Anda di halaman 1dari 21

PANDUAN TRANSPORTASI PASIEN

RUMAH SAKIT BINA KASIH PEKANBARU


JALAN SAMANHUDI NO 3-5
PEKANBARU
PT. BINA KASIH PEKANBARU
RUMAH SAKIT BINA KASIH
Jalan Samanhudi No. 3 – 5 – Telp. 0761 – 21718, 32195
Fax. 0761 – 28803 – email. rsbinakasih_pku@yahoo.com
PEKANBARU - RIAU
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BINA KASIH PEKANBARU
104/RSBK/PER-DIR/III/2019

TENTANG

PANDUAN TRANSPORTASI
PASIEN
DIRUMAH SAKIT BINA KASIH PEKANBARU

DIREKTUR RUMAH SAKIT BINA KASIH PEKANBARU


Menimbang : a. Bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan dan sesuai ketentuan maka diperlukan
panduan transportasi pasien di rumah sakit bina kasih pekanbaru sebagai acuan;
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam bulir a, perlu
ditetapkan dengan keputusan direktur rumah sakit bina kasih pekanbaru

Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.


2. Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah sakit.

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BINA KASIH PEKANBARU TENTANG
PANDUAN TRANSPORTASI PASIEN DIRUMAH SAKIT BINA KASIH PEKANBARU
KESATU : Dengan menetapkan panduan transportasi pasien Rumah ah sakit bina kasih pekanbaru,
maka semua kegiatan pelayanan transportasi pasien yang dilakukan harus mengacu
kepada panduan transportasi
KEDUA : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Pekanbaru
Pada Tanggal : Maret 2019
Direktur RS. Bina Kasih Pekanbaru

dr. H. Noorchalis Asnawi,M.Kes


KATA PENGHANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan anugerah
yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Panduan Transportasi pasien di Rumah Sakit Bina Kasih
Pekanbaru Sakit ini dapat selesai disusun.

Transportasi pasien terjadi apabila pasien harus menunggu terlayani dalam waktu yang lama
untuk mendapatkan pelayanan diagnostic dan pengobatan, atau dalam rangka mendapatkan rencana
pelayanan.Panduan transportasi bertujuan untuk menyelaraskan dan mengkoordinasikan pelayanan
kepada pasien sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan pasien dan sebagai bentuk pemenuhan dari
Hak Pasien.
Semoga dengan adanya panduan ini dapat meningkatkan pelayanan di Rumah Sakit Bina Kasih
dan sebagai bahan panduan untuk pasien dengan penundaan pelayanan.

Ditetapkan di : Pekanbaru
Pada Tanggal : Maret 2019
Direktur RS. Bina Kasih Pekanbaru

dr. H. Noorchalis Asnawi,M.Kes


DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR ....................................................................................................... i

BAB I DEFENISI ....................................................................................................... 1

BAB II RUANG LINGKUP ....................................................................................................... 2

BAB III TATALAKSANA ....................................................................................................... 3

BAB IV DOKUMENTASI ....................................................................................................... 11

BAB V PENUTUP ....................................................................................................... 12


BAB I
DEFINISI

A. Sarana transportasi medik adalah kendaraan untuk pemindahan pasien atau jenazah dari satu
tempat ke tempat lain.
B. Ambulance adalah mobil khusus untuk melakukan trasnportasi medik keluar rumah sakit
memindahkan pasien masuk kerumah sakit untuk perawatan lebih lanjut.
C. Pelayanan ambulance adalah suatu prosedur pemindahan pasien dengan menggunakan
kendaraan pelayanan medis yang memiliki fasilitas lengkap dan didampingi oleh tenaga kesehatan
(dokter, perawat, dan bidan) yang mampu menangani keadaan gawat darurat untuk tujuan
pemeriksaan penunjang, tindakan medis dan alih rawat kerumah sakit lain.
D. Ambulance jenazah adalah mobil khusus yang hanya digunakan untuk membawa jenazah keluar
rumah sakit.
E. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat., dan
diselenggarakan. Dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatankesehatan ( promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit ( kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatife), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
F. Instalasi adalah pengelompokan unit pelayanan dirumah sakit baik dalam keadaan sehat maupun
sakit.
G. Transfer pasien adalah pemindahan pasien dari suatu unit pelayanan ke unit pelayanan lain, atau
dari satu rumah sakit kerumah sakit lain
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Jenis Sarana Transportasi Medik di Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru


1. Transportasi Pasien
Ambulance Emergency dan Ambulance non emergency
2. Transportasi Jenazah
Ambulance Jenazah

B. Sasaran pelayanan ambulance meliputi


1. Pasien Rawat Rumah Sakit Bina Kasih
2. Pasien yang memerlukan perawatan tapi tidak bisa dilakukan rawat inap dan diperlukan untuk
dirujuk, karena tempat rawat inap di Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru penuh, fasilitas kurang
memadai, dokter konsulen tidak ada, dan atas permintaan pasien dan keluarganya.
3. Pelayanan panggilan emergensi adalah pelayanan terhadap panggilan untuk membawa pasien
rumah atau tempat kejadian atau rumah sakit untuk dibawa ke unit gawat darurat Rumah Sakit
Bina Kasih
C. Tim Ambulance
1. Dokter
Pelayanan ambulance darurat medis akan dimpimpin oleh seorang dokter yang telah memiliki
sertifikat ACLS atau ATLS.
2. Perawat
Pelayanan ambulance transportasi dan darurat medis didampingi leh perawat bersertifikat BHD
dan atau ACLS
3. Pengemudi
Mobil ambulance untuk pelayanan transportasi maupun darurat medis dikemudikan oleh petugas
pengemudi ambulance yang memiliki SIM (A) dan sertifikat BHD.
BAB III
TATALAKSANA

A. Assesment kebutuhan transportasi pasien


1. Kompetensi SDM untuk transfer/rujukan intra Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru
Pasien Petugas keterampilan yang Peralatan Utama
pendamping dibutuhkan dan jenis
(minimal) kendaraan
Derajat 0 Petugas Bantuan hidup dasar Ambulance medis
ambulance
Derajat 0,5 Petugas Bantuan hidup dasar Ambulance medis
(orang ambulance dan
tua/delirium) paramedis
Derajat 1 Petugas  Bantuan hidup dasar  Oksigen
ambulance dan  Pelatihan tabung gas  Suction
paramedis (sesuai  Pemberian obat-obatan  Tiang infus
dengan kebutuhan  Kenal akan tanda deteriorasi portabel
pasien)  Pompa infus
 Keterampilan trakeostomi dan
suction dengan baterai
 Oksimetri denyut
Derajat 2 Petugas  Semua ketrampilan di atas,  Semua peralatan di
ambulance dan ditambah; atas, ditambah;
paramedis (sesuai  Dua tahun pengalaman dalam  Monitor EKG dan
dengan kebutuhan perawatan intensif (oksigenasi, tekanan darah
pasien) sungkup pernapasan,  Defibrillator
defibrillator, monitor)
Derajat 3 Dokter, perawat, Standar kompetensi dokter harus  Monitor ICU
dan TPK/ di atas standar minimal portabel yang
Petugas Dokter: lengkap
keamanan  Minimal 6 bulan pengalaman  Ventilator dan
mengenai perawatan pasien peralatan transfer
intensif dan bekerja di ICU yang memenuhi
 Keterampilan bantuan hidup standar minimal.
dasar dan lanjut
 Keterampilan menangani
permasalahan jalan napas dan
pernapasan, minimal level ST
3 atau sederajat.
 Harus mengikuti pelatihan
untuk transfer pasien dengan
sakit berat / kritis
Perawat:
Minimal 2 tahun bekerja di ICU
Keterampilan bantuan hidup
dasar dan lanjut
Harus mengikuti pelatihan untuk
transfer pasien dengan sakit
berat / kritis
(lengkapnya lihat Lampiran 1)

Keterangan:
a. Derajat 0
Pasien yang tidak terdapat resiko perburukan kondisi dan yang telah dinyatakan sembuh oleh
dokter yang merawat
b. Derajat 1
Pasien dengan resiko perburukan kondisi yang sebelumnya menjalani perawatan di ICU
c. Derajat 2
Pasien yang membutuhkan observasi/intervensi lebih ketat termasuk penanganan kegagalan satu
system organ atau perawatan pasca operasi dan pasien yang sebelumnya dirawat di ICU

d. Derajat 3
Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut (advanced respiratory support ) atau
bantuan pernapasan dasar ( basic respiratory) dengan dukungan/ bantuan minimal pada 4 sistem
organ termasuk pasien-pasien yang membutuhkan penanganan kegagalan multi-organ.

2. Pada pasien yang siap pulang dari rawat inap atau kunjungan rawat jalan
Jika pasien yang akan pulang dinilai mempunyai derajat transfer kurang dari derajat 1 atau derajat 0
maka pasien diperbolehkan pulang menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan dari luar rumah
sakit tetapi apabila dinilai masih mempunyai derajat lebih dari satu atau sama dengan derajat 1 maka
proses transportasi disesuaikan dengan kebutuhan ambulance yang akan dipersiapkan tetapi apabila
keluarga/pasien tetap menghendaki menggunakan kendaraan dari luar rumah sakit atau kendaraan
pribadi maka pihak keluarga/ pasien mengisi form penolakan tindakan medis.

B. Pemesanan ambulance di Rumah Sakit Bina Kasih


1. Pemesanan Ambulance dari luar rumah sakit
Ambulance Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru bisa digunakan untuk menjemput pasien dari
rumah, namun jika ambulance sedang dipergunakan untuk merujuk pasien atau mengantar pasien
maka hal tersebut tidak bisa dilakukan karena terbatasnya armada ambulance.

Tata laksana penjemputan pasien

a. Permintaan dari keluarga pasien untuk menjemput pasien dirumah dengan cara pihak
keluarga menelpon kerumah sakit Bina Kasih dan bagian pendaftaran akan menghubungkan
via telpon ke supervisor.
b. Supervisor menanyakan kondisi pasien dan mengisi buku skrining dan menulis di form
skrining via telfon dari luar RS dan kemudian di tentukan apakah pasien bisa diterima di RS
Bina Kasih Atau tidak.
c. Jika pasien dapat diterima Bagian unit gawat darurat menginformasikan kepada petugas
kendaraan apakah sedang mengantar atau/ merujuk pasien. Jika ambulance tersedia, bisa
dilakukan penjemputan kerumah pasien dan mengisi form pemesanan ambulance.
d. Petugas kendaraan mempersiapkan peralatan pasien bersama perawat yang akan
menjemput dan mempersiapkan keperluan ambulance
e. Supervisor menelpon keluarga pasien untuk menginformasikan bisa atau tidaknya pasien di
jemput.
f. Setelah selesai mengadakan penjemputan maka petugas ambulance akan mencatat di buku
perjalanan.
2. Pemesanan Ambulance untuk proses rujukan
Tatalaksana system rujukan RS Bina Kasih
a. Alih rawat kerumah sakit lain
1) Petugas UGD / Rawat inap menjelaskan dan meminta persetujuan kepada keluarga
pasien untuk dirujuk. Jika keluarga pasien setuju.
2) Petugas UGD / Rawat inap membuat surat rujukan dan melengkapi dengan hasil
pemeriksaan laboratorium, rontgen dan lain-lain jika psien dilakukan pemeriksaan
tersebut.
3) Dokter Jaga menghubungi rumah sakit yang akan di rujuk dan dokter berkewajiban
menerangkan kondisi serta terapi yang telah diterima pasien kepada rumah sakit rujukan
yang dituju.
4) Pasien yang dirujuk dilakkukan assessment kebutuhan transportasi sesuai dengan kondisii
pasien saat akan dirujuk. Perawat melakukan proses identifikasi dan menentukan kriteria
transfer.
5) Petugas UGD/ Rawat inap mempersiapkan kesiapan pasien, peralatan, dan obat-obatan
yang dibutuhkan selamaa proses transfer dan menghubungi sopir ambulance.
6) Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat unit terkait menghubungi
petugas ambulance rumah sakit bina kasih. dan menuliskan diformulir pemesanan
ambulance
7) Petugas UGD/ Rawat inap menyelesaikan administrasi pasien yang akan dirujuk.
8) Perawat melakukan monitoring selama proses rujukan
9) Perawat yang mengantarke rumah sakit rujukan melakukan serah terima dengan petugas
rumah sakit.

b. Transfer untuk Pemeriksaan Diagnostik


1) Pasien/ keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan pemeriksaan
diagnostic.
2) Bila fasilitas diagnostic tersedia di rumah sakit rujukan, perawat unit terkait
menghubungi petugas ambulan rumah sakit bina kasih.
3) Perawat melakukan proses identifikasi dan menuliskan diformulir pemesanan ambulance
4) Perawat dan dokter mempersiapkan pasien dan peralatan medis sesusi dengan kondisi
pasien.

c. Transfer Pasien Pulang dari Rumah Sakit Bina kasih


Pasien yang tidak mendapatkan tempat tidur (TT) pada saat akan dipindahkan ke ruang rawat
inap dan pasien yang di transfer kerumah sakit lain untuk mendapatkan fasilitas yang
dibutuhkan dari ruang rawat inap. Dalam situasi demikian, pasien dapat pindah ke rumah sakit
lain. Pada saat transfer pasien akan mengikuti prosedur transfer pasien yang ditetapkan oleh
Rumah Sakit Bina kasih.
1) Tata laksana transportasi transfer pasien pulang
a) Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulan sebagai transportasi, maka
perawat unti terkait menghubungi dokter yang merawat pasien atau dokter jaga
ruangan untuk menentukan kriteria pasien boleh pulang.
b) Perawat dan dokter yang akan mendampingi pasien sesuai dengan kriteria yang telah
di tetapkan.
c) Perawat melakukan proses identifikasi dan menuliskan diformulir pemesanan
ambulance.
d) Perawat menghubungi bagian / supir ambulan untuk menyiapkan kendaraan
e) Perawat dan dokter mempersiapkan pasien dan peralatan medis sesusi dengan
kondisi pasien.
f) Petugas melakukan tindakan sesuai prosedur

3. Pemesanan Ambulance jenazah


Pemesanan memberi informasi kepada petugas ruangan yang bersangkutan dan petugas ruangan
akan menginformasikan kepada bagian transfortasi dengan menggunakan telepon atau dating ke
pos kendaraan. Petugas administrasi rungan mengisi formulir permintaan mobil jenazah yang
berisi ; nama, fasilitas yang di pakai
Tata laksana transfortasi jenazah
a. Pemesanan memberi informasi kepada petugas ruangan yang bersangkutan dan petugas
ruangan akan menginformasikan kepada bagian transfortasi dengan menggunakan telepon
atau dating ke pos kendaraan.
b. Petugas administrasi rungan mengisi formulir permintaan mobil jenazah yang berisi ; nama,
fasilitas yang di pakai

C. Kualitas Sumber Daya Manusia


1. Staf Pendamping
Staf pendamping pasien disesuaikan dengan panduan transfer pasien di RS Bina Kasih. terdiri
dari :
a. Perawat berkemampuan BCLS atau PPGD
b. Dokter berkemampuan AT/ACLS atau PPGD
c. Pengemudi ambulance

2. Pengaturan Jaga
a. Pengemudi/ Sopir khusus ambulan dua shift jaga
1) Pagi (07.00 wib - 14.00 wib) : 1 org
2) Sore (14.00 wib - 21.00 wib ) : 1 org
3) Malam ( 21.00 wib - 07.00 wib) : jadwal on call
b. Perawat igd/ unit terkait yang bertugas pada jam dinas tersebut
c. Dokter jaga ruangan/ unit terkait yang bertugas pada saat tersebut

A. STANDAR FASILITAS
Fasilitas dan sarana untuk ambulance
1. Perlengkapan ambulance
a. Ac
b. Sirine
c. Lampu rotater
d. Sabung pengaman
e. Sumber listrik/ Stop kontak
f. Lemari untuk alat medis
g. Lampu ruangan
h. Apar
i. Tabung o2
j. Brankar
2. Alat pengaman diri petugas kendaraan
a. Sarung tangan
b. Masker
c. Apron
d. Googles
3. Peralatan dan obat-obatan
Peralatan dan obat-obatan harus dipersianpkan sedeikian rupa untuk memenuhi kebutuhan dan
mengurangi resiko yang dapat terjadi dalam proses pengiriman pasien. Hal yang harus
dipertimbangkan dalam menyediakan alat adalah: mudah dalam penggunaan, ukuran, berat,
battery, ketahanan, dan kemampuan alat dalam menghadapi gangguan vibrasi., cuaca.
a) Peralatan yang berkaitan dengan respirasi :
1) Masker oksigen 2 buah ( canule, masker)
2) Ambu bag 1 buah
3) Pulse oximeter 1 buah
4) Ventilator portable 1 buah
b) Peralatan pendukung sirkulasi
1) Monitor / defribrilator / eksternal pacemaker 1 buah
2) Tensimeter air raksa 1 buah
3) Cairan infuse dan nasal cnule 2 buah
4) Syringe dan jarum 10 buah
c) Peralatan lain lain
1) nasogastric tube dan kantongnya dua buah
2) Kateter urine dan kantongnya
3) Sarung tangan satu box
4) Spalk (kasus trauma) 1 buah
d) Obat-obatan
1) Cardiac arrest (adrenalin) 4 ampul
2) Hipotensi ( dopamine) 2 ampul
3) Hipertensi (adalat) 2 tablet
4) Aritmia jantung (cordaron/ tyarit injeksi ) 2 ampul
5) Edema paru (lasix) 4 ampul
6) Anafilaksis ( adrenalin 4 ampul, kalmetasone 4 ml 4 ampul)
7) Bronkospasme ( deladryl ampul/ adidril 1 vial)
8) Hipo/hiperglikemia (d 40% 4 flesh)
9) Atonia uteri ( metergin 4 ampul)
10) Antikejang ( stesolid 2 ampul) / stesolid tube 5 mg dan 10 mg @1 buah
11) Agitasi (mgso4 2 flesh )
12) Hiperglikemia (insulin vial)
13) Nyeri ( asam mefenamat 2 tablet, paracetamol 2 tablet)
14) Mual/ muntah (ondansentron 4 mg, 8 mg @1 buah)
15) Sedasi paralysis otot ( midazolam 2 ampul)

A. Desinfeksiperalatran medis ambulance


Persiapan peralatan :
1. Peralatan pembersihan
2. 2. Cairan desinfeksi dalam bentuk spray
3. Lap bersih atau tissue
4. Spill kit
Persiapan petugas :
1. Petugas melakukan kebersihan tangan
2. Petugas menggunakan APD yaitu sarung tangan

B. Prosedur tetap mengoperasikan transportasi ambulance gawat darurat


1. Syarat Pengemudi Ambulance
Untuk menjadi seorang pengemudi ambulance yang aman, maka diperlukan syarat sebagai
berikut
a. Sehat secara fisik dan mental
b. Pengemudi ambulance tidak boleh memiliki kelainan yang dapat menghambat dalam
mengoperasikan ambulance, tidak juga kondisi medis yang mengganggu saat
mengemudi.
c. Biasa mengemudi dibawah tekanan.
d. Emosi terkontrol
e. Bersikap toleran dengan pengemudi yang lain
f. Tidak dalam pengaruh alkohol, obat-obatan terlarang dan obat- obatan seperti anti
histamine dan obat penenang lainnya. yang dapat menimbulakn resiko mengemudi
g. Pengemudi berkemampuan BHD
h. Mempunyai keyakinan positif atas kemampuan diri sebagai seorang pengemudi, tapi tidak
terlalu percaya diri dengan menentang resiko
i. Mempunyai surat izin mengemudi yang masih berlaku
j. Pakai selalu kaca mata atau lensa kontak jika dibutuhkan saat menyetir.
k. Evaluasi kemampuan diri dalam menyetir berdasarkan respon diri pengemudi terhadap
tekanan perorangan, penyakit, kelelahan, dan mengantuk.

5. Aturan Gawat Darurat Di Jalan Raya


Setiap Negara memiliki aturan yang mengatur pengoperasian kendaraan emergency.
Pengemudi ambulance pada umumnya dibebaskan dari aturan kecepatan, parker, larangan
menerobos lampu lalu lintas, dan arah jalan. Namun demikian, peraturan juga menggariskan
bahwa jika seorang pengemudi ambulance mengemudikan kendaraannya tanpa
memperdulikan keselamatan orang lain, maka harus siap membayar konsekuensinya biasa
berupa surat tilang, gugatan pengadilan, atau bahkan ditahan untuk beberapa waktu. Berikut
adalah beberapa hal yang mencakup peraturan pengoperasian ambulance :
a. Pengemudi harus memiliki lisensi mengemudi yang sah dan harus menyelesaikan
program pelatihannya.
b. Hak-hak khusus memperbolehkan pengemudi ambulance untuk tidak mematuhi peraturan
ketika ambulance digunakan untuk respon emergency atau untuk transportasi pasien
darurat. Ketika ambulance tidak dalam respon emergency, maka peraturan yang berlaku
bagi setiap pengemudi kendaraan non darurat, juga berlaku untuk ambulance.
c. Walupun memiliki hak istimewa dalam keaadaan darurat,hal tersebut tidak menjadikan
pengemudi ambulance kebalterhadap peraturan terutama jika mengemudikan ambulance
dengan ceroboh atau tanpa mmperdulikan keselamatan orang lain.
d. Hak istimewa dalam situasi darurat hanya berlaku jika pengemudi menggunakan alat-alat
peringatan ( warning devices) dengan tata cara yang diatur oleh peraturan
e. Sebagian undang-undang memperbolehkan pengemudi kendaraan emergency untuk :
1) memarkir kendaraannya dimanapun, selama tidak merusak hak milik atau
membahayakan nyawa orang lain.
2) Melewati lampu merah dan tanda berhenti. Beberapa Negara mengharuskan
pengemudi ambulance untuk berhenti terlebih dahulu saat lampu merah, lalu melintas
dengan hati-hati. Negara lain hanya mengintruksikan pengemudi untuk mempelambat
laju kendaraan dan melintas dengan hati-hati.
3) Melewati batas kecepatan maksimum diperbolehkan selama tidak membahayakan
nyawa dan hak milik orang lain.
4) Mendahului kendaraan lain di daerah larangan mendahului. Setelah member sinyal
yang tepat, memastikan jalur yang aman, menghindari hal-hal yang membahayakan
nyawa dan harta benda.
5) Mengabaikan peraturan yang mengatur arah jalur dn aturan berbelok kea rah tertentu,
setelah member sinyal dan peringatan yang tepat.
Apabila trjadi kecelakaan/ tabrakan ambulance, sebagian besar peraturan perundang-
undangan yang menyidanagkan pengemudi di pengadilan akan mengemukakan dua hal
penting. Apakah pengemudi telah memperdulikan keselamatan orang lain selama
mengemudi? Dan apakah saat itu panggilan benar-benar dalam keadaan darurat?

6. Menggunakan Alat-Alat Peringatan


Pengoperasian kendaraan emergency yang aman dapat dicapai hanya jika alat-alat
peringatan dan sirine emergency digunakan dengan tepat dan dengan mengemudikan
kendaraan secara hati-hati. Penelitian menunjukan bahwa supir kendaraan lain bias saja tidak
melihat atau mendengar suara ambulance hingga berada dalamjarak 50 sampai 100 kaki. Jadi
jangan beranggapan bahwa anda berada dalam keadaan aman jika sudah menyalakan lampu
peringatan sirine.
Sirine adalah alat peringatan audio yang paling banyak digunakan dalam praktek
ambulance dan juga yang paling banyak dislahgunakan. Saat menyalakan sirine,
pertimbangkan efeknya yang bias terjadi bsik psds pengemudi motor lainnya, pasien dalam
ambulance, maupun pengemudi ambulance itu sendiri. Di bawah ini ada beberapa aturan
penggunaan sirine ambulance gawat darurat.
a. Gunakan sirine secara bijak, dan gunakan hanya ketika perlu. Sirine hanya digunakan jika
pengemudi dalam respon emergenc. Suara sirine yang terus menerus dapat menambah
rasa takut dan cemas pasien, dan kondisi pasien dapat memburuk jika memburuk jika
mulai timbul stress.
b. Pengemudi kendaraan bermotor cenderung tidak memberikan jalan jika sirine terlalu
sering dinyalakan. Beberpa pengemudi menganggap bahwa ambulance seringkali
menyalahgunakan sirine dalam keadaan non emergency.
c. Selalu waspada meski sudah membunyikan sirine. Jangan pernah beranggapan bahwa
semua pengendra kendaraan bermotor akan mendengar signal anda. Adanya bangunan,
pepohonanan , an semak belukar, radiotape dalam mobil dapat menghalangi suara sirine.
d. Bersiaplah terhadap maneuver aneh pengemudi lain, karena beberapa pengemudi
menjadi panic jika mendengar suara sirine
e. Jangan berada didekat kendaraan lain lalu membunyikan sirine tiba-tiba. Hal ini dapt
menyebabkan pengemudi lain menginjam rem mendadak dan anda tidak bias berhenti
pada waktuny. Gunakan klakson ketika anda berada dekat dengan kendaraan di depan
anda.
f. Jangan menggunakan sirine sembarangan, dan jangan digunakan untuk menakuti orang
lain.
Klakson adalah pelengkapan standar disetiap ambulance. Pengemudi yang
berpengalaman menyadari bahwa penggunaan klakson dengan bijak dapat membuka jalur lalu
lintas secepat sirine. Petunjuk penggunaan sirine juga diaplikasikan juga untuk penggunaan
klakson.
Peralatan peringatan visual. Dimanapun ambulance berada dijalan siang ataupun malam,
lampu depan harus dinyalakan. Hal ini dapat meningkatkan jarak pandang kendaraan
terhadap pengemudi lain. Ketika ambulance berada pada keadaan emergency untuk pasien
dengan prioritas tingg, baik dalanm perjalanan menuju lokasi kejadian maupun transportasi
kerumah sakit semua lampu emergency harus digunakan. Kendaraan harus terlihat dari sudut
360 derajat.

7. Kecepatan Dan Keselamatan


a. Kecepatan yang berlebihan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya tabrakan.
b. Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak lebih panjang untuk berhenti. Sehingga dapat
mengakibatkan hal-hal yang tidak diharapkan. Peraturan di beberapa N egara mungkin
memperbolehkan untuk tidak mematuhi peraturan lalu lintas dalam keadaan emergency
yang sebenarnya dan dengan memperdulikan keselamatan orang lain. Pengeculaian
dalam hal ini, mencakup aturan bebas kecepatan, lampu merah dan tanda berhenti, dan
peraturan lain serta sejumlah batsan larangan. Namun jangan lupa untuk selalu melintasi
persimpangan dengan lampu peringatan. Hindari menikung tiba-tiba, dan menyalakan
lamou petunjuk arah. Pastikan bahwa pengemudi ambulance dan semua penumpang
menggunakan sabuk pengaman sat ambulance sedang berjalan.

8. Mencari Jalur Alternative


Jika diperkirakan bahwa ambulance akan terlambat mencapai lokasi pasien, pengemudi
ambulance harus mempetimbangkan sebuah jalur alternative atau meminta bantuan
pengiriman ambulance lain.

BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasikan seluruh pelayanan transportasi pasien ini sehingga diharapkan bisa dijalankan
dalam proses pelayanan pasien di Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru. Sekuruh petugas terkait di Rumah
sakit Bina Kasih agar mampu melaksanakan proses transportasi pasien sesuai dengan SPO sehingga
dapat terhindar dari kesalahan dalam proses pelayanan pasien.
BAB V
PENUTUP

Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksaan transportasi pasien sesuai prosedur di
Rumah Sakit pekanbar. Tentunya masih banyak kekuangandan kelemahan dalam pembuatan panduan ini,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi.
Tim penyusun berharap para pihak dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi
kesempuraan panduan di kesempatan berikutnya. Semoga panduan ini berguna bagi pokja akses ke
Rumah sakit dan kouintunitas pelayanan rumah sakit Bina kasih pekanbaru pada khususnya juga untuk
para pembaca pada umumnya.

LANDASAN UMUM
1. Undang-undang no. 14 tahun 1982 lalu lintas dan jalan raya.
2. Undang- undang no 36 tahun 2009 tentang kesehatan
3. Undang- undang no 29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran
4. Undang-undang no 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
5. Surat keputusan menteri kesehatan ri no 0701/ YANMED / RSKS / GDE/VII/ 1991 tentang
pedoman pelayanan gawat darurat
6. SK MENKES No. 0152/yanMed/RSKS/1987

Anda mungkin juga menyukai