Anda di halaman 1dari 4

RAJAB BULAN MULIA UNTUK MASIFKAN GAMBARAN ISLAM KAFFAH

Saat ini kita memasuki salah satu bulan yang sangat dimuliakan oleh Allah. Dalam
kalender Hijriah, bulan rajab merupakan bulan ketujuh. Dimana pada bulan ini segala amal
perbuatan akan dilipatgandakan baik itu berupa pahala maupun dosa.

Dilansir dari AKURAT.CO (02/02/2022), salah satu bulan mulia adalah bulan rajab.
Dikatakan sebagai bulan yang mulia sebab ia masuk dalam kategori bulan-bulan haram alias
begitu dimuliakan oleh Allah SWT. Sebagaimana Allah berfirman pada surah at-Taubah ayat 36
yang artinya, “sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana)
dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi diantaranya ada empat
bulan haram.”

Hal ini diperjelas melalui sabda Nabi Saw. yang artinya, “sungguh waktu itu telah
diputar sebagaimana keadaan saat Allah SWT menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada
dua belas bulan. Diantaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga berurutan yaitu Dzulqa’dah,
Dzulhijjah dan Muharram. Lalu Rajab bulan Mudharr yang terdapat diantara Jumadil dan
Sya’ban.” (HR Muslim)

Keutamaan dan Keistimewaan Bulan Rajab

karena salah satu keutamaan bulan ini ialah imbalan dari amalan kita senantiasa
diduplikat baik itu berupa amal baik maupun amal buruk, maka Allah sebenarnya melarang kita
cenderung terhadap kemaksiataan. Sebab, bulan-bulan haram adalah bulan yang terpelihara.
Artinya, kaum muslim senantiasa menjaga segala aktivitasnya agar tidak sampai menjemuskan
diri pada hal-hal yang melampaui batas (dosa) semisal menjauhkan diri dari gibah, umpatan,
zina, riba, dan sebagainya. Begitupun sebaliknya, kaum muslim berusaha meningkatkan amal-
amal salih dengan giat memperbaiki solat, meningkatkan tadarus quran, melatih diri solat duha,
sedekah subuh, dan masih banyak lagi amalan salih lainnya.

Seperti pada bulan-bulan biasa, kezaliman dilarang, terlebih lagi di bulan suci ini. Baik
menzalimi diri sendiri, apalagi menzalimi antar sesama. Sebagaimana Allah berfirman, “dan
janganlah kalian cenderung kepada orang-orang zalim yang menyebabkan kalian disentuh api
neraka...” (TQS Hud [11]:113)

Pada ayat di atas, dalam tafsirnya, Allah Swt. menandaskan bahwa orang-orang yang
beriman, agar jangan sekali-kali cenderung terhadap orang-orang zalim – musuh-musuh kaum
muslimin – yang selalu menyakiti dengan mempersekusi para pengemban dakwah, misalnya.
Atau menghalang-halangi manusia dari jalan menuju ketaatan kepada Allah.

Imam al-Baihaqi menyatakan bahwa Allah Swt. telah menjadikan dosa yang dilakukan
pada bulan haram (termasuk pada bulan rajab) ini, lebih besar. Begitu juga amal salih dan
pahalanya yang dilakukan pada bulan-bulan haram juga sangan besar. Namun istimewanya,
pada bulan ini pula momen terbaik untuk bertaubat.

Kemuliaan Kaum Muslim yang Terealisasi

Begitu banyak kemuliaan bagi kaum muslimin terealisasi di bulan rajab ini.
Diantaranya, Isra’mi’raj Rasuk Saw pada tahun ke-10 kenabian. Pada peristiwa itulah Allah Swt
menitahkan kewajiban salat dimana Nabi Saw didaulat menjadi imam para nabi dan rasul
terdahulu di baitul maqdis sekaligus dikukuhkan sebagai pemimpin bagi seluruh insani.

Di bulan ini pula perjumpaan perdana Nabi Saw dengan kaum Anshar – kaum yang
menerima hijrah Nabi Muhammad dan kaum Muhajirin(orang-orang yang hijrah) dari Mekkah
ke Madinah – melalui tangan-tangan kaum Anshar inilah negara Islam pertama tegak di
Madinah. Sejak saat itulah seluruh hukum syariah diterapkan secara menyeluruh dalam setiap
sendi kehidupan.

Allah Swt juga telah menjadikan bulan ini sebagai momen spesial yakni peralihan kiblat
kaum muslim, dari masjidil Aqsa ke Masjidil Haram (Ibnu Katsir, al-Bidayah wa an-Nihayah,
III/252-253)

Selain itu, telah terdikte begitu banyak penaklukan dan pembebasan kaum Muslim
yang terjadi di bulan ini. Seperti awal mula pembebasan kota Damaskus (Syam) oleh kaum
muslim di bawah panglima Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah ra. dan Khalid bin al-Walid ra. Pada bulan
Rajab tahun 14 H/635 M.
Tak ayal, dulu kaum muslim telah begitu antusias memuliakan dan menjaga
kehormatan bulan haram, termasuk Rajab. Tidak heran, berbagai macam amal-amal mulia yang
spektakuler serta prestasi monumental berhasil diwujudkan dan mereka persembahkan tidak
lain dan tidak bukan kecuali demi tercapainya kemuliaan Islam dan kaum muslim.

Oleh karenanya, sudah sepantasnya bila kaum muslim hari ini pun memuliakan bulan-
bulan haram dengan melipatgandakan amal-amal terbaik. Lantas, bagaimana caranya?

Upaya Meraih Kemuliaan di Bulan Rajab

Pertama, berhentilah abai terhadap hukum-hukum Allah Swt apalagi sampai menyalahi
hukumnya yang tentu bisa mendatangkan murka-Nya. Tinggalkan kezaliman atau orang-orang yang pro
terhadap kezaliman itu sendiri. Stop hasad dan dengki terhadap sesama muslim, apalagi kepada
pengemban dakwah atau para Ulama. Tsumma Naudzubillah begitulah Allah melarang kita yang
demikian agar kita terjauh dari api neraka ( Lihat TQS Hud ayat 113).

Kedua, laksanakan amal-amal salih, dengan tidak hanya sebagian melainkan seluruhnya dari
apa-apa yang menjadi kewajiban kita sebagai hamba. Sebagaimana Allah Swt. mengatakan dalam surah
al-Baqarah ayat 208, “Wahai Orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
kaffah…”. Artinya secara kaffah adalah totalitas. Tidak pilah-pilih melainkan ikhlas menjalankan semua
aturan Allah baik dari tata cara salat, bermuamalah - pendidikan, sosial, budaya bahkan hingga ranah
politik (pemerintahan) sekalipun.

Yang termasuk amal-amal salih prioritas adalah menunaikan amalan fardhu ‘ain (kewajiban
setiap muslim) seperti bermajelis, menutup aurat, dan lainnya yang tentunya amalan ini sangat
ditaklifkan atas setiap muslim untuk mengerjakannya. Sedangkan yang merupakan fardhu kifayah
(kewajiban atas sebagian muslim) seperti memandikan, mengkafani, serta menguburkan jenazah, hanya
butuh eksekusi dari sebagian muslim saja. Maka muslim yang lain tak akan diwajibkan atasnya lagi.

Namun, perlu kita sadari bahwa amalan fardhu kifayah selain mengurus jenazah, ternyata ada
yang lebih urgen Ialah mengangkat pemimpin umat Islam yang menerapkan hukum-hukum Allah secara
kaffah dalam setiap aspek kehidupan. Saking urgennya, para ulama menjuluki amalan ini sebagai tajul
furudh (mahkota kewajiban). Artinya ketika amalan ini teralisasi maka seluruh amalan-amalan yang lain
akan terlaksana dengan efektif. Tapi sayangnya, amal salih ini belum terealisasi sebagaimana mestinya
bahkan sejak ratusan tahun yang lalu.
Padahal seorang pemimpin Islam adalah junnah (perisai) bagi kaum muslim yang multifungsi.
Dapat melindungi segenap darah dan hak-hak kaum mulsim, sebagai pelayan yang selalu memberikan
jaminan atas kemanan dan terpenuhinya hajat hidup setiap umat Islam, serta masih banyak lagi.

Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan hadits dari jalur Abu Hurairah ra, bahwa Nabi
Saw, bersabda :

“sesungguhnya seorang Imam itu (laksana) perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang
akan berperang dibelakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan taqwa kepada
Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi jika dia
memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/azab karenanya.” (HR Bukhari dan
Muslim)

Terakhir, mari bulan Rajab ini kita jadikan momentum menggolarakan semangat,
mengokohkan tekad untuk berpartisipasi semaksimal mungkin guna mewujudkan penerapan syariah
Islam kaffah. Demikianlah wujud hakiki ketakwaan kita kepada Allah Swt. Wallahi, ketakwaan seperti
inilah yang akan mewujudkan tumpah ruahnya aneka keberkahan dari langit dan bumi bagi alam
semesta itu sendiri, kehidupan, dan manusia.

“Andai penduduk negeri beriman dan bertakwa, Kami pasti akan membuka untuk mereka
ragam keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (Kami). Karena itu kami
mengazab mereka karena perbiuatan dosa yang telah mereka lakukan itu.” (TQS al-A’raf [7]: 96)

Anda mungkin juga menyukai