Anda di halaman 1dari 18

MATERI PELATIHAN ADVOKAT NASIONAL

PENANGANAN SENGKETA
DI MAHKAMAH KONSTITUSI
RADEN ELANG YAYAN MULYANA, S.H

Sabtu, 25 Juni 2022| 14.00-16.00 WIB


Table Of Content
01. PENGANTAR
02. TENTANG MK
03. KEWENANGAN MK
04. SENGKETA DI MK
05. MEMUTUS SENGKETA
06. PEMBUBARAN PARPOL
07. PERSELISIHAN PEMILU
08. PENUTUP

MEKANISME
SENGKETA DI
MAHKAMAH
KONSTITUSI

Ia memulai karirnya
sebagai Asisten Pengacara
Pidana (Criminal Defence
About Me Lawyer) di Lembaga
Bantuan Hukum Jakarta
(LBH) Jakarta, dan
Pengacara Publik pada
Komisi Untuk Orang Hilang
dan Korban Tindak
Kekerasan (KontraS)
Jakarta.

About me
Selama karirnya sebagai
Lawyer, banyak menangani
perkara orang tidak mampu
buta hukum dan tertindas
mulai dari pengamen hingga
politisi sudah dilaluinya
dengan baik. Mulai dari
Raden Elang Y.
tinggkat sengketa pemilihan
Mulyana, SH.
kepala Desa, sampai dengan
Adalah Pengacara sengketa pemilihan Umum
dan Konsultan
Raden Elang Hukum lulusan
tingkat Mahkamah
Konstitusi.
Yayan Mulyana Fakultas Hukum
Sultan Ageng Dan sekarang mendirikan
LAWYER Tirtayasa Serang- kantor Profesial bernama,
Banten, "Raden Elang Mulyana Law
Office".
01
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
pada Pileg 2019 dengan Nomor
Perkara 27/PHPU/DPR-DPRD-
XVII/2019

OUR WORK 02
Perselisihan Hasil Pemilihan Kepala
Daerah Bupati Pandeglang 2020
Dengan Nomor Perkara 74/PHP-
BUP-XIX/2020

03
Dan saat ini menjadi salah satu
Pemohon Judicial Review UU No.7
tahun 2017 Tentang Pemilihan
Umum dengan nomor Perkara
57/PUU-XX/2022
Pengantar

Tentang MK
Pasal 24C UUD 1945 berbunyi: “Mahkamah Konstitusi
berwenang mengadili pada Tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-
Undang terhadap Undang-undang Dasar 1945, memutus
sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang- undang Dasar,
memutus pembubaran Partai Politik dan memutus
perselisihan tentang hasil Pemilu”
1945
Pasal 24C UUD 1945

2003
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003

2011
Undang-Undang Nomor 8 tahun 2011.
KEWENANGAN tentang perubahan atas UU nomor 24 tahun
2003 Tentang Mahkamah
Konstitusi
MK
PENJELASAN
1. Pasal 24C UUD 1945 berbunyi: “Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada Tingkat
pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap


Undang-undang Dasar 1945, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang- undang Dasar, memutus pembubaran Partai Politik

dan memutus perselisihan tentang hasil Pemilu”

2. Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah


Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 tahun 2011


tentang perubahan atas UU Nomor 24 tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi yang
berbunyi “Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk:

a. menguji undang undang terhadap terhadap Undang Undang Dasar Negara



Republik Indonesia Tahun 1945;

b. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan



oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

c. memutus pembubaran partai politik; dan


d. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum”


2019
Pasal 9 ayat (1) UU Nomor 15 tahun 2019.

Tentang Perubahan Atas UU Nomor 12


tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan

2009
UU Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman

2020

MEKANISME
UU No. 7 tahun 2020

tentang Perubahan ketiga atas UU Nomor 24

SENGKETA DI
tahaun 2004 tentang Mahkamah Konstitusi.

MAHMAKAN
KONSTITUSI
PENJELASAN
1. Pasal 9 ayat (1) UU Nomor 15 tahun 2019 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 12 tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan berbunyi: “Dalam hal suatu


Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Pengujianya dilakukan oleh

Mahkamah Konstitusi”

2. Pasal 29 ayat (1) huruf a UU Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
berbunyi: “Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir


yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang- undang terhadap Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mahkamah Konstitusi berwenang melakukan Pengujian Undang-Undang terhadap UUD
3. 1945, yang didasarkan pada Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 tahun 2003
tetang Mahkamah Konstitusi yang telah dirubah terakhir dengan UU No. 7 tahun 2020

tentang Perubahan ketiga atas UU Nomor 24 tahaun 2004 tentang Mahkamah Konstitusi.


Objek Permohonan untuk melakukan Pengujian Undang-Undang (judicial review)
4. sebagaimana diatur dalam Peraturan Mahakamah Konstitusi No.2 Tahun 2021 tentang
beracara dalam Perkara Pengujian Undang-Undang, sebagaimana

2003
Undang-Undang Nomor 24 tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi,

Pasal 10 Ayat 1
Pasal 61

2006
Peraturan Mahkamah Konstitusi No.8 tahun
2006

tentang Pedoman Beracara Dalam Sengketa


Kewenangan Konstitusional Lembaga Negara

SENGKETA
KEWENANGAN
LEMBAGA
NEGARA
PENJELASAN
1. Kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam sengketa kewenangan Lembaga Negara antara
lain dalam pasal 10 ayat (1) huruf b. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2003 tentang


Mahkamah Konstitusi, secara teknis, syarat mengajukan Permohonan sengketa
kewenangan Lembaga Negara diatur dalam pasal 61 UU Nomor 24 tahun 2003 yaitu;

Objek Permohonan dan Para Pihak, yang bisa mengajukan sengketa kewenangan lembaga
2. negara antara lain, sebagaimana Peraturan Mahkamah Konstitusi No.8 tahun 2006 tentang
Pedoman Beracara Dalam Sengketa Kewenangan Konstitusional Lembaga Negara

Sebagai contoh; kasus untuk sengketa kewenangan lembaga negara sebagai berikut


Pengambilalihan kewenangan untuk menyusun dan menetapkan pedoman teknis setiap
tahapan pemilu Gubernur, dan Wakil Gubernur Papua dengan cara menerbitkan

3. Peraturan Daerah Khusus Provinsi Papua (PERDASUS) Nomor 6 tahun 2012 dan
Keputusan DRP Papua Nomor.064/Pim DRPR-5/2012 tanggal 27 April 2012. Dalam

sengketa kewenagnan Lembaga Negara Nomor.3/SKLN- X/2012 Antara Komisi Pemilihan
Umum sebagai Pemohon dengan Dewan Perwakilan Rakyat Papua dan Gubernur Papua

sebagai Termohon.

4. Jadi dapat disumpulkan yang menjadi objek sengketa kewenangan Lembaga negara adalah
persengketaan (dispute) mengenai kewenangan konstisusional antar lembaga negara,

apabila timbul sengketa penafsiran kewenangan antar lembaga, maka MK memiliki
wewenang untuk memutus lembaga negara mana yang sebenarnya memiliki kewenangan
yang dipersengketakan.
2008
Pembubaran Partai Politik

Peraturan No.12 tahun 2008 tentang Prosedur


Beracara Dalam Pembubaran Partai Politik

Pembubaran
Partai Politik

PENJELASAN
1. Mengenai sengketa pembubaran partai politik merupakan salah satu kewenangan yang
dimiliki oleh Mahkamah Konstitusi dan secara teknis diatur didalam Peraturan No.12 tahun

2008 tentang Prosedur Beracara Dalam Pembubaran Partai Politik sebagaimana Pasal 2
menyebutkan,

Partai Politik dapat dibubarkan oleh Mahkamah apabila:

a. ideologi, asas, tujuan, program partai politik bertentangan dengan Undang- Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan/atau


Kegiatan partai politik bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik

b.

Indonesia Tahun 1945 atau akibat yang ditimbulkannya bertentangan dengan


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

Objek kewenangan siapa saja yang menjadi pihak Pemohon dan Termohon sebagaimana
2. Pasal 3


a. Pemohon adalah Pemerintah yang dapat diwakili oleh Jaksa Agung dan/atau Menteri
yang ditugasi oleh Presiden untuk itu.



Termohon adalah partai politik yang diwakili oleh pimpinan partai politik yang
b. dimohonkan untuk dibubarkan.

c. Termohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat didampingi atau diwakili oleh

kuasa hukumnya
1945
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945

Pasal 24C ayat (1) Mahkamah Konstitusi


berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final, antara
lain, untuk memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum;

2003
Undang-Undang Nomor 24 tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi,

berdasarkan Pasal 10 ayat (1)

2011
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011

Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor


24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
PERSELISIHAN (selanjutnya disebut UU MK)

PEMILU
PENJELASAN
1. Mengenai Sengketa Perselisihan Hasil Pemilu dibagi 3 jenis mekanisme penyelesaian
diantaranya;


Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Negara Republik Indonesia (PHPU)


Pemilihan Anggota DPR/ DPRD/ DPR RI (PHPU)


Pemilihan Kepala Daerah Gubernur, Bupati/ Walikota (PHP)

2. Dalam sengketa Perselisihan Hasil Pemilu yang menjadi objek sengketa adalah surat
Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI dalam hal ini, sebagai Termohon dalam

pemilu sebagai contoh untuk perkara Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2019,
No.01/PHPU-PRES/XVII/2019 tentang : Permohonan Pembatalan Keputusan Komisi

Pemilihan Umum Nomor 987/PL.01.08-KPT/06/KPU/V/2019 tentang Penetapan Hasil


Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2019,


bertanggal 22 Mei 2019
Dalam sengketa Perselisihan Anggota DPRD untuk Pemilihan Calon Anggota Legislatif
3. 2019, Permohonan Pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 987/PL.01-8-
Kpt/06/KPU/V/2019 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil

Presiden, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Secara
Nasional Dalam Pemilihan Umum Tahun 2019

PENJELASAN
4. Dalam sengketa pengajuan Perselisihan Hasil Pemilihan Umun disetiap sengketa Pemilihan
Baik Presiden dan Wakil Presiden, DPR, Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing

diatur didalam Peraturan Mahkamah Konstitusi tentang tenggang waktu dan selisih suara
1% untuk dapat mengajukan Perselisihan Hasil Pemilu ke MK sangatlah singkat yaitu

untuk;

Bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia
5. Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945), Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili


pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final, antara lain, untuk
memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum;

6. Bahwa berdasarkan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
(selanjutnya disebut UU MK) dan Pasal 29 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili
pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk memutus
perselisihan tentang hasil pemilihan umum;
THANKYOU
25/06/2022

Anda mungkin juga menyukai