
3. Guru memberikan gambaran umum terhadap materi yang akan dipelajari
Problem Statement
4. Peserta didik dibimbing oleh guru merumuskan masalah yang akan dicari
jawabannya
Data Collection
5. Peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan beberapa pokok
pembahasan yaitu: Peristiwa Rengasdengklok, Perumusan teks proklamasi,
Pembacaan teks proklamasi, Komite van aksi, Peristiwa Lapangan Ikada,
Peristiwa Hotel Yamato
6. Peserta didik mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan yang telah
teridentifikasi dengan cara mengamati objek atau kejadian, membaca
berbagai sumber.
Data Processing
7. Peserta didik lalu berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk mengolah
data yang telah ditemukan dan mengerjakan LKPD yang sudah disediakan

Tahap Penutup (10 menit)


1. Peserta didik diminta menyampaikan hambatan dan apa yang diperoleh
selama pembelajaran tadi
2. Guru memberikan arahan untuk persiapan pertemuan selanjutnya

PERTEMUAN 2
Tahap Pendahuluan (10 menit)
1. Menyiapkan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran seperti
berdoa, absensi, menyiapkan buku pelajaran, bahan teks multimedia,
memasangkan LCD pada laptop.
2. Memotivasi peserta didik secara kontekstual sesuai dengan manfaat
pembelajaran.
3. Guru memberikan apersepsi kepada peserta didik

Tahap Inti (70 menit)


Verification
1. Perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya dengan system panel
2. Peserta didik dari kelompok lain memperhatikan lalu diminta mengajukan
beberapa pertanyaan diakhir diskusi untuk memverifikasi informasi yang
disampaikan oleh kelompok yang tampil
3. Peserta didik dibimbing oleh guru untuk membuat kesimpulan
Generalization
4. Masing-masing peserta didik mampu membuat kesimpulan di buku catatan
dari diskusi yang dilakukan

Tahap Penutup (10 menit)


1. Peserta didik diminta menyampaikan hambatan dan apa yang diperoleh
selama pembelajaran tadi
2. Guru memberikan arahan untuk persiapan pertemuan selanjutnya

E. ASESMEN
Asesmen Sikap Profil Pelajar Pancasila
No Profil Pelajar Pancasila BT MT MB MK Keterangan
1. Beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan
berakhlaq mulia

2. Berkebhinekaan global

3. Bernalar kritis

Keterangan
BT : Belum Terlihat MT : Mulai Terlihat
MB : Mulai Berkembang MK : Membudaya

Asesmen Kognitif Formatif


Peserta didik diminta untuk mengerjakan LKPD yang sudah disediakan
sebagaimana terdapat di lampiran
Asesmen Kognitif Sumatif
Tes tertulis

F. PENGAYAAN DAN REMEDIAL


Pengayaan: Bagi peserta didik yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan
pembelajaran pengayaan sebagai berikut :
1. Peserta didik yang mencapai nilai n(ketuntasan) < n < n(maksimum)
diberikan materi masih dalam cakupan capaian pembelajaran dengan
pendalaman sebagai pengetahuan tambahan
2. Peserta didik yang mencapai nilai n > n(maksimum) diberikan materi
melebihi cakupan capaian pembelajaran dengan pendalaman sebagai
pengetahuan tambahan.

Remedial
Pembelajaran remedial dilakukan bagi peserta didik yang hasil capaian
pembelajaran rendah melalui:
1. Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remidial teaching
(klasikal), atau tutor sebaya, atau tugas dan diakhiri dengan tes
2. Tes remedial, dilakukan sebanyak 2 kali dan apabila setelah 2 kali tes
remedial belum mencapai ketuntasan, maka remedial dilakukan dalam
bentuk tugas tanpa tes tertulis kembali

G. REFLEKSI
- Apakah guru sudah memberikan pembelajaran terbaik untuk siswa?
- Dibutuhkan penanaman karakter dari guru untuk diimplementasikan bagi
para siswa
- Kesulitan apa yang dialami guru selama proses pembelajaran?
- Perlu adanya langkah nyata dari guru untuk memperbaiki proses belajar.
- Apakah menurut guru seluruh siswa mengikuti pelajaran dengan baik?

Padang, Mei 2022


Mengetahui Disusun oleh
Kepala SMAN 7 Padang Guru Mata Pelajaran

Dra. ENNY SASMITA, M.Pd AFDAL AQZAMI, S,Pd


NIP. 196707041992032005
LAMPIRAN

A. LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK


ATP : Peristiwa sekitar proklamasi dan respon masyarakat terhadap proklamasi
Petunjuk Kegiatan Diskusi :
 Bentuklah 6 kelompok dalam kelas
 Pembagian tema diskusi setiap kelompok:
1. Peristiwa Rengasdengklok
2. Perumusan teks proklamasi
3. Pembacaan teks proklamasi
4. Komite van aksi
5. Peristiwa Lapangan Ikada
6. Peristiwa Hotel Yamato
 Masing – masing kelompok dibimbing oleh guru merumuskan masalah
sesuai tujuan pembelajaran
 Masing – masing kelompok mengumpulkan informasi dari berbagai sumber
lalu berdiskusi untuk menjawab rumusan masalah
 Selama diskusi, kalian harus mengerjakan secara kolaboratif dalam kelompok
masing – masing
 Sekretaris masing – masing kelompok membuat laporan hasil diskusi
 Masing – masing perwakilan kelompok menampilkan hasil diskusinya di
depan kelas
 Masing – masing peserta didik mencatat kesimpulan dan poin – poin penting
dari diskusi yang sudah dilakukan di buku catatan masing – masing.
B. BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK

- Peristiwa disekitar Proklamasi


1. Peristiwa Rengasdengklok

Jepang kalah perang dengan sekutu sejak tahun 1939, Perang Dunia II yang
berkecamuk menyebabkan 2 kekuatan besar, yakni Sekutu yang dipimpin
Amerika Serikat melawan negara-negara Fasis (Jerman, Itali, dan Jepang).
Amerika ingin menghancurkan kekuatan Jepang dengan mengirimkan dua
pesawat pembawa bom atom.

Tanggal 6 Agustus 1945, bom atom pertama diledakkan di Kota


Hiroshima dan pada 9 Agustus 1945, bom atom kedua diledakkan di Kota
Nagasaki. Dalam waktu singkat, dua kota kebanggaan Jepang itu luluh lantak.
Akibatnya, Jepang memutuskan mengakhiri perang dengan melakukan
penyerahan kepada Sekutu tanpa syarat. Penyerahan Jepang dilakukan
pada 15 Agustus 1945.

Tanggal 15 Agustus 1945 merupakan kesempatan yang baik untuk


mempercepat proklamasi kemerdekaan. Menurut golongan muda,
menyerahnya Jepang kepada Sekutu berarti Indonesia sedang kosong
kekuasaan. Proklamasi dipercepat adalah pilihan yang sangat tepat dan
realistis. Untuk itulah para pemuda mendesak pada tokoh senior untuk
segera memproklamasikan kemerdekaan.

Sutan Syahrir yang mendengar penyerahan Jepang lewat radio gelap segera
menemui Hatta di rumahnya. Syahrir mendesak agar Sukarno-Hatta segera
memerdekakan Indonesia, tetapi Sukarno-Hatta ternyata belum bersedia.
Mereka berdua menolak segera memproklamasikan karena harus
dibicarakan dulu dengan PPKI (Panita Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
bentukan Jepang. Sedangkan menurut golongan pemuda, proklamasi
kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan oleh kekuatan bangsa sendiri,
bukan oleh PPKI.

Menurut para pemuda, PPKI itu buatan Jepang. Oleh sebab itu pada
Rabu, 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.00 WIB, para pemuda yang dipimpin
Wikana, Sukarni, dan Darwis datang ke rumah Sukarno untuk memaksa
Sukarno memproklamasikan kemerdekaan. Para pemuda mendesak agar
proklamasi kemerdekaan dilaksanakan paling lambat 16 Agustus 1945. Sutan
Syahrir yang mendengar penyerahan Jepang lewat radio gelap segera
menemui Hatta di rumahnya. Syahrir mendesak agar Sukarno-Hatta segera
memerdekakan Indonesia, tetapi Sukarno-Hatta ternyata belum bersedia.
Mereka berdua menolak segera memproklamasikan karena harus dibicarakan
dulu dengan PPKI (Panita Persiapan Kemerdekaan Indonesia) bentukan
Jepang. Sedangkan menurut golongan pemuda, proklamasi kemerdekaan
Indonesia harus dilaksanakan oleh kekuatan bangsa sendiri, bukan oleh PPKI.
Menurut para pemuda, PPKI itu buatan Jepang. Oleh sebab itu pada Rabu, 15
Agustus 1945 sekitar pukul 22.00 WIB, para pemuda yang dipimpin Wikana,
Sukarni, dan Darwis datang ke rumah Sukarno untuk memaksa Sukarno
memproklamasikan kemerdekaan. Para pemuda mendesak agar proklamasi
kemerdekaan dilaksanakan paling lambat 16 Agustus 1945.

Sukarno yang mendapat desakan keras itu kemudian marah sambil


menunjukkan lehernya dan berkata, “Ini, goroklah leherku! Saudara boleh
membunuh saya sekarang juga! Saya tidak bisa melepas tanggung jawab saya
sebagai ketua PPKI. Untuk itu akan saya tanyakan kepada wakil-wakil PPKI
besok.”

Setelah gagal mendesak Sukarno, pemuda undur diri dari rumah Sukarno,
tetapi tidak langsung pulang ke rumah masing masing. Mereka pada
tengah malam (pukul 24.00) berkumpul di Jalan Cikini 71 Jakarta. Mereka
yang hadir adalah Sukarni, Yusuf Kunto, Chaerul Saleh, dan Singgih. Hasil
pertemuan itu adalah sepakat untuk membawa Sukarno-Hatta keluar kota.
Tujuannya adalah agar kedua tokoh itu tidak terpengaruh Jepang yang
bersedia memproklamasikan kemerdekaan. Mereka juga sepakat menunjuk
Singgih (Shodanco) untuk memimpin pelaksanaan rencana tersebut.

Singgih (anggota Peta) dan para pemuda menuju ke rumah Moh. Hatta.
Secara singkat, Singgih meminta kesediaan Moh. Hatta untuk ikut keluar
kota dan Moh. Hatta menuruti kehendak para pemuda itu. Rombongan
kemudian menuju ke rumah Sukarno. Setelah tiba di kediaman Sukarno,
Singgih meminta Sukarno bersedia keluar kota dan dituruti juga oleh
Sukarno dengan syarat Fatmawati yang baru saja menyusui Guntur yang
masih berusia 163 delapan bulan dan Moh. Hatta juga ikut. Tanggal 16
Agustus 1945, sekitar pukul 04.00, rombongan Sukarno-Hatta dan pemuda
menuju Rengasdengklok.

Rengasdengklok dipilih karena daerah itu sangat terpencil dan aman.


Setelah tiba di Rengasdengklok, mereka diterima oleh Shodanco Subeno dan
Affan. Mereka ditempatkan di rumah Kie Song yang simpati kepada
perjuangan bangsa Indonesia. Sehari di Rengasdengklok tidak menghasilkan
apa-apa karena tidak bisa memaksa Sukarno untuk menyatakan
kemerdekaan. Namun, Singgih menangkap gelagat bahwa Sukarno bersedia
memproklamasikan kemerdekaan jika sudah kembali ke Jakarta.
Gelagat itu muncul dari pernyataan Sukarno dalam sebuah diskusi kecil
ketika para pemuda melakukan tekanan terhadap Sukarno-Hatta. “Revolusi
ada di tangan kami sekarang dan kami memerintahkan, Bung! Kalau Bung
tidak memulai revolusi malam ini lalu ....

“Lalu apa?” teriak Sukarno. Kemudian, Sukarno berdiri dengan


kemarahan yang menyala-nyala, memandang semua dengan sorot mata
yang tajam. Itu membuat semua orang yang hadir di situ terperenyak tanpa
kata-kata, tidak ada bantahan kata-kata hingga Sukarno kembali tenang. Lalu,
berkatalah Sukarno, “Yang paling penting di dalam peperangan dan
revolusi adalah saatnya yang tepat. Di Saigon, saya sudah merencanakan
seluruh pekerjaan ini untuk dijalankan tanggal 17. Mengapa tanggal 17? Tidak
sekarang atau tanggal 16?” tanya Sukarno.

“Saya orang yang percaya pada mistik. Tidak dapat saya terangkan
dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan
kepadaku. Namun, saya merasakan di dalam kalbuku bahwa itu adalah saat
yang baik. Angka 17 adalah angka suci. Pertama-tama kita sedang di dalam
bulan Ramadan, saat kita semua berpuasa. Ini berarti saat yang paling suci
buat kita. Tanggal 17 hari Jumat. Hari itu Jumat Legi, Jumat yang berbahagia,
Jumat suci. Alquran diturunkan tanggal 17, orang Islam salat 17 rakaat. Oleh
karena itu, kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia,” demikianlah Sukarno
menjelaskan semuanya.

Jakarta sangat tegang karena pada 16 Agustus 1945 seharusnya


diadakan pertemuan PPKI, tetapi Sukarno-Hatta tidak ada di tempat. Ahmad
Subarjo mencari kedua tokoh itu hingga akhirnya setelah terjadi kesepakatan
dengan Wikana, Ahmad Subarjo diantar ke Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto.

Ahmad Subarjo tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB untuk


menjemput Sukarno dan rombongan. Para pemuda curiga dengan kedatangan
Subarjo sehingga Subarjo memberi jaminan apabila tanggal 17 Agustus 1945
belum ada proklamasi kemerdekaan Indonesia, nyawa Ahmad Subarjo
taruhannya. Dengan jaminan itu, akhirnya para pemuda merasa lega dan
mengizinkan Sukarno-Hatta kembali ke Jakarta. Petang itu juga, Sukarno-Hatta
kembali ke Jakarta dan berakhirlah peristiwa Rengasdengklok.

2. Perumusan Teks Proklamasi

Semula, rombongan langsung tiba di rumah Laksamana Maeda. Oleh


Maeda, Sukarno diantar menemui Gunseikan Mayor Jenderal Hoichi
Yamamoto (Kepala Pemerintahan Militer Jepang) akan tetapi Gunseikan
menolak menerima Sukarno-Hatta pada tengah malam.

Ditemani Maeda, rombongan menuju ke kediaman Somubuko Mayor


Jenderal Otoshi Nishimura (Kepala Departemen Umum Pemerintahan Militer
Jepang). Kepada Nishimura, Sukarno menyampaikan izin akan mengadakan
rapat persiapan kemerdekaan Indonesia.

Mendapat perkataan seperti itu, Nishimura keberatan rumahnya


digunakan untuk rapat-rapat dengan alasan bahwa sejak siang hari tanggal 16
Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga
status quo, tidak dapat memberi izin untuk mempersiapkan proklamasi
kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal
Terauchi di Dalat, Vietnam.

Sukarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura


apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido (pantang
menyerah), ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Mendapat penolakan itu,
Sukarno berkesimpulan bahwa Jepang tidak mungkin lagi diharapkan
memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.

Sukarno dan rombongan akhirnya menuju ke kediaman Laksamana


Maeda lagi di Jalan Imam Bonjol No. 01. Akhirnya, teks proklamasi disusun di
rumah Laksamana Maeda. Tokoh yang hadir adalah anggota PPKI, pemuda,
pemimpin pergerakan, serta beberapa anggota Chou Sangi-In yang ada di
Jakarta. Alasan rumah Maeda digunakan menyusun teks proklamasi karena
rumah ini aman dari gangguan sewenang-wenang anggota rigukun (Angkatan
Darat Jepang). Selain itu, Maeda juga mempunyai hubungan baik dengan para
pemimpin pergerakan.

Dalam rumusan itu, Maeda tidak hadir karena izin beristirahat dan
akhirnya penyusunan teks dilakukan di ruang makan. Sukarno
mengawali tulisan dengan kata pernyataan “proklamasi”. Kemudian,
Sukarno bertanya kepada Moh. Hatta dan Ahmad Subarjo, “Bagaimana
bunyi rancangan pada draf pembukaan UUD?”

Subarjo menjawab, “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan


Kemerdekaan Indonesia.” Hatta menambahkan kalimat, “Hal-hal yang
mengenai pemindahan kekuasaan dan lain lain diselenggarakan dengan cara
saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.” Sukarno menulis,
“Jakarta, 17-8-05. Wakil wakil bangsa Indonesia,” sebagai penutup.

Teks proklamasi kemudian dibawa ke serambi muka rumah Maeda,


tempat para anggota PPKI dan pemuda telah menunggu. Di situlah teks
proklamasi dimusyawarahkan dan kemudian disetujui bersama. Saat itu
timbul masalah tentang siapa yang harus menandatangani teks proklamasi itu.
Moh. Hatta mengusulkan agar teks proklamasi meniru model Amerika Serikat,
yakni ditandatangani oleh semua yang hadir sebagai wakil bangsa.

Mendengar usulan Hatta itu, Chairul Saleh menolak jika teks


proklamasi ditandatangani oleh semua yang hadir dengan alasan akan
menimbulkan kesan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah pemberian Jepang,
apalagi beberapa yang hadir di ruangan itu dianggap kolaborator Jepang.
Karena kedua pendapat itu mendapat tentangan, kemudian Sukarni usul agar
teks proklamasi ditandatangani Sukarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Usul Sukarni diterima dengan beberapa perubahan yang telah disetujui,


maka konsep itu kemudian diserahkan kepada Sayuti MelikTeks proklamasi
kemudian dibawa ke serambi muka rumah Maeda, tempat para anggota
PPKI dan pemuda telah menunggu. Di situlah teks proklamasi
dimusyawarahkan dan kemudian disetujui bersama. Saat itu timbul masalah
tentang siapa yang harus menandatangani teks proklamasi itu. Moh. Hatta
mengusulkan agar teks proklamasi meniru model Amerika Serikat, yakni
ditandatangani oleh semua yang hadir sebagai wakil bangsa. Mendengar
usulan Hatta itu, Chairul Saleh menolak jika teks proklamasi ditandatangani
oleh semua yang hadir dengan alasan akan menimbulkan kesan
bahwa kemerdekaan Indonesia adalah pemberian Jepang, apalagi beberapa
yang hadir di ruangan itu dianggap kolaborator Jepang. Karena kedua
pendapat itu mendapat tentangan, kemudian Sukarni usul agar teks
proklamasi ditandatangani Sukarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Usul
Sukarni diterima dengan beberapa perubahan yang telah disetujui, maka
konsep itu kemudian diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik.
Naskah teks proklamasi yang diketik Sayuti Melik dan ditandatangani
Sukarno-Hatta inilah yang kemudian disebut teks proklamasi yang autentik.
Perundingan dalam menyusun teks proklamasi berlangsung pukul 02.00-04.00
dini hari.

Bagaimana cara menyebarluaskan proklamasi? Sukarni mengusulkan


agar dibacakan di Lapangan Ikada, tetapi Sukarno tidak setuju karena tempat
itu adalah tempat umum yang dapat memancing keributan dengan tentara
Jepang. Sukarno mengusulkan agar pembacaan proklamasi dilakuakn di
rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Proklamasi dibacakan pukul
10.00 hari Jumat (bulan Ramadan), 17 Agustus 1945.

Ada tiga teks proklamasi menurut tata tulisannya, yakni 1) naskah asli
tulisan tangan Sukarno, 2) naskah proklamasi yang diketik Sayuti Melik sesuai
dengan tulisan tangan Sukarno, dan 3) naskah proklamasi autentik (naskah
proklamasi yang sudah ada perubahan-perubahan). Untuk lebih jelasnya,
perhatikan konsep rumusan berikut.

Beberapa perubahan yang dimaksud dalam naskah proklamasi yang


autentik yaitu kata “tempoh”, diganti dengan kata “tempo”. Penulisan
tanggal, bulan, dan tahun yang semula “Jakarta, 17-8- ‘05” diubah menjadi
“Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun ‘05” (tahun ‘05 adalah singkatan dari tahun
Jepang Sumera, yakni tahun 2605 yang bertepatan dengan tahun 1945
Masehi). Kata-kata “wakil wakil bangsa Indonesia” diganti dengan kata-
kata “Atas nama bangsa Indonesia”. Naskah proklamasi kemudian diketik
dan ditandatangani Sukarno-Hatta. Naskah inilah yang kemudian disebut teks
proklamasi yang autentik. Beberapa perubahan yang dimaksud dalam naskah
proklamasi yang autentik yaitu kata “tempoh”, diganti dengan kata “tempo”.
Penulisan tanggal, bulan, dan tahun yang semula “Jakarta, 17-8- ‘05” diubah
menjadi “Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun ‘05” (tahun ‘05 adalah singkatan dari
tahun Jepang Sumera, yakni tahun 2605 yang bertepatan dengan tahun 1945
Masehi). Kata-kata “wakil wakil bangsa Indonesia” diganti dengan kata-kata
“Atas nama bangsa Indonesia”. Naskah proklamasi kemudian diketik dan
ditandatangani Sukarno-Hatta. Naskah inilah yang kemudian disebut teks
proklamasi yang autentik.

3. Pembacaan Proklamasi Kemerdekaan

Sebelum pulang, Moh. Hatta berpesan kepada B.M. Diah untuk


memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkan ke seluruh dunia dengan
menggunakan radio. Pada pagi harinya di rumah Sukarno, dr. Muwardi
meminta Latief Hendradiningrat (Komandan Peta) dan beberapa anak
buahnya berjaga-jaga di rumah Sukarno.

Suwiryo, wali kota Jakarta, meminta kepada Wilopo untuk


menyiapkan peralatan mikrofon. Sedangkan Sudiro meminta kepada
Suhud untuk menyiapkan tiang bendera. Sedangkan bendera diperoleh dari
ibu Farmawati yang menjahitnya sendiri dengan ukuran besar (tidak standar).
Bendera yang dijahit Fatmawati itu dikenal sebagai Bendera Pusaka dan sejak
tahun 1969 diganti duplikat untuk dikibarkan di Istana Negara setiap tanggal
17 Agustus.

Proklamasi dicetuskan hari Jumat, 17 Agustus 1945 tahun Masehi


atau 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, atau 17 Ramadhan 1365 tahun
Hijriyah. Sukarno mendekati mikrofon untuk membacakan proklamasi
kemerdekaan. Pada awalnya, S.K. Trimurti (istri Sayuti Melik) diminta untuk
menaikkan Bendera Pusaka, tetapi ia menolak dengan alasan bahwa
pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit.

Oleh sebab itu, ditunjuklah Latief Hendraningrat yang seorang prajurit


Peta dengan dibantu Suhud. Sedangkan S.K. Trimurti membawa nampan berisi
bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih). Kemudian, bendera merah
putih dikibarkan oleh Latief dan Suhud. Bersamaan dengan naiknya bendera
merah putih, para hadirin secara spontan menyanyikan lagu Indonesia Raya
tanpa ada yang memimpin.

Setelah proklamasi kemerdekaan dibacakan, datanglah berbondong-


bondong warga yang semula menunggu di Lapangan Ikada. Mereka
mengira, proklamasi dibacakan di Lapangan Ikada. Setelah tiba di kediaman
Sukarno, mereka meminta agar proklamasi dibaca ulang. Karena tidak
mungkin proklamasi dibaca ulang, maka Hatta tampil untuk berpidato
sebentar demi menenangkan warga dan memberi semangat tentang arti
pentingnya proklamasi kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.

4. Penyebaran berita proklamasi

Setelah proklamasi dibacakan, hari itu juga salinan teks proklamasi


disampaikan kepada kepala Hoso Kanri Kyoku (Pusat Jawatan Radio,
sekarang RRI) yang bernama Waidan B. Palewenen. Ia menerima teks
proklamasi dari seorang wartawan Kantor Berita Domei (sekarang Kantor
Berita Antara). Setelah itu, berita proklamasi segera diudarakan. Berita
proklamasi itu disiarkan oleh penyiar tiga kali berturut-turut.

Setelah siaran kedua, tiba-tiba orang Jepang masuk ke ruangan radio


sambil marah karena penyiaran proklamasi itu dan memerintahkan agar
penyiaran dihentikan. Namun demikian, Waidan B. Palewenen tetap
memerintahkan kepada anak buahnya untuk menyiarkan proklamasi.

Melalui pemimpin angkatan bersenjata di Jawa, Jepang meminta agar


Domei meralat bahwa berita proklamasi itu sebuah kesalahan. Namun,
permintaan Jepang itu diabaikan sehingga Kantor Berita Domei tanggal 20
Agustus 1945 disegel dan pegawainya dilarang masuk. Walaupun Domei
disegel, berita proklamasi tetap disiarkan melalui pemancar swasta. Para
pemuda mendirikan pemancar baru di Menteng No. 31 dengan kode
panggilan DJK 1. Dari sinilah kemudian berita proklamasi disiarkan sampai ke
penjuru Indonesia.

Proklamasi juga disebarkan melalui surat kabar, pamflet, poster, serta


coretan di gerbong kereta api dan dinding-dinding kota. Tanggal 20
Agustus 1945, hampir semua harian yang diterbitkan di Jawa memuat berita
tentang proklamasi kemerdekaan.

Peranan pemuda mempertahankan proklamasi kemerdekaan

a. Komite van Aksi

Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, Indonesia


memproklamasikan kemerdekaan, Sukarni dan Adam Malik pun
membentuk Komite van Aksi, yaitu sebuah gerakan yang bertugas dalam
pelucutan senjata terhadap tentara Jepang dan merebut kantor-kantor
yang masih diduduki tentara Jepang.

Munculnya Komite van Aksi di Jakarta kemudian disusul dengan


lahirnya berbagai badan perjuangan lainnya di bawah Komite van Aksi
seperti API (Angkatan Pemuda Indonesia), BARA (Barisan Rakyat
Indonesia), dan BBI (Barisan Buruh Indonesia).

Di berbagai daerah kemudian berkembang badan-badan perjuangan.


Di Surabaya muncul BBI, di Yogyakarta muncul Angkatan Muda Pegawai
Kesultanan yang dikenal dengan nama Pekik (Pemuda Kita Kesultanan), di
Semarang muncul Angkatan Muda dan Pemuda, serta di Bandung berdiri
Persatuan Pemuda Pelajar Indonesia yang kemudian dikenal dengan PRI
(Pemuda Republik Indonesia).

Badan-badan perjuangan juga muncul di berbagai daerah di luar


Jawa, misalnya di Aceh muncul API (Angkatan Muda Indonesia), di
Sumatra Utara muncul Pemuda Republik Andalas, di Kalimantan Barat
muncul PPRI (Pemuda Penyongsong Republik Indonesia), di Bali muncul
AMI (Angkatan Muda Indonesia), di Sulawesi Selatan muncul PPNI (Pusat
Pemuda Nasional Indonesia), dan lain sebagainya. Dengan munculnya
badan-badan perjuangan tersebut, dapat dikatakan bahwa di seluruh tanah
air telah siap mempertahankan kemerdekaan dan membersihkan kekuatan
Jepang dari Indonesia.

b. Peristiwa Lapangan Ikada di Jakarta

Rapat akbar di Lapangan IKADA (Ikatan Atletik Djakarta) pada 19


September 1945 merupakan bentuk protes dan perlawanan terhadap
rencana Jepang menyerahkan kekuasaan kepada Sekutu pada 10
September 1945. Di sisi lain, tersiar kabar bahwa setelah Jepang
dikalahkan Sekutu, Belanda ingin berkuasa kembali di Indonesia.

Bertolak dari kenyataan itulah maka komisi aksi yang dipelopori oleh
Komisi Aksi Menteng 31 (pelopor Gerakan Pemuda di Jakarta) memobilisasi
massa serta meminta pemerintah untuk hadir dalam rapat raksasa di
Lapangan Ikada. Tujuannya adalah sebagai berikut. a). Para pemimpin
Republik Indonesia dapat berbicara di hadapan rakyat sehingga semangat
kemerdekaan tetap bertahan di hati rakyat. b). Menunjukkan kepada
dunia bahwa bangsa Indonesia dapat meraih kemerdekaan berkat
perjuangannya sendiri, bukan pemberian dari Jepang.

Suasana di Lapangan Ikada menjadi tegang setelah tentara Jepang


datang dan mengepung dengan senjata lengkap. Meskipun demikian,
massa tetap berdatangan ke tempat tersebut. Sukarno sebagai presiden RI
datang dan menyampaikan pidato singkat. Adapun isi pidato Sukarno
sebagai berikut. a). Bangsa Indonesia telah memproklamasikan
kemerdekaan dan bertekad untuk mempertahankannya. b). Meminta
dukungan dan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah RI. c). Menuntut
rakyat untuk mematuhi kebijakan-kebijakan dengan disiplin. d.
Memerintahkan rakyat untuk bubar meninggalkan Lapangan Ikada dengan
tenang untuk menghindari pertumpahan darah.

c. Peristiwa Hotel Yamato di Surabaya

Peritiwa ini terjadi pada 19 September 1945. Orang-orang Belanda yang


sebelumnya menjadi tahanan Jepang menduduki Hotel Yamato serta
mengibarkan bendera yang berwarna merah, putih, dan biru di puncak
gedung hotel tersebut. Tindakan tentara Belanda ini dibantu oleh
sekelompok tentara Sekutu. Tentu saja rakyat Surabaya yang melihat
berkibarnya bendera tersebut menjadi marah.

Untuk menghindari insiden yang berakhir pada pertumpahan darah,


Residen Sudirman meminta kepada tentara Belanda untuk menurunkan
bendera tersebut karena Indonesia sudah merdeka. Ternyata, permintaan
tersebut ditolak tentara Belanda.

Para pemuda kemudian menyerbu Hotel Yamato. Dua orang


pemuda bahkan berhasil naik ke puncak hotel dan menurunkan bendera
Belanda. Setelah di bawah, bagian bendera yang berwarna biru dirobeknya
dan dinaikkan kembali sehingga yang tampak bendera merah putih. Tidak
hanya itu, para pemuda juga merebut kompleks penyimpanan senjata dan
pemancar radio di Embong. Tanggal 1 Oktober 1945, rakyat berhasil
merebut markas kempetei (polisi rahasia Jepang) yang dianggap sebagai
lambang kekejaman Jepang.

C. GLOSARIUM
Gunseikan : Kepala pemerintahan militer yang dirangkap oleh kepala staf di zaman
penjajahan Jepang.
Chou Sangi-In : dewan atau badan pertimbangan pusat pada saat pendudukan
Jepang di wilayah Indonesia.
Hoso Kanri Kyoku : radio siaran yang digunakan oleh pemerintah Jepang sebagai
salah satu media propaganda.
Domei : kantor berita resmi Kekaisaran Jepang.
Kempetei : Polisi rahasia Jepang.

D. DAFTAR PUSTAKA

Adi Sudirman. 2014. Sejarah Lengkap Indonesia Dari Klasik Hingga Terkini.
Yogyakarta:Diva Press
Kahin, George Mc Turnan. 2013. Nasionalisme Dan Revolusi Indonesia, Jakarta: Komunitas
Bambu
Kasenda, Peter. 2015. Sukarno di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta: Kompas
Media Sarana.
Lilik Suharmaji. 2018. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno Sampai
Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa
Lilik Suharmaji. 2019. Sultan Hamengku Buwono IX Keteladanan Sang Penjaga Gawang.
Yogyakarta: Ombak.
Nugroho Notosusanto. 1985. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949 Jilid I. Jakarta: Tira
Pustaka
Osa Kurniawan Ilham. 2013. Proklamasi Sebuah Rekontruksi. Yogyakarta: Mata Padi
Presindo
Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Anda mungkin juga menyukai